1. Pendahuluan ………………………………….. 1 - 2
2. Pembahasan …………………………………... 3
3. Penutup …………………………………………9
PENDAHULUAN
BAB 1
A. Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang mengaku mengenal Allah SWT, namun mereka tidak cinta
kepada Allah SWT. Buktinya mereka banyak melanggar perintah dan larangan-Nya. Hal ini
disebabkan karena mereka belum mengenal Allah SWT dengan arti sebenarnya.
Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah SWT bukan sesuatu yang asing.
Tetapi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah mengenal Allah SWT yang akan
membuahkan rasa takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan
ketundukan hanya kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan
menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya.
Ibarat manusia, jika kita tidak mengenal tetangga kita, guru atau dosen kita, maka kita
tidak akan memperdulikan dia diluar konteks kewajiban kita. Ketika ditanya tentang hal yang
disukainya, kita hanya bisa diam sambil menggelengkan kepala pertanda tak mengerti. Ini
adalah bukti bahwa dengan jalan mengenal, kita akan lebih peduli terhadap sesama.
Begitupun dengan Allah zat yang menciptakan kita, bagaimana kita bisa cinta kepada Allah
Mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah
Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah. Keempat
cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan di dalam As Sunnah baik global
maupun terperinci
Ibnul Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya
untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala
perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda
kebesaran Allah.
seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian
siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki
Juga dalam firman-Nya yang lain: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang bermanfaat bagi
Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal,
panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at. Ketika seseorang melihat makhluk
ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan
menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada
dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada
orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur’an: “Dan
ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ): ‘Bukankah Aku ini
Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami
lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya
kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu
tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak
dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’.” (QS.
Al A’raf: 172-173)
Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah
dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti
syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung
maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang
Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya,
kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 14)
Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi
Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)
Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk
melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-
Nya dengan selain-Nya.
Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya
sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah
semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan
mampu melakukan hal yang demikian itu. Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an
bahwa mereka memiliki dua tujuan.
Kedua : agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman: “Dan
mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan
manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi
syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab)
Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah
dalam beberapa firman-Nya:
“Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan
menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan
yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut:
61)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu
menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)
Demikianlah Allah menjelaskan tentang keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah Allah.
Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam dan
menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah mengumumkan
peperangan melawan mereka.
Maka dari itu, jika kita melihat kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, kita
sadari betapa besar kerusakan akidah yang melanda saudara-saudara kita. Semua perbuatan
dan keyakinan ini, merupakan keyakinan yang rusak dan bentuk kesyirikan kepada Allah.
Ringkasnya, tidak ada yang bisa memberi rizki, menyembuhkan segala macam penyakit,
menolak segala macam marabahaya, memberikan segala macam manfaat, membahagiakan,
menyengsarakan, menjadikan seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang
mematikan, yang meluluskan seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan
menurunkan pangkat dan jabatan seseorang, kecuali Allah. Semuanya ini menuntut kita agar
hanya meminta kepada Allah semata dan tidak kepada selain-Nya.
Mengenal Uluhiyah Allah
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti
berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya
dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan
dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah. Allah
berfirman di dalam Al Qur’an:
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami
meminta.” (QS. Al Fatihah: 5) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:
“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka
minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi) Allah berfirman: “Dan sembahlah Allah dan
jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)
Allah berfirman: “Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan
kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. Al Baqarah: 21) Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas
mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun
kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.
Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah
menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah
memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh
Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi.
Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang
dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah berbicara tentang Allah tampa dasar
ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama.
Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang
Allah tampa dasar ilmu.” (QS. Al A’raf: 33)
“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan
jawaban.” (QS. Al Isra: 36)
PENUTUP
Selesailah pembahasan kita tentang “Cara Mengenal Allah”. Makalah ini tersusun
berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok 3. Walaupun makalah ini telah tersusun,
namun tidak menutup kemungkinan adanya kekurangsempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
sangat diharapkan, demi lebih sempurnanya makalah yang akan kami susun berikutnya.
Inti dari makalah kami adalah keimanan kita kepada Allah SWT. Kenalilah Allah secara
menyeluruh. InsyaAllah kita termasuk hambanya yang beriman dan beramal sholeh.