Anda di halaman 1dari 8

Alam dan

Ketauhidan
Rizky Akbar Pratama
Alam Dalam Pandangan Islam

• Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia
di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya.

• Menurut Al-Ghazali alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,


diantaranya :
1. Alam Syahadah, alam yang terlihat / alam semesta
2. Alam Ghoib, alam yang tidak terlihat
Tujuan Penciptaan Alam Semesta
“Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
[tujuan] yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.” (al-Ahqaf: 3)

Ayat tersebut mengajak manusia untuk mencapai tujuan dari berbagai fenomena semesta melalui
cara yang serius, tanpa main-main, senda gurau, dan kesia-siaan.

Allah adalah penata sunnah semesta yang dengan topangan kekuasaan-Nya, Dia menjalankan dan
mengatur semesta sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan dia menahan [benda-benda] langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya…” (al-Hajj: 65)

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya
akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah…” (Fathir: 41)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya.
Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu [juga] kamu keluar
[dari kubur].” (ar-Ruum: 25)
Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Manusia merupakan bagian dari alam semesta ini. Karenanya dalam segala
persoalan hidup dan matinya, manusia harus tunduk pada ketentuan Allah,
Penguasa tertinggi dan sunnah-sunnah ciptaan-Nya.

Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak,


dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan
semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga
bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan
tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam
kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata
bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
Tauhid
Menurut bahasa, tauhid berarti mengesakan atau menganggap sesuatu itu
esa atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah
keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan,
memelihara, dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Selain itu,
arti tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha Suci
yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh
makhluk hidup ciptaannya. Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga
termasuk meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan
disebarkan oleh para Rasul-Nya.
TAUHID AR-RUBUBIYYAH
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu-
satunya Pencipta seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya:

Katakanlah(Muhammad),“Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka Patutkah
kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan
tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat
melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi
Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan
mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa”. (QS. Ar-Ra’d : 16)

Kemudian pada surah lain, Allah berfirman yang artinya :

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya”. (QS. Hud : 6)
TAUHID AL-ULUHIYYAH
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam per
ibadahan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ad Dzaariyat ayat 56 yang artinya :
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Lalu pada surah Al-Baqarah ayat 43 yang artinya :


"Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."

Dalam ayat tersebut Allah memperintahkan umatnya untuk menunaikan sholat secara sempurna
dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunah-sunahnya.
TAUHID AL-ASMA WA SHIFAT
Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat bagi-
Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan
mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam tanpa Tahrif (menyelewengkanmakna), Ta’thil (mengingkari), Takyif
 (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya) dan Tamtsil (menyerupakan dengan
makhluk).

Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang artinya: “ Tuhan (yang
menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia
dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam : 65).

Anda mungkin juga menyukai