Anda di halaman 1dari 18

TATA CARA BERTAUBAT (mari bertaubat sebelum

terlambat)
24 Juli 2011 pukul 17:33

Setiap hamba pasti pernah terjerumus dalam dosa bahkan juga dosa besar. Mungkin saja
seseorang sudah terjerumus dalam kelamnya zina, membunuh orang lain tanpa jalan yang benar,
pernah menegak arak (khomr), atau seringnya meninggalkan shalat lima waktu padahal
meninggalkan satu shalat saja termasuk dosa besar berdasarkan kesepakatan para ulama. Inilah
dosa besar yang mungkin saja di antara kita pernah terjerumus di dalamnya. Lalu masihkah terbuka
pintu taubat? Tentu saja pintu taubat masih terbuka, ampunan Allah begitu luas.
Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, Allah Taala berfirman,












Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku
ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung
tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya
seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik
sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula. (HR.
Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Jika Bertaubat, Setiap Dosa Akan Diampuni
Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa baik dosa
kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran- bisa diampuni selama seseorang bertaubat
sebelum datangnya kematian walaupun dosa itu sepenuh bumi. Hal ini dikuatkan pula pada ayat
dalam Al Quran, Allah Taala berfirman,




Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az Zumar: 53).
Ibnu Katsir mengatakan, Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat
maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan

bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa
tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan. [1]
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni setiap dosa walaupun itu dosa kekufuran,
kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh dan minum minuman keras). Sebagaimana
Ibnu Katsir mengatakan, Berbagai hadits menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa
(termasuk pula kesyirikan) jika seseorang bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat
Allah walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Allah begitu
luas.[2]
Seseorang Yang Melakukan Dosa Berulang Kali
Mengenai hal ini, cobalah kita renungkan dalam hadits berikut. Dari Abu Huroiroh, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang diceritakan dari Rabbnya azza wa jalla,





.










.

.











.








Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan Allahummagfirliy dzanbiy [Ya Allah,
ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa
dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. (Maka Allah
mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan, Ay robbi agfirli dzanbiy [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman,
Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni
dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian
hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, Ay robbi agfirli dzanbiy [Wahai
Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui
bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa.
Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.( HR. Muslim no. 2758). An Nawawi dalam
Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan beramallah sesukamu adalah selama
engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.
An Nawawi mengatakan, Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa hingga 100 kali,
1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan menerima
taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya ia bertaubat dengan
sekali taubat saja setelah ia melakukan semua dosa tadi, taubatnya pun sah.[3]
Ya Rabb, begitu luas sekali rahmat dan ampunan-Mu terhadap hamba yang hina ini
Bertaubatlah yang Tulus

Allah Taala berfirman,









Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). (QS. At Tahrim: 8)
Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang tulus (taubatan nashuhah)
sebagaimana kata para ulama adalah,
Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi
di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus
menyelesaikannya/ mengembalikannya.[4]
Penuhilah Syarat Diterimanya Taubat
Berdasarkan penjelasan Ibnu Katsir di atas, syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang
ingin bertaubat dapat dirinci secara lebih lengkap sebagai berikut.
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali.
Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosadosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.[5] Umar, Ali dan Ibnu Masud
mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.[6]
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman,
maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali
menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau
meminta maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika seseorang
masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini
sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi.[7]
5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari
terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.[8]
Bacalah Doa Ampunan Versi Abu Bakr
Doa yang bisa diamalkan adalah doa meminta ampunan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi
wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu anhu.

Dari Abu Bakr Ash Shiddiq, beliau berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

.










:



















Ajarkanlah aku suatu doa yang bisa aku panjatkan saat shalat! Maka Beliau pun berkata,
Bacalah: ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ
DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL
GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman
yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu
ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) . (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)
Lakukan Shalat Taubat
Shalat taubat adalah shalat yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab[9]. Hal ini
berdasarkan hadits,




(




)






Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk
melakukan shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan
mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini: Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.[10] (HR.
Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)[11]. Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun kandungan ayat
sudah mendukung disyariatkannya shalat taubat.[12]
Shalat taubat ini bisa cukup dengan dua rakaat dan cukup niat dalam hati, tanpa perlu melafazhkan
niat tertentu.
Jauhilah Lingkungan Yang Buruk Demi Memperkuat Taubat
An Nawawi mengatakan, Hendaklah orang yang bertaubat mengganti temannya dengan temanteman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah, warodan orang-orang yang meneladani merekamereka tadi. Hendaklah ia mengambil manfaat ketika bersahabat dengan mereka.[13]
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang
yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan
pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau
dapat baunya yang tidak enak. (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orangorang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan
agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.[14]
Semoga Allah menerima setiap taubat kita dan mengampuni setiap dosa yang kita sesali. Hanya
Allah yang beri taufik.
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat.
Artikel www.remajaislam.com, dipublish ulang oleh www.rumaysho.com
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Diselesaikan di Panggang-GK, 3 Rajab 1431 H (15/06/2010)
[1] Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 12/138-139, Muassasah Qurthubah
[2] Tafsir Al Quran Al Azhim, 12/140
[3] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/75
[4] Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/61.
[5] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 203, Darul Muayyid, cetakan
pertama, 1424 H.
[6] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 206.
[7] Idem.
[8] Kami sarikan syarat taubat ini dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam
Syarh Riyadhus Sholihin.

[9] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/ 431, Al Maktabah At Taufiqiyah dan Al Mawsuah
Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/9662, Asy Syamilah.
[10] QS. Ali Imron: 135.
[11] Hadits ini didhoifkan oleh sebagian ulama. Namun sebagian ulama menshahihkannya.
[12] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/ 431.
[13] Idem
[14] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Marifah, Beirut, 1379
http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/3084-melebur-dosa-dengan-taubat-yangtulus.html
=============================================

Keutamaan Taubat

Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan
kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak
ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah
satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.
Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali dosa,
meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, mengembalikan hak orang
yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat.
Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat
dosa. Karena Allah berfirman,











Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. (QS.
An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al Utsaimin rahimahullah, tentang
pembahasan isi khutbatul hajah).
Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang

Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang
hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di
dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah taala berfirman,


















Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan
hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya. (QS. An Nisaa: 27)
Allah taala juga berfirman,














Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya
kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana. (QS. An
Nuur: 10)
Allah taala berfirman,






Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya. (QS. An Najm: 32)
Allah taala berfirman,






Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu. (QS. Al Araaf: 156)
Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu Jalan orang-orang yang
bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu Maka ketuklah pintunya dan
tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Tuhanmu Bersungguh-sungguhlah
dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila
engkau telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di
dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu untuk memperbaharui
taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah
bertaubat.
Allah taala berfirman,








Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar
bertaubat kepada-Nya. (QS. Al Israa: 25)
Allah taala juga berfirman,















Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah
kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa,
sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada
Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat
lagi mendapatkan pertolongan. (QS. Az Zumar: 53-54)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Seandainya kalian berbuat dosa sehingga
tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan
menerima taubat kalian. (Shahih Ibnu Majah)
Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya? Di manakah orang-orang
yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di manakah orang-orang yang ruku dan sujud?
Berbagai Keutamaan Taubat
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu
membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar
berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah
dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan
taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
Pertama: Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah azza wa jalla.
Allah taala berfirman,












Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka
membersihkan diri. (QS. Al Baqarah: 222)
Kedua: Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah taala berfirman











Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung. (QS.
An Nuur: 31)
Ketiga: Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya.
Allah taala berfirman












Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai
kesalahan. (QS. Asy Syuura: 25)
Allah taala juga berfirman










Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima
taubatnya. (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima
Keempat: Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah taala berfirman,

































Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali
orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah
orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.
(QS. Maryam: 59, 60)
Kelima: Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah taala berfirman,

Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman
maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang. (QS. Al Araaf: 153)
Keenam: Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
Allah taala berfirman,







































Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan
dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan
terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah
orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan.
Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seorang yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana
orang yang tidak berdosa. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Ketujuh: Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah taala berfirman,





Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian. (QS. At Taubah: 3)
Allah taala juga berfirman,



Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka. (QS. At Taubah: 74)
Kedelapan: Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah taala berfirman,


























Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah
serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum

beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar. (QS. An
Nisaa: 146)
Kesembilan: Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya
kekuatan.
Allah taala berfirman,



















Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya
akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan
kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat
dosa. (QS. Huud: 52)
Kesepuluh: Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang
yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah taala,














Para malaikat yang membawa Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan
memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang
yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.
(QS. Ghafir: 7)
Kesebelas: Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah azza
wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah taala,


















Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian. (QS. An Nisaa: 27). Maka orang yang
bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhaiNya.
Kedua belas: Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang artinya, Sungguh
Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepadaNya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang
luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun
berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan
berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah
kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking
gembiranya, Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu, dia salah berucap karena terlalu
gembira. (HR. Muslim)
Ketiga belas: Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila
berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya
dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik
hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah taala,





Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani)
Oleh karena itu, saudaraku yang kucintai
Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk bersegera menggapai keutamaan dan memetik
buah memikat yang dihasilkan oleh ketulusan taubat itu, Saudaraku:
Tunaikanlah taubat yang diharapkan Ilahi
demi kepentinganmu sendiri
Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci
Segera lakukan taubat dan tundukkanlah jiwa
Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik amalnya
Tingkatan Jihad Melawan Syaitan
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Jihad melawan syaitan itu ada dua tingkatan.
Pertama, berjihad melawannya dengan cara menolak segala syubhat dan keragu-raguan yang
menodai keimanan yang dilontarkannya kepada hamba.

Kedua, berjihad melawannya dengan cara menolak segala keinginan yang merusak dan rayuan
syahwat yang dilontarkan syaitan kepadanya.
Maka tingkatan jihad yang pertama akan membuahkan keyakinan sesudahnya. Sedangkan jihad
yang kedua akan membuahkan kesabaran.
Allah taala berfirman,










Maka Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
karena mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As Sajdah: 24)
Allah mengabarkan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa diperoleh dengan bekal
kesabaran dan keyakinan. Kesabaran akan menolak rayuan syahwat dan keinginan-keinginan yang
merusak, sedangkan dengan keyakinan berbagai syubhat dan keragu-raguan akan tersingkirkan.
Washallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wal hamdu lillaahi
Rabbil aalamiin.
(disadur dari Ya Ayyuhal Muqashshir mata tatuubu, Qismul Ilmi Darul Wathan dan tambahan dari
sumber lain)
Jogjakarta, 9 Rabiuts Tsani 1427 Hijriyah
***
Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
========================================
Resep Hidup Bahagia
Seandainya kita bertanya kepada orang-orang di sekeliling kita dari berbagai agama, bangsa, profesi
dan status sosial tentang cita-cita mereka hidup di dunia ini tentu jawaban mereka sama kami ingin
bahagia. Bahagia adalah keinginan dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia
demikian juga orang kafir pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin
bahagia dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia.
Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui bahagia yang
sebenarnya dan tidak mengetahui cara untuk meraihnya. Meskipun ada sebagian orang merasa

gembira dan suka cita saat hidup di dunia akan tetapi kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu
merusak suka ria yang dirasakan. Sehingga sebagian orang selalu merasakan kekhawatiran
mengenai masa depan mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.
Allah berfirman dalam surat Al Jumuah ayat 8:

























Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada yang mengetahui yang gaib
dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al Jumuah: 8)
Banyak orang yang beranggapan bahwasanya orang-orang barat adalah orang-orang yang hebat.
Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang barat hidup penuh dengan kebahagiaan,
ketenteraman dan ketenangan. Tetapi fakta berbicara lain, realita di lapangan menunjukkan bahwa
secara umum orang-orang barat itu hidup penuh dengan penderitaan. Hal ini dikuatkan dengan
berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh orang-orang barat sendiri tentang kasus pembunuhan,
bunuh diri dan berbagai tindakan kejahatan yang lainnya, namun ada sekelompok manusia yang
memahami hakikat kebahagiaan bahkan mereka sudah menempuh jalan untuk mencapainya.
Merekalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Mereka memandang kebahagiaan itu terdapat
dalam sikap taat kepada Allah dan mendapat ridho-Nya, menjalankan perintah-perintahNya dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Boleh jadi di antara mereka yang tidak memiliki kebutuhan pokoknya setiap harinya, akan tetapi dia
adalah seorang yang benar-benar bahagia dan bergembira bagaikan pemilik dunia dan segala
isinya.
Allah berfirman,

















Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Yunus: 58)
Jika mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh menuju bahagia maka
hal ini tidak pernah dialami oleh seorang mukmin. Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan sudah
terpampang jelas di hadapannya. Cita-cita agar mendapatkan kebahagiaan terbesar mendorongnya
untuk menghadapi beragam kesulitan.
Terdapat berbagai keterangan dari wahyu Alloh sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman bahwasanya dirinya sudah berada di atas jalan yang benar dan tepat Allah berfirman:

Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya.
yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al Anaam: 153)
Jika di antara kita yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang bahagia dan
orang-orang yang celaka maka Allah sudah memberikan jawaban dengan firman-Nya:

Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka
mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya selama ada langit
dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana
terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki
(yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (QS. Hud: 106-108)
Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia,
maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,






Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS. Thoha: 123-124)
Dan juga dalam firman-Nya,


Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)
Kebahagiaan seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya,
semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin berkurang jika
hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.
Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia menyadari
bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang
yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi
kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan
bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan
maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya. (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
Inilah yang merupakan puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang abstrak, tidak
bisa dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tidak bisa dibeli
dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia
dalam dirinya. Hati yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah
kebahagiaan. Bahagia itu muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari luar.
Tanda Kebahagiaan
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal tersebut adalah
bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika mendapatkan cobaan dan bertaubat ketika
melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan
seorang hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali
tidak pernah bisa terlepas dari 3 hal tersebut:
1. Syukur ketika mendapatkan nikmat.
Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, ternyata hanya
orang berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya.
Karena hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat
yang menganugerahkannya. Syukur dibangun di atas 5 prinsip pokok:
1. Ketundukan orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.
2. Rasa cinta terhadap yang memberi nikmat.
3. Mengakui adanya nikmat yang diberikan.
4. Memuji orang yang memberi nikmat karena nikmat yang dia berikan.
5. Tidak menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang tidak disukai oleh yang memberi nikmat.

Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan dengan sempurna maka akan
menyebabkan kesengsaraan selamanya.
2. Sabar ketika mendapat cobaan.
Dalam hidup ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada berbagai ujian dari Allah dan
kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kita
bisa disebut orang yang benar-benar bersabar.
1. Menahan hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.
2. Menahan lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.
3. Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di benarkan ketika terjadi
musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan benar maka cobaan akan
berubah menjadi sebuah kenikmatan.
3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.
Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di
dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat,
merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan
yang mampu untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: Ada
seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga
orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka. Banyak orang bertanya kepada
beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas beliau menjelaskan: Ada seorang yang
berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal
dan malu kepada Allah subhanahu wa taala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan dosa-dosa
tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan
keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Karena dosa
tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang
hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut
di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri
disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan saya sudah berbuat
demikian dan demikian. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya ujub,
sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab
kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah
akan memberikan cobaan kepada orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada
pada dirinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah

biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ujub. Jika ini terjadi, maka
kehancuran sudah berada di hadapan mata.
Al Hasan al-Bashri mengatakan, Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat,
berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian
dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.
Malik bin Dinar mengatakan, Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.
Ada ulama salaf yang mengatakan, Pada malam hari orang-orang gemar sholat malam itu
merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh orang yang bergelimang
dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup
lebih lama di dunia ini.
Ulama salaf yang lain mengatakan, Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selama
setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu mudah bangun malam selama 20 tahun
lamanya.
Ulama salaf yang lain mengatakan, Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak ada yang
mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar.
Ibrahim bin Adham mengatakan, Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana
kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli
kami dengan pedang. Ada ulama salaf yang lain mengatakan, Pada suatu waktu pernah terlintas
dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka
dalam kehidupan yang menyenangkan.
Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: Sesungguhnya
dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan
memasuki surga diakhirat kelak. Wallahu alaam.
(Diterjemahkan dengan bebas dari As Saadah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha, cet.
Dar. Al Wathan)
(Makalah Studi Islam Intensif 2005)
***

Anda mungkin juga menyukai