Anda di halaman 1dari 17

10 Dosa Besar

Bahaya 10 DOSA BESAR : 1. Syirik dan Menyekutukan Allah, 2. Meninggalkan Shalat, 3.


Durhaka Kepada Orangtua, 4. Zina dan Mendekati Zina, 5. Harta Haram dari Rezeki yang
Haram, 6. Minum-minuman Keras, Judi, Narkoba, 7. Memutus Silaturahim, 8. Menuduh Orang
Berzina, Saksi Palsu, Berbohong, 9. Kikir atau Pelit, 10. Gosip, Ghibah atau Bergunjing

Wednesday, January 23, 2013


Shalat Taubat dan Doa-doanya (2)

Shalat Taubat

Berhubung ada kawan yang menanyakan mengenai Shalat Taubat secara rinci, berikut
kami tambahkan dari artikel : Shalat Taubat, Istighfar, dan Doa-doa

Bapak KH. Drs. Achmad Baekandi pernah saya tanyakan mengenai Shalat Taubat
menganjurkan agar pada rakaat pertama membaca QS. Al Kaafiruun [109], lalu di
rakaat kedua membaca QS. Al Ikhlash [112].

Mengenai waktu Shalat Taubat adalah kapan saja, kecuali pada waktu-waktu yang
diharamkan untuk shalat. Mengenai jumlah rakaatnya adalah 2, 4 dan 6 rakaat dengan
salam tiap dua rakaat.

Waktu-waktu yang haram untuk shalat :

Tegakkanlah shalat shubuh kemudian berhentilah mengerjakan shalat, hingga


matahari terbit dan agak meninggi, karena terbitnya matahari pada waktu itu di antara
dua tanduk setan, dan ketika itu [sebagian] orang-orang kafir [penyembah matahari]
sujud kepada matahari, kemudian setelah itu kerjakankah sholat, karena sesungguhnya
sholat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri [oleh malaikat], hingga hilangnya bayang-
bayang pada sebuah tombak, kemudian tahanlah diri dari mengerjakan sholat, karena
saat itu neraka jahannam sedang dibakar, kemudian jika telah muncul bayang-bayang
maka kerjakanlah sholat [sunnah] karena sesungguhnya sholat pada waktu itu
disaksikan dan dihadiri [oleh malaikat], hingga engkau mengerjakan sholat ashar,
kemudian berhentilah mengerjakan sholat sampai matahari benar-benar tenggelam,
karena waktu itu tenggelamnya matahari diantara dua tanduk setan, dan pada saat itu
orang-orang kafir [penyembah matahari] bersujud menyembah matahari. (Shahih, HR.
Muslim)

Kesimpulan waktu-waktu yang haram untuk shalat adalah sbb. :


1. Pk. 06.00 - 07.00
2. Pk.11.30 - 12.00 (Zhuhur)
3. Pk.17.30 - 18.00 (Maghrib)
Berikut tatacara Shalat Taubat secara ringkas :

1. Berwudhu dengan sempurna.

2. Membaca niat Shalat Taubat :

"Ushollii sunnatat-taubati rok'ataini lillaahi ta'aalaa. Allaahu akbar."

Artinya :
Aku berniat shalat taubat dua raka'at karena Allah Ta'ala. Allaahu akbar.

3. Lakukan shalat seperti biasa, dengan penuh khusyu dan mata tetap terbuka. Pada
rakaat pertama membaca QS. Al Kaafiruun [109] dan pada rakaat kedua membaca QS.
Al Ikhlash [112].

4. Banyaklah berdoa mohon ampunan Allah saat bersujud.

Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud,
maka perbanyaklah doa ketika itu. (HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah)

5. Salam.

Doa setelah Shalat Taubat :

Perbanyak Zikir : "Subhanallah wa bihamdih"

Rasulullah Sallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda : Barangsiapa mengucapkan


'subhanallah wabihamdih' seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya
sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut. (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)

"Subhanallah wa biham dih"

Artinya :
Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya
Dosa sebanyak buih di laut bisa diartikan sebagai dosa-dosa kecil yang sangat banyak.
Namun dosa-dosa besar tetap ada, dan dosa-dosa besar itu hanya dapat dihapuskan
dengan Taubatan Nasuha.
Perbanyak Istighfar :

"Astaghfirullaahal 'azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaih,
(taubatan nasuuha), taubata 'abdin zhoolimin laa yamliku linafsihi dhorron wa laa naf'aa
wa laa mautan wa laa hayaatan wa laa nusyuuro."

Artinya :
Aku memohon ampun kepada AllahYang Maha Agung, aku mengaku bahwa tiada
Tuhan selain Allah, Tuhan yang hidup terus selalu terjaga. Aku memohon taubat
kepada-Nya, (taubat yang sesungguhnya), taubat seorang hamba yang banyak
berdosa, yang tidak mempunyai daya untuk berbuat mudhorot atau manfaat, untuk mati
atau hidup maupun bangkit nanti.

"Robbanaa atmim lanaa nuurona waghfirlanaa, innaka 'alaa kulli syai-in


qodiir". QS. At-Tahrim [66] : 8

Artinya :

Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Keterangan :
Setiap kali seorang hamba melakukan perbuatan dosa, Allah memberikan tanda noda
hitam pada hatinya. Semakin banyak dia mengulangi perbuatan dosanya, maka akan
semakin banyak noda hitam (penyakit hati) tersebut. Jika noda tersebut sudah
menutupi hatinya maka cahaya Allah; berupa petunjuk, hidayah, dsb. akan sulit masuk
ke dalam hati yang sudah tertutup noda tersebut.

Maka seorang hamba yang bertaubat, hendaknya berdoa agar diberikan cahaya bagi
hatinya, lalu tidak mengulangi perbuatan dosanya lagi karena arti Taubat adalah; sadar,
memohon ampunan Allah dan bertekad tidak mengulangi perbuatan dosanyanya (serta
mengembalikan hak orang lain yang sekiranya dia ambil). Berikut sumbernya :

QS. Ali 'Imran [3] : 135


waalladziina idzaa fa 'aluu faahisyatan aw zholamuu anfusahum dzakaruullaaha
fastaghfaruu lidzunuubihim wamay-yaghfirudz-dzunuuba illaallaahu walam yushirruu
'alaa maa fa 'aluu wahum ya'lamuun

[3:135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-
dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Apa ganjaran orang yang bertaubat ?

QS. Ali 'Imran [3] : 136


ulaa-ika jazaa-uhum maghfiratum-mir-rabbihim wajannaatun tajrii min tahtihaal-anhaaru
khoolidiina fiihaa, wani'ma ajrul 'aamiliin.

[3:136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.

Jadi ganjaran Allah bagi orang yang bertaubat adalah :


1. Ampunan Allah,
2. Surga (bisa diartikan surga di dunia dan di akherat, diselesaikan segala
masalahnya),
3. Kekal di dalam surga,
4. Pahala yang terbaik (menambah timbangan kebaikan).

Perbanyak Membaca Induk Istighfar :

"Allaahumma anta Robbi laa ilaaha illa anta, kholaqtani wa anaa 'abduka, wa anaa
'alaa 'ahdika, wa wa'dika masta-tho'tu, a'uudzubika min syarri maa shona'tu abuu-
ulaka bini'matika 'alayya wa abuu-u bi dzambi faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz-
dzunuuba illaa anta."
Artinya :

Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang telah
menciptakan aku, dan akulah hamba-Mu. Dan aku pun dalam ketentuan serta janji-Mu
yg sedapat mungkin aku lakukan. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yg
telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku, dan
aku mengakui dosaku, karena itu berilah ampunan kepadaku, sebab tiada yg dapat
memberi ampunan kecuali Engkau sendiri. Aku memohon perlindungan Engkau dari
segala kejahatan yg telah aku lakukan.

Barangsiapa mengucapkannya (sayyidul istighfar) disiang hari dalam keadaan yakin


dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum petang hari, maka dia termasuk
penduduk syurga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam
keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka dia termasuk
penduduk syurga. (HR. Al-Bukhari Fathul Baari 11/97)

Wallahu a'lam bish-showwab


(TERBARU) TATA CARA SHOLAT TAHAJUD & WITIR
YANG BENAR: Keutamaan & keajaiban Sholat Lail/Sholat
malam, Jumlah Rokaat Sholat Tahajjud, Niat Sholat
Tahajud, Waktu utama, Doa/Bacaan Sholat Tahajud,
Kaifiyat & Tuntunan Sholat malam

Indahnya Qiyamul Lail, Sholat


Tahajjud di Malam Hari
Qiyamul lail atau yang biasa disebut juga Sholat Tahajjud atau Sholat Malam adalah salah
satu ibadah yang agung dan mulia , yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Taala
sebagai ibadah nafilah atau ibadah sunnah. Akan tetapi bila seorang hamba
mengamalkannya dengan penuh kesungguhan, maka ia memiliki banyak keutamaan.
Berat memang, karena memang tidak setiap muslim sanggup melakukannya.

Andaikan Anda tahu keutamaan dan keindahannya, tentu Anda akan berlomba-lomba untuk
menggapainya. Benarkah ?

Ya, banyak nash dalam Alquran dan Assunnah yang menerangkan keutamaan ibadah ini. Di
antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama:

Barangsiapa menunaikannya, berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya,


sebagaimana dalam firman-Nya: Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu
sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang
terpuji. (Al-Isro:79)

Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: At-Tahajjud adalah sholat di


waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat sebagai ibadah nafilah yakni
sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan
ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu
(sunnah) bagi umat beliau. ( lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda: Sholat yang paling utama sesudah
sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam). (Muttafaqun alaih)

Kedua : Qiyamul lail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih dan calon penghuni surga.
Allah subhanahu wa taala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata
air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali
tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).
(Adz-Dzariyat: 15-18).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni
Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu
malam. (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu alaihi wa sallam pernah
menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma: Wahai Abdullah, janganlah engkau
menjadi seperti fulan, ia kerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya. (HR Bukhari 3/31
dan Muslim 2/185).

Ketiga : Siapa yang menunaikan qiyamul lail itu, dia akan terpelihara dari gangguan
setan, dan ia akan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya. Sebaliknya,
siapa yang meninggalkan qiyamul lail, ia akan bangun di pagi hari dalam keadan jiwanya dililit
kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal sholeh.

Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang orang yang
tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: Orang tersebut
telah dikencingi setan di kedua telinganya. (Muttafaqun alaih).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menceritakan: Setan mengikat pada tengkuk setiap
orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya
ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): Bagimu malam yang panjang, tidurlah
dengan nyenyak. Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Taala
(berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah
satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia
berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan
ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal
shalih). (Muttafaqun alaih)

Keempat : Ketahuilah, di malam hari itu ada satu waktu dimana Allah Subhanahu wa
Taala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, Allah akan memberi sesuatu bagi orang
yang meminta kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya bila ia
memohon ampunan kepada-Nya.
Hal itu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau: Di waktu malam
terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam. (HR Muslim No. 757).
Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh beliau shallallahu alaihi wa sallam:

Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman:
Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya? (HR Bukhari 3/25-26). Dalam
riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman: Barangsiapa yang
memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu)
kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengabulkannya. Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)

Kesungguhan Salafus Shalih untuk menegakkan Qiyamul


lail

Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-


orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Masud radhiyallahu anhu justru mulai bangun untuk
shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Quran yang beliau
baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan
tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar
menyingsing.

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: Mengapa orang-orang yang suka
bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya? Beliau menjawab:
Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti
mereka dengan cahaya-Nya.

Abu Sulaiman berkata: Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih
nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa
adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini.

Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga
perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah.

Al-Imam Hasan Al-Bashri juga pernah menegaskan: Sesungguhnya orang yang telah
melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail. Ada seseorang yang bertanya: Aku tidak
dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus
kulakukan? Beliau menjawab : Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di
waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.(Tazkiyyatun Nufus, karya
Dr Ahmad Farid)

Pembaca yang budiman, inilah beberapa keutamaan dan keindahan qiyamul lail. Sungguh, akan
merasakan keindahannya bagi orang yang memang hatinya telah diberi taufik oleh Allah Taala,
dan tidak akan merasakan keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik-Nya. Mudah-
mudahan, kita semua termasuk diantara hamba-hamba-Nya yang diberi keutamaan menunaikan
qiyamul lail secara istiqamah. Wallahu waliyyut taufiq.

Dikutip dari salafy.or.id offline tulisan al Ustadz Abu Hamzah Yusuf. Judul: Indahnya Qiyamul
Lail

Kaifiat/Cara pelaksanaannya
Pertanyaan: Assalaamualaikum, ana (saya) Abdullah ingin bertanya tentang bagaimana
cara shalat tahajjud yang sesuai dengan sunnah dan kapan ana bisa mendapati malam
lailatul qodar? Bagaimana tentang imsak, apakah ada atau tidak? Kapan batasannya
sahur? Jazaakumullaahu khairan. (08156177***)

Jawaban: Waalaikumus salaam warahmatullaah.

Shalat tahajjud (kalau di bulan Ramadhan lebih dikenal dengan istilah tarawih) yang sesuai
dengan sunnah adalah sebelas rakaat sebagaimana diterangkan dalam hadits A`isyah:


Nabi tidak pernah shalat malam baik di bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari
sebelas rakaat. (HR. Al-Bukhariy no.1147 dan Muslim no.738)

Sebelas rakaat di sini termasuk di dalamnya shalat witir tiga rakaat yang bisa dilakukan
dengan dua cara:

shalat dua rakaat dan salam kemudian shalat satu rakaat atau cara yang kedua,

shalat tiga rakaat sekaligus dengan satu tahiyyat di rakaat ketiga kemudian salam.

Tapi cara pertama itulah yang lebih utama.

Dan dikerjakan dua-dua artinya setiap dua rakaat diakhiri salam, sebagaimana dijelaskan dalam
hadits Ibnu Umar, dia berkata: Seorang laki-laki berdiri lalu berkata: Ya Rasulullah, bagaimana
(caranya) shalat malam? Rasulullah bersabda:


Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat, jika kamu takut masuk waktu shubuh maka
witirlah satu rakaat. (HR. Muslim no.749)
Sehingga shalat malam itu paling sedikit satu rakaat (yaitu shalat witirnya saja) dan
paling banyaknya 11 rakaat. Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Nabi shalat 13 rakaat
maka 2 rakaatnya itu adalah shalat bada isya atau qabliyyah shubuh.

Dan paling utama dilakukan pada sepertiga malam akhir. (Lihat HR. Al-Bukhariy no.1131,
4569 dan Muslim no.1159)
Lebih detailnya bisa dilihat di dalam kitab Qiyaamu Ramadhaan atau Shalaatut Taraawiih karya
Asy-Syaikh Al-Albaniy.

[Buletin AL Wala wal Bara Edisi ke-49 Tahun ke-2 / 29 Oktober 2004 M / 15 Ramadhan 1425
H]

Kaifiat Qiyamullail (Shalat Lail)

Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:









.








:








: :

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengerjakan shalat (lail) baik di dalam bulan
ramadhan maupun di luar ramadhan tidak pernah lebih dari 11 rakaat. Beliau memulai
dengan mengerjakan 4 rakaat, kamu tidak usah menanyakan bagaimana baik dan panjangnya
shalat beliau. Setelah itu beliau kembali mengerjakan 4 rakaat, kamu tidak usah menanyakan
bagaimana baik dan panjangnya shalat beliau. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.
Aisyah berkata: Lalu aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum witir?
Beliau menjawab, Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku
tidak.(HR. Al-Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)

Dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:







Sesungguhnya puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud, sedangkan shalat yang
paling disukai Allah adalah juga shalat Daud alaihissalam. Beliau tidur hingga pertengahan
malam, kemudian bangun (untuk shalat lail) selama sepertiga malam, lalu kembali tidur pada
seperenamnya (sisa malam). Dan beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari. (HR. Al-
Bukhari no. 1131)

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Ada seseorang yang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang shalat malam. Maka Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:



Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk
waktu shubuh, hendaklah dia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah
dilaksanakan sebelumnya. (HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749)
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:




Jika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun di malam hari untuk menunaikan shalat
malam, biasanya beliau memulai shalatnya dengan dua rakaat ringan. (HR. Muslim no. 767)

Waktu shalat lail

Awal waktu shalat lail adalah setelah shalat isya dan


akhir waktunya adalah setelah terbit fajar kedua. Ini berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu
anha dia berkata,

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengerjakan shalat sebelas rakaat pada waktu
antara selesai shalat isya sampai subuh. (HR. Muslim no. 736) Juga berdasarkan hadits Ibnu
Umar di atas. Karenanya Ibnu Nashr berkata dalam Mukhtashar Qiyam Al-Lail hal. 119, Yang
disepakati oleh para ulama adalah: Antara shalat isya hingga terbitnya fajar (shadiq/kedua)
adalah waktu untuk mengerjakan witir.

Karenanya jika ada orang yang shalat maghrib-isya dengan jama taqdim, maka dia sudah boleh
mengerjakan shalat lail walaupun waktu isya belum masuk. Sebaliknya, walaupun sudah jam
10 malam tapi jika dia belum shalat isya, maka dia belum diperbolehkan shalat lail.

Hanya saja waktu yang paling ideal adalah dikerjakan selepas pertengahan malam, sebagaimana
dalam hadits Abdullah bin Amr di atas.

Jumlah rakaatnya

Shalat lail minimal 2 rakaat dan paling banyak tidak terbatas. Ini berdasarkan hadits Ibnu
Umar di atas. Hanya saja, walaupun dibolehkan mengerjakan shalat lail tanpa ada batasan rakaat
(selama itu genap), akan tetapi sunnahnya dia hanya mengerjakan 8 rakaat (plus witir 3 rakaat)
berdasarkan hadits Aisyah yang pertama di atas. Disunnahkan juga untuk mengerjakan 2
rakaat ringan sebelum shalat lail -berdasarkan hadits Aisyah yang terakhir di atas-, sehingga
total rakaatnya adalah 13 rakaat.

Beberapa Cara/Kaifiyat melakukan Shalat Tahajud &


Witir
1. Sholat 13 rakaat dibuka dengan 2 rakaat ringan. Hal ini berdasarkan hadits hadits Zaid
bin Kholid Al-Juhany radhiyallahu anhu riwayat Muslim, beliau berkata :
Sungguh saya akan memperhatikan sholat Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa
sallam di malam hari maka beliau sholat dua rakaat ringan kemudian beliau sholat dua
rakaat panjang, panjang, panjang sekali kemudian beliau sholat dua rakaat lebih pendek
dari dua rakaat sebelumnya kemudian beliau sholat dua rakaat dan keduanya lebih pendek
dari dua rakaat sebelumnya kemudian beliau sholat dua rakaat dan keduanya lebih pendek
dari dua rakaat sebelumnya kemudian beliau sholat dua rakaat dan keduanya lebih pendek
dari dua rakaat sebelumnya kemudian beliau berwitir maka itu (jumlahnya) tiga belas
rakaat.

Dan dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha riwayat Muslim, beliau berkata : Adalah
Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam apabila beliau berdiri di malam hari untuk
sholat maka beliau membuka sholatnya dengan dua rakaat yang ringan

2. Sholat 13 rakaat, 8 rakaat diantaranya dilakukan dengan salam pada setiap 2 rakaat
kemudian witir 5 rakaat dengan satu kali tasyahhud dan satu kali salam.
Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu anha Riwayat Muslim :
Adalah Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam sholat di malam hari 13 rakaat,
beliau witir darinya dengan 5 (rakaat) tidaklah beliau duduk pada sesuatupun kecuali hanya
pada akhirnya
3. Sholat 11 rakaat dengan salam pada setiap 2 rakaat dan witir dengan 1 rakaat. Hal ini
berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu anha riwayat Muslim, beliau berkata :
Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam sholat antara selesainya dari sholat isya`
sampai sholat fajr (sholat subuh) sebelas rakaat, Beliau salam setiap dua rakaat dan witir
dengan satu rakaat.
4. Sholat 11 rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan kemudian tasyahhud
tanpa salam lalu berdiri untuk rakaat kesembilan kemudian salam, lalu sholat dua
rakaat lagi dalam keadaan duduk.
Hal tersebut diterangkan dalam hadits Saad bin Hisyam bin Amir riwayat Muslim, beliau
bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha tentang bagaimana sholat witir Rasulullah
shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam, maka beliau menjelaskan :
Maka beliau bersiwak, berwudhu dan sholat 9 rakaat beliau tidak duduk kecuali pada
yang kedelapan kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya
lalu berdiri dan tidak salam. Kemudian beliau berdiri untuk kesembilan lalu duduk kemudian
beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya lalu beliau salam sengan
(suara) salam yang beliau perdengarkan kepada kami kemudian beliau sholat dua rakaat
setelah salam dalam keadaan duduk, maka itu 11 rakaat wahai anakku. Ketika Nabi Allah
shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam telah berumur dan beliau bertambah daging (Baca
bertambah berat) maka beliau witir dengan 7 (rakaat) dan berbuat pada yang dua rakaat
seperti perbuatan beliau yang pertama, maka itu adalah sembilam (rakaat) wahai anakku
5. Sholat 9 rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaat keenam kemudian tasyahhud tanpa
salam lalu berdiri untuk rakaat ketujuh kemudian salam, lalu sholat dua rakaat lagi
dalam keadaan duduk.
Hal ini di terangkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha di atas.
Berkata Syaikh Al-Albany : Ini adalah beberapa kaifiyat yang Rasulullah shollallahu alaihi wa
ala alihi wa sallam melakukannya pada sholat lail dan witir. Dan mungkin untuk ditambah
dengan
bentuk-bentuk yang lain, yaitu dengan mengurangi pada setiap bentuk yang tersebut jumlah
rakaat yang ia kehendaki dan bahkan boleh baginya untuk membatasi dengan satu rakaat saja.
Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla menyebutkan beberapa bentuk lain :
6. Sholat 13 rakaat, yaitu salam pada setiap dua rakaat dan witir satu rakaat.
7. Sholat 8 rakaat dengan salam pada setiap 2 rakaat kemudian ditambah witir 1 rakaat.
8. Sholat 6 rakaat dengan salam pada setiap 2 rakaat kemudian witir 1 rakaat.
9. Sholat 7 rakaat, tidak tasyahhud kecuali pada yang keenam kemudian berdiri sebelum
salam
untuk rakaat ketujuh lalu duduk tasyahhud dan salam.
10. Sholat 7 rakaat dan tidak duduk untuk tasyahhud kecuali di akhirnya.
11. Sholat 5 rakaat dan tidak duduk untuk tasyahhud kecuali di akhirnya.
12. Sholat 3 rakaat, duduk tasyahhud pada rakaat kedua dan salam lalu witir 1 rakaat.
13. Sholat 3 rakaat tidak duduk tasyahhud dan salam kecuali pada rakaat terakhir2.
14. Sholat witir satu rakaat.

Demikian beberapa kaifiyat yang disebutkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Sholatut Tarawih hal.
86-94 (Cet. Kedua) dan Qiyamu Ramadhan hal. 27-30 dan Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla 3/42-
48. Dan Syaikh Al-Albany juga menyebutkan kaifiyat lain yaitu sholat 11 rakaat ; 4 rakaat
sekaligus dengan sekali salam kemudian 4 rakaat dengan sekali salam lalu 3 rakaat.
Sebagaimana dalam hadits
Aisyah radhiyallahu anha riwayat Al-Bukhary dan Muslim :
Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam tidaklah menambah pada (bulan)
Ramadhan dan tidak pula pada selain Ramadhan lebih dari sebelas rakaat. Beliau sholat empat
(rakaat) jangan kamu tanya tentang baiknya dan panjangnya, kemudian beliau sholat empat
(rakaat)n jangan kamu tanya tentang baiknya dan panjangnya kemudian beliau sholat tiga
(rakaat).
Namun ada perbedaan pendapat di kalangan para Ulama tentang kaifiyat ini.
Pendapat Abu Hanifah, Ats-Tsaury dan Al-Hasan bin Hayy boleh melakukan Qiyamul Lail 2
rakaat sekaligus, boleh 4 rakaat sekaligus, boleh enam rakaat sekaligus dan boleh 8 rakaat
sekaligus, tidak salam kecuali di akhirnya. Kelihatannya pendapat ini yang dipegang oleh Syaikh
Al-Albany sehingga beliau menetapkan kaifiyat sholat 11 rakaat ; 4 rakaat sekaligus dengan
sekali salam kemudian 4 rakaat dengan sekali salam lalu 3 rakaat dengan sekali salam.
Dan disisi lain, jumhur Ulama seperti Malik, Asy-Syafiiy, Ahmad, Ishaq, Sufyan Ats-Tsaury,
Ibnul Mubarak, Ibnu Abi Laila, Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan, dan Ibnul Mundzir serta
yang lainnya menghikayatkan pendapat ini dari Ibnu Umar, Ammar radhiyallahu anhuma, Al-
Hasan, Ibnu Sirin, Asy-Syaby, An-Nakhaiy, Said bin Jubair, Hammad dan Al-Auzaiy. Dan
Ibnu Abdil Barr berkata : Ini adalah pendapat (Ulama) Hijaz dan sebahagian (Ulama) Iraq.,
semuanya berpendapat bahwa sholat malam itu adalah dua rakaat-dua rakaat yaitu harus salam
pada setiap dua rakaat. Ini pula pendapat yang dkuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz beserta para
Syaikh anggota Al-Lajnah Ad-Da`imah, dan juga pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin dan lain-
lainnya

sehingga mereka semua menyalahkan orang yang memahami hadits Aisyah di atas dengan
kaifiyat sholat 11 rakaat ; 4 rakaat sekaligus dengan sekali salam kemudian 4 rakaat dengan
sekali salam lalu 3 rakaat, dan menurut mereka pemahaman yang benar adalah bahwa 4 rakaat
dalam hadits itu adalah dikerjakan 2 rakaat 2 rakaat .

Tarjih
Yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat Jumhur Ulama berdasarkan hadits hadits
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma riwayat Al-Bukhary dan Muslim, Rasulullah
shollallahu alaihi waala alihi wa sallam bersabda :

Sholat malam dua (rakaat) dua (rakaat)

Hadits ini adalah berita namun bermakna perintah yaitu perintah untuk melakukan sholat malam
dua dua rakaat. Demikian keterangan Syaikh Ibnu Baz dalam Majmu Fatawa beliau 11/323-
324.
Baca pembahasan tentang masalah di atas dalam : Al-Istidzkar 2/95-98, 104-106, Fathul Bari
4/191-198, Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah 7/199-200 dan Asy-Syarh Al-Mumti 4/18-20.

Dan juga para Ulama berselisih pendapat tentang dua rakaat setelah witir pada kaifiyat no. 4 dan
5, ada tiga pendapat di kalangan ulama :
1. Sunnah dua rakaat setelah witir. Ini pendapat Katsir bin Dhomrah dan Khalid bin Madan.
Dan Al-Hasan dan Abu Mijlaz melakukannya, sedangkan Ibnu Rajab menukil hal tersebut dari
sebahagian orang-orang Hanbaliyah.
2. Ada rukhshoh (keringanan) dalam hal tersebut dan bukan makruh. Ini adalah pendapat Al-
Auzaiy, Ahmad dan Ibnul Mundzir.
3. Hal tersebut Makruh. Ini pendapat Qais bin Ubadah, Malik dan Asy-Syafiiy.
Tarjih
Tentunya dalil-dalil yang menjelaskan tentang kaifiyat itu adalah hujjah yang harus diterima
tentang disyariatkannya sholat dua rakaat setelah witir. Berkata Ibnu Taimiyah : Dan
kebanyakan Ahli Fiqh tidak mendengar tentang hadits ini (yaitu hadits tentang adanya dua
rakaat setelah witir di atas,-pent.), kerena itu mereka mengingkarinya. Dan Ahmad dan
selainnya mendengar (hadits) ini dan mengetahui keshohihannya dan Ahmad memberi
keringanan untuk melakukan dua rakaat ini dan ia dalam keadaan duduk sebagaimana yang
dikerjakan oleh (Nabi) shollallahu alaihi wa sallam. Maka siapa yang melakukan hal tersebut
tidaklah diingkari, akan tetapi bukanlah wajib menurut kesepakatan (para Ulama) dan tidak
dicela orang yang meniggalkannya.
Baca : Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah 23/92-94, Fathul Bari Ibnu Rajab 6/260-264 dan Al-
Mughny 2/281.

1 Yaitu disaksikan oleh malaikat rahmat. Demikian keterangan Imam An-Nawawy dalam Syarah
Muslim 6/34.
2 Tambahan dari penulis dan tidak tertera dalam Al-Muhalla.
3 Artinya : Maha suci Yang Maha berkuasa lagi Yang Maha suci.

Bacaan Dalam Sholat Tahajud


Berkata Syaikh Al-Albany dalam Qiyamu Ramadhan hal. 23-25 : Adapun bacaan dalam
sholat lail pada Qiyam Ramadhan dan selainnya, maka Nabi shollallahu alaihi wa ala
alihi wa sallam tidak menetapkan suatu batasan tertentu yang tidak boleh dilampaui
dengan bentuk tambahan maupun pengurangan. Kadang beliau membaca pada setiap
rakaat sekadar Ya Ayyuhal Muzzammil dan ia (sejumlah) dua puluh ayat dan kadang
sekadar lima puluh ayat. Dan beliau bersabda :
Siapa yang sholat dalam semalam dengan seratus ayat maka tidaklah ia terhitung dalam
orangorang yang lalai

dengan dua ratus ayat maka sungguh ia terhitung dari orang-orang yang Qonit (Khusyu,
panjang sholatnya,-pent.) lagi Ikhlash

Dan beliau shollallahu alaihi wa ala


alihi wa sallam pada suatu malam dan beliau dalam keadaan sakit membaca tujuh (surah) yang
panjang, yaitu surah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa`, Al- Ma`idah, Al-Anam, Al-Araf dan
At-Taubah.

Dan dalam kisah sholat Hudzaifah bin Al-Yaman di belakang Nabi Alaihish Sholatu was Salam
bahwa beliau shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam membaca dalam satu rakaat Al-Baqarah
kemudian An-Nisa kemudian Ali Imran dan beliau membacanya lambat lagi pelan.

Dan telah tsabit (syah, tetap) dengan sanad yang paling shohih bahwa Umar radhiyallahu anhu
tatkala memerintah Ubay bin Kaab sholat mengimami manusia dengan sebelas rakaat dalam
Ramadhan, maka Ubay radhiyallahu anhu membaca dua ratus ayat sampai orang-orang yang di
belakangnya bersandar di atas tongkat karena lamanya berdiri dan tidaklah mereka bubar kecuali
pada awal-awal fajar.

Dan juga telah shohih dari Umar bahwa beliau memanggil para pembaca Al-Qur`an di bulan
Ramadhan kemudian beliau memerintah orang yang paling cepat bacaannya untuk membaca 30
ayat, orang yang pertengahan (bacaannya) 25 ayat dan orang yang lambat 20 ayat.

Dibangun di atas hal tersebut, maka kalau seseorang sholat sendirian disilahkan memperpanjang
sholatnya sesuai dengan kehendaknya, dan demikian pula bila ada yang sholat bersamanya
dari kalangan orang yang sepakat dengannya (dalam memperpanjang,-pent.), dan semakin
panjang maka itu lebih utama, akan tetapi jangan ia berlebihan dalam memperpanjang sampai
menghidupkan seluruh malam kecuali kadang-kadang, dalam rangka mengikuti Nabi shollallahu
alaihi wa ala alihi wa sallam yang bersabda :
Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shollallahu alaihi wa ala alihi
wasallam)

Dan apabila ia sholat sebagai imam maka hendaknya ia memperpanjang dengan sesuatu yang
tidak memberatkan orang-orang di belakangnya, berdasarkan sabda beliau shollallahu alaihi
wa ala alihi wa sallam :

Apabila salah seorang dari kalian Qiyam mengimami manusia maka hendaknya ia
memperingan sholatnya karena pada mereka ada anak kecil, orang besar, pada mereka orang
lemah, orang sakit dan orang yang mempunyai keperluaan. Dan apabila ia Qiyam sendiri maka
hendaknya ia memperpanjang sholatnya sesuai dengan kehendaknya.

Demikian keterangan Syaikh Al-Albany tentang bacaan pada Qiyamul lail, adapun dalam sholat
witir, berikut ini beberapa hadits yang menjelaskannya, diantaranya adalah hadits Ubay bin
Kaab riwayat Imam Ahmad dan lain-lainnya, beliau berkata :

Adalah Rasulullah shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam membaca pada witir dengan
Sabbihisma Rabbikal Ala, Qul Ya Ayyuhal Kafirun dan Qul Huwallahu Ahad. Apabila
beliau salam, belaiu berkata : Subhanal Malikil Quddus3 tiga kali. (Dishohihkan oleh
Syaikh Muqbil dalam Al-JamiAsh-Shohih 2/160-161.)

Dan dalam hadits Abdurrahman bin Abi Abza riwayat Ahmad dan lainnya, beliau berkata :
Sesungguhnya beliau membaca pada witir dengan Sabbihisma Rabbikal Ala, Qul Ya
Ayyuhal Kafirun dan Qul Huwallahu Ahad. Apabila beliau salam, belaiu berkata :
Subhanal Malikil Quddus, Subhanal Malikil Quddus, Subhanal Malikil Quddus. dan beliau
mengangkat suaranya dengan itu . (Dishohihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-JamiAsh-
Shohih 2/161.)

Berdasarkan dua hadits di atas, Ats-Tsaury, Ishaq dan Abu Hanifah menganggap sunnah
membaca tiga surah di atas dalam sholat witir. Imam Malik dan Asy-Syafiiy juga menganggap
sunnah hal tersebut namun mereka dalam rakaat ketiga selain dari surah Al-Ikhlash juga
menganggap sunnah menambahnya dengan surah Al-Falaq dan surah An-Nas. Namun hadits
mengenai tambahan dua surah tersebut dianggap lemah oleh Imam Ahmad, Ibnu Main dan Al-
Uqaily, karena itu seharusnya orang yang sholat witir tiga rakaat hanya terbatas dengan
membaca surah Al-Ikhlash pada rakaat ketiga.

Syaikh Al-Albany dalam Sifat Sholat An-Nabi hal. 122 (Cet. Kedua Maktabah Al-Maarif) juga
menshohihkan hadits bahwa membaca dalam rakaat witir dengan seratus ayat dari An-Nisa`.

Baca : Al-Mughny 2/599-600, Al-Majmu 2/599 dan Syarhus Sunnah 4/98.

Anda mungkin juga menyukai