Anda di halaman 1dari 49

HSI 1 – Silsilah Belajar Tauhid

HALAQOH 2 : MENGAPA KITA BELAJAR TAUHID

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki


maupun wanita, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan manusia
dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu meng-esakan ibadah kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :


ِ ‫َﻭ َﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘﺖُ ْﺍﻟﺠِﻦَّ َﻭ ْﺍ‬
‫ﻹ ْﻧﺲَ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴَﻌْ ﺒُﺪُﻭﻥ‬
’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu’’. (Surat AdzDzariyaat 56)

Oleh karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus para Rasul
kepada setiap ummat tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada
tauhid.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

َ ‫… َۖ ﻭﻟَ َﻘﺪْ َﺑ َﻌﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ُﻛ ِّﻞ ﺃ ُ َّﻣ ٍﺔ َﺭﺳُﻮﺎًﻟ ﺃَ ِﻥ ﺍﻋْ ﺒُﺪُﻭﺍ ﻪَّﻠﻟﺍ َ َﻭﺍﺟْ ﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎ ُﻏ‬
‫ﻮﺕ‬

’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat


seorang Rasul yang mereka berkata kepada kaumnya : ’’Sembahlah Allāh
dan jauhilah thaghut’’.

Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allāh Subhānahu wa


Ta’āla. (Surat AnNahl 36).

Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang
merupakan inti dari ajaran Islam, maka sebenarnya dia tidak memahami
agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang
banyak.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh yang pertama ini dan in syā
Allāh kita bertemu kembali pada halaqoh yang ke-2.
‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

Kota Al-Madinah,
Abdulloh Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 2.
Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang kedua dari Silsilah Belajar Tauhid, tauhid adalah syarat
mutlak masuk ke dalam surga.

Saudaraku, orang yang menginginkan kabahagiaan di surga maka dia


harus memiliki modal yang satu ini, yaitu modal BERTAUHID, tidak akan
masuk ke dalam surga kecuali orang-orang yang bertauhid meskipun
terkadang dia di adzab sebelumnya ke dalam neraka karena dosa yang dia
lakukan.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

َ ‫ َوأَنَّ عِ ي‬،ُ‫ َوأَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،ُ‫ْك َله‬
‫ َو َكلِ َم ُت ُه‬،ُ‫ْسى َع ْب ُد هللا َو َرس ُْولُه‬ َ ‫َمنْ َش ِهدَ أَنْ اَل إِلَ َه إِاَّل هللا َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬
‫ان م َِن ْال َع َم ِل‬ َ ‫الج َّن ُة َعلَى َما َك‬َ ‫ار َح ٌّق أَ ْد َخلَ ُه هللا‬
َ ‫أَ ْل َقا َها إِلَى َمرْ َي َم َور ُْو ٌح ِم ْن ُه َو ْال َج َّن َة َح ٌّق َوال َّن‬

’’Barang siapa yang  bersaksi  bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allāh, tidak ada sekutu bagiNya dan bersaksi
bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan juga RasulNya dan
bersaksi bahwasanya ‘Isa adalah hamba Allāh dan juga RasulNya dan
kalimatNya yang Allāh tiupkan kepada Maryam dan ruh dari Allāh
Subhānahu wa Ta’āla dan bersaksi bahwasanya surga adalah benar dan
neraka adalah benar maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memasukan
dia ke dalam surga, sesuai dengan apa yang telah dia amalkan‘’. (HR
Bukhari Muslim)

Dalam hadits yang lain, Nabi  shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‫ َي ْب َتغِى ِب َذل َِك َوجْ َه هللا‬. ‫ار َمنْ َقا َل الَ إِلَ َه إِالَّ هللا‬
ِ ‫َفإِنَّ هللا َق ْد َحرَّ َم َعلَى ال َّن‬

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengharamkan neraka,


bagi orang yang mengatakan lā ilāha illallāh (tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allāh) yang dia mengharap dengan kalimat
tersebut wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
(HR Bukhori & Muslim)
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 3. Bahaya Kesyirikan
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ketiga adalah tentang bahaya kesyirikan.

Akhil karīm, tauhid adalah amalan yang paling Allāh cintai, sebaliknya syirik
yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah adalah
amalan yang sangat Allāh murkai.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memang Maha Pengampun, akan tetapi bila


seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan
mengampuni dosa syirik tersebut.

Orang tersebut akan kekal di neraka selama-lamanya dan tidak ada


harapan baginya untuk masuk ke surganya Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sungguh ini adalah sebuah kerugian yang tidak ada kerugian lebih besar
daripada kerugian ini.

Allāh berfirman :

ُ‫ﻭﻥ ٰ َﺫﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ َﻳﺸَﺎﺀ‬


َ ‫ۚ ﺇِﻥَّ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ﺎَﻟ َﻳ ْﻐﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ُﻳﺸْﺮ ََﻙ ِﺑ ِﻪ َﻭ َﻳ ْﻐﻔِﺮُ َﻣﺎ ُﺩ‬

’’Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik dan masih


mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendakinya”. (An Nisa
48)

Allāh juga berfirman:

‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ِين مِنْ أَ ْن‬ َّ ‫إِ َّن ُه َمنْ ُي ْشركْ ِباهلل َف َق ْد َحرَّ َم هللا َعلَ ْي ِه ْال َج َّن َة َو َمأْ َواهُ ال َّنا ُر َو َما ل‬
َ ‫ِلظالِم‬ ِ

‘’Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allāh maka Allāh


mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan
tidak ada penolong bagi orang –orang yang zhalim”. (QS Al Maidah 72)

Oleh karena itu, hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini,
terkadang seseorang terjerumus ke dalam dosa ini sedangkan dia tidak
menyadarinya.

Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu yaitu ilmu agama, belajarlah dan
berdoalah kepada Allāh.
Berdoalah kepada Allāh dengan sejujur-jujurnya, semoga Allāh Subhānahu
wa Ta’āla melindungi kita dan juga keluarga kita dari perbuatan syirik ini.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 4. Syirik Membatalkan Amalan

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬
Halaqoh yang keempat adalah tentang bahwasanya syirik membatalkan amalan.

Pernahkan anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras anda selama berhari-hari, atau
berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun ? Bagaimanakah perasaan anda saat itu ? Sedih
bukan ?

Tekadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file berharga tersebut
kembali.

Saudaraku sekalian, syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ِ ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخ‬


)65( َ‫َاس ِرين‬ َ ِ‫َولَقَ ْد أُو ِح َي إِلَ ْيكَ َوإِلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبل‬
َ ُ‫ك لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬
)66( َ‫بَ ِل هللا فَا ْعبُ ْد َو ُك ْن ِمنَ ال َّشا ِك ِرين‬

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu, wahai Muhammad dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu, bahwa apabila kamu berbuat syirik, maka sungguh akan batal amalanmu, dan
jadilah engkau termasuk orang-orang yang merugi. Maka sembahlah Allāh saja, dan jadilah
kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Qs AzZumar 65-66)

Dalam ayat ini, seorang Nabi pun, apabila dia berbuat syirik, maka akan batal amalannya.

Oleh karena itu saudara-saudara sekalian, jagalah amalan anda yang sudah anda tabung
bertahun-tahun, jangan biarkan amalan tersebut hilang begitu saja, hanya karena kejahilan
anda terhadap tauhid dan juga syirik.

Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa menghancurkan amalan sebesar
gunung, dan belum tentu ada waktu lagi untuk bisa menabung kembali.

Itulah halaqah yang keempat dan sampai bertemu kembali pada halaqah berikutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


Akhūkum Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 5. Taubat Dari Kesyirikan
Diposkan pada Juli 21, 2017

ِ ‫بِس ِْم هللا الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqoh yang ke-5 adalah “Taubat dari kesyirikan”.

Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian, dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada
Allāh, maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni.

Namun apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan
mengampuni dosanya, bagaimanapun besarnya dosa tersebut.

Taubat nashūha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:

⑴ Menyesal
⑵ Meninggalkan perbuatan tersebut
⑶ Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ِ ‫وب َج ِميعًا ِإنَّهُ ه َُو ْال َغفُو ُر الر‬


‫َّحي ُم‬ ُّ ‫ي الَّ ِذينَ أَ ْس َرفُوا َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم اَل تَ ْقنَطُوا ِم ْن َرحْ َم ِة هللا إِ َّن هللا يَ ْغفِ ُر‬
َ ُ‫الذن‬ َ ‫قُلْ يَا ِعبَا ِد‬

“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (yaitu
dengan berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh
mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Az-Zumar ayat 53)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ْ‫إِ َّن هللا يَ ْقبَ ُل تَوْ بَةَ ْال َع ْب ِد َما لَ ْم يُغَرْ ِغر‬

“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke
tenggorokan.”

(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany rahimahullāh)

Para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak semuanya lahir dalam keadaan Islam,
bahkan banyak diantara mereka yang masuk Islam ketika sudah besar. Dan sebelumnya
bergelimang dengan kesyirikan.

Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka seseorang harus mempelajari
Tauhid dan memahaminya dengan baik, mengetahui jenis-jenis kesyirikan, sehi
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 6. Pengertian Tauhid
Diposkan pada Juli 24, 2017

ِ ‫بِس ِْم هللا الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Belajar Tauhid yaitu “Apa itu Tauhid?”

Saudara sekalian, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pemahaman kepada kita
semua.

Sebelum kita jauh melangkah di dalam Silsilah ini, tentunya kita harus benar-benar
memahami apa makna Tauhid yang wajib kita pelajari dan kita amalkan.

TAUHID
■ Secara bahasa adalah mengEsakan
■ Secara istilah adalah mengEsakan Allāh di dalam beribadah.

Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga dia meninggalkan peribadatan kepada selain
Allāh, seperti:

 Berdo’a kepada selain Allāh


• Bernadzar untuk selain Allāh
• Menyembelih untuk selain Allāh
• Dan lain-lain.

Apabila seseorang beribadah kepada Allāh dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain
Allāh, siapapun dia, entah itu seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah yang
dinamakan dengan syirik yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam
beribadah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‰َ ‫ﺎﻝ ﺇِ ْﺑ َﺮﺍ ِﻫﻴ ُﻢ ﻷَﺑِﻴ ِﻪ َﻭﻗَﻮْ ِﻣ ِﻪ ﺇِﻧَّﻨِﻰ ﺑَ َﺮﺁﺀٌ ِّﻣ َّﻤﺄ ﺗَ ْﻌﺒُﺪ‬
}27{ ‫} ﺇِﻻَّ ﺍﻟَّ ِﺬﻱ ﻓَﻄَ َﺮﻧِﻲ‬26{ ‫ُﻭﻥ‬ َ َ‫َﻭﺇِ ْﺫ ﻗ‬

’’Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya ‘Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakan aku’” (Az-
Zukhrūf 26-27)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

َ ‫َﻣ ْﻦ ﻗَﺎ َﻝ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻪﻠﻟﺍُ َﻭ َﻛﻔَ َﺮ ﺑِ َﻤﺎ ﻳُ ْﻌﺒَ ُﺪ ِﻣ ْﻦ ُﺩﻭْ ِﻥ ﻪﻠﻟﺍِ َﺣ ُﺮ َﻡ َﻣﺎﻟُﻪُ َﻭ َﺩ ُﻣﻪُ َﻭ ِﺣ َﺴﺎﺑُﻪُ ﻋ‬
ِ‫َﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍ‬

’’Barangsiapa yang mengatakan ‘’Lā ilāha illallāh’’ dan mengingkari segala sesuatu yang
disembah selain Allāh maka haram hartanya dan darahnya (artinya tidak boleh diganggu) dan
perhitungannya (hisabnya) adalah atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla ‘’.
(Hadits shahīh, HR. Imam Muslim)

Oleh karena itu, rukun kalimat Tauhid (Lā ilāha illallāh) ada 2 :

⑴ Nafi (pengingkaran)
Nafi pada kalimat ‘’Lā ilāha’’ artinya tidak ada Tuhan yang berhak disembah. Maksudnya
adalah mengingkari tuhan–tuhan selain Allāh.

⑵ Itsbat (penetapan) Itsbat pada kalimat ‘’illallāh” artinya kecuali Allāh. Maksudnya adalah
menetapkan Allāh sebagai satu-satunya sesembahan.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 7. Termasuk Syirik
Memakai Jimat
Diposkan pada Juli 25, 2017

ِ ‫بِس ِْم هللا الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-7 dari Silsilah Belajar Tauhid “Termasuk Syirik Memakai Jimat”

Saudaraku sekalian, Allāh Azza wa Jalla adalah Dzat yang memberi manfaat dan mudharat.

Kalau Allāh menghendaki memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak akan ada yang
bisa mencegahnya.

Demikian pula sebaliknya, ketika Allāh menghendaki untuk menimpakan musibah kepada
seseorang maka tidak akan ada yang bisa menolaknya.

Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang Muslim untuk hanya bergantung kepada
Allāh semata. Dan merasa cukup dengan Allāh dalam usaha mendapatkan manfaat dan
menghindari mudharat, seperti dalam mencari rejeki, mencari keselamatan, mencari
kesembuhan dari penyakit dan lain-lain.

Dan tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan seperti jimat,
wafaq, susuk dan berbagai jenisnya

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

َ‫ق تَ ِمي َمةً فَقَ ْد أَ ْش َرك‬


َ َّ‫َم ْن َعل‬

’’Barangsiapa yang menggantungkan tamīmah (yaitu jimat dan yang semisalnya) maka
sungguh dia telah berbuat syirik”.

(HR. Imām Ahmad dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani)

Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab (perantara) maka ini termasuk syirik
kecil, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab.

Padahal yang berhak untuk menentukan sesuatu itu sebab atau tidak adalah Dzat yang
menciptakan yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian apabila dia meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan
manfaat dan memberikan mudharat maka ini termasuk syirik besar, yang bisa mengeluarkan
seseorang dari Islam.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 8. Bertabarruk (Mencari Berkah)
Diposkan pada Juli 26, 2017

ِ ‫بِس ِْم هللا الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Ini adalah halaqah yang ke-8 dari “Silsilah Belajar Tauhid berjudul “Bertabarruk (Mencari
Barakah).”

Kaum Muslimīn,

Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang berbarakah, artinya banyak kebaikannya.

Allāh berfirman:

َ‫ﺗَﺒَﺎ َﺭﻙَ هللاُ َﺭﺏُّ ْﺍﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﻴﻦ‬

(Al-A’rāf 54)

Dan Allāh adalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian
makhluqNya, sehingga makhluq tersebut menjadi makhluq yang berbarakah dan banyak
kebaikannya.

Allāh berfirman :

َ‫اس لَلَّ ِذي بِبَ َّكةَ ُمبَا َر ًكا َوهُدًى لِ ْل َعالَ ِمين‬
ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ٍ ‫إِ َّن أَ َّو َل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُو‬

’’Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allāh letakkan bagi manusia untuk beribadah
adalah yang ada di Makkah yang berbarakah dan petunjuk bagi seluruh alam‘’. (Āli ‘Imrān
96)

Ka’bah diberikan barakah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan cara mendapatkan
barakahnya (kebaikannya) adalah dengan melakukan ibadah disana.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman :

َ‫إِنَّا أَ ْن َز ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ٍة ُمبَا َر َك ٍة ۚ إِنَّا ُكنَّا ُم ْن ِذ ِرين‬

’’Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam yang berbarakah,


sesungguhnya Kami memberikan peringatan’’. (Ad-Dukhān 3)
Malam Laylatul Qadr adalah malam yang berbarakah dan cara mendapatkan barakahnya dan
juga kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut.

Seorang ulama berbarakah dengan ilmunya dan juga dakwahnya, cara mencari
keberkahannya dan juga kebaikannya adalah dengan menimba ilmu dari ulama tersebut.

Disana ada barakah yang sifatnya dzatiyah, yaitu dzat yang berbarakah, dimana barokah
seperti ini bisa berpindah. Barokah jenis ini hanya Allāh berikan kepada para Nabi dan juga
Rasūl.

Oleh karena itu, dahulu para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertabarruk dengan:

 Bekas wudhū’ Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam


• Rambut Beliau
• Keringat Beliau
• Dan lain-lain.

Sepeninggal Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka tidak melakukan hal ini kepada
Abū Bakr dan ‘Umar dan para shahābat yang lain.

Dan ini menunjukan bahwasanya inilah kekhususan para Nabi dan juga para Rasul.

Meminta barakah hanya kepada Allāh dan dengan cara yang disyari’atkan.

Adapun meminta barakah dari Allāh dengan sebab yang tidak disyari’atkan seperti dengan:

 Mengusap dinding masjid tertentu


• Mengambil tanah kuburan tertentu
• Dan lain-lain

Maka ini termasuk dalam syirik kecil.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberkahi kita dan keluarga kita.

Inilah halaqah yang ke-8 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 9. Termasuk Syirik Besar
Menyembelih Untuk Selain Alloh
Diposkan pada Juli 27, 2017

‫ِبسْ ِم هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Ini adalah halaqah yang ke-9 dari Silsilah Belajar Tauhid berjudul
“Menyembelih Untuk Selain Allāh Termasuk Syirik Besar”.

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam ini.


Didalamnya ada pengagungan terhadap Allāh, Rabb semesta alam dan
merupakan wujud cinta dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk
Allāh, seperti:

 Ibadah kurban di hari raya


• ‘Aqiqah
• Dan juga hadyu bagi sebagian jama’ah haji.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah


yang mulia ini hanya untuk Allāh semata, sebagaimana firman Allāh
Subhānahu wa Ta’āla :

ْ‫َﻓﺼَ ِّﻞ ﻟِﺮَ ِّﺑﻚَ َﻭﺍ ْﻧﺤَﺮ‬

’’Maka shalatlah dan menyembelihlah untuk Tuhanmu”.

(Al-Kautsar 2).

Barang siapa yang menyerahkan ibadah meyembelih ini untuk selain Allāh
dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allāh,
sama saja kepada seorang Nabi atau kepada seorang wali atau kepada jin
dan lain-lain, maka dia:

 Telah terjatuh kedalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang


dari Islam
• Membatalkan amalannya, dan
• Terkena ancaman laknat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

َ‫ﻟَ َﻌﻦَ هللا َﻣﻦْ َﺫ َﺑ َﺢ ﻟ َِﻐﻴْﺮِ هللا‬


’’Allāh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh”.

(Hadits ini shāhih, diriwayatkan dari Imām Muslim).

Dan makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allāh Subhānahu wa


Ta’āla.

Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim


berkurban dan menyembelih untuk selain Allāh, sedikitpun, meskipun
dengan seekor lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau
terhindar dari mudharat.

Kita harus yakin sebagai seorang Muslim bahwa manfaat dan juga
mudharat ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata dan hanya
kepadaNya-lah seorang muslim bertawakal.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 10. Termasuk Syirik Bernadzar
Untuk Selain Alloh
Diposkan pada Juli 28, 2017

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Belajar Tauhid berjudul “Termasuk Syirik Bernadzar Untuk
Selain Allah”

Bernadzar untuk Allah adalah seseorang mengatakan, misalnya:

“Wajib bagi saya melakukan ibadah ini yaitu untuk Allah”

atau dengan mengatakan:

“Saya bernadzar untuk Allah bila terlaksana hajat saya”.

Bernadzar, kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Subhānahu wa Ta’ala, adalah ibadah
dan suatu bentuk pengagungan.

Karenanya bernadzar ini tidak diperkenankan kecuali untuk Allah Subhānahu wa Ta’ala
semata, seperti:

 Seseorang bernadzar untuk Allāh akan berpuasa 1 hari bila lulus ujian, atau
 Bernadzar untuk Allah Subhānahu wa Ta’āla akan mengadakan umroh bila sembuh dari
penyakit,
 Dan lain-lain.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫َو َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن نَفَقَ ٍة أَوْ نَ َذرْ تُ ْم ِم ْن ن َْذ ٍر فَإ ِ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُمهُ ۗ َو َما لِلظَّالِ ِمينَ ِم ْن أَ ْن‬

’’Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan maka sesungguhnya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mengetahuinya.’’

(Al-Baqarah 270)

Allāh Ta’āla mengabarkan bahwasanya Allāh mengetahui nadzar para hambaNya di dalam
ayat ini dan akan membalas dengan balasan yang baik.

Ini menunjukan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang seorang Muslim akan diberikan
pahala atas nadzar tersebut.
Dan menunaikan nadzar apabila dalam keta’atan hukumnya adalah wajib, berdasarkan firman
Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

َ ‫َو ْليُوفُوا نُ ُذ‬


‫ورهُم‬

’’Dan supaya mereka menunaikan nadzar-nadzar mereka‘’.

(Al-Hajj 29)

Dan sabda Nabi Shallallāhu ‘ ‘alayhi wasallam:

ِ ‫َﻣ ْﻦ ﻧَ َﺬ َﺭ ﺃَ ْﻥ ﻳ ُِﻄﻴ َﻊ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ﻓَ ْﻠﻴ ُِﻄ ْﻌﻪُ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻧَ َﺬ َﺭ ﺃَ ْﻥ ﻳَ ْﻌ‬


ِ ‫ﺼﻴَﻪُ ﻓَﻼَ ﻳَﻌ‬
‫ْﺼ ِﻪ‬

’’Barangsiapa yang bernadzar untuk menta’ati Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka hendaknya
menta’atinya dan barang siapa yang bernadzar untuk memaksiati Allāh maka janganlah dia
memaksiatiNya”.

(HR. Al-Bukhāri)

Bernadzar untuk selain Allāh adalah termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari
Islam, seperti seseorang bernadzar apabila seseorang sembuh dari penyakit maka akan
menyembelih untuk wali fulan atau berpuasa untuk syaikh fulan dan lain-lain.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla  melindungi kita dan keturunan kita dari perbuatan
syirik.

Itulah halaqah yang ke-10 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 11. Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi)
Diposkan pada Juli 31, 2017

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-11 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Ar-Ruqyah
(Jampi-jampi)”

Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya
sembuh.

Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikan.

َّ‫ْن َمالِكٍ َقا َل ُﻛﻨَّﺎ َﻧﺮْﻗِﻲ ﻓِﻲ ْﺍﻟﺠَﺎ ِﻫﻠِﻴَّ ِﺔ َﻓﻘُ ْﻠﻨَﺎ َﻳﺎ َﺭﺳُﻮ َﻝ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ َﻛﻴْﻒَ َﺗﺮَﻯ ﻓِﻲ َﺫﻟِﻚَ َﻓ َﻘﺎ َﻝ ﺍﻋْ ﺮِﺿُﻮﺍ َﻋﻠَﻲ‬
ِ ‫َعنْ َع ْوفِ ب‬
ٌ ْ‫ﺱ ِﺑﺎﻟﺮُّ َﻗﻰ َﻣﺎ ﻟَﻢْ َﻳﻜُﻦْ ﻓِﻴ ِﻪ ﺷِ ﺮ‬
‫ﻙ‬ ْ
َ ‫ُﺭ َﻗﺎ ُﻛﻢْ ﺎَﻟ َﺑﺄ‬

Dari ‘Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu berkata; Kami dahulu meruqyah di
zaman Jahiliyyah, maka kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu
‘alayhi wa sallam :

“Yā Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini?”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah


tidak mengapa selama tidak ada kesyirikan”.

(HR. Abū Dāwūd, dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari:

 Ayat-ayat AlQur’an
 Do’a-do’a yang diajarkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ini
lebih utama.

Atau dengan,

 Do’a-do’a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik


dengan bahasa Arab maupun dengan selain bahasa Arab.
Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah
meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah SEBAB semata, tidak berpengaruh
dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab
tersebut.

Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang


menciptakan sebab tersebut yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan


yang mengandung permohonan kepada selain Allāh, entah kepada
seorang jin ataupun seorang wali sekalipun, biasanya disebutkan disitu
nama-nama mereka.

Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān


atau dengan nama-nama Allāh atau dengan kalimat yang berasal dari
bahasa Arab.

Tujuannya adalah satu yaitu untuk mengelabui orang-orang yang jahil dan
tidak tahu.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasūlullāh


shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam sabda Beliau :

ٌ ْ‫ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮُّ َﻗﻰ َﻭﺍﻟﺘَّﻤَﺎ ِﺋﻢَ َﻭﺍﻟﺘِّﻮَﻟَ َﺔ ﺷِ ﺮ‬


‫ﻙ‬

’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’.

(HR. Abū Dāwūd, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh)

Itulah halaqah yang ke-11 dan sampai bertemu kembali pada dihalaqah
selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 12. Berdoa’ Kepada Selain Alloh
Adalah Syirik Besar
Diposkan pada Agustus 1, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-12 “Berdo’a Kepada Selain Allāh Adalah Syirik Besar”.

Berdo’a kepada Allāh adalah seseorang menghadap Allāh dengan maksud


supaya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewujudkan keinginannya, baik
dengan meminta atau dengan merendahkan diri, mengharap dan takut
kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Berdo’a dengan makna di atas adalah ibadah.

Berkata An-Nu’mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu ‘anhu :

“Aku mendengar Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallama bersabda : ‘Do’a


adalah ibadah.’

Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam membaca ayat:

َ ‫َﻭ َﻗﺎ َﻝ َﺭ ُّﺑﻜُﻢُ ْﺍﺩﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْ ﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ َﻳﺴْﺘَﻜْﺒِﺮ‬
َ ُ‫ُﻭﻥ َﻋﻦْ ﻋِ ﺒَﺎﺩَ ﺗِﻲ َﺳﻴَﺪْ ُﺧﻠ‬
َ‫ﻮﻥ َﺟ َﻬﻨَّﻢَ ﺩَ ﺍ ِﺧﺮِﻳﻦ‬

“Dan Rabb kalian berkata : ‘Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan
mengabulkan kalian. Sesungguhnya orang- orang yang sombong dari
beribadah kepadaKu, mereka akan masuk ke dalam neraka jahanam
dalam keadaan terhina’.” (Ghāfir:60)

(HR. Abū Dāwūd, Tirmidzi, Nasāi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani rahimahullāh).

Dan makna “beribadah kepadaKu” adalah “berdoa kepadaKu”.

Apabila do’a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh semata, maka
berdo’a kepada selain Allāh dengan merendahkan diri di hadapannya,
mengharap dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap
dan takut kepada Allāh adalah termasuk syirik besar.

Dan termasuk jenis do’a adalah:


⑴ Istighātsah (meminta dilepaskan dari kesusahan)

⑵ Isti’ādzah (meminta perlindungan)

⑶ Isti’ānah (meminta pertolongan)

Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini
adalah ibadah, hanya diserahkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla
semata.

Dan perlu kita ketahui bahwasanya boleh seseorang beristighātsah,


beristi’ādzah, beristi’ānah kepada seorang makhluk dengan 4 syarat:

⑴ Makhluk tersebut masih hidup.

⑵ Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita.

⑶ Dia mampu sebagai makhluq untuk melakukannya.

⑷ Tidak boleh seseorang bertawakkal kepada sebab tersebut, akan tetapi


bertawakkal kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan sebab.

Orang yang beristighātsah, beristi’ādzah atau beristi’ānah kepada orang


yang sudah mati atau kepada orang yang masih hidup akan tetapi tidak
berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita atau meminta
makhluk perkara yang tidak mungkin melakukan kecuali Allāh, maka ini
termasuk syirik besar.

Itulah halaqah ke-12 dan sampai bertemu di halaqah selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 13. Syafa’at
Diposkan pada Agustus 2, 2017

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله وصحبه أجمعين‬

Halaqoh yang ke-13 dari silsilah kita kali ini adalah tentang Syafā’at.

Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di


akhirat.

Allâh & Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at
pada hari kiamat.

Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh mengampuni seorang


muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allāh izinkan untuk
memberikan syafa’at.

Syafa’at akhirat ini harus kita imani & kita berusaha untuk meraihnya.

Dan modal utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid &
bersihnya seseorang dari kesyirikan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika beliau


mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafā’at pada hari
kiamat, beliau mengatakan:

ُ ‫ات مِنْ أ ُ َّمتِي ال ُي ْش ِر‬


‫ك ِباهلل َش ْي ًئا‬ َ ‫َف ِه َي َنا ِئلَ ٌة إِنْ َشا َء هللا َمنْ َم‬

“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari
umatku yang tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.”
(Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka


miliki.

Allâh berfirman:

َ ‫ُون إِاَّل لِ َم ِن ارْ َت‬


…‫ض ٰى‬ َ ‫…واَل َي ْش َفع‬
َ
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak
memberikan syafā’at kecuali bagi orang-orang yang Allāh ridhai…”.
(Al-Anbiyaa’ 28)

Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Karena seseorang


pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali
setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, sampai meskipun dia
seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allāh
Subhānahu wa Ta’ālā :

‫ٓ َﻣﻦ َﺫﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ َﻳﺸْ َﻔ ُﻊ ﻋِ ﻨﺪَﻩُ ٓۥ ﺇِﺎَّﻟ ِﺑﺈِ ْﺫ ِﻧﻪِۦ‬

“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh Ta’ālā kecuali dengan
izin-Nya.” (Al-Baqarah 255)

Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat
yang memilikinya.

Seperti seseorang mengatakan dalam yang do’anya, “Ya Allāh, aku


meminta syafa’at Nabi-Mu .”

Ini adalah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.

Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad shallallāhu


‘alayhi wa sallam seperti mengatakan, “Ya Rasūlullāh, berilah aku
syafā’atmu.”

Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan


maksud meraih syafā’atnya.

Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang
musyrikin zaman dahulu.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

َ ‫ﺷ َﻔ َﻌﺎﺅُ َﻧﺎ ﻋِ ﻨْﺪَ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ ۚ ُﻗ ْﻞ ﺃَ ُﺗﻨَﺒِّﺌ‬


‫ُﻮﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ِﺑﻤَﺎ ﺎَﻟ َﻳﻌْ ﻠَ ُﻢ‬ ½َ ُ‫ﻭﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ َﻣﺎ ﺎَﻟ َﻳﻀُﺮُّ ُﻫﻢْ َﻭﺎَﻟ َﻳﻨْ َﻔ ُﻌ ُﻬﻢْ َﻭ َﻳﻘُﻮﻟ‬
ُ ِ‫ﻮﻥ ٰ َﻫﺆُﺎَﻟ ﺀ‬ ِ ‫ُﻭﻥ ِﻣﻦْ ُﺩ‬
َ ‫َﻭ َﻳﻌْ ﺒُﺪ‬
‫ﺽ ۚ ُﺳﺒْﺤَﺎ َﻧ ُﻪ َﻭ َﺗ َﻌﺎﻟَ ٰﻰ َﻋﻤَّﺎ ُﻳﺸْﺮِ ُﻛﻮﻥ‬ َ
ِ ْ‫ﺕ َﻭﺎَﻟ ﻓِﻲ ﺍﺄْﻟ ﺭ‬ ِ ‫ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤ ََﺎﻭﺍ‬

“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak


memudharati mereka & tidak pula memberikan manfaat & mereka berkata:
“Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah:
“Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak
ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari
apa yang mereka sekutukan.” (Yunus 18)

Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu
kembali pada halaqoh selanjutnya.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 14. Berlebihan Terhadap Orang
Sholih Adalah Pintu Kesyirikan
Diposkan pada Agustus 3, 2017

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-14 “Berlebihan terhadap orang shalih adalah pintu kesyirikan.”

Orang yang shalih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allah, baik dalam hal
aqidah, ibadah maupun dalam hal muamalah.

Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita sebagai seorang Muslim diperintahkan untuk:

 ⑴ Mencintai mereka.
• ⑵ Mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.

Berteman & bermajlis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan.

Membaca perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan & meneguhkan hati kita.

Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam batas yang diizinkan agama.

Namun berlebih-lebihan terhadap orang yang shalih, seperti:

⑴ Mendudukkan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia.

Atau,

⑵ Mensifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allah.

Maka ini hukumnya HARAM (tidak diperbolehkan oleh agama) karena menjadi pintu
terjadinya kesyirikan & penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allah.

Mencintai Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melebihi cinta kita kepada orang tua,
anak-anak & semua manusia adalah sebuah kewajiban agama, sebagaimana dalam hadits.

Namun Beliau melarang kita (untuk) berlebih-lebihan terhadap Beliau dengan mendudukkan
Beliau di atas kedudukan Beliau yang sebenarnya, yaitu sebagai hamba Allah & seorang
Rasul.

Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:


ُ‫ فَقُوْ لُوْ ا َع ْب ُد هللاِ َو َرسُوْ لُه‬،ُ‫ فَإِنَّ َما أَنَا َع ْب ُده‬،‫صا َرى ا ْبنَ َمرْ يَ َم‬
َ َّ‫ت الن‬ ْ َ‫طرُوْ نِي َك َما أ‬
ِ ‫ط َر‬ ْ ُ‫الَ ت‬.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-


lebihan terhadap ‘Īsa ibn Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya maka katakanlah.
‘Hamba Allah & Rasul-Nya’.”

(HR. Bukhari)

◆ Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah.

Dan,

◆ Beliau adalah seorang rasul maka tidak boleh dicela & diselisihi.

Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia yaitu Rasūlullah shallallahu ‘alayhi


wa sallam tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain?

Diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih adalah:

⑴ Meyakini bahwasanya mereka mengetahui ilmu ghaib, atau

⑵ Membangun di atas kuburan mereka, atau

⑶ Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di samping kuburan mereka

⑷ Dan lain-lain.

Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.

Itulah halaqah yang ke-14 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 15. Sihir
Diposkan pada Agustus 4, 2017

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-15 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Sihir”.

Ayyuhal ikhwah, sihir bermacam-macam jenisnya.

Dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir yang terjadi dengan meminta pertolongan
kepada syaithan.

Dan syaithan tidak akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan perkara yang dia
ridhai, yaitu kufur (kafir) kepada Allah, dengan cara:

⑴ Menyerahkan sebagian ibadah kepada syaithan tersebut.

⑵ Menghina Al-Quran.

⑶ Mencela agama.

⑷ Dan lain-lain.

Allah berfirman:

َ َّ‫َو َما َكفَ َر ُسلَ ْي َمانُ َو ٰلَ ِك َّن ال َّشيَا ِطينَ َكفَرُوا يُ َعلِّ ُمونَ الن‬
‫اس السِّحْ َر‬

“Dan bukanlah Sulaiman yang kafir, akan tetapi syaithan-syaithanlah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia.”

(Al-Baqarah 102)

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda (yang artinya):

“Jauhilah 7 perkara yang membinasakan.”

Para shahabat bertanya, “Ya Rasūlullah, apa 7 perkara tersebut?”

Maka Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Syirik kepada Allah, sihir,…(dst).”


(Muttafaqun ‘alaih)

Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati bila dia tidak bertaubat,
sebagaimana telah dicontohkan oleh para shahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Dan yang berhak untuk melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah dan bukan
individu.

Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan. Bahkan sebagian ulama menghukumi
pelakunya keluar dari Islam.

Demikian pula meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang haram karena Rasūlullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwa bukan termasuk pengikut Beliau (yaitu)
orang yang menyihir & orang yang meminta disihirkan.

Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam Musnadnya dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah.

Seorang Muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir.

Diantaranya adalah:

⑴ Dengan menjaga dzikir-dzikir yang di syariatkan, seperti:

 Dzikir pagi & petang


 Dzikir-dzikir setelah shalat 5 waktu
 Dzikir akan tidur
 Dzikir mau makan
 Dzikir masuk & keluar rumah
 Dzikir masuk & keluar kamar kecil
 Dan lain-lain.

⑵ Dan membersihkan diri dan juga rumah dari perkara-perkara yang membuat ridha
syaithan, seperti:

 Jimat-jimat
 Musik-musik
 Gambar-gambar makhluk bernyawa
 Dan lain-lain.

Dan apabila qaddarullah terkena sihir maka hendaknya dia:

√ Bersabar.

√ Merendahkan diri kepada Allah.


√ Memohon darinya kesembuhan, dan

√ Berpegang dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan.

√ Dan jangan sekali-kali dia berusaha untuk menghilangkan sihir dengan cara meminta
bantuan jin, baik secara langsung maupun lewat dukun, paranormal dan yang semisal dengan
mereka.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dan juga keluarga kita dari semua
kejelekan di dunia dan juga di akhirat.

Itulah halaqah yang ke-15 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 16. Perdukunan
Diposkan pada Agustus 7, 2017

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
Halaqah yang ke-16 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang
Perdukunan.

Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang
tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti:

 Mengetahui barang yang hilang, pencurinya


• Mengetahui ramalan nasib
• Dan lain-lain.

Dia mengaku mengetahui hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu


seperti dengan:

 Melihat bintang
• Menggaris di tanah
• Melihat air di mangkok
• Dan lain-lain.

Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

Saudaraku sekalian, ketahuilah bahwa perdukunan dengan namanya yang


bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam agama
Islam.

Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang
mereka mintai bantuan.

Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai


seorang yang meminta bantuan jin & juga syaithan.

Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan


menyesatkan manusia dan menyeret mereka bersamanya ke dalam
neraka.

Iblis & juga keturunannya tidak akan membantu sang dukun kecuali apabila
dukun tersebut kafir kepada Allah.
Para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab
ini.

Dan harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.

Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar maka sebagaimana yang


dikabarkan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih,
bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit.

Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan


kepada yang di bawahnya dan seterusnya, sehingga sampai ke telinga
dukun.

Terkadang dia terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar


tersebut. Dan terkadang pula sempat menyampaikan sebelum akhirnya
terkena lemparan bintang.

Kabar sedikit ini atau kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah-tambahi
oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang banyak.

Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan
alat mencari pembenaran & kepercayaan dari manusia.

Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta


bantuan, bagaimanapun susahnya keadaan dia.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan


apa yang dia ucapkan, maka dia telah kufur terhadap apa yang telah
diturunkan kepada Muhammad.”

(HR Abū Dawūd, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albani rahimahullah).

Dalam hadits yang lain Beliau mengatakan:

ً ‫أربعين‬
‫ليلة‬ َ ُ‫صالة‬ ٍ ‫َمنْ أتى َعرَّ ا ًفا َف َسأَل ُه َعنْ َش‬
َ ‫ئ لم ت ْق َبل لَ ُه‬

“Barangsiapa yang mendatangi dukun kemudian bertanya kepadanya


tentang sesuatu maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari.”
(HR Muslim)

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak


sampai mengeluarkan seseorang dari Islam, namun kedua hadits di atas
cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita merasa cukup


dengan yang halal & menjauhkan kita dari yang haram.

Itulah halaqah yang ke-16 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 17. Tathayyur (Merasa Sial
Dengan Sesuatu)
Diposkan pada Agustus 8, 2017

‫بسم هللا الرحمن الرحيم السالم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Pelajaran yang ke-17 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang


“Tathayyur”, yaitu merasa sial dengan sesuatu.

◆ Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau


mendengar kejadian tertentu.

Seperti:

 Melihat tabrakan
• Orang yang berkelahi
• Atau yang semisalnya.

Kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan


hajatnya, seperti bepergian, berdagang dan lain-lain.

Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

‫أَ ْش َر َك‬ ‫اج ٍة َف َق ْد‬ ِّ ‫ َر َّد ْت ُه‬  ْ‫َمن‬


َ ‫الط َي َرةُ مِنْ َح‬
“Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan
hajatnya maka dia telah berbuat syirik.”

(Hadits shahīh diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana


hal ini dinafikan & diingkari oleh Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Beliau bersabda,

‫ارة‬ ِّ َ‫َوال‬
َ ‫الط َي‬
“Tidak ada thiyarah.”

(HR Bukhari dan Muslim)

⇒ Maksudnya, thiyarah ini hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan
berpengaruh terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syaithan
ini.

Dan hendaknya dia,

 √ Memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di


permukaan bumi berupa kebaikan & keburukan adalah dengan takdir
Allah semata.
 √ Yakin bahwa tidak (ada yang) mendatangkan kebaikan kecuali
Allah & tidak (ada yang) melindungi dari keburukan kecuali Allah.
 √ Hanya bertawakal kepada Allah semata & berbaik sangka kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan


dengan tawakkal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya.

Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah semata.

Adapun tafa’ul maka diperbolehkan didalam agama kita.

◆ Tafa’ul artinya adalah berbaik sangka kepada Allah karena melihat atau
mendengar sesuatu.

Dahulu Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sering bertafa’ul seperti ketika


Perjanjian Hudaibiyah.

Utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Dan Suhail adalah bentuk
pengecilan dari kata “sahl” yang artinya “yang mudah”.

Maka Beliau pun berbaik sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini akan
membawa kemudahan & kebaikan bagi umat Islam.

Maka benarlah persangkaan Beliau.


Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka setelah itu (yaitu setelah perjanjian
tersebut) pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.

HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 18. Meramal Nasib


Dengan Bintang
Diposkan pada Agustus 9, 2017

‫ِبسْ ِم هّللا ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬.

Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal
Nasib Dengan Bintang”.
Bintang adalah makhluq yang menunjukkan kebesaran Allah dan
kebesaran Penciptanya.

Allah Ta’ala telah mengabarkan di dalam Al-Quran bahwa bintang ini


memiliki 3 faidah:

⑴ Sebagai perhiasan langit.

⑵ Sebagai pelempar syaithan.

⑶ Sebagai petunjuk manusia, seperti :


⇒ Mengetahui arah utara atau selatan
⇒ Mengetahui arah daerah, arah kiblat
⇒ Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-
lain.

Allah tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di
atas.

Seorang salaf, Qatadah Ibn Di’amah As-Sadūsi, seorang ulama yang


meninggal kurang lebih pada tahun 110 H. Beliau menjelaskan bahwa,

“Barangsiapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain,


selain 3 hal di atas maka dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.”

Ucapan ini dikeluarkan Al-Imam Al-Bukhari di dalam Shahih beliau.

Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit & tenggelamnya bintang


atau berkumpul & berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada
keberuntungan seseorang di masa yang akan datang, dalam masalah
rejeki, jodoh dan lain-lain.

Seperti kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah.

Membacanya dan mempercayainya adalah perbuatan yang haram dan


termasuk dosa besar.

Sebagian ulama mengatakan hukumnya seperti orang yang mendatangi


dukun dan bertanya kepadanya.

Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.

Hendaknya kita semua takut kepada Allah.

Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-kolom tersebut.

Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita.

Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita dan juga keluarga
kita.

Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allah


Subhanahu wa Ta’ala dengan selamat.

Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 19. Bersumpah Dengan Selain
Nama Alloh
Diposkan pada Agustus 10, 2017

ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-19 dari Silsilah Belajar Tauhid kita kali ini adalah tentang “Bersumpah
Dengan Selain Nama Allah”.
Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik
oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara.

Kalau (dalam) bahasa ‘Arab maka menggunakan:

 Huruf wawu (‫)و‬ َ


• Huruf ba (‫)ب‬َ
• Huruf ta ( َ‫)ت‬

Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.

Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya mengatakan:

✓Wallahi

✓Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi

✓Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya

✓Dan lain-lain.

Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita
bersumpah dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:

✘Demi Rasūlullah
✘Demi Ka’bah
✘Demi Jibrīl
✘Demi langit & bumi
✘Demi bulan & bintang
✘Dan lain-lain.
Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

َ‫َم ْن َحلَفَ بِ َغي ِْر هَّللا ِ فَقَ ْد أَ ْش َرك‬

“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah maka sungguh dia telah berbuat
syirik.”

(HR Abū Dawūd, Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang
dari Islam.

Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluq
disertai pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu
pengagungan ibadah.

Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan:

✘ Demi Wisnu
✘ Demi Dewa Fulan
✘ Demi Lata
✘ Dan lain-lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-19 ini dan sampai bertemu kembali
pada halaqah yang selanjutnya.
‫وباهلل التوفيق والهداية‬
‫َو ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 20. Riya’
Diposkan pada Agustus 11, 2017

ِ ‫ِ بِس ِْم هّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحيْم‬
ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-20 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Riya”.
Ayyuhal ikhwah,

Riya’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allah,
akan tetapi ingin dilihat manusia dan dipuji.

Riya’ hukumnya HARAM dan dia termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak
mengeluarkan seseorang dari Islam.

Riya’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun besar
amalan tersebut.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

َ ‫ﻙ َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤ َﻞ َﻋ َﻤﻼً ﺃَ ْﺷ َﺮ‬
ُ‫ﻙ ﻓِﻴ ِﻪ َﻣ ِﻌﻲ َﻏﻴ ِْﺮﻱ ﺗ ََﺮ ْﻛﺘُﻪُ َﻭ ِﺷﺮْ َﻛﻪ‬ ِ ْ‫ﻙ َﻭﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﺃَﻧَﺎ ﺃَ ْﻏﻨَﻰ ﺍﻟ ُّﺸ َﺮ َﻛﺎﺀِ َﻋ ِﻦ ﺍﻟ ِّﺸﺮ‬
َ ‫ﻗَﺎ َﻝ ﻪَّﻠﻟﺍ ُ ﺗَﺒَﺎ َﺭ‬

“Allah berkata: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang
mengamalkan sebuah amalan dia menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam amalan
tersebut maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR Muslim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni
Allah, artinya dia harus diadzab supaya bersih dari dosa riya’ tersebut.

Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allah, yang;

◆ Kalau Allah menghendaki maka akan diampuni langsung.

Dan,

◆ Kalau Allah menghendaki maka akan diadzab.

Mereka berdalil dengan keumuman ayat:

َ ‫ﺇِ َّﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ﺎَﻟ ﻳَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﺃَ ْﻥ ﻳُ ْﺸ َﺮ‬


ُ‫ﻙ ﺑِ ِﻪ َﻭﻳَ ْﻐﻔِ ُﺮ َﻣﺎ ُﺩﻭﻥَ َﺫﻟِﻚَ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَ َﺸﺎﺀ‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi
siapa yang dikehendaki.” (QS An Nisa: 48)

Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan
mereka?

Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi mereka justru
adalah orang-orang yang beramal shalih.

Mereka adalah orang yang:

 ⑴ Mengajarkan Al Quran supaya dikatakan sebagai seorang qari, seorang yang suka
membaca, seorang yang mahir membaca.
 ⑵ Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan.
 ⑶ Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani.

⇒ Beramal bukan karena Allah

Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang
shahih.

Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam beramal..

Dan ikhlash adalah barang yang sangat berharga.

Para salaf kita, merekapun merasakan beratnya memperbaiki hati mereka.

Dan hanya kepada Allah kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita dari
riya’, sum’ah, ‘ujub dan berbagai penyakit hati.

Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita kecuali kalau memang ada
mashlahat yang lebih kuat.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-20 ini dan sampai bertemu kembali
pada halaqah yang selanjutnya.
‫وباهلل التوفيق والهداية‬
‫َو ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

Saudaramu,
‘Abdullah ROY
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 21. Cinta Kepada Alloh Ta’ala
Diposkan pada Agustus 14, 2017

ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬


‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang lCinta
Kepada Allah”.
Mencintai Allah merupakan ibadah yang agung.

Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan seorang Muslim


merendahkan dirinya di hadapan Allah, mengagungkan Allah, yang
akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksanakan perintah Allah
dan juga menjauhi apa yang Allah larang.

Inilah cinta yang merupakan ibadah.

Barangsiapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allah maka
dia telah berbuat syirik besar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ِ ‫ﻭﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ ﺃَ ْﻧﺪَﺍ ًﺩﺍ ُﻳﺤِﺒُّﻮ َﻧ ُﻬﻢْ َﻛﺤُﺐِّ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ َﻭﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَ َﻣﻨُﻮﺍ ﺃَ َﺷﺪُّ ُﺣ ًﺒّﺎ ﻪَّﻠِﻟ‬
ِ ‫َّﺎﺱ َﻣﻦْ َﻳﺘَّﺨِﺬُ ِﻣﻦْ ُﺩ‬
ِ ‫َﻭ ِﻣﻦَ ﺍﻟﻨ‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allah


sebagai sekutu-sekutu Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman maka cinta mereka
kepada Allah jauh lebih besar”.

(QS Al Baqarah: 165)

Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga,


harta, pekerjaan dan lain-lain, maka hal ini diperbolehkan selama tidak
melebihi cinta kita kepada Allah.
Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi cintanya
kepada Allah maka dia telah melakukan dosa besar.

Allah berfirman yang artinya:

“Katakanlah; ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri,


kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan
yang kalian khawatiri kerugiannya, dan juga rumah-rumah tempat tinggal
yang kalian sukai, itu semua lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-
Nya dan juga berjihad di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah
Subhanahu wa Ta’ala mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”.

(QS At Taubah: 24)

Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak
siapa yang lebih dia cintai.

Dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya
hanya sebatas ucapan saja.

Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allah adalah dengan:

√ Mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat Al Quran.

√ Memikirkan tanda tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di alam


semesta.

√ Mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allah berikan.

Itulah halaqah yang ke-21 dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 22. Takut Kepada Alloh
Diposkan pada Agustus 15, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Takut
Kepada Allah”.
Ayyuhal ikhwah,

Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan


mudharat adalah di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal
kecuali kepada Allah.

✓ Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa


pelakunya untuk:

⑴ Merendahkan diri di hadapan Allah.

⑵ MengagungkanNya.

⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

⑷ Melaksanakan perintahNya.

✘ Bukan takut :

⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap


rahmat Allah.

⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan


kepada Allah .

Takut seperti ini adalah ibadah.

Tidak boleh sekali-sekali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini


kepada selain Allah.
Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah
terjerumus ke dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari
Islam.

Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang
sudah meninggal kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan
diri di hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya.

Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrahīm ‘Alaihissalam ketika


beliau berkata yang artinya:

“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak


memudharati aku kecuali apabila Rabbku menghendakinya.”

(QS Al An’am: 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada


makhluq yang melebihi takutnya kepada Allah, sehingga takut tersebut
membuat dia meninggalkan perintah Allah atau melanggar larangan Allah.

Seperti:

 Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut


kepada orang-orang kafir.

Atau,

 Tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal


dia mampu.

Allah berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya itu hanyalah syaithan yang menakut-nakuti kalian, wahai


orang-orang yang beriman, dengan wali-walinya (penolong-penolongnya).

Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kalian
kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang beriman.”

(QS Ali ‘Imran: 175 )

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang


diharamkan adalah:
⑴ Berlindung kepada Allah dari bisikan syaithan.

⑵ Mengingat sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yang artinya:

“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk


memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberikan
manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis.

Dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat


kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali
dengan apa yang sudah Allah tulis.”

(HR Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullah)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti:

⑴ Takut kepada panasnya api.

⑵ Takut kepada binatang buas.

Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga
bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau
melanggar larangan Allah.

Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Itulah halaqah yang ke-22 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 23. Ta’at Ulama Dalam Kebenaran
Diposkan pada Agustus 16, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول‬

Halaqah yang ke-23 dari Silsilah kita adalah tentang “Ta’at Ulama Dalam
Kebenaran”.
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah dan juga
agamanya.

Ilmu yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala.

Mereka adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama
Islam adalah sangat tinggi.

Allah telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk
ta’at kepada mereka selama mereka menyeru dan mengajak kepada
kebenaran dan juga kebaikan.

Allah Ta’ala berfirman :

‫ِين آ َم ُنوا أَطِ يعُوا هَّللا َ َوأَطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوأُولِي اأْل َمْ ِر ِم ْن ُك ْم‬
َ ‫ۖ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬

“Wahai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah


kepada Rasul dan ulil amri kalian.”

(QS An Nisa: 59)

⇒ Dan ulil amri disini mencakup ulama & juga umara (pemerintah).

Menghormati mereka (yaitu para ulama) bukan berarti menta’ati mereka


dalam segala hal sampai kepada kemaksiatan.

Ulama, ayyuhal ikhwah, seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka


terkadang salah dan terkadang benar.

√ Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.

√ Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.


Apabila jika telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas
bahwasanya seorang ulama menyelisihi tersebut dalam sebuah
permasalahan, maka tidak boleh seseorang menta’ati ulama tersebut
kemudian dia meninggalkan kebenaran.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Tidak ada keta’atan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya keta’atan hanya


didalam kebenaran.”

(Muttafaqun ‘alaih)

Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allah,


maka dia telah menjadikan ulama tersebut sebagai pembuat syariat dan
bukan penyampai syariat, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi
& Nashrani.

Allah berfirman :

ِ ‫ار ُه ْم َورُهْ َبا َن ُه ْم أَرْ َبابًا مِنْ ُد‬


‫ون هللا‬ َ ‫…ا َّت َخ ُذوا أَحْ َب‬

“Mereka (orang-orang Yahudi & Nasrani) menjadikan ulama dan ahli


ibadah mereka sebagai sesembahan selain Allah.”

(QS At Taubat: 31)

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menjelaskan ayat ini, Beliau


mengatakan:

“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama & ahli
ibadah tersebut, akan tetapi mereka, apabila menghalalkan apa yang Allah
haramkan, maka mereka ikut menghalalkan.

Dan apabila ulama & ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allah
halalkan maka mereka pun ikut mengharamkan.”

(Hadits ini hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)

Itulah halaqah yang ke-23 sampai bertemu pada halaqah yang selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 24. Menyandarkan Nikmat Kepada
Alloh Ta’ala
Diposkan pada Agustus 17, 2017

ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬


‫هللا َو َب َر َكا ُته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-24 berjudul “Menyandarkan Nikmat Kepada Allah”.


Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim
bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah.

Allah berfirman:

ِ ‫َو َما ِب ُك ْم مِنْ نِعْ َم ٍة َفم َِن هَّللا‬

“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari
Allah.”

(QS An Nahl: 53)

Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah


kenikmatan dari Allah kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut
kepada selain Allah.

Seperti mengatakan:

 “Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka.”


 “Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri.”
 “Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh.”

Ini semua adalah menyandarkan kenikmatan kepada sebab.

Allah berfirman:

‫ت هّللا ِ ُث َّم يُن ِكرُو َن َها‬ َ ُ‫َيعْ ِرف‬


َ ‫ون نِعْ َم‬

“Mereka mengenal nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya.”

(QS An Nahl: 83)

Seharusnya dia sandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah, Zat yang


menciptakan sebab.
Seperti dengan mengatakan:

 “Kalau bukan karena Allah niscaya kita sudah celaka.”


 “Kalau bukan Allah niscaya uang kita sudah hilang.”
 “Kalau bukan karena Allah niscaya saya tidak akan sembuh.”

Karena apa?

Karena Allah-lah yang memberikan:

✓Nikmat keselamatan
✓Nikmat keamanan
✓Nikmat kesembuhan

Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan


tersebut kepada kita.

Kalau Allah menghendaki niscaya Allah tidak akan menggerakkan


makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita.

Ini semua, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih
kepada orang lain.

Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih


kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya karena mereka menjadi
sebab kenikmatan ini.

Bahkan diperintah untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan


atau dengan do’a yang baik.

Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allah


semata.

‫وهللا تعالى أعلم‬

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kali ini dan sampai bertemu kembali
pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 25. Ridho Dengan Hukum Alloh
Diposkan pada Agustus 18, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-25 dari Silsilah Belajar Tauhid kali ini adalah tentang
“Ridha Dengan Hukum Allah”.
Allah Ta’ala sebagai pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah
Ar-Rahman Ar-Rahīm.

Dan di antara bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari’at supaya


manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan didunia
maupun akhirat.

Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hukumnya penuh


dengan keadilan, hikmah & juga kebaikan, meskipun hal ini terkadang
samar atas sebagian manusia.

Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga
Muslimah untuk:

✓Ridha dengan hukum Allah.

✓Yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum Allah.

⇒ Di dalam segala bidang kehidupan (meliputi) :

 ‘Aqidah
• Akhlaq
• Adab
• Mu’amalah
• Ekonomi
• Kenegaraan
• Dan lain-lain.

Meng-Esakan Allah di dalam hukum-hukumNya adalah termasuk


konsekuensi tauhid.

Allah berfirman:

ِ ْ‫ون لَ ُه ُم ْال ِخ َي َرةُ مِنْ أَمْ ِر ِه ْم ۗ َو َمنْ َيع‬


َ ‫ص هَّللا‬ َ ‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُ ُه أَمْ رً ا أَنْ َي ُك‬
َ ‫ِن َواَل م ُْؤ ِم َن ٍة إِ َذا َق‬ َ ‫َو َما َك‬
ٍ ‫ان لِم ُْؤم‬
‫ضاَل اًل م ُِبي ًنا‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫َو َرسُولَ ُه َف َق ْد‬
“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang
mu’minah apabila Allah & Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka.

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh


dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”

(QS Al-Ahzab: 36)

Saudaraku,

Alhamdulillah dengan izin dan karunia-Nya sampailah kita pada bagian


yang terakhir dari Silsilah Tauhid, yaitu bagian ke-25.

Dan dengan ini saya akhiri silsilah ini.

Dan bukan berarti kita sudah merasa cukup.

Apa yang disampaikan hanyalah sebagian kecil dari ilmu tauhid itu sendiri.

Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal


menjemput kita.

Ikutilah majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini.

Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh
para ulama yang terpercaya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita semua, menghidupkan


dan juga mematikan kita di atas tauhid.

‫الحمد هلل رب العالمين‬


‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy di kota Al-Madīnah An-Nabawiyyah

Anda mungkin juga menyukai