Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tahukah kamu bahwa manusia menjalani beberapa proses perjalanan kehidupan.
Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian, berikutnya
dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah perhitungan
amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah
syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka.
Mereka yang beriman dan beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan
kehidupan diakhirat kelak.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkanbekal untuk
hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai
amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun
diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti berotbat, raja’
(menunjukkan sikap menghara keridhaan Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir
kritis, dan mampu mengendalikan diri. Bab ini secara khusus akan membahas sifat-
sifat terpuji tersebut.
Menurut bahasa, arti taubat adalah kembali. Maksudnya, kembali dari segala
yang tercela menurut agama Islam , menuju semua hal yang terpuji. Taubat apabila
dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji
tidak mengulanginya lagi. (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah
dilakukan).
Untuk membersihkan hati dari dosa yang pernah dilakukannya, manusia
diperintahkan untuk bertaubat. Tobat merupakan media untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Allah SWT memerintahkan dalam hal taubat ini berupa taubat
yang semurni-murninya sebagaimana firman-Nya dalam suart At Tahrim (66) ayat 8
yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya.” (Q.S. At Tahrim (66) : 8).
Nabi Muhammad SAW, meskipun telah dijamin atau terpelihara dari segala dosa
(maksum), tetap bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT. Berbicara masalah
taubat, ternyata berkaitan erat dengan istighfar yaitu memohon ampun dari semua
dosa kepada Allah SWT dengan menundukkan hati, jiwa dan pikiran. Istighfar tidak
hanya melisankan dengan “astghfirullahal “adzim”, tetapi harus disertai dengan
keseriusan dan harapan untuk memperoleh ampunan Allah SWT. (pelajari Qur’an
surat Al Baqarah (2) ayat 286 dan Surat At Tahrim (66) ayat 8).
Raja’ berarti harapan. Maksudnya adalah mengharap ridha Allah SWT. Raja’
termasuk akhlak yang terpuji yaitu suatu akhlak yang dapat berguna untuk
mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebagai muslim dan muslimah tentunya mengharapkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Supaya harapan tersebut dapat tercapai maka harus menjalankan perintah
Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.dan tidak lupa untuk
berdo’a. Dalam surat Al Mukmin (40) ayat 60 dikatakan: Artinya: “Dan Tuhanmu
berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. Al
Mukmin (40) : 60).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sifat taubat ?
2. Apa pengertian sifat raja ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian perilaku tobat.
2. Mengetahui pengertian perilku raja’

D. METODOLOGI
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode/cara pengumpulan
data atau informasi melalui : Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu
penelitian yang dilakukan melalui studi literature, internet, dan sebagainya yang
sesuai atau yang ada relevansinya (berkaitan) dengan masalah yang dibahas.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penulisan ini, maka terlebih
dahulu penulis akan menguraikan sistematika penulisannya agar lebih mudah
dipahami dalam memecahkan masalah yang ada, di dalam penulisan ini dibagi dalam
3 (tiga) bab yang terdiri dari:
Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, metodologi, dan sistimatika penulisan.
Bab II : Bab ini merupakan bab yang berisi tentang analisis terhadap masalah
efektivitas hukum dalam masyarakat.
Bab III : Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN
PERILAKU SIFAT-SIFAT YANG TERPUJI

A. Tobat

1. Pengertian
Taubat berasal dari kata “taba” yang berarti kembali, sedangkan menurut
istilah taubat artinya kembali mendekatkan diri kepada allah setelah menjauh darinya.
Adalah sebuah keinginan, kegandrungan, kebutuhan akan Allah SWT. Maupun segala
yang dapat membuat kita lebih mengenalnya Oleh karena itu, landasan bertaubat
adalah mencari Allah Singkatnya bahwa bertaubat adalah kembalinya seorang hambaa
dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah SWT., dengan menjalankan apa yang
diperintahkan dan menjauhi apa yang dibenci-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata bertaubat dan
beristigfar. Untuk mengetahui pengertian bertaubat, maka perhatikan firman Allah
SWT
Yang Artinya : “karena itu mohonlah ampun kepada-Nya, kemudian bertaubatlah,
sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa
Hamba-Nya).”( QS.Hud/11 : 2)
Bertaubat sesungguhnya merupakan panggilan Allah SWT. Allah yang menumbuhkan
keinginan bertaubat didalam hati manusia. Allah memerintahkan manusia untuk
bertaubat didalam al-qur’an sebanyak 87 kali. Allah juga memerintahkan nabi
Muhammad SAW. Untuk bertaubat.
Bertaubat sangat penting bagi manusia karena kalau tidak bertaubat berarti
mereka sudah menzalimi dirinya sendiri. Selain itu bertaubat juga merupakan ibadah
yang utama dan yang disukai Allah SWT. Perhatikan firman Allah berikut ini :
َ‫إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬
Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.Al-baqarah/2:222).

2. Syarat-syarat Taubat
Banyak manusia yang tidak tahu akan hakikat taubat, syarat, dan adab-adabnya.
Oleh karena itu,banyak yang bertaubat hanya dengan lisan saja, sedangkan hati
mereka kosong, sehingga mereka tidak berhenti melakukan maksiat. Artinya bahwa
tidak semua taubat dapat diterima, tentu terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi agar taubat diterima oleh Allah.
Supaya taubat kita diterima oleh Allah SWT., maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan, diantaranya adalah :
a. Meninggalkan dosa tersebut.
Ibnu Qayyim berkata: “Tobat mustahil terjadi, sementara dosa tetap dilakukan.”
b. Menyesali perbuatan tersebut.
Rasulullah SAW. Bersabda : “menyesal adalah taubat.”
c. Berjanji.
(berazzam) untuk tidak mengulangi lagi. Ibnu mas’ud berkata bahwa taubat yang
benar adalah taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan air
susu yang tidak mungkin kembali kekantong susunya lagi.
d. Mengembalikan kezaliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk dihalalkan.
Imam Nawawi berkata bahwa diantara syarat taubat adalah mengembalikan
kedzaliman atau meminta untuk dihalalkan
e. Ikhlas.
Ibnu hajar berkata, “Tobat tidak akan sah kecuali dengan ikhlas
f. Tobat dilaksanakan pada waktu masih hidup ( sebelum sakaraul maut )
Hal ini disandarkan pada firman Allah SWT., yang artinya : ”Dan tobat itu tidaklah
diterima Allah dari merekayang melakukan kejahatan hingga ajal kepada seorang
diantara mereka, barulah dia mengataka, “saya benar-benar bertaubat sekarang.”

3. Faidah Bertaubat
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang ditemukan bahwa untukmelakukan
tobat agak sulit. Oleh karena itu, untuk menggerakkan hati kita agar setiap saat
bergerak untuk bertaubat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya adalah :
a. Mengetahui hakikat taubat
b. Merasakan akibat dosa yang dilakukan
c. Menghindar dari lingkungan yang kurang baik
d. Membaca dan mengkaji al-qur’an dan hadits, terutama yang berkaitan dengan
dosa.
e. Berdoa
f. Mengetahui keagungan Allah yang maha pencipta
g. Mengingat kematian yang tidak diketahui kapan, dimana, dan datangnya tiba-tiba
h. Membaca sejarah atau kisah-kisah orang yang bertaubat.

Setelah kita mengetahui syarat dan hal-hal yang dapat menggerakkan hati untuk
bertaubat, maka kita dapat mengetahui manfaat taubat diantarnya adalah :

Ø Tobat itu jalan menuju keberuntungan


Ø Malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat
Ø Mendapat kemudahan hidup daan rezeki yang luas
Ø Menghapus kesalahan dan pengampunan dosa
Ø Hati menjadi bersih dan bersinar
Ø Dicintai Allah SWT.

4. Ada beberapa kriteria orang yang bertaubat.


· Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya.
Artinya :“Selain orang-orang yang tobat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan
perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang.” (QS Ali
Imran : 89)
· Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini sudah tidak
dapat diterima lihat Al-qur,an on line di gogle
Artinya : “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal dan setelah kepada seorang diantara
mereka, (barulah) ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak
pula (diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi
orang-orang itu telah kami sediakan siksaan yang pedih.” (QS An Nisa : 18
· Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah tobat yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah
yang dinilai paling tinggi (lihat Al Qur’an aurah At Tahrim :
Tobat nasuha dapat dilakukan degan prose sebagai berikut.
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah (QS An Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblisdan ari kejahatan makhluk
lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq : 1-5, dan An Nahl : 98)
3) Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan, dengan sungguh-sungguh,
sesuai keadaan, tidak melampaui batas, dan hasilnya tidak boleh diminta segera (QS
Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al Anbiya : 90&37, Az Zumar : 39) serta
sadar karena tidak semua keinginan dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4) Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak dimurkai Allah (QS Yunus :
100) dan menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk (QS Hud : 46
dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam semesta Al Qur’an (QS Ali
Imran : 190-191), mendengarkan perkataan lalu memilih yang terbaik (QS Az Zumar :
18), dan bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu (QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah :155-157) karena kalau tidak sabar orang beriman dan
bertakwa tidak akan mendapat pahala (QS Al Qasas : 30)
6) Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al Ankabut : 45)
dan bertebaran di muka bumi setelah selesai salat untuk mencari karunia Allah dengan
selalu mengingatnya agar beruntung (QS Al Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi hikmah (QS Yusuf : 22, Al
Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi tiga syarat
sebagai berikut.
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesalai perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Dan
mengganti dengan perbuatan yang baik, dan apabila ada hubungan dengan hak-hak
orang lain, maka ia harus meminta maaf dan mengembalikan hak pada orang tersebut
B. Raja

1. Pengertian
Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja’ pada
pembahasan ini adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat
adalah segala karunia dari Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat
Raja’ termasuk akhlakul karomah terhadap allah SWT yang manfaatnya dapat
mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang
muslim/muslimah yang mengharapkan ampunan Allah berarti ia mengakui bahwa
Allah itu maha pengampun.
Kebalikan dari sifat raja’ adalah berputus harapan terhadap ridha dan rahmat
Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka
buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan merupakan ciri dari orang kafir
Muslim/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap
optimis, dinamis, berfikir kritis dan mengenal diri dalam mengharapkan keridhaan
Allah SWT. Berikut adalah penjelasan ringkasan tentang hal tersebut

* Optimis Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud
optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam
menghadap segala hal atau persoalan, misalnya:
Ø Seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB)
dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
Ø Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis,
tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima
serta dapat bekerja di perusahaan tersebut

Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat diartikan
berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Seseorang yang pesimis biasanya selalu
khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia
tidak mau berusaha untuk mencoba.

* Dinamis Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat
bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus
berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang
lebih baik dan lebih maju, misalnya :

Ø Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat


Ø Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang
Kebalikan dari sifat dinamis ialah statis. Sifat statis harus dijauhi oleh setiap
muslim/muslimat karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan
dan mendatangkan kerugian

* Berfikir kritis Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis
artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas cepat percaya, dan sikap selalu
berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan. Orang yang ahli
mmeberi kritik atau memberi pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat
atau keliru, sudah lengkap atau belum disebut kritikus.Kritik ada dua macam yaitu
yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak
terpuji yaitu kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT,
tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud
untuk mmeberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahan,
kekeliruan dan kekurangannya, disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan
keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya tersebut

* Mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT


seorang muslim yang mnegenali dirinya tentu akan menyadari bahwa dirinya adlah
makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya
(sunnatullah). Iapun menyadari tujuan hidupnya adalah memperoleh ridha Allah,
sehingga hidupnya diabdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-Nya dengan
cara melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan taubat masa sekarang: meninggalkan secara langsung
dosa yang sedang dilakukan. Adapun taubat masa yang akan datang: bertekad untuk
tidak melakukan kembali .
Taubat ada tiga macam:
Taubat umum ('Am), taubat khusus Khâsh, dan taubat paling khusus (khawwâshul
khawwâsh)
* Taubat umum adalah taubat dari maksiat, yaitu taubat orang-orang yang
bermaksiat.
* Taubat khusus adalah taubat dari taubat umum, taubat ini adalah taubatnya para
Nabi terdahulu
* Taubat paling khusus adalah taubat dari perhatian terhadap selain Allah swt, ini
adalah taubatnya Rasulullah saw dan Ahlul bait (sa). Jadi taubat mereka adalah
kembali kepada Allah dari pandangan kepada selain Allah. Istilah taubat ini dikenal di
kalangan ahli suluk.

B. SARAN
Dalam menghadapi hidup hendaknya setiap orang memiliki perilaku-perilaku
terpuji salah satunya yaitu perilaku tobat dan raja’, karna bertobat merupakan suatu
tindakan yang meninggalkan secara langsung dosa yang sedang dilakukan.dan raja’
merupakan perilaku berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Sesungguhnya
Allah memerintahkan manusia untuk bertaubat didalam al-qur’an sebanyak 87 kali.
Sedangkan roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada
Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap
taubatnya diterima

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Thoyyib Sah Saputra, M.Pd, Drs. H. Wahyudin, M.Pd, 2009, aqidah akhlaq
PT.Toha Putra, Semarang.
: www.harunyahya.com
Halim Abdul Nipan m 2000, menghias diri dari akhlak terpuji, mitra pustaka,
Yogyakarta.
Ibrhim Mahyudin , 2000, 180 sifat tercela dan terpuji, Restu Agung, Jakarta
Daud Ma’mur , 1938, terjemahan hadis shahih muslim , jilid I-IV, Widjaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai