Anda di halaman 1dari 48

Judul E-Book

Belajar Tauhid
Penulis

Dr. Abdullah ROy

Layouter dan Pengumpul

Herbi Yuliantoro

E-book ini tidak diperjualbelikan


Silakan disebarluaskan
DAFTAR ISI

Belajar Tauhid (1) .................................................................................................................................... 1

Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid .................................................................................................... 4

Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga ..................................................................................................... 5

Bahaya Kesyirikan................................................................................................................................ 6

Syirik Membatalkan Amal. .................................................................................................................. 7

Taubat Dari Kesyirikan ........................................................................................................................ 8

Apa itu Tauhid? ................................................................................................................................... 9

Termasuk Syirik Memakai Jimat........................................................................................................ 11

Bertabarruk (Mencari Berkah) ........................................................................................................... 12

Menyembelih Untuk Selain Allāh Termasuk Syirik Besar ................................................................. 14

Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allah ................................................................................. 15

Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi) ................................................................................................................. 17

Berdoa kepada Selain Allah adalah Syirik Besar ................................................................................. 19

Syafa’at............................................................................................................................................... 21

Berlebihan terhadap orang shalih adalah pintu kesyirikan .................................................................. 23

Sihir ................................................................................................................................................... 25

Perdukunan ....................................................................................................................................... 28

At-Tathoyyur .................................................................................................................................... 30

Meramal Nasib Dengan Bintang ........................................................................................................ 32

Bersumpah Dengan Selain Nama Allāh ............................................................................................. 34

Riyā .................................................................................................................................................. 36

Cinta Kepada Allāh ........................................................................................................................... 38

Takut Kepada Allāh ........................................................................................................................... 40

Ta’at Ulama di Dalam Kebenaran ...................................................................................................... 42

Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh................................................................................................ 45

Ridha Dengan Hukum Allāh ............................................................................................................ 47


Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid

Kaum muslimin yang dimulyakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, ini adalah halaqoh yang
pertama dari Silsilah Belajar Tauhid yang berjudul “Mengapa Kita Harus Mempelajari Tauhid? “

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita, karena
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu
meng-esakan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫ﺲ ِﺇﻻَّ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥ‬
َ ْ‫ﻭَﻣَﺎ َﺧﻠَ ْﻘﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَْﺍﻹِﻧ‬

’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu’’. (Surat
AdzDzariyaat 56)

Oleh karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus para Rasul kepada setiap ummat
tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada tauhid.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

ۖ َ‫… ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُ ِﻞّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕ‬

’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul yang mereka
berkata kepada kaumnya : ’’Sembahlah Allāh dan jauhilah thaghut’’.(Surat AnNahl 36).

Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti dari ajaran
Islam, maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari
ilmu-ilmu yang banyak.
Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga

Halaqah yang kedua dari Silsilah Belajar Tauhid, tauhid adalah syarat mutlak masuk ke dalam
surga.

Saudaraku, orang yang menginginkan kabahagiaan di surga maka dia harus memiliki modal yang
satu ini, yaitu modal BERTAUHID, tidak akan masuk ke dalam surga kecuali orang-orang yang
bertauhid meskipun terkadang dia di adzab sebelumnya ke dalam neraka karena dosa yang dia
lakukan.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ْ ‫ﺎهﺎ إِ َل َﻣ ْرََيَ َوُرْو ٌح ِﻣْﻨﻪُ َو‬ ِ ِ


‫اﺎر‬
َ ‫اْلَﻨاﺔَ َحق َواﻟﻨ‬ َ ْ‫َﻣ ْﻦ َش ِه َﺪ أَ ْن َﻻ إِﻟَﻪَ إِاﻻ هللا َو ْح َﺪهُ َﻻ َش ِري‬
َ ‫ َوَﻛﻠ َمﺘُﻪُ أَﻟْ َﻘ‬،ُ‫ َوأَ ان ﻋْﻴ َسى َﻋْﺒ ُﺪ هللا َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪ‬،ُ‫ َوأَ ان ُُمَ ام ًﺪا َﻋْﺒ ُﺪهُ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪ‬،ُ‫ك ﻟَﻪ‬
‫َحق أ َْد َﺧﻠَﻪُ هللا اْلَﻨاﺔُ َﻋﻠَى َﻣﺎ َﻛﺎ َن ِﻣ َﻦ اﻟْ َﻌ َم ِﻞ‬

’’Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh,
tidak ada sekutu bagiNya dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan juga
RasulNya dan bersaksi bahwasanya ‘Isa adalah hamba Allāh dan juga RasulNya dan kalimatNya
yang Allāh tiupkan kepada Maryam dan ruh dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan bersaksi
bahwasanya surga adalah benar dan neraka adalah benar maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan
memasukan dia ke dalam surga, sesuai dengan apa yang telah dia amalkan‘’. (HR Bukhari Muslim)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


ِ
َ ‫ يَﺒْ ﺘَغِى ﺑِ َذﻟ‬. ‫ﺎل ﻻَ إِﻟَﻪَ إِﻻا هللا‬
‫ك َو ْﺟﻪَ هللا‬ َ َ‫ﻓَِإ ان هللا قَ ْﺪ َحارَم َﻋﻠَى اﻟﻨاﺎ ِر َﻣ ْﻦ ق‬

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengharamkan neraka, bagi orang yang
mengatakan lā ilāha illallāh (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh) yang dia
mengharap dengan kalimat tersebut wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
(HR Bukhori & Muslim)

Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan surga Allāh
Subhānahu wa Ta’āla adalah dengan BERTAUHID.

Itulah halaqah yang kedua dan sampai berjumpa kembali pada halaqah berikutnya.

‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Akhūkum Abdullah Roy


Bahaya Kesyirikan

Halaqah yang ketiga adalah tentang bahaya kesyirikan.

Akhil karīm, tauhid adalah amalan yang paling Allāh cintai, sebaliknya syirik yaitu menyekutukan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah adalah amalan yang sangat Allāh murkai.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memang Maha Pengampun, akan tetapi bila seseorang meninggal
dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh
Subhānahu wa Ta’āla tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut.

Orang tersebut akan kekal di neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk masuk
ke surganya Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sungguh ini adalah sebuah kerugian yang tidak ada
kerugian lebih besar daripada kerugian ini.

Allāh berfirman :

ۚ ُ‫ﺇِ َﻥّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ يَغْﻔِ ُر ﺃَﻥْ يُﺸْرَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَيَغْﻔِرُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَٰﻟِكَ ﻟِمَﻦْ يَﺸَﺎﺀ‬

’’Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik dan masih mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendakinya”. (An Nisa 48)

Allāh juga berfirman:

‫صﺎ ٍر‬ ِ ‫إِﻧاﻪ ﻣﻦ ي ْﺸ ِرْك ِِبهلل ﻓَ َﻘ ْﺪ حارم هللا ﻋﻠَﻴ ِﻪ ا ْْلﻨاﺔَ وﻣأْواه اﻟﻨاﺎر وﻣﺎ ﻟِﻠظاﺎﻟِ ِم‬
َ ْ‫ني ﻣ ْﻦ أَﻧ‬
َ ََ ُ ُ َ ََ َ ْ َ َ َ ُ َُْ
‘’Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allāh maka Allāh mengharamkan baginya surga
dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada penolong bagi orang –orang yang
zhalim”. (QS Al Maidah 72).

Oleh karena itu, hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini, terkadang seseorang
terjerumus ke dalam dosa ini sedangkan dia tidak menyadarinya. Bentengilah dirimu dengan
perisai ilmu yaitu ilmu agama, belajarlah dan berdoalah kepada Allāh. Berdoalah kepada Allāh
dengan sejujur-jujurnya, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla melindungi kita dan juga keluarga
kita dari perbuatan syirik ini.

Itulah halaqah yang ketiga dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Akhūkum Abdullah Roy


Syirik Membatalkan Amal.

Halaqoh yang keempat adalah tentang bahwasanya syirik membatalkan amalan.

Pernahkan anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras anda selama berhari-hari, atau
berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun ? Bagaimanakah perasaan anda saat itu ? Sedih
bukan ? Tekadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file berharga tersebut
kembali.

Saudaraku sekalian, syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang. Allāh
Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ِ ِ ِ َ ِ‫ك وإِ َل اﻟا ِذيﻦ ِﻣﻦ قَﺒﻠ‬ ِ ِ


َ ‫ك َوﻟَﺘَ ُكﻮﻧَ اﻦ ﻣ َﻦ ا ْْلَﺎﺳ ِر‬
‫يﻦ‬ َ ُ‫ﺖ ﻟَﻴَ ْحﺒَﻄَ اﻦ َﻋ َمﻠ‬
َ ‫ك ﻟَئ ْﻦ أَ ْشَرْﻛ‬ ْ ْ َ َ َ ‫( َوﻟَ َﻘ ْﺪ أُوح َﻲ إﻟَْﻴ‬65)
ِ ِ
َ ‫ﺎﻋﺒُ ْﺪ َوُﻛ ْﻦ ﻣ َﻦ اﻟﺸاﺎﻛ ِر‬
‫يﻦ‬ ْ َ‫( ﺑَ ِﻞ هللا ﻓ‬66)
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu, wahai Muhammad dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu, bahwa apabila kamu berbuat syirik, maka sungguh akan batal amalanmu, dan
jadilah engkau termasuk orang-orang yang merugi. Maka sembahlah Allāh saja, dan jadilah
kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Qs AzZumar 65-66)

Dalam ayat ini, seorang Nabi pun, apabila dia berbuat syirik, maka akan batal amalannya. Oleh
karena itu saudara-saudara sekalian, jagalah amalan anda yang sudah anda tabung bertahun-
tahun, jangan biarkan amalan tersebut hilang begitu saja, hanya karena kejahilan anda terhadap
tauhid dan juga syirik.

Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa menghancurkan amalan sebesar gunung,
dan belum tentu ada waktu lagi untuk bisa menabung kembali.

Itulah halaqah yang keempat dan sampai bertemu kembali pada halaqah berikutnya.

‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Akhūkum Abdullah Roy


Taubat Dari Kesyirikan

Halaqoh yang ke-5 adalah “Taubat dari kesyirikan”.

Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian, dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada
Allāh, maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni. Namun apabila dia bertaubat sebelum dia
meninggal, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengampuni dosanya, bagaimanapun
besarnya dosa tersebut.

Taubat nashūha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:

1. Menyesal
2. Meninggalkan perbuatan tersebut
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:


ُ‫ﻮر اﻟارِح ُﻴ‬ ِ ِ َ ُ‫اﻟذﻧ‬
ُ ‫ﻮب َمج ًﻴﻌﺎ إﻧاﻪُ ُه َﻮ اﻟْغَ ُﻔ‬ ُّ ‫َﺳرﻓُﻮا َﻋﻠَى أَﻧْ ُﻔ ِس ِه ُْ َﻻ تَ ْﻘﻨَﻄُﻮا ِﻣ ْﻦ َر ْْحَِﺔ هللا إِ ان هللا يَغْ ِﻔر‬ ِ ‫قُﻞ ي ِﻋﺒ ِﺎد ا‬
ُ َ ْ ‫يﻦ أ‬
َ ‫ي اﻟذ‬
َ َ َْ

“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (yaitu
dengan berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh
mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Az-Zumar ayat 53)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


‫إِ ان هللا يَ ْﻘﺒَ ُﻞ تَ ْﻮﺑَﺔَ اﻟْ َﻌﺒْ ِﺪ َﻣﺎ َلْ يُغَْر ِﻏ ْر‬
“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke
tenggorokan.”(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany
rahimahullāh).

Para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak semuanya lahir dalam keadaan Islam,
bahkan banyak diantara mereka yang masuk Islam ketika sudah besar. Dan sebelumnya
bergelimang dengan kesyirikan.

Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka seseorang harus mempelajari Tauhid
dan memahaminya dengan baik, mengetahui jenis-jenis kesyirikan, sehingga dia bisa menjauhi
kesyirikan tersebut.
Apa itu Tauhid?

Saudara sekalian, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pemahaman kepada kita
semua. Sebelum kita jauh melangkah di dalam Silsilah ini, tentunya kita harus benar-benar
memahami apa makna Tauhid yang wajib kita pelajari dan kita amalkan.

TAUHID
■ Secara bahasa adalah mengEsakan
■ Secara istilah adalah mengEsakan Allāh di dalam beribadah.

Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga dia meninggalkan peribadatan kepada selain
Allāh, seperti:

• Berdo’a kepada selain Allāh


• Bernadzar untuk selain Allāh
• Menyembelih untuk selain Allāh
• Dan lain-lain.

Apabila seseorang beribadah kepada Allāh dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh,
siapapun dia, entah itu seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah yang dinamakan dengan
syirik yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah. Allāh Subhānahu
wa Ta’āla berfirman :
{27{ ‫} ِﺇﻻَّ ﺍﻟَّذِﻱ ﻓَﻄَرَﻧِﻲ‬26{ َ‫ﻭَﺇِﺫْ قَﺎ َﻝ ﺇِﺑْرَﺍهِﻴُُ ﻷَﺑِﻴﻪِ َﻭَقﻮْﻣِ ِﻪ ﺇِﻧَّﻨِى ﺑَرَﺁﺀٌ ﻣِّمَّأ تَﻌْﺒُﺪُﻭﻥ‬

’’Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya ‘Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakan aku’” (Az Zukhrūf
26-27).
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ِ‫ﻣَﻦْ قَﺎﻝَ َﻻ ﺇِﻟَ َﻪ ِﺇﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَ ﻛَﻔَرَ ﺑِمَﺎ يُﻌْﺒَﺪُ ﻣِﻦْ ُﺩﻭْﻥِ ﺍﻟﻠ ِﻪ حَرُﻡَ ﻣَﺎﻟُﻪُ ﻭَﺩَﻣُﻪُ َﻭ حِسَﺎﺑُ ُﻪ ﻋَﻠىَ ﺍﻟﻠﻪ‬

’’Barangsiapa yang mengatakan ‘’Lā ilāha illallāh’’ dan mengingkari segala sesuatu yang disembah
selain Allāh maka haram hartanya dan darahnya (artinya tidak boleh diganggu) dan
perhitungannya (hisabnya) adalah atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla ‘’(Hadits shahīh, HR. Imam
Muslim)
Oleh karena itu, rukun kalimat Tauhid (Lā ilāha illallāh) ada 2 :

⑴ Nafi (pengingkaran)
Nafi pada kalimat ‘’Lā ilāha’’ artinya tidak ada Tuhan yang berhak disembah. Maksudnya
adalah mengingkari tuhan–tuhan selain Allāh.

⑵ Itsbat (penetapan) Itsbat pada kalimat ‘’illallāh” artinya kecuali Allāh. Maksudnya adalah
menetapkan Allāh sebagai satu-satunya sesembahan.

‫وهللا املﻮاﻓق‬
‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Akhūkum,
‘Abdullāh Roy
Termasuk Syirik Memakai Jimat

Halaqah yang ke-7 dari Silsilah Belajar Tauhid “Termasuk Syirik Memakai Jimat”. Saudaraku
sekalian, Allāh Azza wa Jalla adalah Dzat yang memberi manfaat dan mudharat. Kalau Allāh
menghendaki memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa
mencegahnya. Demikian pula sebaliknya, ketika Allāh menghendaki untuk menimpakan
musibah kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa menolaknya.

Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang Muslim untuk hanya bergantung kepada
Allāh semata. Dan merasa cukup dengan Allāh dalam usaha mendapatkan manfaat dan
menghindari mudharat, seperti dalam mencari rejeki, mencari keselamatan, mencari kesembuhan
dari penyakit dan lain-lain. Dan tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang
dikeramatkan seperti jimat, wafaq, susuk dan berbagai jenisnya

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


ِ
َ ‫َﻣ ْﻦ َﻋﻠا َق ََت‬
‫ﻴمﺔً ﻓَ َﻘ ْﺪ أَ ْشَرَك‬
’’Barangsiapa yang menggantungkan tamīmah (yaitu jimat dan yang semisalnya) maka sungguh
dia telah berbuat syirik”.(HR. Imām Ahmad dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani).

Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab (perantara) maka ini termasuk syirik kecil,
karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab. Padahal yang berhak untuk
menentukan sesuatu itu sebab atau tidak adalah Dzat yang menciptakan yaitu Allāh Subhānahu
wa Ta’āla. Kemudian apabila dia meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan
manfaat dan memberikan mudharat maka ini termasuk syirik besar, yang bisa mengeluarkan
seseorang dari Islam.

Semoga Allāh Subhānahu Abdullā Ta’āla memudahkan kita dan saudara-saudara kita untuk
meninggalkan perbuatan syirik yang sudah tersebar ini dan menjadikan ketergantungan hati kita
dan mereka hanya kepada Allāh.Hasbunallāhu wa ni’mal wakīl.

‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Bertabarruk (Mencari Berkah)

Ini adalah halaqah yang ke-8 dari “Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid berjudul “Bertabarruk (Mencari
Barakah).” Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla
adalah Dzat yang berbarakah, artinya zat yang banyak kebaikannya.

Allāh berfirman:

‫ني‬ ِ ُّ ‫اّلل ر‬
َ ‫ب اﻟْ َﻌﺎﻟَم‬َ ُ‫تَﺒَ َﺎرَك ا‬
(Al-A’rāf 54)

Dan Allāh adalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian
makhluqNya, sehingga makhluq tersebut menjadi makhluq yang berbarakah dan banyak
kebaikannya.

Allāh berfirman :

ِ ِ ِ ِ ‫ﺖ و ِضع ﻟِﻠﻨ‬
ٍ
َ ‫اﺎس ﻟَﻠاذي ﺑِﺒَ اكﺔَ ُﻣﺒَ َﺎرًﻛﺎ َوُه ًﺪى ﻟﻠْ َﻌﺎﻟَم‬
‫ني‬ ِ
َ ُ ‫إ ان أَاو َل ﺑَْﻴ‬
’’Sesungguhnya rumah yang pertama yang di letakkan bagi manusia untuk beribadah adalah
rumah yang ada di Makkah yang berbarakah dan petunjuk bagi seluruh alam‘’. (Āli ‘Imrān 96)

Ka’bah diberikan barakah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan cara mendapatkan barakahnya
adalah dengan melakukan ibadah disana.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman :

ِِ ِ ٍ ٍ ِ ِ
َ ‫إ اّن أَﻧْ َزﻟْﻨَﺎهُ ف ﻟَْﻴ ﻠَﺔ ُﻣﺒَ َﺎرَﻛﺔ ۚ إ اّن ُﻛﻨاﺎ ُﻣْﻨذر‬
‫يﻦ‬
’’Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam yang berbarakah,
sesungguhnya Kami memberikan peringatan’’. (Ad-Dukhān ayat 3)

Malam Laylatul Qadr adalah malam yang berbarakah dan cara mendapatkan barakahnya dan
juga kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut.

Seorang ulama berbarakah dengan ilmunya dan dakwahnya, cara mendapatkan keberkahannya
dan juga kebaikannya adalah dengan menimba ilmu dari ulama darinya
Disana ada barakah yang sifatnya dzatiyah, yaitu dzat yang berbarakah, dimana barokah seperti
ini bisa berpindah. Barokah jenis ini hanya Allāh berikan kepada para Nabi dan juga Rasūl.

Oleh karena itu, dahulu para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertabarruk dengan:

• Bekas wudhū’ Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam


• Rambut Beliau
• Keringat Beliau
• Dan lain-lain.

Sepeninggal Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka tidak melakukan hal ini kepada Abū
Bakar dan ‘Umar dan para shahābat mulia yang lain.

Hal itu menunjukan bahwasanya inilah kekhususan para Nabi dan juga para Rasul.

Meminta barakah hanya kepada Allāh dan dengan cara yang disyari’atkan.

Adapun meminta barakah dari Allāh dengan sebab yang tidak disyari’atkan seperti dengan:

• Mengusap dinding masjid tertentu


• Mengambil tanah kuburan tertentu
• Dan lain-lain

Maka ini termasuk dalam syirik kecil.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberkahi kita dan keluarga kita.

Inilah halaqah yang ke-8 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya.

‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Menyembelih Untuk Selain Allāh Termasuk Syirik Besar

Ini adalah halaqah yang ke-9 dari Silsilah Imilah Belajar Tauhid adalah tentang “Menyembelih
Untuk Selain Allāh Termasuk Syirik Besar”. Menyembelih termasuk ibadah yang agung di
dalam agama Islam. Didalamnya ada pengagungan terhadap Allāh, Rabb semesta alam, diantara
wujud cinta kepada Allah adalah dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk Allāh, seperti:
 Ibadah kurban di hari raya
 Aqiqah
 Dan juga hadyu bagi sebagian jama’ah haji.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah mulia ini hanya
untuk Allāh semata, sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla :
ْ‫ﻓَصَﻞِّ ﻟِرَﺑِّكَ ﻭَﺍﻧْحَر‬
’’Maka shalatlah dan menyembelihlah untuk Tuhanmu”. (Al-Kautsar ayat 2).

Barang siapa yang menyerahkan ibadah meyembelih ini untuk selain Allāh dalam rangka
mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allāh, baik kepada seorang Nabi atau kepada
seorang wali atau kepada jin dan lain-lain, maka dia:
 Telah terjatuh kedalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam
 Membatalkan amalan,
 Dan Terkena ancaman laknat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

‫ﻟَﻌَﻦَ هللا ﻣَﻦْ ﺫَﺑَﺢَ ﻟِغَﻴْرِ هللا‬


“Allāh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh”. (Hadits Riwayat Muslim).

Dan makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Oleh karenanya,
janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim berkurban dan menyembelih untuk selain
Allāh, sedikitpun, meskipun dengan seekor lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat
atau terhindar dari mudharat. Kita harus yakin sebagai seorang Muslim bahwa manfaat dan juga
mudharat ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata dan hanya kepadaNya-lah seorang
muslim bertawakal. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-9 ini dan sampai
berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah An-Nabawiyyah
Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allah

Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Termasuk Syirik Bernadzar
Untuk Selain Allāh”. Bernadzar untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah seseorang mengatakan
: “Wajib bagi saya melakukan ibadah ini dan itu untuk Allāh” atau dengan mengatakan misalnya

“Saya bernadzar untuk Allāh bila terlaksana hajat saya”.

Bernadzar adalah ibadah dan sebuah bentuk pengagungan. Karenanya bernadzar tidak
diperkenankan kecuali untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata, seperti:

✅ Orang yang bernadzar untuk Allāh akan berpuasa 1 hari bila lulus ujian, atau
✅ Bernadzar untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengadakan umroh bila sembuh dari
penyakit,
✅ Dan lain-lain.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫صﺎ ٍر‬ ِ ‫اّلل ي ﻌﻠَمﻪ ۗ وﻣﺎ ﻟِﻠظاﺎﻟِ ِم‬ ِ ِ ٍ ِ


َ ْ‫ني ﻣ ْﻦ أَﻧ‬
َ َ َ ُ ُ ْ َ َ‫َوَﻣﺎ أَﻧْ َﻔ ْﻘﺘُ ُْ ﻣ ْﻦ ﻧَ َﻔ َﻘﺔ أ َْو ﻧَ َذ ْرُُْت ﻣ ْﻦ ﻧَ ْذ ٍر ﻓَإ ان ا‬

’’Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan maka sesungguhnya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mengetahuinya dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang
Dzalim.’’ (Al-Baqarah 270)

Didalam ayat ini Allāh mengabarkan bahwa Allah mengetahui nadzar para hambaNya dan akan
membalas dengan balasan yang baik. Ini menunjukan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang
seorang Muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut.Menunaikan nadzar apabila dalam
keta’atan hukumnya adalah wajib, berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

ُ‫ورُه‬
َ ‫َوﻟْﻴُﻮﻓُﻮا ﻧُ ُذ‬

“Dan supaya mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka‘’. (Al-Hajj 29)

Juga sabda Nabi Shallallāhu ‘ ‘alayhi wasallam:

ِ‫ﻣَﻦْ ﻧَ َذ َﺭ ﺃَﻥْ يُﻄِﻴ َع ﺍﻟﻠَّﻪَ َﻓﻠْﻴُﻄِﻌْﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻧَ َذ َﺭ ﺃَﻥْ يَﻌْصِﻴَﻪُ ﻓَﻼَ يَﻌْصِﻪ‬

’’Barangsiapa yang bernadzar untuk menta’ati Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka hendaknya
menta’atinya dan barang siapa yang bernadzar untuk memaksiati Allāh maka janganlah dia
memaksiatiNya”. (HR. Al-Bukhāri)
Bernadzar untuk selain Allāh adalah termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari
Islam, seperti seseorang bernadzar apabila seseorang sembuh dari penyakit maka akan
menyembelih untuk wali fulan atau berpuasa untuk syaikh fulan dan lain-lain.
Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi)

Halaqah yang ke-11 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Ar-Ruqyah (Jampi-
jampi)”. Ar-Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh.
Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikannya.

Di riwayatkan dari Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu beliau berkata : “Kami dahulu meruqyah di
zaman Jahiliyyah, maka kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam : “Yā
Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini ?”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


‫س ِِب ُّﻟرقَى َﻣﺎ َلْ يَ ُك ْﻦ ﻓِ ِﻴﻪ ِش ْرٌك‬ ُ ‫ْاﻋ ِر‬
َ ْ‫ﻻ ََب‬،ُْ ‫ضﻮا َﻋﻠَ اﻲ ُرقَﺎ ُﻛ‬
“Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah tidak mengapa selama
tidak ada kesyirikan”. (HR. Muslim).

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari :


✅ Ayat-ayat AlQur’an
✅ Do’a-do’a yang diajarkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ini lebih utama.
✅ Atau dengan, Do’a-do’a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa
Arab maupun dengan selain bahasa Arab.

Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya
ruqyah hanyalah SEBAB semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang
bertawakal kepada sebab tersebut. Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada
Dzat yang menciptakan sebab tersebut yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Ruqyah yang
mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang mengandung permohonan kepada
selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik kepada seorang jin ataupun seorang wali dan sebagainya,
biasanya disebutkan disitu nama-nama mereka. Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur
dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla atau dengan
kalimat yang berasal dari bahasa Arab. Dengan tujuan adalah satu yaitu untuk mengelabui orang-
orang yang jahil dan tidak tahu.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa
sallam di dalam sabda Beliau :

ٌ‫ﺇِﻥَّ ﺍﻟ ُرّقَى ﻭَﺍﻟﺘَّمَﺎﺋَُِ ﻭَﺍﻟِﺘّﻮَﻟَﺔَ شِرْﻙ‬


’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’. (HR. Abū Dāwūd
dan Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)
Berdoa kepada Selain Allah adalah Syirik Besar

Halaqah yang ke 12 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah Berdoa Kepada Selain Allah adalah
Syirik Besar. Berdoa kepada Alloh adalah seseorang menghadap Allah subhanahu wa ta’ala
dengan maksud supaya Alloh mewujudkan keinginannya, baik dengan meminta atau dengan
merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.Berdoa dengan makna
di atas adalah ibadah.

Berkata An-Nu’man Ibnu Basyirin radhiallohu ‘anhu, Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
‫اﻟﺪﻋﺎء هﻮ اﻟﻌﺒﺎدة‬
“Doa adalah ibadah”,
kemudian beliau Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat :

ِ ِ ِ ِ ِ‫ِ ا‬ ِ ‫ﺎل رﺑُّ ُكُ ادﻋ ِﻮن أ‬


َ ‫يﻦ يَ ْسﺘَكِْبُو َن َﻋ ْﻦ ﻋﺒَ َﺎدت َﺳﻴَ ْﺪ ُﺧﻠُﻮ َن َﺟ َهﻨ َاُ َداﺧ ِر‬
‫يﻦ‬ َ ‫ب ﻟَ ُك ُْ ۚ إ ان اﻟذ‬
ْ ‫َﺳﺘَﺠ‬
ْ ُ ْ ُ َ َ َ‫َوق‬
Dan Robb kalian telah berkata : “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya aku akan mengkabulkan
kalian, Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepadaKu mereka akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan terhina”. (Surat Ghafir ayat 60) dan hadist ini di riwayatkan oleh
Abu daud, HR. Tirmidzi, dan Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni rohimakhullah.

Dan makna beribadah kepadaKu pada ayat ini adalah berDOA kepadaku. Apabila doa adalah hak
dari Alloh subhanahu wa ta’ala semata, maka berdoa kepada selain Alloh dengan merendahkan
diri di hadapan-Nya, mengharap dan juga takut kepada-Nya sebagaimana ketika dia mengharap
dan takut kepada Alloh adalah termasuk syirik besar.

Termasuk doa adalah


 Istighosah, yaitu meminta dilepaskan dari kesusahan,
 Istiadzah (meminta perlindungan),
 Isti’anah (meminta pertolongan).

Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah, yang
hanya boleh diserahkan kepada Allohsubhanahu wa ta’ala semata. Namun perlu di ketahui
bahwasanya, boleh seseorang beristighosah, beristiadzah, dan beristi’anah kepada mahluk dengan
4 syarat:
1. Mahluk tersebut masih hidup
2. Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita
3. Dia mampu sebagai mahluk untuk melakukannya
4. Mahluk tersebut diyakini hanya sebagai SEBAB. Sehingga tidak boleh orang bertawakal
kepada sebab tersebut, namun bertawakal kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang
menciptakan sebab tersebut.

Orang yang beristighosah, beristiadzah, beristi’anah kepada orang yang sudah mati atau kepada
orang yang masih hidup akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita
atau meminta mahluk untuk perkara yang tidak mungkin bisa melakukan kecuali oleh Alloh,
maka ini termasuk syirik besar.
Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada
halaqoh selanjutnya.

‫وِبهلل اﻟﺘﻮﻓﻴق واهلﺪايﺔ‬.


‫اّلل وﺑرﻛﺎتﻪ‬
ّ ‫واﻟسﻼم ﻋﻠﻴكُ ورْحﺔ‬
Syafa’at

Halaqah yang ke-13 dari Silsilah Ilmiah belajar tauhid adalah tentang Syafā’at. Syafā’at adalah
meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allâh & Rasul-Nya telah
mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at pada hari kiamat. Diantara bentuknya adalah
bahwasanya Allāh mengampuni seorang muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allāh
izinkan untuk memberikan syafa’at. Syafa’at akhirat harus kita imani dan kita berusaha untuk
meraihnya. Adapun modal utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid dan
bersihnya seseorang dari kesyirikan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya
beliau memiliki syafā’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:
‫ﺎت ِﻣ ْﻦ أُاﻣ ِت ﻻ يُ ْﺸ ِرُك ِِبهلل َشْﻴ ئًﺎ‬ ِ
َ ‫ﻓَ ِه َﻲ َّنﺋﻠَﺔٌ إِ ْن َشﺎءَ هللا َﻣ ْﻦ َﻣ‬
“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak
menyekutukan Allāh sedikitpun.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim).

Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki.Allâh
berfirman:
ِ
َ َ‫…وَﻻ يَ ْﺸ َﻔ ُﻌﻮ َن إِاﻻ ﻟ َم ِﻦ ْارت‬
…‫ض ٰى‬ َ
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat dan juga yang lain) tidak memberikan syafā’at
kecuali bagi orang-orang yang Allāh ridhai…”. (Surat Al-Anbiyaa’ 28)

Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Karena seseorang pada hari kiamat tidak
bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’ālā, sampai meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman
Allāh Subhānahu wa Ta’ālā :

‫ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﺍﻟَّذِﻯ يَﺸْﻔَعُ ﻋِﻨﺪَهُۥ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِإِﺫْﻧِﻪِۦ‬

“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh Ta’ālā kecuali dengan izin-Nya.” (Al-
Baqarah 255)

Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat yang memilikinya.
Seperti seseorang mengatakan di dalam do’anya, “Ya Allāh, aku meminta syafa’at Nabi-Mu .”
Ini adalah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.

Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam seperti
mengatakan, “Ya Rasūlullāh, berilah aku syafā’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian
ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafā’atnya. Karena cara seperti ini adalah cara
yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ۚۚ ۚ‫ْﺽ‬
ِ ‫َﻭيَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻟَﺎ يَضُرُّهُُْ ﻭَﻟَﺎ يَﻨْﻔَ ُﻌهُُْ ﻭَيَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ٰهَﺆُﻟَﺎﺀِ شُﻔَﻌَﺎﺅُﻧَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۚۚ قُﻞْ ﺃَتُﻨَﺒِّئُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِمَﺎ ﻟَﺎ يَ ْﻌﻠَُُ ﻓِﻲ ﺍﻟسَّمَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﻟَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟَْأﺭ‬
‫ﺳُﺒْحَﺎﻧَﻪُ ﻭَتَﻌَﺎﻟَىٰ ﻋَمَّﺎ يُﺸْ ِرﻛُﻮﻥ‬

“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak
pula memberikan manfaat dan mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi
Allāh”. Katakanlah: “Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak
ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
sekutukan.” (surat Yunus 18).
Berlebihan terhadap orang shalih adalah pintu kesyirikan

Halaqah yang ke-14 dari silsilah ilmiah belajar tauhid adalah tentang “Berlebihan terhadap orang
shalih adalah pintu kesyirikan.” Orang shalih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat
Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik di dalam hal aqidah, ibadah maupun muamalah Mereka
memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sebagai seorang Muslim
kita diperintahkan untuk: Mencintai mereka, Mengikuti jejak mereka di dalam kebaikan.

Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan, membaca perjalanan
hidup mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati,
Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang diizinkan
agama.

Namun berlebih-lebihan terhadap orang shalih, seperti :

⛔ Mendudukkan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia. Atau,


⛔ Mensifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allāh.

Maka ini hukumnya HARAM dan tidak diperbolehkan menurut agama, karena hal ini dapat
menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Mencintai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melebihi cinta kita kepada kedua orang tua,
anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama, sebagaimana disebutkan di dalam hadits
yang di riwayatkan oleh HR Imam Bukhari dan juga Imam Muslim :

“La yu’minu ahadukum hatta akuuna ahabba ilaihi min waalidihi, wawaladihi wannasi ajma’in”
Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dia cintai dari pada orangtua nya,
anak nya dan seluruh manusia.

Namun beliau Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang kita berlebih-lebihan terhadap
beliau yaitu dengan mendudukkan Beliau di atas kedudukan Beliau yang sebenarnya, yaitu
sebagai hamba Allāh dan seorang Rasul.

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ِ ِ
ُ‫ ﻓَ ُﻘ ْﻮﻟُْﻮا َﻋْﺒ ُﺪ هللا َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪ‬،ُ‫ ﻓَِإاَّنَﺎ أ ََّن َﻋْﺒ ُﺪه‬،َ‫اص َﺎرى اﺑْ َﻦ َﻣ ْرََي‬
َ ‫ﻻَ تُﻄُْرْوِن َﻛ َمﺎ أَطَْرت اﻟﻨ‬.
“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-
lebihan terhadap ‘Īsā bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya maka katakanlah.
‘Hamba Allāh dan Rasul-Nya’.”(HR. Bukhari)

🚫 Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah. Dan,


🚫 Beliau adalah seorang rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi.

Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia saja yaitu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain ?
1. Diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih adalah :
2. Meyakini bahwa mereka mengetahui ilmu ghaib, atau
3. Membangun di atas kuburan mereka, atau
4. Beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā di samping kuburan mereka
Dan lain-lain.
5. Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran. Itulah
yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-14 dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.
Sihir

Halaqah yang ke-15 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Sihir”. Sihir bermacam-
macam jenisnya. Dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir yang terjadi dengan meminta
pertolongan kepada syaithān. Padahal syaithān tidak akan menolong seseorang kecuali setelah
melakukan perkara yang dia ridhai, yaitu kufur (kāfir) kepada Allāh, dengan cara:

 Menyerahkan sebagian ibadah kepada syaithān tersebut.


 Atau dengan Menghina Al-Quran.
 Atau dengan Mencela agama.

Allāh berfirman:

ِ
‫اﻟس ْحَر‬ ِ ِ ِٰ
ّ ‫اﺎس‬
َ ‫ني َﻛ َﻔُروا يُ َﻌﻠّ ُمﻮ َن اﻟﻨ‬
َ ‫َوَﻣﺎ َﻛ َﻔَر ُﺳﻠَْﻴ َمﺎ ُن َوﻟَك اﻦ اﻟﺸاﻴَﺎط‬

“Dan bukanlah Sulaiman yang kafir, akan tetapi syaithān-syaithānlah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia.” (Al-Baqarah 102)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Jauhilah 7 perkara yang membinasakan.”


Para shahābat bertanya, “Ya Rasūlullāh, apakah 7 perkara tersebut?”
Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan 7 Perkara:
📌 Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati bila dia tidak bertaubat,
sebagaimana telah dicontohkan oleh para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
📌 Adapun yang berhak untuk melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang
sah bukan individu – individu.

📌 Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan. Bahkan sebagian ulama menghukumi
pelakunya keluar dari Islam. 📌 Demikian pula meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang
haram karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwa bukan termasuk
pengikut Beliau orang yang menyihir dan orang yang meminta disihirkan.

📌 Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam Musnadnya
dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh. 📌 Seorang Muslim hendaknya
mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir. Diantaranya adalah:

Dengan menjaga dzikir-dzikir yang di syariatkan, seperti:

🎍 Dzikir pagi & petang


🎍 Dzikir-dzikir setelah shalat 5 waktu
🎍 Dzikir akan tidur
🎍 Dzikir mau makan
🎍 Dzikir masuk & keluar rumah
🎍 Dzikir masuk & keluar kamar kecil
🎍 Dan lain-lain.

Dan membersihkan diri dan rumah dari perkara-perkara yang membuat ridha syaithān, seperti:

🎍 Jimat-jimat
🎍 Musik-musik
🎍 Gambar-gambar makhluk bernyawa
🎍 Dan lain-lain.

Apabila qaddarullāh terkena sihir maka hendaknya dia :


🎍 Bersabar
🎍 Merendahkan diri kepada Allāh.
🎍 Memohon darinya kesembuhan, dan
🎍 Berpegang dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan.
❌ Serta jangan sekali-kali berusaha untuk menghilangkan sihir dengan cara meminta bantuan
Jin, baik secara langsung maupun lewat Dukun, Paranormal dan yang semisal dengan mereka.

📗 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’ālā melindungi kita dan juga keluarga kita dari semua
kejelekan di dunia dan juga di akhirat.

Itulah halaqah yang ke-15 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آل ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Perdukunan

Halaqah yang ke-16 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Perdukunan. Dukun adalah
orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang tidak diketahui oleh kebanyakan
manusia, seperti :
 Mengetahui barang yang hilang dan pencurinya
 Mengetahui ramalan nasib

Dia mengaku mengetahui hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu seperti dengan :
 Melihat bintang
 Menggaris di tanah
 Melihat air di mangkok

Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.Saudaraku sekalian, ketahuilah bahwa
perdukunan dengan namanya yang bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam
agama Islam.Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka
mintai bantuan. Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai
seorang yang meminta bantuan jin dan juga syaithān.

Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan
menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan keturunannya tidak akan membantu
sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allāh.

Oleh karena itu para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini.
Adapun harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.

Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar maka sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam hadits yang shahih, bahwa para jin bekerjasama untuk
mencuri kabar dari langit.

Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada yang di bawahnya
dan seterusnya, sehingga sampai ke telinga dukun.

Terkadang Jin itu terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar yang ia dengar, Dan
terkadang sempat menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang. Kabar sedikit yang
sampai ini akan ditambah-tambahi oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang banyak. Apa yang
benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat mencari pembenaran dan
kepercayaan dari manusia.

Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan kepada
Dukun tersebut, bagaimanapun susahnya keadaan dia. Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda :

‫ﻮل ﻓَ َﻘ ْﺪ َﻛ َﻔَر ِِبَﺎ أُﻧْ ِزَل َﻋﻠَى ُُمَ ام ٍﺪ‬


ُ ‫ص اﺪقَﻪُ ِِبَﺎ يَ ُﻘ‬ ِ
َ َ‫َﻣ ْﻦ أَتَى َﻛﺎهﻨﺎً أ َْو َﻋاراﻓﺎً ﻓ‬
“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia ucapkan,
maka dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.” (HR Abū
Dāwūd, at-Tirmidzi, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).

Di dalam hadits lain Beliau sallallahu alaihi wasallam mengatakan:

ً‫ﺑﻌني ﻟﻴﻠﺔ‬ َ ُ‫َﻣ ْﻦ أتى َﻋاراﻓًﺎ ﻓَ َسأَﻟﻪُ َﻋ ْﻦ َش ٍئ ل ت ْﻘﺒَﻞ ﻟَﻪ‬


َ ‫صﻼةُ أر‬
“Barangsiapa mendatangi dukun kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak
diterima darinya shalat selama 40 hari.” (HR Muslim)

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan
seseorang dari Islam, namun kedua hadits di atas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang
mendatangi dukun.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’ālā menjadikan kita merasa cukup dengan yang halal dan
menjauhkan kita dari yang haram.

Itulah halaqah yang ke-16 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
At-Tathoyyur

Halaqah yang ke-17 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang At-Tathoyyur (Merasa
Sial Dengan Sesuatu).

At-Tathoyyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu,
seperti melihat tabrakan, atau orang berkelahi, atau yang semisalnya, kemudian hal tersebut
menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya seperti bepergian, berdagang dan lain-lain.
At-Tathoyyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut di ikuti. Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ﺎﺟ ٍﺔ ﻓَ َﻘ ْﺪ أَ ْشَرَك‬ ِ ِ
َ ‫َﻣ ْﻦ َرادتْﻪُ اﻟﻄَََّيةُ ﻣ ْﻦ َح‬

“Barangsiapa yang At-Tathoyyur menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia
telah berbuat syirik” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syeikh Al Albâni rahimahullâh)

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan di
ingkari oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

…‫…وﻻَ ِط َََيَة‬
َ
“… tidak ada thiyarah …” (HR.Al Bukhâri dan Muslim)
Maksudnya thiyarah ini adalah sebuah perasaan saja, yang tidak akan berpengaruh terhadap
takdir Allah.

Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh mengikuti was-was setan ini dan hendaknya dia
memiliki keyakinan kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan dan
keburukan adalah dengan takdir Allah semata, Seorang Mukmin hendaknya yakin bahwa tidak
mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak melindungi dari keburukan kecuali Allah, hanya
bertawakkal kepada Allah semata, dan berbaik sangka hanya kepada Allah.

Apabila datang perasaan tersebut maka segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah dia
melaksanakan hajatnya. Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah semata. Adapun
Tafâ’ul maka diperbolehkan dalam agama kita. Tafâ’ul adalah berbaik sangka kepada Allah karena
melihat atau mendengar sesuatu. Dahulu Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sering bertafâ’ul,
seperti ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah, utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Suhail
adalah bentuk tashgîr (pengecilan) dari sahl yang artinya adalah mudah, maka beliaupun berbaik
sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan dan kebaikan bagi ummat
Islam. Maka benarlah persangkaan beliau, Allah setelah itu yaitu setelah perjanjian Hudaibiyyah
membuka pintu-pintu kemudahan bagi umat islam.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Meramal Nasib Dengan Bintang

Bintang adalah makhluk yang menunjukkan kebesaran Allāh Penciptanya. Allāh telah
mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwa bintang ini memiliki 3 faidah :

1. Sebagai perhiasan langit.


2. Sebagai pelempar syaithān.
3. Sebagai petunjuk manusia, seperti :

✅ Mengetahui arah utara atau selatan


✅ Mengetahui arah daerah, arah kiblat
✅ Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.

Allāh tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas.

Seorang salaf, Qatādah Bin Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang lebih pada
tahun 110 H.

Beliau menjelaskan bahwa :

“Barang siapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di atas maka
dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.” Ucapan ini dikeluarkan Al-Imām Al-Bukhāri di
dalam Shahih beliau.

Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau berkumpul dan
berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada keberuntungan seseorang di masa yang akan
datang, baik dalam masalah rejeki, jodoh dan lain-lain.

Sebagaimana kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah, membaca dan
mempercayai hal seperti itu adalah perbuatan haram dan termasuk DOSA BESAR.

Sebagian ulama mengatakan hukumnya sama seperti orang yang mendatangi dukun dan bertanya
kepadanya. Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.
Hendaknya kita semua takut kepada Allāh.Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-
kolom tersebut. Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup segala pintu
yang bisa merusak ‘aqidah kita dan keluarga kita.

Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dengan
selamat.

Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Bersumpah Dengan Selain Nama Allāh

Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik
oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara.

Kalau (dalam) bahasa ‘Arab maka menggunakan:

🌷 Huruf wawu (‫)و‬


َ
🌷 Huruf ba (‫)ب‬
َ
🌷 Huruf ta (‫)ت‬
َ

Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.

Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allāh semata, misalnya mengatakan:

✅ Wallāhi
✅ Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi
✅ Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya
✅ Dan lain-lain.
Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita bersumpah
dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:

❌ Demi Rasūlullāh
❌ Demi Ka’bah
❌ Demi Jibrīl
❌ Demi langit & bumi
❌ Demi bulan & bintang
❌ Dan lain-lain.

Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,


ِ‫ﻣﻦ حﻠَف ﺑِغ َِي ا‬
‫اّلل ﻓَ َﻘ ْﺪ أَ ْشَرَك‬ َْ َ َ ْ َ
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah berbuat
syirik.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albāni rahimahullāh)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari
Islam.

Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluq disertai
pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, yaitu pengagungan
ibadah.

Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan:

❌ Demi Wisnu
❌ Demi Dewa Fulan
❌ Demi Lāta
❌ Dan lain-lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-19 ini dan sampai bertemu kembali pada
halaqah yang selanjutnya.

‫وِبهلل اﻟﺘﻮﻓﻴق واهلﺪايﺔ‬


‫َو اﻟ اسﻼَ ُم َﻋﻠَْﻴ ُك ُْ َوَر ْْحَﺔُ هللاِ َوﺑََرَﻛﺎتُﻪ‬

Saudaramu,

‘Abdullāh Roy
Riyā

Riyā’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allāh, akan
tetapi ingin dilihat oleh manusia dan dipuji.

📌 Riyā’ hukumnya HARAM dan dia termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak
mengeluarkan seseorang dari Islam.

📌 Riyā’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun besar
amalan tersebut.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ُ‫قَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ تَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَتَﻌَﺎﻟَى ﺃَﻧَﺎ ﺃَﻏْﻨَى ﺍﻟﺸُّ َرﻛَﺎﺀِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸِّرْﻙِ َﻣﻦْ ﻋَمِﻞَ ﻋَمَﻼً ﺃَشْرَﻙَ ﻓِﻴﻪِ ﻣَﻌِﻲ ﻏَﻴْرِﻱ تَرَﻛْﺘُﻪُ ﻭَشِ ْرﻛَﻪ‬
“Allāh berfirman: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang
mengamalkan sebuah amalan dia menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam amalan tersebut
maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR Muslim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni Allāh,
artinya dia harus diadzab supaya bersih dari dosa riyā’ tersebut.

Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allāh, yang

🔹 Kalau Allāh menghendaki maka akan diampuni langsung. Dan,


🔹 Kalau Allāh menghendaki maka akan diadzab terlebih dahulu.

Mereka berdalil dengan keumuman ayat :

‫ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ يَغْﻔِرُ ﺃَﻥْ يُﺸْرَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَيَغْﻔِرُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَﻟِكَ ﻟِمَﻦْ يَﺸَﺎ ُﺀ‬
“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa
yang dikehendaki.” (QS An Nisā: 48)

Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka ❓
Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi mereka justru
adalah orang-orang yang beramal shalih, Mereka adalah orang yang:

1. Mengajarkan Al Qurān supaya dikatakan sebagai seorang qāri, seorang yang suka membaca,
seorang yang mahir membaca.
2. Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan.
3. Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani.

⇒ ❎ Mereka beramal bukan karena Allāh.

Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang
shahih.

Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam beramal.. Dan ikhlash adalah barang yang
sangat berharga. Para salaf kitapun merasa atau merasakan beratnya memperbaiki hati
mereka.Hanya kepada Allāh kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita dari
riyā’, sum’ah, dan ‘ujub dan berbagai penyakit hati.

Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita, kecuali kalau memang ada
mashlahat yang lebih kuat.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-20 ini dan sampai bertemu kembali pada
halaqah yang selanjutnya.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Cinta Kepada Allāh

Mencintai Allāh merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan
seorang Muslim merendahkan dirinya di hadapan Allāh, mengagungkan Allāh, yang akhirnya
akan membawa seseorang untuk melaksanakan perintah Allāh dan juga menjauhi apa yang Allāh
larang.

Inilah cinta yang merupakan ibadah. Barangsiapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada
selain Allāh maka dia telah berbuat syirik besar.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫حبِّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟَّذِيﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَشَﺪُّ حُﺒًّﺎ ِﻟﻠَّ ِﻪ‬


ُ َ‫ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ يَﺘَّﺨِذُ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ يُحِﺒُّﻮَﻧهُُْ ﻛ‬
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu-sekutu
Allāh. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun orang-orang yang
beriman maka cinta mereka kepada Allāh jauh lebih besar”. (QS Al Baqarah: 165)

Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan dan lain-
lain, maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita kepada Allah.

Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi cintanya kepada Allāh maka dia
telah melakukan dosa besar.

Allāh berfirman yang artinya:

“Katakanlah; ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian,


harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan juga
rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, itu semua lebih kalian cintai daripada Allāh dan
Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allāh, maka tunggulah sampai Allāh Subhānahu wa Ta’āla
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allāh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik”. (QS At Taubah: 24)

Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia
cintai. Dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya hanya sebatas ucapan
saja.
Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allāh adalah dengan:

✅ Mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat Al Qurān.


✅ Memikirkan tanda tanda kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di alam semesta.
✅ Mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allāh berikan.
Itulah halaqah yang ke-21 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آل ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Takut Kepada Allāh

Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudharat adalah di tangan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata. Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allāh dan tidak
bertawakal kecuali kepada Allāh.

Takut kepada Allāh yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:

1. Merendahkan diri di hadapan Allāh.


2. MengagungkanNya.
3. Membawanya untuk menjauhi larangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
4. Melaksanakan perintahNya.

❌ Bukan takut :

⛔ Yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allāh.


⛔ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan kepada Allāh .

Takut seperti ini adalah ibadah.

Tidak boleh sekali-sekali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allāh. Dan
barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allāh, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik
besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah meninggal kemudian
takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga
mengagungkannya.

Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrāhīm ‘Alaihissalām ketika beliau berkata yang
artinya: “Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku
kecuali apabila Rabbku menghendakinya.” (QS Al An’ām: 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang melebihi
takutnya kepada Allāh, sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allāh atau
melanggar larangan Allāh. Seperti :
❎ Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut kepada orang orang kafir.
Atau,
❎ Tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu.

Allāh berfirman yang artinya :

“Sesungguhnya itu hanyalah syaithān yang menakut-nakuti kalian, wahai orang-orang yang
beriman, dengan wali-walinya (penolong-penolongnya). Karena itu janganlah kalian takut
kepada mereka tetapi takutlah kalian kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang beriman.”
(QS Āli ‘Imrān: 175 )

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah :

✅ Berlindung kepada Allāh dari bisikan syaithan.


✅ Mengingat sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang artinya :

“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat


kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allāh
tulis. Dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu niscaya
mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis.” (HR
Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullāh)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti :

✅ Takut kepada panasnya api.


✅ Takut kepada binatang buas.

Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan takut yang
membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allāh. Ini adalah takut yang
tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Itulah halaqah yang ke-22 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آل ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.
Saudaramu,
‘Abdullāh Roy

Ta’at Ulama di Dalam Kebenaran


Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allāh dan juga agamanya, Yaitu ilmu
yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Para ulama adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama Islam adalah sangat
tinggi. Allāh telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk taat kepada
mereka selama mereka menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan juga kebaikan.

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman :

ۖ ُْ ‫ُول ْاﻷ َْﻣ ِر ِﻣﻨْ ُك‬


ِ ‫ﻮل َوأ‬ ِ ‫اّلل وأ‬
َ ‫َط ُﻴﻌﻮا اﻟار ُﺳ‬ ِ ِ‫ا‬
َ َ‫يﻦ َآﻣﻨُﻮا أَط ُﻴﻌﻮا ا‬
َ ‫َي أَيُّ َهﺎ اﻟذ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allāh dan taatlah kepada Rasul dan ulil amri
kalian.” (QS An Nisā: 59)

✍ Ulil amri disini mencakup ulama dan juga umarā (pemerintah).


Menghormati para ulama bukan berarti mentaati mereka dalam segala hal sampai kepada
kemaksiatan. Ulama, seperti manusia yang lain, Ijtihad mereka terkadang salah dan terkadang
benar.

Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.


Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.

Apabila telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya seorang ulama
menyelisihi kebenaran tersebut dalam sebuah permasalahan, maka tidak boleh seseorang mentaati
ulama tersebut kemudian dia meninggalkan kebenaran.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah, Sesungguhnya ketaatan hanya didalam
kebenaran.” (HR. Albukhari dan Muslim)

Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allāh, maka dia telah menjadikan
ulama tersebut sebagai pembuat syariat dan bukan penyampai syariat, ini seperti yang dilakukan
oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani, sebagaimana disebutkan oleh Allah di dalam firman-
Nya :

ِ ‫…اَّتَ ُذوا أَحﺒﺎرهُ ورْهﺒ َﺎَنُُ أَرِبِب ِﻣﻦ د‬


‫ون هللا‬ ‫ا‬
ُ ْ ً َْ ْ َ َُ ْ ُ َ َ ْ
“Mereka yaitu orang-orang Yahudi & Nasrani menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka
sebagai sesembahan selain Allāh.” (QS At Taubat: 31)

Ketika menjelaskan ayat ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah tersebut, akan
tetapi mereka, apabila menghalalkan apa yang Allāh haramkan, maka merekapun ikut
menghalalkan dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allāh halalkan
maka mereka pun ikut mengharamkan.” (Hadits ini hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)

Itulah halaqah yang ke-23 sampai bertemu pada halaqah yang selanjutnya.

‫وصﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ وﻋﻠى آﻟﻪ وصحﺒﻪ أمجﻌني‬

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh

Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa kenikmatan
dengan segala jenisnya adalah dari Allāh.

Allāh berfirman :

ِ‫وﻣﺎ ﺑِ ُكُ ِﻣﻦ ﻧِﻌم ٍﺔ ﻓَ ِمﻦ ا‬


‫اّلل‬ َ َ ْ ْ ْ ََ
“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari Allāh.” (QS An Nahl: 53)

Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allāh
kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allāh.

Misalnya Seperti ungkapan :


⛔ Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka.
⛔ Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri.
⛔ Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh, dan sebagainya.

Ini semua adalah contoh bentuk menyandarkan kenikmatan kepada sebab.

Allāh berfirman :

‫وَنَﺎ‬ ِ ‫ي ﻌ ِرﻓُﻮ َن ﻧِﻌمﺖ اّللِ ثُا ي‬


َ ‫ﻨكُر‬ُ ّ َ َْ َْ
“Mereka mengenal nikmat Allāh kemudian mereka mengingkarinya.” (QS An Nahl: 83)

Seharusnya kenikmatan tersebut di sandarkan kepada Allāh, Zat yang menciptakan sebab.

Yang seharusnya dikatakan adalah :


✅ Kalau bukan karena Allāh niscaya kita sudah celaka. atau
✅ Kalau bukan karena Allāh niscaya uang kita sudah hilang. atau
✅ Kalau bukan karena Allāh niscaya saya tidak akan sembuh. dan sebagainya

Yang demikian karena Allāh-lah yang memberikan :


✅ Nikmat keselamatan
✅ Nikmat keamanan
✅ Nikmat kesembuhan dan sebagainya

Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita. Kalau
Allāh menghendaki niscaya Allāh tidak akan menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk
menolong kita.

Ini semua, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain.
Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang yang
berbuat baik kepadanya karena mereka telah menjadi sebab kenikmatan tersebut. Bahkan
diperintahkan pula untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan do’a yang
baik.

Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allāh semata.

ُ‫وهللا ﻋﻠ‬
Itulah yang bisa kita sampaikan pada kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آل ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Ridha Dengan Hukum Allāh

Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagai pencipta manusia sangat menyayangi ciptaan nya, Dialah Ar-
Rahmān Ar-Rahīm. Di antara bentuk kasih sayang Allah adalah menurunkan syari’at supaya
manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan didunia maupun akhirat.

Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hukumnya penuh dengan keadilan,
hikmah dan juga kebaikan, meskipun kadang samar atas sebagian manusia.

Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah untuk :

🔴 Ridha dengan hukum Allāh. dan


🔴 Yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum Allāh.

Di dalam segala bidang kehidupan :

💙 Aqidah
💙 Akhlaq
💙 Adab
💙 Mu’āmalah
💙 Ekonomi
💙 Kenegaraan
💙 Dan lain-lain.

Meng-Esakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam hukum-hukumNya adalah termasuk


konsekuensi tauhid.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫ض َﻼًﻻ ُﻣﺒِﻴﻨًﺎ‬
َ ‫ض اﻞ‬
َ ‫اّللَ َوَر ُﺳﻮﻟَﻪُ ﻓَ َﻘ ْﺪ‬
‫ص ا‬ ِ ‫اّللُ َوَر ُﺳﻮﻟُﻪُ أ َْﻣًرا أَ ْن يَ ُكﻮ َن َهلُُُ ا ْْلَََِيةُ ِﻣ ْﻦ أ َْﻣ ِرِه ُْ ۗ َوَﻣ ْﻦ يَ ْﻌ‬
‫ضى ا‬ ٍِ ِ ِ
َ َ‫َوَﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟ ُم ْﺆﻣ ٍﻦ َوَﻻ ُﻣ ْﺆﻣﻨَﺔ إِذَا ق‬
“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang mu’minah apabila
Allāh dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang
lain di dalam urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allāh dan Rasul-Nya maka
sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahzab: 36)
Saudaraku,

Alhamdulillāh dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan karunia-Nya sampailah kita pada
bagian yang terakhir dari Silsilah yang pertama ini (Tauhid), yaitu halaqah yang ke-25.

Dengan berakhirnya Silsilah Tauhid ini bukan berarti kita sudah merasa cukup memahami Ilmu
Tauhid. Apa yang disampaikan dalam silsilah 1 (Tauhid) ini baru sebagian kecil dari ilmu tauhid
itu sendiri.

Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal menjemput kita. Ikutilah
majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini. Bacalah buku-buku yang berkaitan
dengan tauhid yang telah ditulis oleh para ulama yang terpercaya.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla merahmati kita semua, menghidupkan dan juga
mematikan kita di atas tauhid.

Demikian semoga kita bisa bertemu kembali Pada Silsilah Ilmiah yang ke 2 yaitu tentang
mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
‫احلمﺪ هلل رب اﻟﻌﺎملني‬
‫و صﻠى هللا ﻋﻠى ﻧﺒﻴﻨﺎ ُممﺪ و ﻋﻠى آﻟﻪ و صحﺒﻪ أمجﻌني‬.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy di kota Al-Madīnah An-Nabawiyyah

Sumber Materi: https://materihsi.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai