Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN KETUJUH

WUDHU

(‫في الوضوء وهو المسمى بالمطهر الرافع والمعتمد أنه معقول المعنى ألن الصالة )فصل‬
‫مناجاة الرب تعالى فطلب التنظيف ألجلها وإنما اختص الرأس بالمسح لستره غالبًا‬
‫فاكتفى فيه بأدنى طهارة وخصت األعضاء األربعة بذلك أل ا محل اكتساب الخطايا أو‬
‫ألن آدم مشى إلى الشجرة برجليه وتناول منها بيديه وأكل منها بفمه ومس رأسه ورقها‬
Fasal ini menjelaskan tentang wudhu.
Wudhu disebut dengan mutohir rofik (bersuci yang mensucikan serta yang menghilangkan hadas).
Menurut pendapat mu’tamad, wudhu adalah ibadah yang ma’qul ma’na atau dapat diketahui hikmah
disyariatkannya, yaitu bahwa sholat adalah aktivitas ibadah bermunajat atau berbisik-bisik kepada
Allah, sehingga dituntut untuk membersihkan diri karenanya, yaitu dengan berwudhu.

Manfaat secara umum

KEUTAMAAN WUDH
Wudhu adalah salah satu amalan dan ibadah yang fadhilahnya sangat luar biasa.keistimewaan ini
hanya Allah berikan kepada umat Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Diantara fadhilah wudhu ialah bahwa
wudhu bisa mensucikan sang mutawadhdhi’ (orang yang wudhu) dari kesalahan dan dosa,serta
membersihkan anggota tubuh yang dibasuhnya dari kotoran-kotoran yang menempel.

‫ رواه مسلم‬. ‫قال النبي ﷺ من توضأ وأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتي تخرج من تحت أظفاره‬

Nabi Muhammad ‫ﷺ‬:”Barang siapa berwudhu dan membaguskan wudhunya (menyempurnakan


wudhu dengan memperhatikan fardhu dan sunah-sunahnya),maka keluarlah dosa-dosa dari
jasadnya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya”.(HR Muslim).

: ‫” من توضأ فأحسن وضوءه ثم قال‬: ‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬:‫عن عمر بن الخطاب رضي هللا عبه قال‬
, ‫أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له وأن محمدا عبده ورسوله أللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهرين‬
‫(( رواه التر ميذي‬. ” ‫فتحت أبواب الجنة الثما نية يدخلها من أيها شاء‬

Dari Umar Bin Alkhoththob RA berkata:Bahwa Rasululah ‫ ﷺ‬bersabda:” Barang siapa berwudhu
lalu membaguskan wudhunya,kemudian setelah itu membaca Asyhadu anlaa ilaaha illaalloh…..dst
(Artinya Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah,satu,tiada sekutu bagi-Nya,dan saya bersaksi bahwa
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah hamba dan utusan-Nya.Ya Allah jadikanlah aku sebagian dari orang-
orang yang bertaubat,dan bagian dari orang-orang yang mensucikan diri),maka dibukalah pintu
surga yang delapan yang dapat ia masuki darimanapun pintu yang ia kehendaki”.(HR
Attirmidzi :55).

Dari utsman ibn affan ra berkata, aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : Mana-mana hamba
yang berwudhu dgn sempurna yakni membasuh smua anggota wudhu tiga kali – tiga kali dengan
baik, Allah SWT mengampunkan baginya dosa-dosa terdahulu dan akan datang (rawahulbazaru
warijaluhu mautsiquuna wa haditsu hasan)

Dari ibn ‘umar ra meriwayatkan bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda “barangsiapa berwudhu dgn membasuh
sekali saja pada tiap-tiap anggota wudhu, maka dia telah menyempurnakan perkara yang wajib
keatasnya. Barangsiapa yang membasuh dua kali- dua kali pada setiap anggota wudhunya, dia
mendapat bagian pahala ganjarannya. Barangsiapa yang membasuh tiga kali-tiga kali pada setiap
wudhunya, maka ini adalah wudhu’ku dan wudhu’ para ambiya sebelumku (HR musnad ahmad
2/97)

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- berkata,

‫َأَّن َر ُس وَل ِهَّللا ﷺ َأَت ى اْلَم ْق ُبَر َة َفَقاَل الَّس اَل ُم َع َلْي ُك ْم َد اَر َقْو ٍم ُم ْؤ ِمِنيَن َو ِإَّن ا ِإْن َش اَء ُهَّللا ِبُك ْم اَل ِحُقوَن َو ِدْد ُت َأَّن ا َقْد َر َأْي َن ا ِإْخ َو اَنَن ا‬
‫َقاُلوا َأَو َلْس َن ا ِإْخ َو اَن َك َي ا َر ُس وَل ِهَّللا َقاَل َأْنُتْم َأْص َح اِبي َو ِإْخ َو اُنَن ا اَّلِذيَن َلْم َي ْأُتوا َبْع ُد َفَقاُلوا َك ْيَف َت ْع ِر ُف َم ْن َلْم َي ْأِت َبْع ُد ِمْن ُأَّم ِتَك‬
‫َي ا َر ُس وَل ِهَّللا َفَقاَل َأَر َأْي َت َلْو َأَّن َر ُج اًل َلُه َخ ْي ٌل ُغ ٌّر ُمَح َّج َلٌة َبْي َن َظ ْهَر ْي َخ ْي ٍل ُدْه ٍم ُبْه ٍم َأاَل َيْع ِر ُف َخ ْي َلُه َقاُلوا َب َلى َي ا َر ُس وَل ِهَّللا‬
‫َقاَل َفِإَّن ُهْم َي ْأُتوَن ُغًّر ا ُمَح َّج ِليَن ِمْن اْلُو ُضوِء َو َأَن ا َفَر ُط ُهْم َع َلى اْلَح ْو ِض َأاَل َلُيَذ اَد َّن ِر َج اٌل َع ْن َح ْو ِض ي َك َم ا ُيَذ اُد اْلَب ِعيُر الَّض اُّل‬
‫ُأَن اِديِهْم َأاَل َه ُلَّم َفُيَقاُل ِإَّن ُهْم َقْد َب َّد ُلوا َبْع َد َك َفَأُقوُل ُسْح ًقا ُسْح ًقا‬

“Rasulullah - ‫ ﷺ‬- pernah mendatangi pekuburan seraya bersabda, “Semoga keselamatan bagi
kalian wahai rumah kaum mukminin. Aku sangat ingin melihat saudara-saudara kami”. Mereka
(para sahabat) berkata, “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda, “Kalian adalah para sahabatku. Sedang saudara kami adalah orang-orang yang belum
datang berikutnya”. Mereka berkata, “Bagaimana anda mengenal orang-orang yang belum datang
berikutnya dari kalangan umatmu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagaimana pandanganmu
jika seseorang memiliki seekor kuda yang putih wajah, dan kakinya diantara kuda yang hitam
pekat. Bukankah ia bisa mengenal kudanya”. Mereka berkata, “Betul, wahai Rasulullah”. Beliau
bersabda, “Sesungguhnya mereka (umat beliau) akan datang dalam keadaan putih wajah dan
kakinya karena wudhu’. Sedang aku akan mendahului mereka menuju telaga. Ingatlah, sungguh
akan terusir beberapa orang dari telagaku sebagaimana onta tersesat terusir. Aku memanggil
mereka, “Ingat, kemarilah!!” Lalu dikatakan (kepadaku), “Sesungguhnya mereka melakukan
perubahan setelahmu”. Lalu aku katakan, “Semoga Allah menjauhkan mereka”. [HR. Muslim
dalam Ath-Thoharoh, bab: Istihbab Itholah Al-Ghurroh (583)]

“Barangsiapa yang lebih banyak sujudnya atau wudhu’nya di dunia, maka wajahnya nanti akan
lebih bercahaya dan lebih berseri dibandingkan selain dirinya. Maka mereka (kaum mukminin)
nanti disana akan bertingkat-tingkat sesuai besarnya cahaya”. [Lihat Faidhul Qodir (2/232

Setan senantiasa mengintai dan mengawasi kita. Bahkan ia selalu mencari jalan untuk
menjauhkan kita dari kebaikan yang telah digariskan oleh Allah dan rasul-Nya. Diantara makar
setan, ia membuat buhul pada seorang diantara kita saat kita tidur agar kita berat bangun
beribadah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫َيْع ِقُد الَّش ْي َط اُن َع َلى َقاِفَي ِة َر ْأِس َأَح ِد ُك ْم ِإَذ ا ُه َو َن اَم َثَالَث ُع َقٍد َيْض ِر ُب ُك َّل ُع ْق َدٍة َع َلْي َك َلْي ٌل َط ِو يٌل َفاْر ُقْد َفِإْن اْس َت ْي َقَظ َفَذ َك َر َهَّللا‬
‫اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة َفِإْن َت َو َّض َأ اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة َفِإْن َص َّلى اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة َفَأْص َبَح َن ِش يًط ا َط ِّيَب الَّن ْف ِس َو ِإاَّل َأْص َبَح َخ ِبيَث الَّن ْف ِس َك ْس اَل َن‬

“Setan membuat tiga ikatan pada tengkuk seorang diantara kalian jika ia tidur. Setan akan
memukul setiap ikatan itu (seraya membisikkan), “Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah”.
Jika ia bangun seraya menyebut Allah (berdzikir), maka terlepaslah sebuah ikatan. Jika ia
berwudhu’, maka sebuah ikatan yang lain terlepas. Jika ia sholat, maka sebuah ikatan akan
terlepas lagi. Lantaran itu, ia akan menjadi bersemangat lagi baik jiwanya. Jika tidak demikian,
maka ia akan jelek jiwanya lagi malas”. [HR. Al-Bukhoriy (1142 & 3269) dan Muslim (1816)]

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫َم ْن َت َو َّض َأ َفَأْح َس َن اُلوُضْو َء َخ َر َج ْت َخ َط اَي اُه ِمْن َج َس ِدِه َح َّت ى َتْخ ُرَج ِمْن َت ْح ِت َأْظ َفاِر ِه‬

"Barang siapa yang berwudhu lalu ia baguskan wudhunya, maka kesalahannya akan
keluar dari tubuhnya hingga dosanya keluar dari bawah kuku- kukunya" (HR Muslim
245)
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ َفَم ْن اْس َت َط اَع ِم ْنُك ْم َأْن ُيِط ْي َل ُغ َّر َت ُه َفْلَي ْف َع ْل‬, ‫ِإَّن ُأَّمِتي ُيْد َع ْو َن َي ْو َم اْلِقَياَمِة ُغ ًّر ا ُم َح َّج ِلْي َن ِمْن آَث اِر اْلُو ُضْو ِء‬

"Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dalam keadaan putih
bercahaya disebabkan bekas wudhu, barang siapa diantara kalian bisa
memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan" (HR Bukhari no.136, Muslim
no.246, an-Nasai no.150, Ibnu Majah no.4282, Malik no.64 dan Ahmad no.2446)

Kulit merupakan organ yang terbesar di tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh
serta melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu
tubuh, fungsi ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori ) dan
media komunikasi antar sel syaraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan secara tekanan.
Begitu besar fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan
kelembaban. Bersuci merupakan salah satu metode menjaga kestabilan tersebut khususnya
kelembaban kulit. Kalau kulit sering kering akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit
terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan bersuci berarti terjadinya proses peremajaan dan
pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang tubuh yang berhubungan dengan
dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga). Seperti kita ketahui kulit merupakan
tempat berkembangnya banyak kuman dan flora normal, diantaranya Staphylococcus
epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Mycobacterium sp (penyakit
TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung terdapat kuman Streptococcus pneumonia
(penyakit pneumoni paru), Neisseria sp, Hemophilus.

Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫َم ا ِم ْنُك ْم ِمْن َأَح ٍد َي ْق َر ُب َو ُض وَءُه ُثَّم َي َت َمْض َمُض َو َيْس َتْن ِش ُق َو َي ْنَت ِثُر ِإاَّل َخ َّر ْت َخ َط اَي اُه ِمْن َفِمِه َو َخ َي اِش يِمِه َمَع اْلَماِء ِحيَن‬
‫ ُثَّم َي ْغ ِس ُل َي َد ْي ِه ِإَلى اْلِم ْر َفَقْي ِن‬، ‫ ُثَّم َي ْغ ِس ُل َو ْج َه ُه َك َم ا َأَمَر ُه ُهَّللا َت َع اَلى ِإاَّل َخ َّر ْت َخ َط اَي ا َو ْج ِه ِه ِمْن َأْط َر اِف ِلْح َي ِتِه َمَع اْلَماِء‬، ‫َي ْنَت ِثُر‬
‫ ُثَّم َي ْغ ِس ُل َقَد َمْي ِه‬، ‫ ُثَّم َيْم َس ُح َر ْأَس ُه ِإاَّل َخ َّر ْت َخ َط اَي ا َر ْأِس ِه ِمْن َأْط َر اِف َش َع ِر ِه َمَع اْلَماِء‬،‫ِإاَّل َخ َّر ْت َخ َط اَي ا َي َد ْي ِه ِمْن َأْط َر اِف َأَن اِمِلِه‬
‫ ُثَّم َي ُقوُم َفَيْح َم ُد َهَّللا َع َّز َو َج َّل َو ُيْث ِني‬، ‫ِإَلى اْلَك ْع َبْي ِن َك َم ا َأَمَر ُه ُهَّللا َع َّز َو َج َّل ِإاَّل َخ َّر ْت َخ َط اَي ا َقَد َمْي ِه ِمْن َأْط َر اِف َأَص اِبِعِه َمَع اْلَماِء‬
‫ ُثَّم َيْر َك ُع َر ْك َع َت ْي ِن ِإاَّل َخ َر َج ِمْن ُذ ُنوِبِه َك َهْي َئ ِتِه َيْو َم َو َلَد ْت ُه ُأُّم ُه‬،‫َع َلْي ِه ِباَّلِذي ُه َو َلُه َأْه ٌل‬
“Tidaklah seorang pun dari kalian yang mendekati wudhunya, kemudian berkumur, menghirup air,
dan melepaskannya, kecuali akan keluar kesalahan-kesalahan dari mulut dan hidungnya bersama air.
Kemudian, tidaklah ia membasuh wajah sebagaimana yang diperintahkan Allah kecuali kesalahan-
kesalahan wajahnya akan keluar dari ujung-ujung jenggotnya bersama air. Kemudian tidaklah ia
mencuci kedua tangannya hingga siku kecuali kesalahan-kesalahan tangannya akan keluar dari ujung
jari-jarinya. Kemudian, tidaklah ia mengusap rambutnya kecuali kesalahan-kesalahan kepalanya akan
keluar dari ujung-ujung rambutnya bersama air. Kemudian, tidaklah iamembasuh kedua kakinya
hingga dua mata kaki, sebagaimana yang diperintahkan Allah, kecuali kesalahan-kesalahan telapak
kaki akan keluar dari ujung jari-jarinya bersama air. Kemudian, tidaklah ia berdiri dan mengucap
hamdalah dan memuji Allah dengan pujian yang pantas untuk-Nya, kemudian shalat dua rakaat,
kecuali ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti pada saat dilahirkan oleh ibunya,” (HR. Ahmad).
Bahkan, orang yang tidur dalam keadaan suci, disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah,
didoakan dan dimintakan ampunan oleh malaikat. Sedangkan doa malaikat termasuk doa yang
mustajab.
Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫َم ْن َب اَت َط اِه ًر ا ِفي ِش َع اٍر َط اِه ٍر َب اَت َمَع ُه َم َلٌك ِفي ِش َع اِر ِه َفاَل َيْس َت ْي ِقُظ َس اَع ًة ِمَن الَّلْي ِل ِإاَّل َقاَل اْلَم َلُك الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلَع ْب ِدَك ُفاَل ٍن‬
‫َفِإَّن ُه َب اَت َط اِه ًر ا‬
“Siapa saja yang bermalam dengan keadaan suci dalam syiar yang suci, maka satu malaikat bermalam
bersamanya dalam syiar tersebut. Dan tidaklah dia terbangun satu saat pun di waktu malam kecuali
malaikat tadi berdoa: Ya Allah, ampunilah hamba-Mu, fulan. Sebab, ia tidur dalam keadan suci” (HR.
Ibnu Hibban).
Orang yang tidur juga digambarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang memiliki
beberapa belenggu. Namun, jika ia terbangun dan berwudhu, maka belenggu-belenggu tersebut akan
terlepas. Malahan, apa pun yang hajat dan keinginannya akan terkabul. Demikian yang dikabarkan
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ َو ِإَذ ا‬،‫ اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة‬،‫ َفِإَذ ا َو َّض َأ َي َد ْي ِه‬،‫َر ُج اَل ِن ِمْن ُأَّم ِتي َي ُقوُم َأَح ُدُه َم ا ِمَن الَّلْي ِل َفُيَع اِلُج َن ْف َس ُه ِإَلى الَّط ُهوِر َو َع َلْي ِه ُع َقٌد َفَي َت َو َّض ُأ‬
‫ َفَي ُقوُل الَّر ُّب ِلَّلِذيَن َو َر اَء‬،‫ اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة‬،‫ َو ِإَذ ا َو َّض َأ ِر ْج َلْي ِه‬،‫ اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة‬،‫ َو ِإَذ ا َمَس َح َر ْأَس ُه‬،‫ اْن َح َّلْت ُع ْق َد ٌة‬،‫َو َّض َأ َو ْج َه ُه‬
‫ َم ا َس َأَلِني َع ْب ِدي َه َذ ا َفُهَو َلُه‬،‫ اْن ُظ ُر وا ِإَلى َع ْب ِدي َه َذ ا ُيَع اِلُج َن ْف َس ُه‬: ‫اْلِحَج اِب‬
“Dua orang laki-laki dari umatku dimana salah seorangnya bangun malam dan membawa dirinya
untuk bersuci, sementara dia terbelenggu beberapa belenggu, kemudian berwudhu. Ketika berwudhu
membasuh kedua tangannya, terlepaslah satu belenggu. Ketika berwudhu membasuh wajahnya, maka
terlepaslah belenggu lainnya. Ketika berwudhu mengusap kepalanya, maka terlepaslah belenggu
lainnya. Ketika membasuh kedua kakinya, maka terlepaslah belenggu berikutnya. Kemudian, Rabb
berfirman kepada mereka yang ada di balik hijab, ‘Lihatlah hamba-Ku ini. Ia mengatasi dirinya. Apa
pun yang diminta hamba-Ku itu kepada-Ku maka permintaan itu untuknya,’” (HR. Ibnu Hibban).
Sementara dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah ‫ ﷺ‬menyebutkan bahwa wudhu dapat
mengangkat derajat seseorang. Dengan catatan, wudhu tersebut ditunaikan dengan sempurna.
Rosulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepada para sahabat:

‫ ِإْس َب اُغ اْلُو ُضوِء ِفي‬:‫ َب َلى َي ا َر ُس وَل ِهَّللا َقاَل‬:‫َأاَل َأُد ُّلُك ْم َع َلى َم ا َيْم ُح و ُهَّللا َت َع اَلى ِبِه اْلَخ َط اَي ا َو ُتْر َفُع ِبِه الَّد َر َج اُت ؟ َقاُلوا‬
‫ َو اْن ِتَظ اُر الَّص اَل ِة َبْع َد الَّص اَل ِة َفَذ ِلُك ُم الِّر َب اُط‬،‫ َو َك ْث َر ُة اْلُخ َط ا ِإَلى اْلَمَس اِجِد‬،‫ َو الَّصْبُر َع َلى اْلَم َك اِر ِه‬،‫الَّسَبَر اِت‬.

“Maukah kalian aku tunjukkan kepada kalian atas apa yang membuat Allah menghapus kesalahan dan
mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab, “Tentu, ya Rasul.” Beliau melanjutkan,
“Menyempurnakan wudhu di pagi hari yang dingin, bersabar menghadapi perkara yang tidak
disenangi, memperbanyak langkah ke masjid, dan menanti shalat setelah shalat. Itulah ribath,” (HR.
Muslim).
Maksud ribath di sini adalah benteng dari musuh. Lebih istimewa lagi, ketika seseorang berwudhu
dan masih dalam keadaan memiliki wudhu sebelumnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, disebutkan, sepuluh kebaikan telah menanti orang yang berwudhu dalam keadaan belum
batal wudhu. Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Siapa saja yang berwudhu dalam keadaan suci, maka dicatat baginya sepuluh kebaikan.”
Bahkan, terang dan tidaknya wajah seorang hamba pada hari Kiamat, salah satunya ditentukan pada
kebiasan wudhunya di dunia. Wudhu-lah yang memberikan bekas pada wajah dan tangannya. Dan
bekas itu akan jelas terlihat. Makanya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyarankan untuk melebihi bagian tubuh
yang dibasuh pada saat berwudhu. Demikian seperti yang disebutkan dalam riwayat Abu
Hurairah. Pernah pada suatu ketika, Nu‘aim ibn ‘Abdullah mendapati Abu Hurairah sedang berwudhu
di belakang masjid. Terlihat ia mengangkat kedua lengan atasnya. Kemudian, Abu Hurairah
menghadap kepada Nu‘aim dan mengatakan bahwa dirinya mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ِإَّن ُأَّم ِتي َيْو َم اْلِقَي اَم ِة ِه َي اْلُغ ُّر اْلُمَح َّج ُلوَن ِمْن َأَث ِر اْلُو ُضوِء َم ْن اْس َت َط اَع َأْن ُيِط يَل ُغ َّر َت ُه َفْل َي ْف َع ْل‬.
Sesungguhnya umatku pada hari Kiamat adalah al-ghurr dan al-muhajjalun karena bekas wudhu.
Siapa saja yang mampu memanjangkan ghurr-nya maka lakukanlah! (HR. Ahmad).
Para ahli bahasa mengatakan, pada asalnya yang dimaksud ghurr adalah warna putih yang ada pada
kening kuda. Sedangkan muhajjal adalah warna putih yang ada pada kedua tangan dan kakinya.
Sehingga cahaya yang terlihat pada bekas wudhu pada hari Kiamat disebut dengan ghurr dan
muhajjal. Artinya, cahaya itu diserupakan dengan warna putih pada kuda. Sebab, bagian kening,
tangan, dan kaki yang biasa dibasuh saat wudhu.
Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ َو آَل ِنَي ُتُه َأْك َث ُر ِمْن َع َدِد الُّن ُج وِم َو ِإِّن ي‬، ‫ َو َأْح َلى ِمَن اْلَع َس ِل ِبالَّلَب ِن‬، ‫ِإَّن َح ْو ِض ي َأْبَع ُد ِمْن َأْي َلَة ِمْن َع َد ٍن َلُهَو َأَش ُّد َبَي اًض ا ِمَن الَّثْلِج‬
‫ َن َع ْم َلُك ْم ِس يَم ا َلْيَس ْت‬:‫ َي ا َر ُس وَل ِهللا َأَت ْع ِر ُفَن ا َيْو َم ِئٍذ؟ َقاَل‬:‫ َك َم ا َيُص ُّد الَّر ُج ُل ِإِبَل الَّن اِس َع ْن َح ْو ِض ِه ؛ َقاُلوا‬،‫َأَلُص ُّد الَّن اَس َع ْن ُه‬
‫ ُمَح َّج ِليَن ِمْن َأَث ِر اْلُو ُضوِء‬،‫َأِلَح ٍد ِمَن اُأْلَم ِم َت ِر ُدوَن َع َلَّي ُغًّر ا‬

“Sesungguhya telagaku lebih jauh daripada jarak kota A`ilah dengan kota ‘Adn. Sungguh ia lebih
putih daripada salju, dan lebih manis daripada madu yang dicampur susu. Dan sungguh, cangkir-
cangkirnya lebih banyak daripada jumlah bintang. Dan sungguh, aku menghalau manusia darinya
sebagaimana seorang laki-laki menghalau unta orang lain dari telaganya.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Engkau mengenal kami pada waktu itu?”
Beliau menjawab, “Ya, aku mengenal. Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki oleh umat-umat
lain. Kalian muncul dalam keadaan memiliki ghurrah dan tahjiil disebabkan bekas air wudhu.” (HR.
Muslim no. 247)

Adapun mengapa hanya kepala yang diusap, bukan dibasuh, dalam wudhu karena pada umumnya
kepala itu tertutup. Oleh karena itu, dicukupkan mensucikannya dengan thoharoh yang paling
sederhana. Adapun dikhususkan pada 4 (empat) anggota tubuh dalam wudhu karena 4 anggota tubuh
tersebut adalah tempat melakukan dosa, atau karena Adam berjalan menuju pohon buah khuldi
dengan kedua kakinya, mengambilnya dengan kedua tangannya, memakannya dengan mulutnya, dan
kepalanya tersentuh daunnya.

‫وموجبه الحدث مع القيام إلى الصالة ونحوها وقيل القيام فقط وقيل الحدث فقط بمعنى‬
‫أنه إذا فعله وقع واجبًا سواء أدخل في الصالة أم ال والقيام إلى الصالة شرط في فوريته‬
‫وانقطاع الحدث شرط في صحته‬
Perkara yang mewajibkan wudhu adalah hadas disertai ingin mendirikan sholat dan ibadah lainnya
(yang mewajibkan wudhu).
Ada yang mengatakan bahwa perkara yang mewajibkan wudhu hanya mendirikan sholat dan ibadah
lainnya.
Ada juga yang mengatakan bahwa perkara yang mewajibkan wudhu hanya hadas dengan pengertian
bahwa ketika seseorang melakukan wudhu (karena hadas) maka wudhunya tersebut berstatus wajib,
baik ia masuk dalam sholat atau tidak. Sedangkan mendirikan sholat hanyalah syarat dalam
menyegerakan wudhu dan terputusnya hadas adalah syarat keabsahan wudhu.
A. Fardhu-fardhu Wudhu

(‫ولو كان الوضوء مندوبًا أي أركانه (ستة) وعبر المصنف بالفرض هنا )فروض الوضوء‬
‫وفي الصالة باألركان ألنه لما امتنع تفريق أفعال الصالة كانت كحقيقة واحدة مركبة من‬
‫أجزاء فناسب عد أجزائها أركانًا بخالف الوضوء ألن كل فعل منه كغسل الوجه مستقل‬
‫بنفسه ويجوز تفريق أفعاله فال تركيب فيه‬
[Fardhu-fardhu wudhu,] maksudnya rukun-rukunnya, meskipun wudhunya adalah wudhu sunah, [ada
6/enam.] Syeh Salim bin Sumair al-Khadromi mengibaratkan teks dengan istilah fardhu dalam fasal
wudhu dan mengibaratkan teks dengan istilah rukun dalam fasal sholat karena ketika tidak
diperbolehkannya memisah-misah perbuatan-perbuatan sholat maka sholat adalah seperti satu
kesatuan yang tersusun dari beberapa bagian. Dengan demikian, pantaslah menganggap bagian-bagian
sholat tersebut sebagai rukun-rukun. Berbeda dengan wudhu, karena setiap perbuatan dari wudhu,
seperti membasuh wajah, merupakan perbuatan yang berdiri sendiri dan juga diperbolehkan
memisahmisahkan antara perbuatan-perbuatan wudhu tersebut, sehingga tidak ada tarkib
(penyusunan) di dalamnya atau tidak ada rangkaian perbuatan-perbuatan wudhu yang dianggap
sebagai satu kesatuan.

surah Al Maidah ayat 6.


‫َٰٓي‬
‫َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَذ ا ُقْم ُتْم ِإَلى ٱلَّص َلٰو ِة َفٱْغ ِس ُلو۟ا ُو ُج وَه ُك ْم َو َأْي ِد َي ُك ْم ِإَلى ٱْلَمَر اِفِق َو ٱْم َس ُح و۟ا َٰل ِبُرُء وِس ُك ْم َو َأْر ُج َلُك ْم ِإَلى ٱْلَك ْع َبْي ِن‬
‫ۚ َو ِإن ُك نُتْم ُج ُنًب ا َفٱَّط َّهُر و۟ا ۚ َو ِإن ُك نُتم َّمْر َض ٰٓى َأْو َع َلٰى َس َفٍر َأْو َج ٓاَء َأَح ٌد ِّم نُك م ِّم َن ٱْلَغ ٓاِئِط َأْو َمْس ُتُم ٱلِّن َس ٓاَء َفَلْم َت ِجُدو۟ا َم ٓاًء‬
‫َٰل‬
‫َفَت َيَّمُم و۟ا َص ِعيًد ا َط ِّيًب ا َفٱْم َس ُح و۟ا ِبُو ُج وِه ُك ْم َو َأْي ِديُك م ِّم ْن ُهۚ َم ا ُيِر يُد ٱُهَّلل ِلَيْج َع َل َع َلْي ُك م ِّم ْن َح َر ٍج َو ِكن ُيِر يُد ِلُيَط ِّهَر ُك ْم َو ِلُيِتَّم‬
‫ِنْع َم َت ُهۥ َع َلْي ُك ْم َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُر وَن‬

" Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.

Niat

(‫لقو له صلى اهللا عليه وسّلم إنما األعمال بالنيات وإنما لكل امرىء ما نوى )األول النية‬
‫قال الفشني أي إنما تحسب التكاليف الشرعية البدنية أقوالها وأفعالها الصادرة من المؤمنين‬
‫إذا كانت بنية وإنما لكل امرىء جزاء ما نواه إن خيرًا فخير وإن شرًا فشر انتهى‬
Fardhu wudhu [yang pertama adalah niat]. Ini berdasarkan sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, “Adapun keabsahan
amal-amal hanya tergantung pada niat-niatnya. Seseorang hanya akan memperoleh apa yang ia
niatkan.”
Syeh Fasyani berkata dalam menafsiri hadis di atas,

Niat Wudhu (Fardu Wudhu yang Pertama)

‫َن َو ْي ُت اْلُو ُضْو َء ِلَر ْف ِع اْلَح َد ِث ْاَالْص َغ ِر َفْر ًضاِ ِهلل َت َع اَلى‬

"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu karena Allah".

“Adapun tuntutan-tuntutan hukum syariat (taklif) yang dilakukan oleh tubuh (badaniah), yaitu ucapan
dan perbuatan, dari orang-orang
mukmin hanya akan dianggap sah ketika disertai dengan niat. Setiap orang akan memperoleh balasan
sesuai dengan apa yang ia niatkan.
Apabila niatnya baik maka balasan yang diperolehnya adalah kebaikan dan apabila niatnya buruk
maka balasan yang diperolehnya adalah keburukan.”

‫وتكون النية عند غسل أول جزء من الوجه سواء كان ذلك األول من أعلى الوجه أو‬
‫وسطه أو أسفله وإنما وجب قر ا بذلك ليعتد بالمغسول ال ليعتد ا فلو غسل جزء منه‬
‫قبلها وجب إعادته بعدها‬
Niat dalam berwudhu dilakukan ketika membasuhkan air pada bagian wajah yang pertama kali, baik
bagian wajah tersebut adalah bagian atasnya, atau bagian tengahnya, atau bagian bawahnya. Adapun
mengapa diwajibkan menyertakan niat dengan basuhan pertama kali yang mengenai bagian wajah
tersebut adalah agar bagian yang dibasuh bisa dianggap sah, bukan agar niatnya sah.
Oleh karena itu, apabila seseorang membasuh bagian wajah sebelum
melakukan niat maka ia wajib membasuhnya lagi setelah berniat.

‫وكيفيتها كما قال الحصني إن كان المتوضىء سليمًا ال علة به أن ينوي أحد ثالثة أمور‬
‫أحدها أن ينوي رفع الحدث أو الطهارة عن الحدث أو الطهارة للصالة الثاني أن ينوي‬
‫استباحة الصالة أو غيرها مما ال يباح إال بالطهارة الثالث أن ينوي فرض الوضوء أو أداء‬
‫الوضوء أو الوضوء وإن كان الناوي صبيًا أو مجددًا‬
Kaifiah atau tata cara niat dalam wudhu, seperti yang dikatakan oleh Syeh al-Hisni, adalah bahwa
apabila mutawaddik (orang yang berwudhu) adalah orang yang sehat (salim), maksudnya, tidak
memiliki penyakit pada anggota-anggota wudhu, maka ia bisa berniat dengan salah satu dari tiga
kaifiah niat di bawah ini;
a. Mutawaddik berniat menghilangkan hadas, atau ia berniat melakukan thoharoh (bersuci) dari hadas,
atau ia berniat melakukan thoharoh karena melakukan sholat.
b. Mutawaddik berniat agar diperbolehkan melakukan sholat (istibaahatu as-Sholah) atau selain
sholat, yaitu ibadahibadah yang tidak diperbolehkan dilakukan kecuali dengan thoharoh terlebih
dahulu, seperti; memegang mushaf alQuran bagi yang telah hadas; sehingga mutawaddik berniat,
“Saya berniat wudhu agar diperbolehkan memegang mushaf al-Quran.”
c. Mutawaddik berniat melakukan fardhu wudhu atau berniat melakukan wudhu atau berniat wudhu,
meskipun mutawaddik adalah anak kecil (shobi) atau mujaddid. 29 Maksudnya, apabila Syafik
membasuh hidung tanpa bersamaan dengan niat. Kemudian ia membasuh dahi bersamaan dengan
niat. Maka, hidung dianggap belum terbasuh secara sah sehingga hidung wajib dibasuh kembali. 30
Mujaddid adalah orang yang memperbaharui wudhu atau orang yang berwudhu dengan keadaan
belum hadas sebelumnya.

‫ا صاحب الضرورة كسلس البول ونحوه فال تكفيه نية رفع الحدث أو الطهارة عنه ألن‬
‫وضوءه مبيح ال رافع وأما ا دد فيمتنع عليه نية الرفع واالستباحة والطهارة عن الحدث‬
‫وكذا الطهارة للصالة كما قاله الشوبري‬
Adapun shohibu dhorurah, seperti orang beser dan lainnya, maka tidak cukup baginya berniat
menghilangkan hadas, atau berniat thoharoh dari hadas, karena wudhunya adalah wudhu yang
berpengaruh untuk memperbolehkan, bukan menghilangkan.
Adapun wudhunya mujaddid, tidak cukup baginya berniat menghilangkan hadas, atau berniat agar
diperbolehkan melakukan semisal sholat, atau berniat thoharoh dari hadas. Syeh asy-Syaubari berkata,
“Begitu juga tidak cukup bagi mujaddid berniat thoharoh karena melakukan sholat.”

‫وال بد أن يستحضر ذات الوضوء المركبة من األركان ويقصد فعل ذلك المستحضر كما‬
‫في الصالة نعم لو نوى رفع الحدث كفى وإن لم يستحضر ما ذكر لتضمن رفع الحدث‬
‫لذلك‬
Ketika berniat, diwajibkan menghadirkan dzat wudhu yang tersusun dari beberapa rukun ke dalam
niat itu sendiri dan diwajibkan menyengaja melakukan dzat wudhu yang dihadirkan tersebut, seperti
dalam niat sholat. Namun, apabila mutawaddik berniat dalam wudhu dengan niatan menghilangkan
hadas maka sudah cukup baginya niat tersebut, meskipun tidak menghadirkan dzat wudhu yang
tersusun dari rukun-rukun, karena menghilangkan hadas sudah mencakupnya.

(‫النية بتشديد الياء من نوى بمعنى قصد واألصل نوية قلبت الواو ياء وأدغمت في )تنبيه‬
‫الياء وتخفيفها لغة كما حكاها األزهري من ونى يني إذا أبطأ ألنه يحتاج في تصحيحها‬
‫إلى نوع إبطاء أي عدم مبادرة‬
Lafadz, “‫”ة َّي ِالن‬, dengan tasydid pada huruf / / yang berasal dari Fi’il Madhi “‫ ”نوى‬memiliki arti
menyengaja. Asal lafadz “‫ ”النية‬adalah
“‫”ة َي ْو ِن‬. Huruf / / diganti dengan huruf / /. Kemudian huruf / / pergantian tersebut diidghomkan
pada / / setelahnya. Adapun lafadz “ ‫ ”ة َي ِالن‬dengan huruf / / yang tidak ditasydid menurut bahasa,
seperti yang diceritakan oleh Syeh al-Azhari, berasal dari lafadz “ ‫ونى‬، ‫ ”ينى‬yang berarti pelan-pelan
karena dalam keabsahan niat dibutuhkan adanya unsur pelan-pelan atau tidak terburu-buru.

Urutan berwudhu fardu dan sunnah


Membasuh telapak tangan (Sunnah)

Dilakukan sebanyak 3 kali hingga ke sela-sela jari, dan berdoa :

‫الَّلُهَّم اْح َفْظ َي ِدْي ِمْن َمَع اِص ْي َك ُك ِّلَه ا‬

“Ya Allah, jagalah kedua tanganku dari semua perbuatan maksiat."

Berkumur (Sunnah)

Berkumur sebanyak 3 kali, doa :

‫الَّلُهَّم َأِع ِّن ْي َع َلى ِذ ْك ِر َك َو ُشْك ِر َك الَّلُهَّم اْس ِقِني ِمْن َح ْو ِض َن ِبِّي َك َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َك ْأًس ا اَل َأْظ َم ُأ َبْع َد ُه َأَب ًد ا‬

“Ya Allah, tolonglah aku (untuk selalu) mengingat dan bersyukur pada-Mu. Ya Allah
beri aku minuman dari telaga Kautsar Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang begitu
menyegarkan hingga aku tidak merasa haus selamanya."

Membersihkan Lubang Hidung (Sunnah)


Tata cara wudhu berikutnya adalah membersihkan lubang hidung 3 kali. Pada saat
menghirup air, lalu mengeluarkannya dengan memencet hidung, dalam hati berdoa :

‫الَّلُهَّم َأِر ْح ِني َر اِئَح َة اْلَج َّن ِة الَّلُهَّم اَل َت ْح ِر ْم ِنْي َر اِئَح َة ِنَع ِمَك َو َج َّن اِتك‬

"Ya Allah (izinkan) aku mencium wewangian surga. Ya Allah, jangan halangi aku mencium
wanginya nikmat-nikmatmu dan wanginya surga."

2. Membasuh Wajah (Fardhu wudhu yang ke 2)

Dilakukan mulai dari ujung kepala tumbuhnya rambut hingga bawah dagu. Membaca doa :

‫الَّلُهَّم َبِّيْض َو ْج ِه ْي َيْو َم َت ْبَيُّض ُو ُج وٌه َو َت ْس َو ُّد ُو ُج وٌه‬

“Ya Allah, putihkanlah wajahku di hari ketika wajah-wajah memutih dan menghitam”

(‫وهو ما بين منابت شعر رأسه وتحت منتهى لحيته وما بين أذنيه )الثاني غسل الوجه‬
‫فمنه شعوره كالحاجبين واألهداب والشاربين والعذارين فيجب غسل ظاهر هذه الشعور‬
‫وباطنها مع البشرة التي تحتها وإن كثفت أل ا من الوجه ال باطن الكثيف الخارج عنه‬
Dari sisi bagian atas ke bawah, batasan wajah adalah bagian antara tempat-tempat tumbuhnya rambut
dan bawah ujung jenggot.
Dari sisi bagian samping, batasan wajah adalah bagian antara kedua telinga. Termasuk dalam bagian
wajah adalah rambut-rambut yang tumbuh di atasnya, seperti; dua alis, bulu mata, kumis, dan rambut
di tepi pipi yang berhadapan dengan telinga (Jawa; Godek). Oleh karena itu, diwajibkan membasuh
bagian luar dan bagian dalam rambut-rambut tersebut beserta kulit di bawahnya, meskipun tebal,
karena rambut-rambut tersebut termasuk bagian wajah. Sedangkan rambut tebal yang di luar batas
wajah maka hanya diwajibkan membasuh bagian luarnya saja.

‫وأما اللحية والعارضان فإن خفا وجب غسل ظاهرهما وباطنهما مع البشرة التي تحتهما‬
‫وإن كثفا وجب غسل ظاهرهما دون باطنهما للمشقة إال إذا كانا المرأة وخنثى فيجب‬
‫إيصال الماء لباطنهما مع بشر ما لندرة ذلك مع كونه يندب للمرأة إزالتهما‬
Adapun rambut jenggot dan rambut yang tumbuh berada di antara jenggot dan godek maka apabila
mereka tumbuh tipis maka wajib membasuh bagian luar, bagian dalam, beserta kulit yang ada di
bawahnya, dan apabila tumbuh tebal atau lebat maka hanya wajib membasuh bagian luar saja, bukan
bagian dalam, karena sulit, kecuali apabila mereka tumbuh tebal atau lebat pada wanita dan khuntsa
maka wajib membasuh dengan mendatangkan air sampai ke bagian dalam beserta kulit di bawahnya
karena rambut-rambut tersebut jarang tumbuh pada wanita dan khuntsa dan karena disunahkannya
bagi wanita untuk menghilangkannya.

‫قال السيد المرغني ويجب غسل جزء من مالقي الوجه من سائر الجوانب إذ ما ال يتم‬
‫الواجب إال به فهو واجب وكذا يزيد أدنى زيادة في اليدين والرجلين انتهى ليتحقق غسل‬
‫جميعهما‬
Sayyid al-Murghini berkata, “Wajib membasuh bagian yang bersambung dengan bagian sisi-sisi
wajah, karena sesuatu yang mana perkara wajib hanya bisa disempurnakan dengannya, maka sesuatu
itu adalah wajib. Begitu juga, wajib sedikit menambahkan bagian yang di luar batas dalam membasuh
kedua tangan dan kedua kaki,” agar basuhan menjadi sempurna.

(‫قال عثمان في تحفة الحبيب حلق اللحية مكروه وليس حرامًا وأخذ ما على )فرع‬

‫ وال بأس بإبقاء السيالين وهما طرفا الشارب وأخذ‬،‫الحلقوم قيل مكروه وقيل مباح‬
‫الشارب بالحلق أو القص مكروه فالسنة أن يحلق منه شيئًا حتى تظهر الشفة وأن يقص منه‬
‫شيئًا ويبقي منه شيئًا‬
Usman berkata dalam kitab Tuhfatu al-Habib, “Mencukur rambut jenggot adalah perkara yang
dimakruhkan, bukan yang diharamkan. Hukum menghilangkan rambut yang tubuh di atas
tenggorokan, ada yang mengatakan, ‘dimakruhkan,’ ada yang mengatakan, ‘diperbolehkan.’
Diperbolehkan memelihara rambut bagian tepi kumis. Menghilangkan kumis sampai habis dengan
mencukur (mengerok) atau menggunting adalah perkara yang dimakruhkan. Sedangkan kesunahannya
adalah mencukur (mengerok) kumis sedikit atau tipis sekiranya bibir menjadi terlihat dan
menggunting kumis sedikit dan menyisakan sedikit (tidak digunting habis).

3. Membasuh Kedua Tangan sampai Siku-siku (Fardu Wudhu yang ke 3)

Yang kedua adalah membasuh kedua tangan hingga siku dengan sekali basuh.
Jumhur ulama berpendapat, dibatasi sampai siku dalam surah Al Maidah ayat 6
sebab hal tersebut dapat menggugurkan kewajiban untuk membasuh anggota tubuh
lain di sekitar tangan dan lengan.

Ada kewajiban untuk membasuh celah jari. Sekaligus kewajiban untuk membasuh
bagian yang tertutup di bawah kuku.

Namun, ada keringanan bagi muslim dengan anggota tubuh yang tidak sempurna.
Kewajibannya menjadi gugur untuk membasuh seluruh bagian tangan hingga siku.

Basuh kedua belah tangan hingga siku, dahulukan anggota tubuh bagian kanan.
Doa membasuh tangan kanan :

‫الَّلُهَّم َأْع ِط ِنْي ِك َت اِبْي ِبَي ِميِنْي َو َح اِس ْب ِنْي ِحَس اًب ا َي ِس يًر ا‬

"Ya Allah, berikanlah kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kananku, dan hisablah aku
dengan hisab yang ringan."

Doa membasuh tangan kiri :

‫الَّلُهَّم اَل ُتْع ِط ِنْي ِك َت اِبْي ِبِش َم اِلْي َو اَل ِمْن َو َر اِء َظ ْه ِر ْي‬

"Ya Allah, jangan kau berikan kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kiriku, dan
janganlah pula diberikan dari balik punggungku."
(‫أو قدرهما عند فقدهما والعبرة بالمرفقين عند وجودهما )الثالث غسل اليدين مع المرفقين‬
‫ولو في غير محلهما المعتاد حتى لو التصقا بالمنكبين اعتبرا‬
[Ketiga adalah membasuh kedua tangan sampai kedua siku-siku] atau sampai perkiraan tempat siku-
siku berada ketika mutawaddik tidak memiliki siku-siku sama sekali. Ibroh (patokan kewajiban
membasuh kedua tangan sampai) kedua siku-siku adalah ketika kedua siku-siku itu ada, meskipun
tidak terletak pada bagian tangan semestinya, sehingga apabila ada orang memiliki kedua sikusiku
yang bersambung dengan kedua pundak maka wajib membasuh kedua tangan sampai kedua siku-siku
tersebut dalam wudhu.
‫والمرفقان تثنية مرفق بكسر الميم وفتح الفاء أفصح من العكس وهو مجموع العظام‬
‫الثالث عظمتي العضد وإبرة الذراع الداخلة بينهما وهو الذي يظهر عند طي اليد‬
‫كاإلبرة‬
Lafadz “‫ ”مرفقان‬adalah bentuk isim tasniah dari mufrod “‫”ق َف ْر ِم‬
dengan kasroh pada huruf / / dan fathah pada huruf / / menurut bahasa yang lebih fasih daripada
sebaliknya, yaitu dengan fathah

Mengusap kepala (Fardu Wudhu yang ke 4)


Mengusap sebagian kepala sebanyak 3 kali, doa

‫الَّلُهَّم َح ِّر ْم َش ْع ِر ْي َو َب َش ِر ْي َع َلى الَّن اِر َو َأِظ َّلِنْي َت ْح َت َع ْر ِش َك َي ْو َم اَل ِظ َّل إاَّل ِظ ُّل‬

“Ya Allah, halangi rambut dan kulitku dari sentuhan api neraka, dan naungi aku dengan
naungan singgasana-Mu, pada hari ketika tak ada naungan selain naungan dari-Mu."

Mengusap kepala artinya menggerakan tangan yang basah di atas anggota badan
tempat tumbuhnya rambut. Para fuqaha berselisih pendapat tentang kadar
mengusap kepala yang mencukupi dalam berwudhu.

Khusus untuk ulama Mahzab Syafi'i, mengusap sebagian kepala sudah dianggap
cukup sesuai dengan keterangan dalam hadits. Usapan kepala masih dianggap sah
meski hanya menyentuh sehelai rambut yang ada pada batas kepala atau bagian
rambut yang tidak keluar dari kepala bila ditarik ke bawah.

Di samping itu, mahzab ini menekankan aturan untuk mengusap kepala. Sebaliknya,
membasuh, membasahi kepala, atau sekadar meletakkan tangan di atas kepala tanoa
menariknya disebut dengan mubah.
Mengusap Telinga (Sunnah)
Mengusap kedua telinga secara bersamaan, doa :

‫الَّلُهَّم اْج َع ْلِني ِمْن اَّلِذيَن َي ْس َت ِمُعوَن اْلَق ْو َل َف َي َّت ِبُعوَن َأْح َس َن ُه‬
“Ya Allah, jadikanlah aku orang-orang yang mampu mendengar ucapan dan mampu
mengikuti apa yang baik dari ucapan tersebut."

Membasuh kedua kaki (Fardu Wudhu yang ke 5)


Doa kaki kanan :

‫ الَّلُهَّم َث ِّب ْت َقَد ِمْي َع َلى الِّص َر اِط َي ْو َم َت ِز ُّل ِفْيِه اَأْلْق َد اُم‬. ‫اللهم اْج َع ْلُه َس ْع ًيا َم ْشُك ْو ًر ا َو َذ ْن ًبا َم ْغ ُفْو ًر ا َو َعَم اًل ُم َت َقَّب اًل‬

Ya Allah, jadikanlah (segenap langkahku) sebagai usaha yang disyukuri, sebagai penyebab
terampuninya dosa dan sebagai amal yang diterima. Ya Allah, mantapkanlah telapak kakiku
saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki yang
tergelincir."

Doa kaki kiri :

‫َالَّلُهَّم ِإِّن ي َأُعْو ُذ ِبَك َأْن َت ْن ِز َل َق َدِمْي َع ِن الِّص َر اِط َي ْو َم َت ْن ِز ُل ِفْيِه َأْق َد اُم اْلُم َن اِفِقْي َن‬

“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu, dari tergelincir saat melintasi jembatan shirathal
mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki orang munafik yang tergelincir."

Rukun wudhu yang terakhir adalah membasuh kedua kaki hingga mata kakinya. Dua
mata kaki yang dimaksud yakni dua tulang yang timbul di kedua belah kaki seperti
sendi kaki.

"Menurut jumhur fuqaha, wajib membasuh kedua mata kaki dengan satu kali basuh
saja, sama seperti wajibnya membasuh dua siku ketika membasuh dua tangan," tulis
Prof Wahbah Az Zuhaili.

Menurut keterangan hadits, Rasulullah SAW membasuh kedua kakinya hanya sebatas betis
kaki kiri dan kanan saat berwudhu. Dengan kata lain batas basuhan kaki dalam rukun
wudhu yang dimaksud berada di antara betis hingga mata kaki.
Doa Setelah Wudhu

‫ الّلُهَّم اْج َع ْلِنْى ِمَن الَّت َّو اِبْي َن َو اْج َع ْلِنْى ِمَن اْلُم َت َط ِّه ِر ْي َن‬.‫َأْش َه ُد َأْن ّآلِاَلَه ِإَّالُهللا َو ْح َد ُه َالَش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد اَع ْبُدُه َو َر ُسْو ُلُه‬

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-
Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah,
jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku
termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci (shalih)."

Anda mungkin juga menyukai