Anda di halaman 1dari 9

Keutamaan dan Manfaat Berwudhu’

Oleh: Zuriani,S.pd.I

Dalam Abwabul Faraj karya Syekh Muhammad bin Alwi Al-Maliki disebutkan bahwa
membersihkan diri bisa menjadi satu metode untuk mengurangi dan mencegah kesusahan dan
rasa letih sehari-hari. Dikutip dari Imam Umar bin Saqqaf As-Saqqaf bahwa hal yang dapat
melapangkan batin, menolak rasa susah, dan juga menyehatkan badan, adalah memerhatikan
kebersihan diri.

Selain itu, dianjurkan pula untuk menunaikan sunah-sunah Rasul karena itu dapat mencegah
keraguan dan rasa waswas buruk yang bisa jadi berasal dari setan, dan melakukan shalat untuk
mencegah hal-hal yang menyibukkan hati dengan perkara yang tidak perlu.

Dalam sebuah hadits, ketika Nabi sedang susah, beliau segera berwudhu dan mendirikan shalat.
“Aku beristirahat (dari kesusahan) dengan shalat, wahai Bilal,” terang Rasulullah dalam salah
satu riwayat. Hendaknya saat berwudhu, dihilangkan segala perasaan ragu dan was-was yang
tidak beralasan.

Imam As-Sya’rani menyebutkan bahwa rasa hadirnya hati dalam shalat dan ibadah, itu juga
bisa dilihat bagaimana keadaan hadirnya hati saat melakukan wudhu. Menurutnya,
melanggengkan wudhu bisa menyebabkan lapangnya hati, mudahnya rezeki, serta menjaga diri
dari keburukan yang bisa meresahkan hati. Dalam keterangan lain, disebutkan pula memperbarui
wudhu setelah shalat bisa menjadi wasilah cerahnya hati.

Dari banyak keterangan di atas, dapat kita ketahui bahwa badan yang bersih, salah satunya lewat
wudhu itu memiliki keutamaan yang bisa membantu untuk mengurangi beban kesusahan.
Ditambah dengan shalat, banyak keterangan yang menyebutkan bahwa melalui ajaran agama dan
ritual disertai berdoa, bisa menenangkan batin dan menambah optimisme. Terlebih badan yang
segar dan bersih seusai wudhu bisa menjadi nilai tambah tersendiri. Semoga kita dijadikan
hamba yang senantiasa menyucikan diri, lahir dan batin, sebagaimana dalam Al-Quran,
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang senantiasa bertobat dan mencintai pula orang-orang
yang mensucikan diri.”

Diantara keutamaan-keutamaan wudhu’ yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah shohihah
dari Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– :

Mengangkat derajat di surga dan pancaran cahaya di padang mahsyar:

Wudhu adalah amalan ringan, tapi pengaruhnya ajaib dan luar biasa. Selain menghapuskan dosa
kecil, wudhu’ juga mengangkat derajat dan kedudukan seseorang dalam surga. Rasulullah -
Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

‫ا‬4َ‫الُوا بَلَى ي‬4َ‫ت ق‬ ِ ‫ َّد َر َجا‬4‫ ِه ال‬4ِ‫ ُع ب‬4َ‫ا َويَرْ ف‬44َ‫ ِه ْال َخطَاي‬4ِ‫و هَّللا ُ ب‬44‫ال َأاَل َأدُلُّ ُك ْم َعلَى َما يَ ْم ُح‬ َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ‫صاَل ِة فَ َذلِ ُك ْم الرِّ بَاط‬
َّ ‫صاَل ِة بَ ْع َد ال‬ َّ ‫اج ِد َوا ْنتِظَا ُر ال‬ِ ‫ار ِه َو َك ْث َرةُ ْال ُخطَا ِإلَى ْال َم َس‬ ِ ‫غ ْال ُوضُو ِء َعلَى ْال َم َك‬ ُ ‫َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل ِإ ْسبَا‬

Artinya ;
“Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu (amalan) yang dengannya Allah menghapuskan
dosa-dosa, dan mengangkat derajat-derajat?” Mereka berkata, “Mau, wahai Rasulullah!!” Beliau
bersabda, “(Amalan itu) adalah menyempurnakan wudhu’ di waktu yang tak menyenangkan,
banyaknya langkah menuju masjid, dan menunggu sholat setelah menunaikan sholat. Itulah pos
penjagaan”. [HR. Muslim (586)]
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau akan mengenali
ummatnya di Padang Mahsyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh mereka, karena
pengaruh wudhu’ mereka ketika di dunia.

‫ْث يَ ْبلُ ُغ ْال َوضُو ُء‬


ُ ‫تَ ْبلُ ُغ ْال ِح ْليَةُ ِم ْن ْال ُمْؤ ِم ِن َحي‬

Artinya ;
“Perhiasan (cahaya) seorang mukmin akan mencapai tempat yang dicapai oleh wudhu’nya”.
[Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Tablugh Al-Hilyah haits Yablugh Al-Wudhu’ (585)]
Syarat Memasuki Sholat :

Seorang ketika hendak memasuki sebuah rumah atau gedung, maka ia akan melewati pintu-pintu
yang ada padanya. Pintu ini biasanya tak bisa dilewati, kecuali seseorang memiliki kunci untuk
membuka pintu-pintu itu. Sebelum seseorang masuk ke dalam rumah tersebut, maka ada syarat
yang harus dipenuhi. Demikianlah perumpamaan wudhu’ bagi sholat; seorang tak mungkin akan
masuk dalam sebuah sholat, kecuali ia memenuhi syarat-syarat sholat, seperti wudhu’.

Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Jadi, jika seseorang hendak sholat, maka syaratnya harus berwudhu’ sebagaimana yang
dijelaskan oleh Allah Azza wa Jalla dalam ayat ini dan diterangkan oleh Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam- dalam sunnahnya.

Bila seorang yang masuk dalam sholat, tanpa wudhu’, maka sholatnya tak akan diterima, bahkan
tak sah, sebab wudhu’ adalah syarat sahnya wudhu’, dan tercapainya pahala sholat. Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

‫ضَأ‬ َ ‫صالَةُ َم ْن َأحْ د‬


َّ ‫َث َحتَّى يَت ََو‬ َ ‫الَ تُ ْقبَ ُل‬

Artinya ;
“Tak akan diterima sholatnya orang yang ber-hadats sampai ia berwudhu’” . [HR. Al-Bukhoriy
dalam Shohih-nya (135 & 6954), dan Muslim dalam Shohih-nya (536)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy –rahimahullah– berkata saat menjelaskan beberapa faedah
dari hadits ini, “Hadits ini dijadikan dalil tentang batalnya sholat disebabkan oleh hadats (seperti,
kentut, buang air, junub dan lainnya), baik hadats itu keluar karena pilihan (sadar), maupun
terpaksa”. [Lihat Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhoriy (1/309), tahqiq Ali Asy-Syibl, cet.
Darus Salam, 1421 H]

Penghapus Dosa Kecil & Pengangkat Derajat:

Wudhu adalah amalan ringan, tapi pengaruhnya ajaib dan luar biasa. Selain menghapuskan dosa
kecil, wudhu’ juga mengangkat derajat dan kedudukan seseorang dalam surga. Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

‫ا‬4َ‫الُوا بَلَى ي‬4َ‫ت ق‬ ِ ‫ َّد َر َجا‬4‫ ِه ال‬4ِ‫ ُع ب‬4َ‫ا َويَرْ ف‬44َ‫ ِه ْال َخطَاي‬4ِ‫و هَّللا ُ ب‬44‫ال َأاَل َأدُلُّ ُك ْم َعلَى َما يَ ْم ُح‬ َ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ‫صاَل ِة فَ َذلِ ُك ْم الرِّ بَاط‬
َّ ‫صاَل ِة بَ ْع َد ال‬ َّ ‫اج ِد َوا ْنتِظَا ُر ال‬ِ ‫ار ِه َو َك ْث َرةُ ْال ُخطَا ِإلَى ْال َم َس‬ ِ ‫غ ْال ُوضُو ِء َعلَى ْال َم َك‬ ُ ‫َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل ِإ ْسبَا‬

Artinya ;
“Maukah kalian aku tunjukkan tentang sesuatu (amalan) yang dengannya Allah menghapuskan
dosa-dosa, dan mengangkat derajat-derajat?” Mereka berkata, “Mau, wahai Rasulullah!!” Beliau
bersabda, “(Amalan itu) adalah menyempurnakan wudhu’ di waktu yang tak menyenangkan,
banyaknya langkah menuju masjid, dan menunggu sholat setelah menunaikan sholat. Itulah pos
penjagaan”. [HR. Muslim (586)]
Abul Hasan As-Sindiy –rahimahullah– berkata saat menjelaskan amalan-amalan yang terdapat
dalam hadits ini, “Amalan-amalan ini akan menutup pintu-pintu setan dari dirinya, menahan
jiwanya dari nafsu syahwatnya, permusuhan jiwa, dan setan sebagaimana hal ini tak lagi samar.
Inilah jihad akbar (besar) yang terdapat pada dirinya. Jadi, setan adalah musuh yang paling berat
baginya”. [Lihat Hasyiyah As-Sindiy ala Sunan An-Nasa’iy (1/114)]

Jadi, seorang yang melazimi amalan-amalan tersebut dianggap telah melakukan pertahanan
untuk menutup pintu-pintu setan. Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari setan, maka hendaknya
ia melazimi wudhu’, menghadiri sholat jama’ah, dan bersabar menunggu sholat jama’ah lainnya.

Tanda Pengikut Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam:

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau akan mengenali
ummatnya di Padang Mahsyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh mereka, karena
pengaruh wudhu’ mereka ketika di dunia.
‫ْث يَ ْبلُ ُغ ْال َوضُو ُء‬
ُ ‫تَ ْبلُ ُغ ْال ِح ْليَةُ ِم ْن ْال ُمْؤ ِم ِن َحي‬

Artinya ;
“Perhiasan (cahaya) seorang mukmin akan mencapai tempat yang dicapai oleh wudhu’nya”.
[Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Tablugh Al-Hilyah haits Yablugh Al-Wudhu’ (585)]
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu– berkata,

‫ا‬44َ‫ت َأنَّا قَ ْد َرَأ ْين‬ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأتَى ْال َم ْقب َُرةَ فَقَا َل ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم دَا َر قَوْ ٍم ُمْؤ ِمنِينَ َوِإنَّا ِإ ْن َشا َء هَّللا ُ بِ ُك ْم اَل ِحقُونَ َو ِد ْد‬
َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫ ُد ِم ْن‬4‫ت بَ ْع‬ ِ ‫ْأ‬4َ‫رفُ َم ْن لَ ْم ي‬4 ‫ْأ‬
ِ 4‫فَ تَ ْع‬44‫الُوا َك ْي‬4َ‫ ُد فَق‬4‫ تُوا بَ ْع‬4َ‫ا الَّ ِذينَ لَ ْم ي‬44َ‫ال َأ ْنتُ ْم َأصْ َحابِي َوِإ ْخ َوانُن‬
َ َ‫ُول هَّللا ِ ق‬
َ ‫ك يَا َرس‬ َ َ‫ِإ ْخ َوانَنَا قَالُوا َأ َولَ ْسنَا ِإ ْخ َوان‬
ِ ‫و َل هَّللا‬4‫ا َر ُس‬44َ‫الُوا بَلَى ي‬44َ‫هُ ق‬4َ‫ْرفُ خَ ْيل‬ َ َ‫ُأ َّمتِكَ يَا َرسُو َل هَّللا ِ فَقَا َل َأ َرَأيْتَ لَوْ َأ َّن َر ُجاًل لَهُ َخ ْي ٌل ُغ ٌّر ُم َح َّجلَةٌ بَ ْين‬
ِ ‫ظ ْه َريْ خَ ي ٍْل ُد ْه ٍم بُه ٍْم َأاَل يَع‬
‫ضي َك َما يُ َذا ُد ْالبَ ِعي ُر الضَّالُّ ُأنَا ِدي ِه ْم‬ ِ ْ‫ض َأاَل لَيُ َذاد ََّن ِر َجا ٌل ع َْن َحو‬ ‫ْأ‬
ِ ْ‫ال فَِإنَّهُ ْم يَ تُونَ ُغ ًّرا ُم َح َّجلِينَ ِم ْن ْال ُوضُو ِء َوَأنَا فَ َرطُهُ ْم َعلَى ْال َحو‬ َ َ‫ق‬
‫َك فََأقُو ُل سُحْ قًا سُحْ قًا‬ 4َ ‫َأاَل هَلُ َّم فَيُقَا ُل ِإنَّهُ ْم قَ ْد بَ َّدلُوا بَ ْعد‬

Artinya:
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah mendatangi pekuburan seraya bersabda,
“Semoga keselamatan bagi kalian wahai rumah kaum mukminin. Aku sangat ingin melihat
saudara-saudara kami”. Mereka (para sahabat) berkata, “Bukankah kami adalah saudara-
saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian adalah para sahabatku. Sedang saudara
kami adalah orang-orang yang belum datang berikutnya”. Mereka berkata, “Bagaimana anda
mengenal orang-orang yang belum datang berikutnya dari kalangan umatmu wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, “Bagaimana pandanganmu jika seseorang memiliki seekor kuda yang putih
wajah, dan kakinya diantara kuda yang hitam pekat. Bukankah ia bisa mengenal kudanya”.
Mereka berkata, “Betul, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka (umat
beliau) akan datang dalam keadaan putih wajah dan kakinya karena wudhu’. Sedang aku akan
mendahului mereka menuju telaga. Ingatlah, sungguh akan terusir beberapa orang dari telagaku
sebagaimana onta tersesat terusir. Aku memanggil mereka, “Ingat, kemarilah!!” Lalu dikatakan
(kepadaku), “Sesungguhnya mereka melakukan perubahan setelahmu”. Lalu aku katakan,
“Semoga Allah menjauhkan mereka”. [HR. Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Istihbab Itholah
Al-Ghurroh (583)]
Seorang muslim akan dikenali oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan cahaya pada wajah
dan tangannya. Maka hendaknya setiap orang diantara kita menjaga cahaya ini dengan menjaga
wudhu, dan sholat. Abdur Ra’uf Al-Munawiy rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang lebih
banyak sujudnya atau wudhu’nya di dunia, maka wajahnya nanti akan lebih bercahaya dan lebih
berseri dibandingkan selain dirinya. Maka mereka (kaum mukminin) nanti disana akan
bertingkat-tingkat sesuai besarnya cahaya”. [Lihat Faidhul Qodir (2/232)]

Separuh Iman :

Seorang tak akan meraih pahala sholat, selain ia melakukan wudhu’, lalu mengerjakan sholat.
Jadi, wudhu’ ibaratnya separuh dari iman (yakni, sholat). Ini menunjukkan kepada kita tentang
ketinggian nilai dan manzilah wudhu’ di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam– bersabda,

‫و ٌر‬4ُ‫اَل ةُ ن‬4‫الص‬
َّ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ َّ َ‫ا بَ ْين‬4‫ ُد هَّلِل ِ تَ ْمَآَل ِن َأوْ تَ ْمُأَل َم‬4‫ب َْحانَ هَّللا ِ َو ْال َح ْم‬4‫ط ُر اِإْل ي َما ِن َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ تَ ْمُأَل ْال ِمي َزانَ َو ُس‬
ِ ‫ َما َوا‬4‫الس‬ ْ ‫الطهُو ُر َش‬
ُّ
‫اس يَ ْغدُو فَبَايِ ٌع نَ ْف َسهُ فَ ُم ْعتِقُهَا َأوْ ُموبِقُهَا‬
ِ َّ‫ك َأوْ َعلَ ْيكَ ُكلُّ الن‬ َ َ‫ضيَا ٌء َو ْالقُرْ آنُ ُح َّجةٌ ل‬ ِ ‫ص ْب ُر‬ ٌ ‫ص َدقَةُ بُرْ ه‬
َّ ‫َان َوال‬ َّ ‫َوال‬

Artinya ;
“Bersuci (wudhu’) adalah separuh iman. Alhamdulillah akan memenuhi mizan (timbangan).
Subhanallah wal hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi. Sholat adalah cahaya.
Shodaqoh adalah tanda. Kesabaran adalah sinar. Al-Qur’an adalah hujjah (pembela) bagimu atau
hujatan atasmu. Setiap orang keluar di waktu pagi; maka ada yang menjual dirinya, lalu
membebaskannya atau membinasakannya”. [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Fadhl Ath-
Thoharoh (533)]
Al-Hafizh Ibnu Rojab –rahimahullah– berkata, “Jika wudhu’ bersama dua kalimat syahadat
mengharuskan terbukanya pintu surga, maka wudhu menjadi separuh iman kepada Allah dan
Rasul-Nya menurut tinjauan ini. Juga wudhu’ termasuk cabang-cabang keimanan yang
tersembunyi yang tak akan dilazimi, kecuali seorang mukmin”. [Lihat Iqozhul Himam (hal.
329)]

Jalan Menuju Surga :

Keutamaan orang yang selalu menjaga wudhu disebutkan dalam hadits berikut tentang Bilal
yang disebutkan bahwa suara sandal beliau sudah terdengar di surga.
Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di pagi hari memanggil Bilal lalu
berkata,

‫ْت خَ ْشخَ َشتَكَ َأ َما ِمى‬


ُ ‫ار َحةَ ْال َجنَّةَ فَ َس ِمع‬
ِ َ‫ت ْالب‬
ُ ‫ك َأ َما ِمى َد َخ ْل‬ ُّ َ‫ت ْال َجنَّةَ ق‬
ُ ‫ط ِإالَّ َس ِمع‬
َ َ‫ْت خَ ْش َخ َشت‬ ُ ‫يَا بِالَ ُل بِ َم َسبَ ْقتَنِى ِإلَى ْال َجنَّ ِة َما َد َخ ْل‬

Artinya ;
“Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama
sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam
hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku.”
Bilal menjawab,

َّ َ‫ْت َأ َّن هَّلِل ِ َعل‬


‫ى َر ْك َعتَي ِْن‬ ُ ‫ضْأ‬
ُ ‫ت ِع ْن َدهَا َو َرَأي‬ ُّ َ‫َث ق‬
َّ ‫ط ِإالَّ ت ََو‬ َ ‫ْت َر ْك َعتَ ْي ِن َو َما َأ‬
ٌ ‫صابَنِى َحد‬ ُ ‫صلَّي‬ ُّ َ‫ت ق‬
َ َّ‫ط ِإال‬ ُ ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ َما َأ َّذ ْن‬

Artinya ;
“Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku
berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah
itu.” (HR. Tirmidzi no. 3689 dan Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
sanad hadits tersebut hasan)
Syaikh Abu Malik dalam Fiqhus Sunnah lin Nisaa’ (hal. 49) menyatakan bahwa disunnahkan
berwudhu setiap kali wudhu tersebut batal karena adanya hadats.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Disunnahkan menjaga wudhu atau diri dalam
keadaan suci. Termasuk juga kala tidur dalam keadaan suci.” (Kitab Matan Al Idhoh, hal. 20).

Semoga dimudahkan dalam menjaga wudhu. Hanya Allah yang memberi taufik.

Jalan-jalan surga telah dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi orang yang Allah berikan
taufiq dan hidayah. Perhatikan Bilal bin Robah -radhiyallahu anhu-, beliau mendapatkan kabar
gembira bahwa ia termasuk penduduk surga, sebab ia telah berusaha menapaki sebuah jalan
diantara jalan-jalan surga. Dengarkan kisahnya dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu-, ia
berkata,
َ‫ك‬4‫َف نَ ْعلَ ْي‬ ُ ‫ ِمع‬4‫ِإنِّي َس‬4َ‫صاَل ِة ْالفَجْ ِر يَا بِاَل ُل َحد ِّْثنِي بَِأرْ َجى َع َم ٍل َع ِم ْلتَهُ فِي اِإْل ْساَل ِم ف‬
َّ ‫ْت د‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال لِبِاَل ٍل ِع ْن َد‬ َ ‫ي‬َّ ِ‫َأ َّن النَّب‬
‫ب‬ َ ِ‫ا ُكت‬44‫ُور َم‬ ُّ ‫ك‬
ِ ‫الطه‬ ُ ‫صلَّي‬
َ ِ‫ْت بِ َذل‬ ٍ َ‫طهُورًا فِي َسا َع ِة لَ ْي ٍل َأوْ نَه‬
َ ‫ار ِإاَّل‬ َ ْ‫ت َع َماًل َأرْ َجى ِع ْن ِدي َأنِّي لَ ْم َأتَطَهَّر‬ ُ ‫ال َما َع ِم ْل‬ َ َ‫ي فِي ْال َجنَّ ِة ق‬ َّ ‫بَ ْينَ يَ َد‬
‫صلِّ َي‬َ ‫لِي َأ ْن ُأ‬

Artinya ;
“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda kepada Bilal ketika sholat Fajar, “Wahai
Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau harapkan yang pernah engkau
amalkan dalam Islam, karena sungguh aku telah mendengarkan detak kedua sandalmu di
depanku dalam surga”. Bila berkata, “Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling aku
harapkan di sisiku. Cuma saya tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku sholat
bersama wudhu’ itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-
Jum’ah, Bab: Fadhl Ath-Thoharoh fil Lail wan Nahar (1149), dan Muslim (6274)]
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa berwudhu’ lalu sholat sunnah setelahnya merupakan
amalan yang berpahala besar. Ibnul Jauziy –rahimahullah– berkata, “Di dalam hadits ini terdapat
anjuran untuk melakukan sholat usai berwudhu’ agar wudhu tidak kosong (terlepas) dari
maksudnya”. [Lihat Fathul Bari (4/45)]

Pelepas Ikatan Setan :

Setan senantiasa mengintai dan mengawasi kita. Bahkan ia selalu mencari jalan untuk
menjauhkan kita dari kebaikan yang telah digariskan oleh Allah dan rasul-Nya. Diantara makar
setan, ia membuat buhul pada seorang diantara kita saat kita tidur agar kita berat bangun
beribadah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ْ َّ‫ َذ َك َر هَّللا َ ا ْن َحل‬4َ‫تَ ْيقَظَ ف‬4‫اس‬ َ ‫ث ُعقَ ٍد يَضْ ِربُ ُك َّل ُع ْق َد ٍة َعلَ ْيكَ لَ ْي ٌل‬
ْ ‫ِإ ْن‬4َ‫ ْد ف‬4ُ‫ط ِوي ٌل فَارْ ق‬ َ َ‫س َأ َح ِد ُك ْم ِإ َذا هُ َو نَا َم ثَال‬ ‫ْأ‬
‫ت‬ ِ ‫يَ ْعقِ ُد ال َّش ْيطَانُ َعلَى قَافِيَ ِة َر‬
َ‫س َك ْساَل ن‬ ِ ‫يث النَّ ْف‬ َ ِ‫س َوِإاَّل َأصْ بَ َح خَ ب‬ ِ ‫ِّب النَّ ْف‬
َ ‫طي‬َ ‫ت ُع ْق َدةٌ فََأصْ بَ َح ن َِشيطًا‬ ْ َّ‫صلَّى ا ْن َحل‬ ْ َّ‫ضَأ ا ْن َحل‬
َ ‫ت ُع ْق َدةٌ فَِإ ْن‬ َّ ‫ُع ْق َدةٌ فَِإ ْن تَ َو‬

Artinya ;
“Setan membuat tiga ikatan pada tengkuk seorang diantara kalian jika ia tidur. Setan akan
memukul setiap ikatan itu (seraya membisikkan), “Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah”.
Jika ia bangun seraya menyebut Allah (berdzikir), maka terlepaslah sebuah ikatan. Jika ia
berwudhu’, maka sebuah ikatan yang lain terlepas. Jika ia sholat, maka sebuah ikatan akan
terlepas lagi. Lantaran itu, ia akan menjadi bersemangat lagi baik jiwanya. Jika tidak demikian,
maka ia akan jelek jiwanya lagi malas”. [HR. Al-Bukhoriy (1142 & 3269) dan Muslim (1816)]
Al-Qodhi Abul Walid Sulaiman bin Kholaf Al-Bajiy –rahimahullah– berkata, “Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- memaksudkan dengan hadits ini bahwa dengan dzikrullah, wudhu’, dan sholat,
maka semua ikatan (buhul) setan akan terlepas, dan seorang muslim akan selamat dari makar
setan, dan keburukan buhul-buhulnya. Lantaran itu, ia akan bersemangat di waktu pagi, (sedang
ia telah terlepas darinya buhul-buhul yang telah membuat dirinya malas), dan jiwanya menjadi
baik dengan sebab amalan kebajikan yang ia lakukan semalam”. [Lihat Al-Muntaqo (1/434)
karya Al-Bajiy].

Anda mungkin juga menyukai