Anda di halaman 1dari 10

5 Janji Allah Untuk Orang yang Sholat Subuh Tepat Waktu, Nomor 5 Tak

Disangka-Sangka

1. Pahala Seperti SHalat Satu Malam Penuh


Dari Utsman bin Affan RA beliau berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang shalat isya berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah
malam, dan barangsiapa shalat subuh berjamaah maka seaka-akan dia telah melaksanakan
shalat malam satu malam penuh" (HR. Muslim).
Kesimpulan dari hadits di atas adalah, kita akan mendapatkan pahala yang sangat banyak
di sisi Allah SWT.
Pahala tersebut tidak hanya di dunia namun bekal di akhirat kelak. Selain itu, Allah akan
memberikan pertolongan kepada hamba-hambanya yang mengerjakan shalat subuh tepat
waktu,

2. Sebagai Sumber Cahaya di Hari Kiamat


Ketika kiamat datang alam semesta akan hancur dan semua makhluk akan mati.
Saat kita dikumpulkan dipadang Mahsyar untuk menghadapi pengadilan dari Allah SWT,
maka disitulah akan terlihat cahaya dari orang yang mengerjakan shalat lima waktu
diantaranya shalat subuh, ketika hidup di dunia. Cahaya inilah yang akan menerangi
orang-orang yang beriman, yang tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu

3. Dijanjikan Masuk Surga


Tidak ada satu orang pun yang tidak menginginkan untuk masuk ke dalam Surga.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mengerjakan shalat Bardain (yaitu shalat subuh dan ashar), maka ia
akan masuk Surga" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa, ada dua waktu shalat yang mempunyai
keutamaan lebih besar dibanding shalat wajib lainnya. Sebagian ulama berpendapat,
karena dua waktu tersebut adalah waktu yang sulit.

4. Selalu Dalam Lindungan Allah


Tiada perlindungan yang lebih diinginkan oleh seorang hamba melainkan hanya
perlindungan dari Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Barangsiapa yang menunaikan shalat subuh, maka ia
berada dalam jaminan Allah, maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan
janjinya. Barangsiapa yang membunuh orang yang menunaikah shalat subuh, Allah akan
menuntutnya sehingga Allah akan membenamkan mukanya ke dalam neraka" (HR.
Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dapat disimpulkan bahwa, Allah akan memberikan balasan bagi siapapun yang
menghalangi orang lain untuk mengerjakan shalat, terutama shalat subuh.

5. Dapat Melihat Allah SWT


Siapa yang tidak ingin melihat Allah pencipta alam semesta dengan secara langsung.
Sepertinya tidak ada satu manusia beriman pun yang tidak ingin melihat Allah.
Dari Jabir bin Abdullah Ra ia berkata:
"Kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, ketika melihat bulan purnama Rasulullah
berkata, "Sungguh kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan
yang tidak terhalang dalam melihatnya, apabila kalian mampu janganlah kalian menyerah
dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari,
maka lakukanlah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits diatas menyimpulkan bahwa, beruntunglah bagi orang-orang yang beriman dengan
menjaga shalatnya terutama shalat subuh dan ashar
Khutbah Jumat: Jangan Berbangga dengan Dosa

Khutbah I
‫ َو َأْش َهُد َأْن‬، ‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّساَل ُم َع َلى ُمَحَّمٍد َس ِّيِد َو َلِد َع ْدَناَن‬، ‫الَحْم ُد ِهلل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه اَّل ِذ ْي‬، ‫اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن‬
‫ َفَم ْن َت اَب ِم ْن َبْع ِد‬: ‫ اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن‬، ‫ َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن‬، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬،‫َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْعُد‬
‫ُظْلِمِه َو َأْص َلَح َفِإَّن َهَّللا َيُتوُب َع َلْيِهۗ ِإَّن َهَّللا َغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh
berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan,
takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan
menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita,
dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak,
sungguh Allah Maha menutup aib hamba-hamba-Nya. Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan
Allah subhanahu wa ta’ala
Sudah maklum bagi kita semua sebagai hamba Allah, bahwa Tuhan kita memiliki sifat maha
baik, maha pengampun, maha penyayang dan juga Allah menutupi aib para hamba-Nya, baik
di dunia maupun di akhirat kelak. Sudah jelas bagi kita semua, bahwa dalam kitab suci Al-
Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyebut sifat-sifat Allah tadi. Misalnya jamaah
sekalian, sifat Allah maha pengampun dan maha penyayang dapat kita temukan dalam surah
al-Maidah ayat 39:

‫َفَم ْن َتاَب ِم ْن َبْع ِد ُظْلِمِه َو َأْص َلَح َفِإَّن َهَّللا َيُتوُب َع َلْيِهۗ ِإَّن َهَّللا َغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬
Maka siapa pun yang bertobat sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka
sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Al-Quran surah al-Maidah ayat 39) Terkait kemurahan Allah dalam
mengampuni dan menyayangi para hamba-Nya bahkan lebih besar daripada siksaan yang
ditimpakan apabila berbuat dosa. Itulah kemurahan ampunan Allah. Luas dan tidak memiliki
batas. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disebutkan mengenai
ampunan Allah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َفَيْسَتْغ ِفُروَن َهَّللا َفَيْغ ِفُر َلُهْم‬، ‫ َو َلَج اَء ِبَقْو ٍم ُيْذ ِنُبوَن‬، ‫َو اَّلِذ ي َنْفِس ي ِبَيِدِه َلْو َلْم ُتْذ ِنُبوا َلَذ َهَب ُهَّللا ِبُك ْم‬
Artinya,“Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa, Allah
akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun
minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (Hadits riwayat Imam Muslim
Jamaah sekalian, maksud hadits yang barusan disebutkan ialah menegaskan bahwa ampunan
Allah begitu luas dan besar, sehingga perumpamaannya dibuat sedemikian rupa sebagaimana
hadits tadi. Namun jangan sekali-kali kita maknai hadits di atas menjadi sebuah tanda
legalitas untuk kita melakukan suatu dosa. Itu tidaklah benar. Jamaah yang dirahmati Allah
subhanahu wa ta’ala... Seorang hamba yang berbuat dosa sebagaimana ayat dan hadits di atas
akan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Lagi-lagi hal ini karena merupakan keluasan
rahmat Allah ta’ala atas hamba-hamba-Nya. Akan tetapi, Allah tidak mentoleransi seorang
hamba yang berbuat dosa kemudian ia memamerkan dosa yang ia lakukan kepada orang lain
atau khalayak umum. Bagaimana tidak membuat Allah murka, ia telah berbuat dosa,
kemudian Allah tutupi aibnya itu di dunia, bahkan di akhirat kelak rahmat Allah pun masih
dilimpahkan kepadanya, namun apa yang ia perbuat? Alih-alih menyesal ia malah bangga
dengan perbuatan dosanya. Tidak hanya bangga, ia memamerkan dosa yang ia lakukan
dengan menceritakannya kepada orang lain. Bahkan di era media sosial, perbuatan dosanya
pun ia unggah di akunnya supaya orang-orang tahu. Herannya ia melakukan hal itu dengan
bangganya, di saat Allah memberinya kesempatan untuk bertobat. Terkait hal ini terdapat
suatu riwayat hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َيا ُفاَل ُن‬: ‫ُثَّم ُيْص ِبَح َو َقْد َس َتَرُه ُهَّللا َع َلْيِه َفَيُقوَل‬ ‫ َو ِإَّن ِم ْن اْلُمَج اَهَر ِة َأْن َيْع َم َل الَّرُجُل ِبالَّلْيِل َع َم اًل‬، ‫ُك ُّل ُأَّمِتي ُمَع اًفى ِإاَّل اْلُمَج اِهِريَن‬
‫ َو ُيْص ِبُح َيْك ِش ُف ِس ْتَر ِهَّللا َع ْنُه‬،‫َباَت َيْس ُتُر ُه َر ُّبُه‬ ‫ َو َقْد‬،‫َع ِم ْلُت اْلَباِر َح َة َك َذ ا َو َك َذ ا‬
Artinya, “Seluruh umatku diampuni kecuali al-mujaahirun (orang yang melakukan al-
mujaaharah). Dan termasuk bentuk al-mujaaharah adalah seseorang berbuat dosa pada malam
hari, kemudian di pagi hari Allah telah menutupi dosanya namun dia berkata, “Wahai fulan
semalam aku telah melakukan dosa ini dan itu.” Allah telah menutupi dosanya di malam hari,
akan tetapi di pagi hari dia membuka kembali dosa yang telah ditutup oleh Allah tersebut.”
(Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim) Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
subhanahu wa ta’ala Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nashaihul’Ibad pernah
menyinggung terkait hal ini. Beliau menyebut dalam maqalah kesepuluh:

‫ بل أخذوا منها قدر ض\\رورتهم) َم ْن َأْذ َنَب‬،‫َو (المقالة العاشرة) َع ْن َبْع ِض الُز َّهاِد (وهم الذين احتقروا الدنيا ولم يبالوا بها‬
‫َذْنًبا (أي تحّم له) َو ُهَو َيْض َح ُك (أي والحال أنه يفرح بتحّم له) َفِإَّن َهللا ُيْد ِخ ُلُه الَناَر َو ُه َو َيْبِكى (ألن حقه أن يندم ويستغفر هللا‬
‫تعالى لذلك) َو َم ْن َأَطاَع َو ُهَو َيْبِك ى (حياًء من هللا تعالى وخوفا منه تعالى على تقصيره في تلك الطاعة) َفِإَّن َهللا ُيْد ِخ ُل ُه الَج َّن َة‬
‫‪َ.‬و ُهَو َيْض َح ُك (أي يفرح غاية الفرح لحصول مطلوبه وهو عفو هللا تعالى‬

‫‪Artinya: “Maqalah yang kesepuluh, diambil dari sebagian ahli zuhud, yakni orang yang tidak‬‬
‫‪begitu memedulikan kehidupan dunia dan hanya mengambil cukup pada apa yang sangat‬‬
‫‪mereka butuh kan, mereka berkata: “Siapa pun yang berbuat dosa sementara dia tertawa atau‬‬
‫‪merasa senang dan bangga dengan dosa yang dia tanggung, maka kelak Allah akan‬‬
‫‪memasukkannya ke neraka dalam keadaan menangis. Karena seharusnya dia menyesal dan‬‬
‫‪beristigfar pada Allah subhanahu wa ta’ala karena dosanya itu. Dan siapa pun yang taat‬‬
‫‪kepada Allah dan menangis karena malu dan takut karena kelalaiannya dalam ketaatan, maka‬‬
‫‪Allah akan memasukkannya ke surga sedang ia tertawa sebab mendapatkan tujuannya yaitu‬‬
‫‪pengampunan Allah ta’ala.” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Semoga kita semua‬‬
‫‪menjadi seorang hamba yang istiqamah dalam menapaki jalan ketakwaan kepada Allah.‬‬
‫‪Tidak ada kuasa untuk kita menjaga ketakwaan selain karena adanya hidayah Allah kepada‬‬
‫‪kita. Selain itu mari kita berdoa supaya dihindari dari sifat bangga terhadap kemaksiatan dan‬‬
‫‪dosa yang kita lakukan, sehingga akan menimbulkan kemurkaan Allah atas kita semua.‬‬

‫َباَر َك هللا ِلي َو َلُك ْم ِفي ْالُقْر آِن ْالَعِظ ْيِم َو َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم ْن آَيِة َوِذ ْك ِر اْلَحِكْيِم ‪َ .‬أُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َفأْسَتْغ ِفُر َهللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُه َو‬
‫الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫اْلَحْم ُد ِهَّلِل َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل ُثَّم اْلَحْم ُد ِهَّلِل‪َ .‬أْش َهُد أْن آل إَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِريَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد أَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي اَل َنِبّي‬
‫بعَد ُه‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َنِبِّيَنا ُمَحَّم ٍد َو َع َلى َأِل ِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َي ْو ِم الِقَياَم ِة َأَّم ا َبْع ُد‪َ ،‬فَي ا َأُّيَه ا الَّن اُس‬
‫ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن ‪َ .‬فَقاَل ُهللا َتَع اَلى‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَت ُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪ٰ ،‬ي َأ ُّيها اَّل ِذ ْيَن آَم ُن ْو ا َص ُّلْو ا‬
‫َع َلْي ِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‪َ .‬الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ٍد ‪ .‬اللُهَّم اْغ ِف ْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو ْالُم ْؤ ِم َن اِت َو ْالُم ْس ِلِم ْيَن‬
‫َو ْالُم ْس ِلَم اِت‪َ ،‬اَأْلْح ياِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْم َو اِت‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء والُقُرْو َن َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفَتِن َو ْالِمَح َن َم ا َظَه َر‬
‫ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن َع ْن َبَلِد َنا ِإْنُدوِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَداِن ْالُم ْس ِلِم ْيَن عاَّم ًة َيا َر َّب ْالَع اَلِم ْيَن الَّلُهَّم َأِرَنا اْلَح َّق َح ًّق ا َو اْر ُز ْقَن ا اِّتَباَع ُه‬
‫َو َأِر َنا اْلَباِط َل َباِط اًل َو اْر ُز ْقَنا اْج ِتَناَبُه‪َ .‬ر َّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفى ْاآلِخ َرِة َح َس َنًة َوِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر ‪َ .‬و َاْلَحْم ُد ِهّٰلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَن‬
‫ٍعَب اَد ِهللا‪ِ ،‬إَّن َهللا َي ْأُم ُر ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتاِء ِذ ي ْالُق ْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شاِء َو ْالُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذَّك ُرْو َن ‪،‬‬
‫َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ ،‬و اْشُك ُرْو ُه َعلَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم ‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬
Khutbah Jumat: Luangkan Waktu untuk Ibu
Khutbah pertama
‫ِإّن اْلَحْم َدِ ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه َو َنُعْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو َس ّيَئاِت َأْع َم اِلَنا َم ْن َيْه ِدِه ُهللا َفَال ُمِض ّل َل ُه َو َم ْن ُيْض ِلْل‬
‫َفَال َهاِدَي َلُه‬
‫ َوَو َّص ۡی َنا ٱِإۡل نَس ٰـَن ِبَٰو ِلَد ۡی ِه َح َم َلۡت ُه ُأُّم ۥُه َو ۡه ًنا َع َلٰى َو ۡه ٍن َو ِفَصٰـ ُل ۥُه ِفی َع اَم ۡی ِن َأِن ٱۡش ُكۡر ِلی َو ِلَٰو ِل َد ۡی َك‬: ‫الحمد هلل رب العالمين القائل‬
‫ِإَلَّی ٱۡل َم ِص یُر‬
‫َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإّال ُهللا َو َأْش َهُد َأّن ُمَحّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫َو الَّص َالُة َو الَّسَالُم َع َلى َأْش َر اِف اَألْنِبَياِء َو المْر َسِلْيَن َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬
‫أما بعُد فيا عباد هللا أوصيكم وإّياي نفسي بتقوى هللا حّق تقاته فقد فاز المتقون‬.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insyaAllah selalu berada dalam naungan rahmat Allah
SWT
Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita karunia iman dan Islam; nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan
kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam
keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.
Sebuah pujian yang hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdu lillah; segala puji hanya milik
Allah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia
untuk merasa berjasa, karena sejatinya segala pujian hanya milik-Nya semata.
Dan khotib mengajak dirinya sendiri serta jamaah sekalian untuk terus menguatkan
ketaqwaan kepada Allah SWT.

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)
Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT


Dalam khutbah Jumat yang singkat ini, mari kita merenung sejenak sejauh mana kita telah
berbakti kepada orang tua kita, khususnya ibu kita.

‫َو َو َّصْيَنا اِاْل ْنَس اَن ِبَو اِلَد ْيِۚه َح َم َلْتُه ُاُّم ٗه َو ْهًنا َع ٰل ى َو ْهٍن َّوِفَص اُلٗه ِفْي َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَد ْيَۗك ِاَلَّي اْلَم ِص ْيُر‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.
Hanya kepada Aku kembalimu.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,


Dalam kesempatan khutbah Jumat ini, kita akan melihat tiga peristiwa dari sekian banyak
peristiwa, yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.
Yang pertama; adalah peristiwa saat Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi.
Sungguh adalah sebuah peristiwa yang sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S.
tanpa seorang ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.
Namun kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada Maryam.
Digambarkan dalam surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:
Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya.
Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang
sangat mungkar.
Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai
dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih
bayi. Lalu Nabi Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32

‫ۙ َقاَل ِاِّنْي َع ْبُد ِهّٰللاۗ ٰا ٰت ِنَي اْلِكٰت َب َو َجَع َلِنْي َنِبًّيا‬


‫ۖ َّوَجَع َلِنْي ُم ٰب َر ًك ا َاْيَن َم ا ُكْنُۖت َو َاْو ٰص ِنْي ِبالَّص ٰل وِة َو الَّز ٰك وِة َم ا ُد ْم ُت َح ًّيا‬
‫َّوَبًّر ۢا ِبَو اِلَد ِتْي َو َلْم َيْج َع ْلِنْي َج َّباًرا َش ِقًّيا‬
Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang Nabi.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Mari kita garis bawahi bahwa dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan
lisan Nabi Isa A.S. untuk mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku.
Dan penjelasan ini datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan
shalat dan menunaikan zakat.
Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu adalah bukti dari kemuliaan
seseorang dan keimanannya kepada Allah SWT.
Peristiwa yang kedua; saat Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus.
Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. harus meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang
masih bayi bersama ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus.
Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi
Ibrahim A.S. mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasra
Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mencari air dari Shafa ke Marwa,
hingga 7 kali ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air
Zamzam muncul di tanah dekat kaki Nabi Ismail.
Yang luar biasa adalah, peristiwa seorang ibu ini, yang berusaha untuk mencari air untuk
putranya, diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang
disebut sa’i.
Maka siapapun yang telah menunaikan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat
kebesaran Allah dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar
perjuangan seorang ibu.
Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT
Saat Fir’aun sedang mencanangkan untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu
Nabi Musa A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi.

Namun dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.

‫َو َاْو َح ْيَن آ ِآٰلى ُاِّم ُم ْو ٰٓس ى َاْن َاْر ِض ِع ْيِۚه َف ِاَذ ا ِخ ْفِت َع َلْي ِه َفَاْلِقْي ِه ِفى اْلَيِّم َو اَل َتَخ اِفْي َو اَل َتْح َز ِنْي ۚ ِاَّن ا َر ۤا ُّد ْو ُه ِاَلْي ِك َو َج اِع ُلْو ُه ِم َن‬
‫اْلُم ْر َس ِلْيَن‬

Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir
terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan
(pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya salah seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7)
Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un.
Dan karena bayi tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah
mengembalikan bayi tersebut ke pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya.
Kita lihat betapa sentral peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan
hingga Allah memberikan ilham padanya.
Semua peristiwa di atas sangat jelas menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada
seorang Ibu.
Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya
itu, cinta Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.
Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah selalu memberi kita taufiq dan hidayah-
Nya.

‫َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َو اْسَتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر الُم ْس ِلِم ْيَن ِإَّنُه ُهَو الَسِم ْيُع الَعِلْيُم‬

Khutbah Kedua

،‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك ل\\ه‬،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
‫وأشهد أَّن محّم دًا عبده ورسولُه‬
‫َاَّم ا َبْعُد‬

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,


Dalam khutbah pertama tadi, dari tiga peristiwa tadi, sangat jelaslah betapa kedudukan Ibu
sangatlah tinggi dan menghormatinya adalah bukti keimanan kita dan tanda akan kemuliaan
seseorang. Tentunya masih banyak lagi peristiwa agung lainnya dalam sejarah Islam yang
menunjukkan keutamaan seorang ibu.

Dan mari kita ingat Hadits Rasulullah SAW

.” ‫ َقاَل َقاَل َر ُجٌل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َم ْن َأَح ُّق ِبُحْس ِن الُّص ْح َبِة َقاَل “ ُأُّم َك ُثَّم ُأُّم َك ُثَّم ُأُّم َك ُثَّم َأُبوَك ُثَّم َأْدَناَك َأْدَناَك‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة‬

Dalam Kitab Sahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seorang sahabat bertanya
kepada Rasulullah SAW, siapa yang paling berhak untuk aku berbakti? Rasulullah SAW
berkata; Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang-orang yang terdekat
denganmu.”

Maka, luangkanlah waktu untuk berbakti kepada ibumu. Bahkan, jadikanlah itu menjadi
prioritas waktumu. Jadikanlah berbakti kepada ibu sebagai kesempatan untuk meraih ridho-
Nya dan mendapatkan keutamaan pahalanya.
‫َفَياَا ُّيَهاالَّناُس !! ِاَّتُقوا َهللا َتَع الَى ‪َ .‬و َذ ُرواْلَفَو اِحَش َم ا َظَهَر منها َو َم ا َبَطْن ‪َ .‬و َح اِفُظْو ا َعلَى الَّطاَع ِة َو ُحُض ْو ِر اْلُج ْمَع ِة َو اْلَج َم اَع ِة‪.‬‬
‫َو اْعَلُم ْو ا َاَّن َهللا َاَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِسِه‪َ .‬و َثَّنى ِبَم َالِئَك ِة ُقْد ِسِه‪َ .‬فَقاَل َتَع الَى َو َلْم َيَزْل َقاِئًالَع ِلْيًم ا‬
‫ِاَّن َهللا َو َم َالِئَك َتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبْى َيَا ُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد ‪َ .‬و َباِر ْك َع َلى ُمَحَّم ٍد َو َع َلى‬
‫آِل ُمَحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬
‫اللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو المْس ِلَم اِت َو المْؤ ِمِنْيَن َو المْؤ ِم َناِت اَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَألْم َو اِت ِإَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُمِج ْيُب الَّدْع َو ِة‬
‫َر َّبَنا اَل ُتِزْغ ُقُلوَبَنا َبْع َد ِإْذ َهَدْيَتَنا َو َهْب َلَنا ِم ْن َلُد ْنَك َر ْح َم ًة ِإَّنَك َأْنَت اْلَو َّهاُب‬
‫الَّلُهَّم ِإَّنا َنْس َأُلَك الُهَدى َو الُّتَقى َو الَع َفاَف َو الِغ َنى‬
‫َر بنا َأْد ِخ ْلنا ُم ْدَخ َل ِص ْد ٍق َو َأْخ ِر ْج نا ُم ْخ َر َج ِص ْد ٍق َو اْج َع ْل لنا ِم ْن َلُد ْنَك ُس ْلَطاًنا َنِص يًرا‬
‫الَّلُهَّم َأْح ِس ْن َعاِقَبَتَنا ِفى اُألُم وِر ُك ِّلَها َو َأِج ْر َنا ِم ْن ِخ ْز ِى الُّد ْنَيا َو َع َذ اِب اآلِخ َرِة‬
‫َر َّبَنا َهْب َلَنا ِم ْن َأْز َو اِج َنا َو ُذ ِّرَّياِتَنا ُقَّرَة َأْع ُيٍن َو اْج َع ْلَنا ِلْلُم َّتِقيَن ِإَم اًم ا‬
‫َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َوِفي اآْل ِخَر ِة َحَس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫َو َص َّلى ُهللا َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن ‪ُ.‬سْبَح اَن َر ِّبَك َر ِّب اْلِع َّز ِة َع َّم ا َيِص ُفْو َن ‪َ .‬و َس َالٌم َع َلى اْلُم ْر َسِلْيَن ‪َ .‬و اْلَحْم ُد‬
‫‪ِ.‬هّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬
‫عباد هللا‪ ،‬إن هللا يأمر بالعدل واإلحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون‪.‬‬
‫‪.‬فاذكروا هللا العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم وادعوه يستجب لكم ولذكر هللا أكبر‬
‫أقم الصالة‬

Anda mungkin juga menyukai