Anda di halaman 1dari 61

HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 1.

Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid


Diposkan pada Juli 17, 2017

Kaum muslimin yang dimulyakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, ini adalah
halaqoh yang pertama dari Silsilah Belajar Tauhid yang berjudul “Mengapa
Kita Harus Mempelajari Tauhid? “

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki


maupun wanita, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan manusia
dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu meng-esakan ibadah kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :


ِ ‫َﻭ َﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘﺖُ ْﺍﻟﺠِﻦَّ َﻭ ْﺍ‬
‫ﻹ ْﻧﺲَ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴَﻌْ ﺒُﺪُﻭﻥ‬
’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu’’. (Surat AdzDzariyaat 56)

Oleh karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus para Rasul
kepada setiap ummat tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada
tauhid.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

َ ‫… َۖ ﻭﻟَ َﻘﺪْ َﺑ َﻌﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ُﻛ ِّﻞ ﺃ ُ َّﻣ ٍﺔ َﺭﺳُﻮﺎًﻟ ﺃَ ِﻥ ﺍﻋْ ﺒُﺪُﻭﺍ ﻪَّﻠﻟﺍ َ َﻭﺍﺟْ ﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎ ُﻏ‬
‫ﻮﺕ‬

’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang


Rasul yang mereka berkata kepada kaumnya : ’’Sembahlah Allāh dan jauhilah
thaghut’’.

Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allāh Subhānahu wa


Ta’āla. (Surat AnNahl 36).

Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang
merupakan inti dari ajaran Islam, maka sebenarnya dia tidak memahami
agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh yang pertama ini dan in syā
Allāh kita bertemu kembali pada halaqoh yang ke-2.
‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

Kota Al-Madinah,
Abdulloh Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 2.
Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga
Diposkan pada Juli 18, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang kedua dari Silsilah Belajar Tauhid, tauhid adalah syarat mutlak
masuk ke dalam surga.

Saudaraku, orang yang menginginkan kabahagiaan di surga maka dia harus


memiliki modal yang satu ini, yaitu modal BERTAUHID, tidak akan masuk ke
dalam surga kecuali orang-orang yang bertauhid meskipun terkadang dia di
adzab sebelumnya ke dalam neraka karena dosa yang dia lakukan.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

‫ َو َكلِ َم ُت ُه‬،ُ‫ َوأَنَّ عِ ي َْسى َع ْب ُد هللا َو َرس ُْولُه‬،ُ‫ َوأَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،ُ‫ْك لَه‬ َ ‫َمنْ َش ِهدَ أَنْ اَل إِلَ َه إِاَّل هللا َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬
‫ان م َِن ْال َع َم ِل‬ َ ‫الج َّن ُة َعلَى َما َك‬ َ ‫ار َح ٌّق أَ ْد َخلَ ُه هللا‬
َ ‫أَ ْل َقا َها إِلَى َمرْ َي َم َور ُْو ٌح ِم ْن ُه َو ْال َج َّن َة َح ٌّق َوال َّن‬

’’Barang siapa yang  bersaksi  bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allāh, tidak ada sekutu bagiNya dan bersaksi bahwasanya
Muhammad adalah hambaNya dan juga RasulNya dan bersaksi bahwasanya
‘Isa adalah hamba Allāh dan juga RasulNya dan kalimatNya yang Allāh
tiupkan kepada Maryam dan ruh dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan
bersaksi bahwasanya surga adalah benar dan neraka adalah benar maka
Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memasukan dia ke dalam surga, sesuai
dengan apa yang telah dia amalkan‘’. (HR Bukhari Muslim)

Dalam hadits yang lain, Nabi  shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‫ َي ْب َتغِى ِب َذل َِك َوجْ َه هللا‬. ‫ار َمنْ َقا َل الَ إِلَ َه إِالَّ هللا‬
ِ ‫َفإِنَّ هللا َق ْد َحرَّ َم َعلَى ال َّن‬

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengharamkan neraka,


bagi orang yang mengatakan lā ilāha illallāh (tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allāh) yang dia mengharap dengan kalimat tersebut
wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
(HR Bukhori & Muslim)
Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan
surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah dengan BERTAUHID.

Itulah halaqah yang kedua dan sampai berjumpa kembali pada halaqah
berikutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

Akhūkum Abdullah Roy


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 3.
Bahaya Kesyirikan
Diposkan pada Juli 19, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ketiga adalah tentang bahaya kesyirikan.

Akhil karīm, tauhid adalah amalan yang paling Allāh cintai, sebaliknya syirik
yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah adalah
amalan yang sangat Allāh murkai.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memang Maha Pengampun, akan tetapi bila


seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan
mengampuni dosa syirik tersebut.

Orang tersebut akan kekal di neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan
baginya untuk masuk ke surganya Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sungguh ini
adalah sebuah kerugian yang tidak ada kerugian lebih besar daripada
kerugian ini.

Allāh berfirman :

ُ‫ﻭﻥ ٰ َﺫﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ َﻳﺸَﺎﺀ‬


َ ‫ۚ ﺇِﻥَّ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ﺎَﻟ َﻳ ْﻐﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ُﻳﺸْﺮ ََﻙ ِﺑ ِﻪ َﻭ َﻳ ْﻐﻔِﺮُ َﻣﺎ ُﺩ‬

’’Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik dan masih


mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendakinya”. (An Nisa 48)

Allāh juga berfirman:

‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ِين مِنْ أَ ْن‬ َّ ‫إِ َّن ُه َمنْ ُي ْشركْ ِباهلل َف َق ْد َحرَّ َم هللا َعلَ ْي ِه ْال َج َّن َة َو َمأْ َواهُ ال َّنا ُر َو َما ل‬
َ ‫ِلظالِم‬ ِ

‘’Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allāh maka Allāh


mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan
tidak ada penolong bagi orang –orang yang zhalim”. (QS Al Maidah 72)
Oleh karena itu, hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini, terkadang
seseorang terjerumus ke dalam dosa ini sedangkan dia tidak menyadarinya.

Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu yaitu ilmu agama, belajarlah dan
berdoalah kepada Allāh.

Berdoalah kepada Allāh dengan sejujur-jujurnya, semoga Allāh Subhānahu


wa Ta’āla melindungi kita dan juga keluarga kita dari perbuatan syirik ini.

Itulah halaqah yang ketiga dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.
‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬
Akhūkum Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 4.
Syirik Membatalkan Amalan
Diposkan pada Juli 20, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬
Halaqoh yang keempat adalah tentang bahwasanya syirik membatalkan
amalan.

Pernahkan anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras anda selama
berhari-hari, atau berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun ?
Bagaimanakah perasaan anda saat itu ? Sedih bukan ?

Tekadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file berharga
tersebut kembali.

Saudaraku sekalian, syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan
seseorang.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

َ ‫ِين مِنْ َق ْبل َِك لَئِنْ أَ ْش َر ْك‬


َ ‫ت لَ َيحْ َب َطنَّ َع َملُ َك َولَ َت ُكو َننَّ م َِن ْال َخاسِ ِر‬
)65( ‫ين‬ َ ‫َولَ َق ْد أُوح َِي إِلَي‬
َ ‫ْك َوإِلَى الَّذ‬
َ ‫َب ِل هللا َفاعْ ب ُْد َو ُكنْ م َِن ال َّشاك ِِر‬
)66( ‫ين‬

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu, wahai Muhammad dan kepada


(nabi-nabi) yang sebelummu, bahwa apabila kamu berbuat syirik, maka
sungguh akan batal amalanmu, dan jadilah engkau termasuk orang-orang
yang merugi. Maka sembahlah Allāh saja, dan jadilah kamu termasuk orang-
orang yang bersyukur.” (Qs AzZumar 65-66)

Dalam ayat ini, seorang Nabi pun, apabila dia berbuat syirik, maka akan batal
amalannya.

Oleh karena itu saudara-saudara sekalian, jagalah amalan anda yang sudah
anda tabung bertahun-tahun, jangan biarkan amalan tersebut hilang begitu
saja, hanya karena kejahilan anda terhadap tauhid dan juga syirik.
Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa menghancurkan
amalan sebesar gunung, dan belum tentu ada waktu lagi untuk bisa
menabung kembali.

Itulah halaqah yang keempat dan sampai bertemu kembali pada halaqah
berikutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


Akhūkum Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 5.
Taubat Dari Kesyirikan
Diposkan pada Juli 21, 2017

‫ِبسْ ِم هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqoh yang ke-5 adalah “Taubat dari kesyirikan”.

Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian, dan dia meninggal dunia tanpa
bertaubat kepada Allāh, maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni.

Namun apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal, maka Allāh Subhānahu
wa Ta’āla akan mengampuni dosanya, bagaimanapun besarnya dosa
tersebut.

Taubat nashūha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:

⑴ Menyesal
⑵ Meninggalkan perbuatan tersebut
⑶ Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

‫وب َجمِيعًا إِ َّن ُه ه َُو ْال َغفُو ُر الرَّ حِي ُم‬


َ ‫الذ ُن‬ ُ ‫ِين أَسْ َرفُوا َعلَى أَ ْنفُسِ ِه ْم اَل َت ْق َن‬
ُّ ‫طوا مِنْ َرحْ َم ِة هللا إِنَّ هللا َي ْغفِ ُر‬ َ ‫ِي الَّذ‬
َ ‫قُ ْل َيا عِ َباد‬

“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri


sendiri (yaitu dengan berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari
rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh mengampuni dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-
Zumar ayat 53)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ْ‫إِنَّ هللا َي ْق َب ُل َت ْو َب َة ْال َع ْب ِد َما لَ ْم ي َُغرْ غِ ر‬


“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum
sampai ke tenggorokan.”

(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany
rahimahullāh)

Para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak semuanya lahir dalam
keadaan Islam, bahkan banyak diantara mereka yang masuk Islam ketika
sudah besar. Dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan.

Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka seseorang harus


mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan baik, mengetahui jenis-jenis
kesyirikan, sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.

Itulah halaqah yang ke-5 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah
berikutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

Akhūkum,
‘Abdullāh Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 6.
Pengertian Tauhid
Diposkan pada Juli 24, 2017
‫ِبسْ ِم هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Belajar Tauhid yaitu “Apa itu Tauhid?”

Saudara sekalian, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan


pemahaman kepada kita semua.

Sebelum kita jauh melangkah di dalam Silsilah ini, tentunya kita harus benar-
benar memahami apa makna Tauhid yang wajib kita pelajari dan kita
amalkan.

TAUHID
■ Secara bahasa adalah mengEsakan
■ Secara istilah adalah mengEsakan Allāh di dalam beribadah.

Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga dia meninggalkan


peribadatan kepada selain Allāh, seperti:

 Berdo’a kepada selain Allāh


• Bernadzar untuk selain Allāh
• Menyembelih untuk selain Allāh
• Dan lain-lain.

Apabila seseorang beribadah kepada Allāh dan menyerahkan sebagian


ibadah kepada selain Allāh, siapapun dia, entah itu seorang Nabi, Malaikat
atau yang lain maka inilah yang dinamakan dengan syirik yaitu menyekutukan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam beribadah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

َ ‫َﻭﺇِ ْﺫ َﻗﺎ َﻝ ﺇِ ْﺑﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻷَ ِﺑﻴ ِﻪ َﻭ َﻗﻮْ ِﻣ ِﻪ ﺇِ َّﻧﻨِﻰ َﺑﺮَﺁﺀٌ ِّﻣﻤَّﺄ َﺗﻌْ ﺒُﺪ‬
}27{ ‫} ﺇِﻻَّ ﺍﻟَّﺬِﻱ َﻓﻄَﺮَﻧِﻲ‬26{ ‫ُﻭﻥ‬
’’Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya
‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat
yang telah menciptakan aku’” (Az-Zukhrūf 26-27)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

‫ﻪﻠﻟﺍ‬
ِ ‫ﻠﻰ‬ َ ‫ﻪﻠﻟﺍ َﺣﺮُ َﻡ َﻣﺎﻟُ ُﻪ َﻭﺩَ ُﻣ ُﻪ َﻭ ِﺣﺴَﺎ ُﺑ ُﻪ َﻋ‬
ِ ‫َﻣﻦْ َﻗﺎ َﻝ ﻻَ ﺇِﻟَ َﻪ ﺇِﻻَّ ﻪﻠﻟﺍُ َﻭ َﻛ َﻔﺮَ ِﺑﻤَﺎ ﻳُﻌْ ﺒَﺪُ ِﻣﻦْ ُﺩ ْﻭ ِﻥ‬

’’Barangsiapa yang mengatakan ‘’Lā ilāha illallāh’’ dan mengingkari segala


sesuatu yang disembah selain Allāh maka haram hartanya dan darahnya
(artinya tidak boleh diganggu) dan perhitungannya (hisabnya) adalah atas
Allāh Subhānahu wa Ta’āla ‘’.

(Hadits shahīh, HR. Imam Muslim)

Oleh karena itu, rukun kalimat Tauhid (Lā ilāha illallāh) ada 2 :

⑴ Nafi (pengingkaran)
Nafi pada kalimat ‘’Lā ilāha’’ artinya tidak ada Tuhan yang berhak disembah.
Maksudnya adalah mengingkari tuhan–tuhan selain Allāh.

⑵ Itsbat (penetapan) Itsbat pada kalimat ‘’illallāh” artinya kecuali Allāh.


Maksudnya adalah menetapkan Allāh sebagai satu-satunya sesembahan.

‫وهللا الموافق‬
‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

Akhūkum,
‘Abdullāh Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 7.
Termasuk Syirik Memakai Jimat
Diposkan pada Juli 25, 2017

‫ِبسْ ِم هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-7 dari Silsilah Belajar Tauhid “Termasuk Syirik Memakai
Jimat”

Saudaraku sekalian, Allāh Azza wa Jalla adalah Dzat yang memberi manfaat
dan mudharat.

Kalau Allāh menghendaki memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak


akan ada yang bisa mencegahnya.

Demikian pula sebaliknya, ketika Allāh menghendaki untuk menimpakan


musibah kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa menolaknya.

Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang Muslim untuk hanya


bergantung kepada Allāh semata. Dan merasa cukup dengan Allāh dalam
usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudharat, seperti dalam
mencari rejeki, mencari keselamatan, mencari kesembuhan dari penyakit dan
lain-lain.

Dan tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan


seperti jimat, wafaq, susuk dan berbagai jenisnya

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

‫َمنْ َعلَّ َق َتمِي َم ًة َف َق ْد أَ ْش َر َك‬

’’Barangsiapa yang menggantungkan tamīmah (yaitu jimat dan yang


semisalnya) maka sungguh dia telah berbuat syirik”.

(HR. Imām Ahmad dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani)


Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab (perantara) maka ini
termasuk syirik kecil, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab
sebagai sebab.

Padahal yang berhak untuk menentukan sesuatu itu sebab atau tidak adalah
Dzat yang menciptakan yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian apabila dia meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya


memberikan manfaat dan memberikan mudharat maka ini termasuk syirik
besar, yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.

Semoga Allāh Subhānahu Abdullā Ta’āla memudahkan kita dan saudara-


saudara kita untuk meninggalkan perbuatan syirik yang sudah tersebar ini dan
menjadikan ketergantungan hati kita dan mereka hanya kepada Allāh.

Hasbunallāhu wa ni’mal wakīl.


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 8.
Bertabarruk (Mencari Berkah)
Diposkan pada Juli 26, 2017
‫ِبسْ ِم هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Ini adalah halaqah yang ke-8 dari “Silsilah Belajar Tauhid berjudul
“Bertabarruk (Mencari Barakah).”

Kaum Muslimīn,

Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang berbarakah, artinya banyak


kebaikannya.

Allāh berfirman:

َ‫َﺎﺭ َﻙ هللاُ َﺭﺏُّ ْﺍﻟ َﻌﺎﻟَﻤِﻴﻦ‬


َ ‫َﺗﺒ‬

(Al-A’rāf 54)

Dan Allāh adalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada
sebagian makhluqNya, sehingga makhluq tersebut menjadi makhluq yang
berbarakah dan banyak kebaikannya.

Allāh berfirman :

َ ‫ار ًكا َو ُه ًدى ل ِْل َعالَم‬


‫ِين‬ َ ‫اس لَلَّذِي ِب َب َّك َة ُم َب‬ ٍ ‫إِنَّ أَوَّ َل َب ْي‬
ِ ‫ت وُ ضِ َع لِل َّن‬

’’Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allāh letakkan bagi manusia untuk
beribadah adalah yang ada di Makkah yang berbarakah dan petunjuk bagi
seluruh alam‘’. (Āli ‘Imrān 96)
Ka’bah diberikan barakah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan cara
mendapatkan barakahnya (kebaikannya) adalah dengan melakukan ibadah
disana.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman :

َ ‫إِ َّنا أَ ْن َز ْل َناهُ فِي لَ ْيلَ ٍة ُم َب‬


َ ‫ار َك ٍة ۚ إِ َّنا ُك َّنا ُم ْنذ ِِر‬
‫ين‬

’’Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam yang


berbarakah, sesungguhnya Kami memberikan peringatan’’. (Ad-Dukhān 3)

Malam Laylatul Qadr adalah malam yang berbarakah dan cara mendapatkan
barakahnya dan juga kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di
malam tersebut.

Seorang ulama berbarakah dengan ilmunya dan juga dakwahnya, cara


mencari keberkahannya dan juga kebaikannya adalah dengan menimba ilmu
dari ulama tersebut.

Disana ada barakah yang sifatnya dzatiyah, yaitu dzat yang berbarakah,
dimana barokah seperti ini bisa berpindah. Barokah jenis ini hanya Allāh
berikan kepada para Nabi dan juga Rasūl.

Oleh karena itu, dahulu para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bertabarruk dengan:

 Bekas wudhū’ Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam


• Rambut Beliau
• Keringat Beliau
• Dan lain-lain.

Sepeninggal Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka tidak melakukan hal


ini kepada Abū Bakr dan ‘Umar dan para shahābat yang lain.

Dan ini menunjukan bahwasanya inilah kekhususan para Nabi dan juga para
Rasul.

Meminta barakah hanya kepada Allāh dan dengan cara yang disyari’atkan.
Adapun meminta barakah dari Allāh dengan sebab yang tidak disyari’atkan
seperti dengan:

 Mengusap dinding masjid tertentu


• Mengambil tanah kuburan tertentu
• Dan lain-lain

Maka ini termasuk dalam syirik kecil.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberkahi kita dan keluarga kita.

Inilah halaqah yang ke-8 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah
selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

Saudaramu,
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 9.
Termasuk Syirik Besar Menyembelih Untuk
Selain Alloh
Diposkan pada Juli 27, 2017
‫ِبسْ ِم هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Ini adalah halaqah yang ke-9 dari Silsilah Belajar Tauhid berjudul
“Menyembelih Untuk Selain Allāh Termasuk Syirik Besar”.

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam ini.


Didalamnya ada pengagungan terhadap Allāh, Rabb semesta alam dan
merupakan wujud cinta dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk
Allāh, seperti:

 Ibadah kurban di hari raya


• ‘Aqiqah
• Dan juga hadyu bagi sebagian jama’ah haji.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah


yang mulia ini hanya untuk Allāh semata, sebagaimana firman Allāh
Subhānahu wa Ta’āla :

ْ‫َﻓﺼَ ِّﻞ ﻟِﺮَ ِّﺑﻚَ َﻭﺍ ْﻧﺤَﺮ‬

’’Maka shalatlah dan menyembelihlah untuk Tuhanmu”.

(Al-Kautsar 2).

Barang siapa yang menyerahkan ibadah meyembelih ini untuk selain Allāh
dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allāh,
sama saja kepada seorang Nabi atau kepada seorang wali atau kepada jin
dan lain-lain, maka dia:

 Telah terjatuh kedalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari


Islam
• Membatalkan amalannya, dan
• Terkena ancaman laknat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

َ‫ﻟَ َﻌﻦَ هللا َﻣﻦْ َﺫ َﺑ َﺢ ﻟ َِﻐﻴْﺮِ هللا‬

’’Allāh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh”.

(Hadits ini shāhih, diriwayatkan dari Imām Muslim).

Dan makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim berkurban


dan menyembelih untuk selain Allāh, sedikitpun, meskipun dengan seekor
lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari
mudharat.

Kita harus yakin sebagai seorang Muslim bahwa manfaat dan juga mudharat
ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata dan hanya kepadaNya-lah
seorang muslim bertawakal.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-9 ini dan sampai
berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبيّنا محمّد و على آله وصحبه أجمعين‬

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah An-Nabawiyyah
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 10.
Termasuk Syirik Bernadzar Untuk
Selain Alloh
Diposkan pada Juli 28, 2017
‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Belajar Tauhid berjudul “Termasuk Syirik
Bernadzar Untuk Selain Allah”

Bernadzar untuk Allah adalah seseorang mengatakan, misalnya:

“Wajib bagi saya melakukan ibadah ini yaitu untuk Allah”

atau dengan mengatakan:

“Saya bernadzar untuk Allah bila terlaksana hajat saya”.

Bernadzar, kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Subhānahu wa Ta’ala,


adalah ibadah dan suatu bentuk pengagungan.

Karenanya bernadzar ini tidak diperkenankan kecuali untuk Allah Subhānahu


wa Ta’ala semata, seperti:

 Seseorang bernadzar untuk Allāh akan berpuasa 1 hari bila lulus ujian,
atau
 Bernadzar untuk Allah Subhānahu wa Ta’āla akan mengadakan umroh
bila sembuh dari penyakit,
 Dan lain-lain.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ِين مِنْ أَ ْن‬ َّ ‫َو َما أَ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َن َف َق ٍة أَ ْو َن َذرْ ُت ْم مِنْ َن ْذ ٍر َفإِنَّ هَّللا َ َيعْ لَ ُم ُه ۗ َو َما ل‬
َ ‫ِلظالِم‬

’’Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan maka
sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengetahuinya.’’
(Al-Baqarah 270)

Allāh Ta’āla mengabarkan bahwasanya Allāh mengetahui nadzar para


hambaNya di dalam ayat ini dan akan membalas dengan balasan yang baik.

Ini menunjukan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang seorang Muslim


akan diberikan pahala atas nadzar tersebut.

Dan menunaikan nadzar apabila dalam keta’atan hukumnya adalah wajib,


berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

َ ‫َو ْليُوفُوا ُن ُذ‬


‫ورهُم‬

’’Dan supaya mereka menunaikan nadzar-nadzar mereka‘’.

(Al-Hajj 29)

Dan sabda Nabi Shallallāhu ‘ ‘alayhi wasallam:

‫ِﻴﻊ ﻪَّﻠﻟﺍ َ َﻓ ْﻠﻴُﻄِﻌْ ُﻪ َﻭ َﻣﻦْ َﻧﺬ ََﺭ ﺃَﻥْ َﻳﻌْ ﺼِﻴَ ُﻪ َﻓﻼَ َﻳﻌْ ﺼِ ِﻪ‬
َ ‫َﻣﻦْ َﻧﺬ ََﺭ ﺃَﻥْ ُﻳﻄ‬

’’Barangsiapa yang bernadzar untuk menta’ati Allāh Subhānahu wa Ta’āla


maka hendaknya menta’atinya dan barang siapa yang bernadzar untuk
memaksiati Allāh maka janganlah dia memaksiatiNya”.

(HR. Al-Bukhāri)

Bernadzar untuk selain Allāh adalah termasuk syirik besar yang


mengeluarkan seseorang dari Islam, seperti seseorang bernadzar apabila
seseorang sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan
atau berpuasa untuk syaikh fulan dan lain-lain.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla  melindungi kita dan keturunan kita dari


perbuatan syirik.

Itulah halaqah yang ke-10 dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


Halaqah 11 Silsilah Belajar Tauhid |
Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi)
 BimbinganIslam.com
Selasa, 1 Dzulhijjah 1436 H 15 September 2015 M

 Ustadz ‘Abdullāh Roy, MA

 Silsilah Belajar Tauhid

 Halaqah 11 | Ar-Ruqyah (Jampi-Jampi)

 Download Audio:
https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYUi01aWdaZ3RnbTg/view?usp=docslist_api

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-11 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Ar-Ruqyah (Jampi-jampi)”
Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh.
Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikan.
َ ْ‫ْن َمالِكٍ َقا َل ُﻛﻨَّﺎ َﻧﺮْﻗِﻲ ﻓِﻲ ْﺍﻟﺠَﺎ ِﻫﻠِﻴَّ ِﺔ َﻓﻘُ ْﻠﻨَﺎ َﻳﺎ َﺭﺳُﻮ َﻝ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ َﻛﻴْﻒَ َﺗﺮَﻯ ﻓِﻲ َﺫﻟِﻚَ َﻓ َﻘﺎ َﻝ ﺍﻋْ ﺮِﺿُﻮﺍ َﻋﻠَﻲَّ ُﺭ َﻗﺎ ُﻛﻢْ ﺎَﻟ َﺑﺄ‬
ْ‫ﺱ ِﺑﺎﻟﺮُّ َﻗﻰ َﻣﺎ َﻟﻢ‬ ِ ‫َعنْ َع ْوفِ ب‬
ٌ ْ‫َﻳﻜُﻦْ ﻓِﻴ ِﻪ ﺷِ ﺮ‬
‫ﻙ‬
Dari ‘Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu berkata; Kami dahulu meruqyah di zaman Jahiliyyah,
maka kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam :
“Yā Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini?”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
“Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah tidak mengapa
selama tidak ada kesyirikan”.
(HR. Abū Dāwūd, dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).
Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari:
• Ayat-ayat AlQur’an
• Do’a-do’a yang diajarkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ini lebih utama.
Atau dengan,
• Do’a-do’a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa Arab
maupun dengan selain bahasa Arab.
Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya
ruqyah hanyalah SEBAB semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh
seseorang bertawakal kepada sebab tersebut.
Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang menciptakan sebab
tersebut yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang mengandung
permohonan kepada selain Allāh, entah kepada seorang jin ataupun seorang wali
sekalipun, biasanya disebutkan disitu nama-nama mereka.
Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan
nama-nama Allāh atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa Arab.
Tujuannya adalah satu yaitu untuk mengelabui orang-orang yang jahil dan tidak tahu.
Ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa
sallam dalam sabda Beliau :
ٌ ْ‫ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮُّ َﻗﻰ َﻭﺍﻟﺘَّﻤَﺎ ِﺋﻢَ َﻭﺍﻟﺘِّﻮَﻟَ َﺔ ﺷِ ﺮ‬
‫ﻙ‬
’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’.
(HR. Abū Dāwūd, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)
Itulah halaqah yang ke-11 dan sampai bertemu kembali pada dihalaqah selanjutnya.
‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬
Saudaramu,
‘Abdullāh Roy
Ditranskrip Oleh:
Tim Transkrip BiAS

Halaqah 12 Silsilah Belajar


Tauhid | Berdoa’ Kepada
Selain Allāh Adalah
Syirik Besar
BimbinganIslam.com
Selasa, 15 Dzulhijjah 1436 H/ 29 September 2015 M

 Ustadz ‘Abdullāh Roy, MA

 Silsilah Belajar Tauhid

 Halaqah 12 | Berdoa’ Kepada Selain Allāh Adalah Syirik Besar

 Download
Audio: https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYajJBeUJlOHBrSWs/view?
usp=docslist_api

BERDOA’ KEPADA SELAIN ALLĀH ADALAH SYIRIK BESAR


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-12 “Berdo’a Kepada Selain Allāh Adalah Syirik Besar”.
Berdo’a kepada Allāh adalah seseorang menghadap Allāh dengan maksud supaya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mewujudkan keinginannya, baik dengan meminta atau dengan
merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Berdo’a dengan makna di atas adalah ibadah.
Berkata An-Nu’mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu ‘anhu :
“Aku mendengar Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallama bersabda : ‘Do’a adalah ibadah.’
Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam membaca ayat:
َ ‫َﻭ َﻗﺎ َﻝ َﺭ ُّﺑﻜُﻢُ ْﺍﺩﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْ ﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ َﻳﺴْﺘَﻜْﺒِﺮ‬
َ ُ‫ُﻭﻥ َﻋﻦْ ﻋِ ﺒَﺎﺩَ ﺗِﻲ َﺳﻴَﺪْ ُﺧﻠ‬
َ‫ﻮﻥ َﺟ َﻬﻨَّﻢَ ﺩَﺍ ِﺧﺮِﻳﻦ‬
“Dan Rabb kalian berkata : ‘Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan
kalian. Sesungguhnya orang- orang yang sombong dari beribadah kepadaKu, mereka akan
masuk ke dalam neraka jahanam dalam keadaan terhina’.” (Ghāfir:60)
(HR. Abū Dāwūd, Tirmidzi, Nasāi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh).
Dan makna “beribadah kepadaKu” adalah “berdoa kepadaKu”.
Apabila do’a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh semata, maka berdo’a kepada
selain Allāh dengan merendahkan diri di hadapannya, mengharap dan juga takut
kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan takut kepada Allāh adalah termasuk
syirik besar.
Dan termasuk jenis do’a adalah:
⑴ Istighātsah (meminta dilepaskan dari kesusahan)
⑵ Isti’ādzah (meminta perlindungan)
⑶ Isti’ānah (meminta pertolongan)
Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah,
hanya diserahkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.
Dan perlu kita ketahui bahwasanya boleh seseorang beristighātsah, beristi’ādzah,
beristi’ānah kepada seorang makhluk dengan 4 syarat:
⑴ Makhluk tersebut masih hidup.
⑵ Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita.
⑶ Dia mampu sebagai makhluq untuk melakukannya.
⑷ Tidak boleh seseorang bertawakkal kepada sebab tersebut, akan tetapi bertawakkal
kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan sebab.
Orang yang beristighātsah, beristi’ādzah atau beristi’ānah kepada orang yang sudah mati
atau kepada orang yang masih hidup akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak
mendengar ucapan kita atau meminta makhluk perkara yang tidak mungkin melakukan
kecuali Allāh, maka ini termasuk syirik besar.
Itulah halaqah ke-12 dan sampai bertemu di halaqah selanjutnya.
‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬
Saudaramu,
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh
13. Syafa’at
Diposkan pada Agustus 2, 2017

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا و على آله وصحبه أجمعين‬

Halaqoh yang ke-13 dari silsilah kita kali ini adalah tentang Syafā’at.

Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat.

Allâh & Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at
pada hari kiamat.

Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh mengampuni seorang muslim


dengan perantara do’a orang yang telah Allāh izinkan untuk memberikan
syafa’at.

Syafa’at akhirat ini harus kita imani & kita berusaha untuk meraihnya.

Dan modal utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid &
bersihnya seseorang dari kesyirikan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika beliau mengabarkan


tentang bahwasanya beliau memiliki syafā’at pada hari kiamat, beliau
mengatakan:

ُ ‫ات مِنْ أ ُ َّمتِي ال ُي ْش ِر‬


‫ك ِباهلل َش ْي ًئا‬ َ ‫َف ِه َي َنا ِئلَ ٌة إِنْ َشا َء هللا َمنْ َم‬

“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari
umatku yang tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.”
(Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka


miliki.

Allâh berfirman:
َ ‫ُون إِاَّل لِ َم ِن ارْ َت‬
…‫ض ٰى‬ َ ‫…واَل َي ْش َفع‬
َ

“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak
memberikan syafā’at kecuali bagi orang-orang yang Allāh ridhai…”.
(Al-Anbiyaa’ 28)

Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Karena seseorang


pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali
setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, sampai meskipun dia
seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allāh
Subhānahu wa Ta’ālā :

‫ٓ َﻣﻦ َﺫﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ َﻳﺸْ َﻔ ُﻊ ﻋِ ﻨﺪَﻩُۥٓ ﺇِﺎَّﻟ ِﺑﺈِ ْﺫ ِﻧﻪِۦ‬

“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh Ta’ālā kecuali dengan
izin-Nya.” (Al-Baqarah 255)

Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat yang
memilikinya.

Seperti seseorang mengatakan dalam yang do’anya, “Ya Allāh, aku meminta
syafa’at Nabi-Mu .”

Ini adalah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.

Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi


wa sallam seperti mengatakan, “Ya Rasūlullāh, berilah aku syafā’atmu.”

Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan


maksud meraih syafā’atnya.

Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang
musyrikin zaman dahulu.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

َ ‫ﺷ َﻔ َﻌﺎﺅُ َﻧﺎ ﻋِ ﻨْﺪَ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ ۚ ﻗُ ْﻞ ﺃَ ُﺗﻨَﺒِّﺌ‬


‫ُﻮﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ِﺑﻤَﺎ ﺎَﻟ َﻳﻌْ ﻠَﻢُ ﻓِﻲ‬ Ìَ ُ‫ﻭﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ ِ َﻣﺎ ﺎَﻟ َﻳﻀُﺮُّ ُﻫﻢْ َﻭﺎَﻟ َﻳﻨْ َﻔ ُﻌ ُﻬﻢْ َﻭ َﻳﻘُﻮﻟ‬
ُ ِ‫ﻮﻥ ٰ َﻫﺆُﺎَﻟ ﺀ‬ ِ ‫ُﻭﻥ ِﻣﻦْ ُﺩ‬
َ ‫َﻭ َﻳﻌْ ﺒُﺪ‬
ُ َ
‫ﺽ ۚ ُﺳﺒْﺤَﺎ َﻧ ُﻪ َﻭ َﺗ َﻌﺎﻟ ٰﻰ َﻋﻤَّﺎ ُﻳﺸْﺮِﻛﻮﻥ‬ َ ‫ﺄْﻟ‬
ِ ْ‫ﺕ َﻭ ﻓِﻲ ﺍ ﺭ‬ ‫ﺎَﻟ‬ ِ ‫ﺍﻟﺴَّﻤ ََﺎﻭﺍ‬
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak
memudharati mereka & tidak pula memberikan manfaat & mereka berkata:
“Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah: “Apakah
kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di
langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka sekutukan.” (Yunus 18)

Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu
kembali pada halaqoh selanjutnya.

‫وباهلل التوفيق والهداية‬.


‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Saudaramu, Abdullāh Roy


HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 14.
Berlebihan Terhadap Orang Sholih Adalah
Pintu Kesyirikan
Diposkan pada Agustus 3, 2017
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة و السالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-14 “Berlebihan terhadap orang shalih adalah pintu


kesyirikan.”

Orang yang shalih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allah,
baik dalam hal aqidah, ibadah maupun dalam hal muamalah.

Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allah Subhanahu wa


Ta’ala.

Kita sebagai seorang Muslim diperintahkan untuk:

 ⑴ Mencintai mereka.
• ⑵ Mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.

Berteman & bermajlis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan.

Membaca perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan &


meneguhkan hati kita.

Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam batas yang


diizinkan agama.

Namun berlebih-lebihan terhadap orang yang shalih, seperti:

⑴ Mendudukkan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia.

Atau,

⑵ Mensifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allah.
Maka ini hukumnya HARAM (tidak diperbolehkan oleh agama) karena
menjadi pintu terjadinya kesyirikan & penyerahan sebagian ibadah kepada
selain Allah.

Mencintai Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melebihi cinta kita kepada


orang tua, anak-anak & semua manusia adalah sebuah kewajiban agama,
sebagaimana dalam hadits.

Namun Beliau melarang kita (untuk) berlebih-lebihan terhadap Beliau dengan


mendudukkan Beliau di atas kedudukan Beliau yang sebenarnya, yaitu
sebagai hamba Allah & seorang Rasul.

Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ِ ‫ َفقُ ْولُ ْوا َع ْب ُد‬،ُ‫ َفإِ َّن َما أَ َنا َع ْب ُده‬،‫ارى اب َْن َمرْ َي َم‬
‫هللا َو َرس ُْولُ ُه‬ َ ‫ص‬ ِ ‫الَ ُت ْطر ُْونِي َك َما أَ ْط َر‬.
َ ‫ت ال َّن‬

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang


Nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Īsa ibn Maryam. Sesungguhnya aku
adalah hamba-Nya maka katakanlah. ‘Hamba Allah & Rasul-Nya’.”

(HR. Bukhari)

◆ Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah.

Dan,

◆ Beliau adalah seorang rasul maka tidak boleh dicela & diselisihi.

Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia yaitu Rasūlullah


shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan
yang lain?

Diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih


adalah:

⑴ Meyakini bahwasanya mereka mengetahui ilmu ghaib, atau

⑵ Membangun di atas kuburan mereka, atau


⑶ Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di samping kuburan mereka

⑷ Dan lain-lain.

Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada


mereka.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melapangkan hati kita untuk menerima


kebenaran.

Itulah halaqah 
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh
15. Sihir
Diposkan pada Agustus 4, 2017
‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-15 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Sihir”.

Ayyuhal ikhwah, sihir bermacam-macam jenisnya.

Dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir yang terjadi dengan
meminta pertolongan kepada syaithan.

Dan syaithan tidak akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan


perkara yang dia ridhai, yaitu kufur (kafir) kepada Allah, dengan cara:

⑴ Menyerahkan sebagian ibadah kepada syaithan tersebut.

⑵ Menghina Al-Quran.

⑶ Mencela agama.

⑷ Dan lain-lain.

Allah berfirman:

َ ‫ُون ال َّن‬
‫اس السِّحْ َر‬ َ ِ‫َو َما َك َف َر ُسلَ ْي َمانُ َو ٰلَكِنَّ ال َّشيَاط‬
َ ‫ين َك َفرُوا ي َُعلِّم‬

“Dan bukanlah Sulaiman yang kafir, akan tetapi syaithan-syaithanlah yang


kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.”

(Al-Baqarah 102)

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda (yang artinya):

“Jauhilah 7 perkara yang membinasakan.”


Para shahabat bertanya, “Ya Rasūlullah, apa 7 perkara tersebut?”

Maka Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Syirik kepada Allah, sihir,…(dst).”

(Muttafaqun ‘alaih)

Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati bila dia
tidak bertaubat, sebagaimana telah dicontohkan oleh para shahabat Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Dan yang berhak untuk melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah


yang sah dan bukan individu.

Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan. Bahkan sebagian


ulama menghukumi pelakunya keluar dari Islam.

Demikian pula meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang haram karena
Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwa bukan termasuk
pengikut Beliau (yaitu) orang yang menyihir & orang yang meminta disihirkan.

Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam


Musnadnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah.

Seorang Muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari


sihir.

Diantaranya adalah:

⑴ Dengan menjaga dzikir-dzikir yang di syariatkan, seperti:

 Dzikir pagi & petang


 Dzikir-dzikir setelah shalat 5 waktu
 Dzikir akan tidur
 Dzikir mau makan
 Dzikir masuk & keluar rumah
 Dzikir masuk & keluar kamar kecil
 Dan lain-lain.
⑵ Dan membersihkan diri dan juga rumah dari perkara-perkara yang
membuat ridha syaithan, seperti:

 Jimat-jimat
 Musik-musik
 Gambar-gambar makhluk bernyawa
 Dan lain-lain.

Dan apabila qaddarullah terkena sihir maka hendaknya dia:

√ Bersabar.

√ Merendahkan diri kepada Allah.

√ Memohon darinya kesembuhan, dan

√ Berpegang dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan.

√ Dan jangan sekali-kali dia berusaha untuk menghilangkan sihir dengan cara
meminta bantuan jin, baik secara langsung maupun lewat dukun, paranormal
dan yang semisal dengan mereka.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dan juga keluarga kita
dari semua kejelekan di dunia dan juga di akhirat.

Itulah halaqah yang ke-15 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy

HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh


16. Perdukunan
Diposkan pada Agustus 7, 2017
‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
Halaqah yang ke-16 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Perdukunan.

Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang
tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti:

 Mengetahui barang yang hilang, pencurinya


• Mengetahui ramalan nasib
• Dan lain-lain.

Dia mengaku mengetahui hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu seperti


dengan:

 Melihat bintang
• Menggaris di tanah
• Melihat air di mangkok
• Dan lain-lain.

Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

Saudaraku sekalian, ketahuilah bahwa perdukunan dengan namanya yang


bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam agama Islam.

Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang
mereka mintai bantuan.

Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai


seorang yang meminta bantuan jin & juga syaithan.

Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan


menyesatkan manusia dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka.

Iblis & juga keturunannya tidak akan membantu sang dukun kecuali apabila
dukun tersebut kafir kepada Allah.

Para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini.
Dan harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.

Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar maka sebagaimana yang


dikabarkan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih,
bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit.

Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada
yang di bawahnya dan seterusnya, sehingga sampai ke telinga dukun.

Terkadang dia terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar


tersebut. Dan terkadang pula sempat menyampaikan sebelum akhirnya
terkena lemparan bintang.

Kabar sedikit ini atau kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah-tambahi
oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang banyak.

Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat
mencari pembenaran & kepercayaan dari manusia.

Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta


bantuan, bagaimanapun susahnya keadaan dia.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa


yang dia ucapkan, maka dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan
kepada Muhammad.”

(HR Abū Dawūd, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albani rahimahullah).

Dalam hadits yang lain Beliau mengatakan:

ً ‫أربعين‬
‫ليلة‬ َ ُ‫صالة‬ ٍ ‫َمنْ أتى َعرَّ ا ًفا َف َسأَل ُه َعنْ َش‬
َ ‫ئ لم ت ْق َبل لَ ُه‬

“Barangsiapa yang mendatangi dukun kemudian bertanya kepadanya tentang


sesuatu maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari.”

(HR Muslim)
Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak
sampai mengeluarkan seseorang dari Islam, namun kedua hadits di atas
cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita merasa cukup dengan


yang halal & menjauhkan kita dari yang haram.

Itulah halaqah yang ke-16 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy

Share this:

HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 17.


Tathayyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)
Diposkan pada Agustus 8, 2017
‫بسم هللا الرحمن الرحيم السالم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Pelajaran yang ke-17 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Tathayyur”,
yaitu merasa sial dengan sesuatu.

◆ Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau


mendengar kejadian tertentu.

Seperti:

 Melihat tabrakan
• Orang yang berkelahi
• Atau yang semisalnya.

Kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya,


seperti bepergian, berdagang dan lain-lain.

Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

‫أَ ْش َر َك‬ ‫اج ٍة َف َق ْد‬ ِّ ‫ َر َّد ْت ُه‬  ْ‫َمن‬


َ ‫الط َي َرةُ مِنْ َح‬
“Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan
hajatnya maka dia telah berbuat syirik.”

(Hadits shahīh diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal


ini dinafikan & diingkari oleh Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Beliau bersabda,

‫ارة‬ ِّ َ‫َوال‬
َ ‫الط َي‬

“Tidak ada thiyarah.”

(HR Bukhari dan Muslim)


⇒ Maksudnya, thiyarah ini hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan
berpengaruh terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syaithan ini.

Dan hendaknya dia,

 √ Memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di


permukaan bumi berupa kebaikan & keburukan adalah dengan takdir
Allah semata.
 √ Yakin bahwa tidak (ada yang) mendatangkan kebaikan kecuali Allah
& tidak (ada yang) melindungi dari keburukan kecuali Allah.
 √ Hanya bertawakal kepada Allah semata & berbaik sangka kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan


dengan tawakkal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya.

Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah semata.

Adapun tafa’ul maka diperbolehkan didalam agama kita.

◆ Tafa’ul artinya adalah berbaik sangka kepada Allah karena melihat atau
mendengar sesuatu.

Dahulu Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sering bertafa’ul seperti ketika


Perjanjian Hudaibiyah.

Utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Dan Suhail adalah bentuk
pengecilan dari kata “sahl” yang artinya “yang mudah”.

Maka Beliau pun berbaik sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini akan
membawa kemudahan & kebaikan bagi umat Islam.

Maka benarlah persangkaan Beliau.

Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka setelah itu (yaitu setelah perjanjian


tersebut) pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.
Itulah halaqah yang ke-17 dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

‫وباهلل التوفيق والهداية‬


‫و السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Saudaramu,
‘Abdullah Roy

HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 18.


Meramal Nasib Dengan Bintang
Diposkan pada Agustus 9, 2017

‫ِبسْ ِم هّللا ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬.

Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal
Nasib Dengan Bintang”.
Bintang adalah makhluq yang menunjukkan kebesaran Allah dan kebesaran
Penciptanya.

Allah Ta’ala telah mengabarkan di dalam Al-Quran bahwa bintang ini memiliki
3 faidah:

⑴ Sebagai perhiasan langit.

⑵ Sebagai pelempar syaithan.

⑶ Sebagai petunjuk manusia, seperti :


⇒ Mengetahui arah utara atau selatan
⇒ Mengetahui arah daerah, arah kiblat
⇒ Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.

Allah tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di
atas.

Seorang salaf, Qatadah Ibn Di’amah As-Sadūsi, seorang ulama yang


meninggal kurang lebih pada tahun 110 H. Beliau menjelaskan bahwa,

“Barangsiapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain,


selain 3 hal di atas maka dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.”

Ucapan ini dikeluarkan Al-Imam Al-Bukhari di dalam Shahih beliau.

Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit & tenggelamnya bintang atau


berkumpul & berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada
keberuntungan seseorang di masa yang akan datang, dalam masalah rejeki,
jodoh dan lain-lain.

Seperti kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah.


Membacanya dan mempercayainya adalah perbuatan yang haram dan
termasuk dosa besar.

Sebagian ulama mengatakan hukumnya seperti orang yang mendatangi


dukun dan bertanya kepadanya.

Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.

Hendaknya kita semua takut kepada Allah.

Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-kolom tersebut.

Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita.

Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita dan juga keluarga kita.

Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allah Subhanahu


wa Ta’ala dengan selamat.

Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy

HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 19.


Bersumpah Dengan Selain Nama Alloh
Diposkan pada Agustus 10, 2017
ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا و على آله و صحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-19 dari Silsilah Belajar Tauhid kita kali ini adalah tentang
“Bersumpah Dengan Selain Nama Allah”.
Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang


diagungkan, baik oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara.

Kalau (dalam) bahasa ‘Arab maka menggunakan:

 Huruf wawu (‫)و‬ َ


• Huruf ba (‫)ب‬َ
َ
• Huruf ta (‫)ت‬

Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.

Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya


mengatakan:

✓Wallahi

✓Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi

✓Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya

✓Dan lain-lain.

Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak


boleh kita bersumpah dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:

✘Demi Rasūlullah
✘Demi Ka’bah
✘Demi Jibrīl
✘Demi langit & bumi
✘Demi bulan & bintang
✘Dan lain-lain.

Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,


‫ف ِب َغي ِْر هَّللا ِ َف َق ْد أَ ْش َر َك‬
َ َ‫َمنْ َحل‬

“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah maka sungguh dia
telah berbuat syirik.”

(HR Abū Dawūd, Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani


rahimahullah)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak
mengeluarkan seseorang dari Islam.

Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah
dengan makhluq disertai pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, yaitu pengagungan ibadah.

Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-orang musyrik dengan


mengatakan:

✘ Demi Wisnu
✘ Demi Dewa Fulan
✘ Demi Lata
✘ Dan lain-lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-19 ini dan sampai
bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
‫وباهلل التوفيق والهداية‬
ِ ‫َو ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
‫هللا َو َب َر َكا ُته‬

HSI 01 Halaqah 20 Riya'

  ‫هللا‬ ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬


‫ الحمد هلل والصالة والسالم على رسول‬, ‫هللا َو َب َر َكا ُته‬

Halaqah yang ke-20 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Riyā”.
Ayyuhāl ikhwāh, Riyā’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari
Allāh, akan tetapi ingin dilihat manusia dan dipuji. Riyā’ hukumnya HARAM dan dia termasuk syirik
kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. 

Riyā’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun besar
amalan tersebut. 

Rasūlullāh ‫ﷺ‬ bersabda : 

‫َﺎﺭ َﻙ َﻭ َﺗ َﻌﺎﻟَﻰ ﺃَ َﻧﺎ ﺃَ ْﻏﻨَﻰ ﺍﻟﺸُّﺮَ َﻛﺎﺀِ َﻋﻦِ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ َﻣﻦْ َﻋﻤِ َﻞ َﻋﻤَﻼً ﺃَ ْﺷﺮ ََﻙ ﻓِﻴ ِﻪ َﻣﻌِﻲ َﻏﻴْﺮِﻱ َﺗﺮ َْﻛﺘُ ُﻪ َﻭﺷِ ﺮْ َﻛ ُﻪ‬
َ ‫ َﻗﺎ َﻝ ﻪَّﻠﻟﺍ ُ َﺗﺒ‬ 

“Allāh berkata: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang
mengamalkan sebuah amalan dia menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam amalan tersebut
maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR Muslim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni Allāh,
artinya dia harus di adzab supaya bersih dari dosa riyā’ tersebut, berbeda dengan dosa besar yang
ada di bawah kehendak Allāh, ; 

◆ Kalau Allāh menghendaki maka akan diampuni langsung dan, 

◆ Kalau Allāh menghendaki maka akan diadzab. 

Mereka berdalil dengan keumuman ayat: 


َ ‫ﺇِﻥَّ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ﺎَﻟ َﻳ ْﻐﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ُﻳﺸْﺮ ََﻙ ِﺑ ِﻪ َﻭ َﻳ ْﻐﻔِﺮُ َﻣﺎ ُﺩ‬ 
ُ‫ﻭﻥ َﺫﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ َﻳﺸَﺎﺀ‬

“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa
yang dikehendaki.” (QS An Nisā: 48)

Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka?
Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi mereka justru adalah
orang-orang yang beramal shalih. mereka adalah orang yang: 

⑴ Mengajarkan Al Qurān supaya dikatakan sebagai seorang qāri, seorang yang suka membaca,
seorang yang mahir membaca. 

⑵ Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan. 

⑶Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani. 

Beramal bukan karena Allāh, Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi ‫ﷺ‬ dalam hadits
yang shahih. Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam beramal..dan ikhlash adalah
barang yang sangat berharga. Para salaf kita, merekapun merasakan beratnya memperbaiki hati
mereka. 

Dan hanya kepada Allāh kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita dari riyā’,
sum’ah, ‘ujub dan berbagai penyakit hati. dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal
kita kecuali kalau memang ada mashlahat yang lebih kuat. 
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-20 ini dan sampai bertemu kembali pada
halaqah yang selanjutnya. 

‫وباهلل التوفيق والهداية‬ 

ِ ‫و ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬ َ


‫هللا َو َب َر َكا ُته‬

Saudaramu, 

‘Abdullāh Roy

Belajar Tauhid – H21 – Cinta Kepada


Allah Ta’ala
Posted bytitiefitrahFebruary 19, 2020Posted inHSI 201, HSI 2020Tags:HSI, SI1
Senin, 17 Februari 2020
Mencintai Allah subhanahu wa ta’ala merupakan ibadah yang agung. Cinta
yang merupakan ibadah ini mengharuskan seorang muslim merendahkan
dirinya di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, mengagungkan
Allah subhanahu wa ta’ala, dan akhirnya akan membawa seseorang
melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi apa yang
Allah subhanahu wa ta’ala larang.
Inilah cinta yang merupakan ibadah, barang siapa yang menyerahkan cinta
yang seperti ini kepada selain Allah, maka dia telah berbuat syirik yang besar.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ِ ‫ًبا هَّلِل‬Ìًّّ ُ‫ِين آ َم ُنوا أَ َش ُّد ح‬


َ ‫ون هَّللا ِ أَ ْندَ ا ًدا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّذ‬
ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ ُد‬
ِ ‫وم َِن ال َّن‬ َ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah.” (Surah Al Baqarah, 2:165)

Ada pun cinta yang merupakan tabi’at manusia seperti cinta keluarga, harta,
pekerjaan, dll maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila seseorang melebihi perkara-
perkara tersebut, maka dia telah melakukan dosa besar.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ُ‫ارةٌ َت ْخ َش ْو َن َك َسادَ َها َو َم َساكِن‬ َ ‫ير ُت ُك ْم َوأَمْ َوا ٌل ا ْق َت َر ْف ُتمُو َها َوت َِج‬
َ ِ‫ان آ َباؤُ ُك ْم َوأَ ْب َناؤُ ُك ْم َوإِ ْخ َوا ُن ُك ْم َوأَ ْز َوا ُج ُك ْم َو َعش‬
َ ‫قُ ْل إِنْ َك‬
ْ
‫ض ْو َن َها أَ َحبَّ إِلَ ْي ُك ْم م َِن هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َو ِج َها ٍد فِي َس ِبيلِ ِه َف َت َر َّبصُوا َح َّت ٰى َيأت َِي هَّللا ُ ِبأَمْ ِر ِه ۗ َوهَّللا ُ اَل َي ْهدِي ْال َق ْو َم‬ َ ْ‫َتر‬
َ ‫ال َفاسِ ق‬ 
‫ِين‬ ْ

“Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum


keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah Subhanahu wa ta’ala mendatangkan keputusan-
Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
(Surah At Taubah, 9:24)
Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan, maka akan nampak siapa
yang lebih dia cintai dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa
yang cintanya hanya sebatas ucapan saja. Dan di antara cara memupuk
rasa cinta kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah dengan

mentadabburi atau memperhatikan ayat-ayat Al Quran

dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala di


alam semesta

demikian pula dengan cara mengingat-ingat kenikmatan yang


Allah subhanahu wa ta’ala berikan.
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 22.
Takut Kepada Alloh
Diposkan pada Agustus 15, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Takut
Kepada Allah”.
Ayyuhal ikhwah,

Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan


mudharat adalah di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal kecuali
kepada Allah.

✓ Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa


pelakunya untuk:

⑴ Merendahkan diri di hadapan Allah.

⑵ MengagungkanNya.

⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

⑷ Melaksanakan perintahNya.

✘ Bukan takut :

⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat


Allah.

⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan


kepada Allah .

Takut seperti ini adalah ibadah.


Tidak boleh sekali-sekali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini
kepada selain Allah.

Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah


terjerumus ke dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah
meninggal kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di
hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya.

Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrahīm ‘Alaihissalam ketika


beliau berkata yang artinya:

“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati
aku kecuali apabila Rabbku menghendakinya.”

(QS Al An’am: 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq


yang melebihi takutnya kepada Allah, sehingga takut tersebut membuat dia
meninggalkan perintah Allah atau melanggar larangan Allah.

Seperti:

 Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut


kepada orang-orang kafir.

Atau,

 Tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia


mampu.

Allah berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya itu hanyalah syaithan yang menakut-nakuti kalian, wahai


orang-orang yang beriman, dengan wali-walinya (penolong-penolongnya).

Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kalian
kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang beriman.”
(QS Ali ‘Imran: 175 )

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan


adalah:

⑴ Berlindung kepada Allah dari bisikan syaithan.

⑵ Mengingat sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yang artinya:

“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan


manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali
dengan apa yang sudah Allah tulis.

Dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu


niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali dengan apa yang
sudah Allah tulis.”

(HR Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullah)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti:

⑴ Takut kepada panasnya api.

⑵ Takut kepada binatang buas.

Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan
takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar
larangan Allah.

Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Itulah halaqah yang ke-22 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 23.
Ta’at Ulama Dalam Kebenaran
Diposkan pada Agustus 16, 2017

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول‬

Halaqah yang ke-23 dari Silsilah kita adalah tentang “Ta’at Ulama Dalam
Kebenaran”.
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah dan juga
agamanya.

Ilmu yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala.

Mereka adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama
Islam adalah sangat tinggi.

Allah telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk
ta’at kepada mereka selama mereka menyeru dan mengajak kepada
kebenaran dan juga kebaikan.

Allah Ta’ala berfirman :

‫ِين آ َم ُنوا أَطِ يعُوا هَّللا َ َوأَطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوأُولِي اأْل َمْ ِر ِم ْن ُك ْم‬
َ ‫ۖ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬

“Wahai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada
Rasul dan ulil amri kalian.”

(QS An Nisa: 59)

⇒ Dan ulil amri disini mencakup ulama & juga umara (pemerintah).

Menghormati mereka (yaitu para ulama) bukan berarti menta’ati mereka


dalam segala hal sampai kepada kemaksiatan.

Ulama, ayyuhal ikhwah, seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang
salah dan terkadang benar.
√ Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.

√ Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.

Apabila jika telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya
seorang ulama menyelisihi tersebut dalam sebuah permasalahan, maka tidak
boleh seseorang menta’ati ulama tersebut kemudian dia meninggalkan
kebenaran.

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Tidak ada keta’atan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya keta’atan hanya


didalam kebenaran.”

(Muttafaqun ‘alaih)

Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allah, maka


dia telah menjadikan ulama tersebut sebagai pembuat syariat dan bukan
penyampai syariat, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi &
Nashrani.

Allah berfirman :

ِ ‫ار ُه ْم َورُهْ َبا َن ُه ْم أَرْ َبابًا مِنْ ُد‬


‫ون هللا‬ َ ‫…ا َّت َخ ُذوا أَحْ َب‬

“Mereka (orang-orang Yahudi & Nasrani) menjadikan ulama dan ahli ibadah
mereka sebagai sesembahan selain Allah.”

(QS At Taubat: 31)

Rasūlullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menjelaskan ayat ini, Beliau


mengatakan:

“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama & ahli ibadah
tersebut, akan tetapi mereka, apabila menghalalkan apa yang Allah
haramkan, maka mereka ikut menghalalkan.

Dan apabila ulama & ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allah
halalkan maka mereka pun ikut mengharamkan.”
(Hadits ini hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)

Itulah halaqah yang ke-23 sampai bertemu pada halaqah yang selanjutnya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Saudaramu,
‘Abdullah Roy

Share this:
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 24.
Menyandarkan Nikmat Kepada Alloh Ta’ala
Diposkan pada Agustus 17, 2017
ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
‫هللا َو َب َر َكا ُته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬

Halaqah yang ke-24 berjudul “Menyandarkan Nikmat Kepada Allah”.


Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim
bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah.

Allah berfirman:

ِ ‫َو َما ِب ُك ْم مِنْ نِعْ َم ٍة َفم َِن هَّللا‬

“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari Allah.”

(QS An Nahl: 53)

Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah


kenikmatan dari Allah kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada
selain Allah.

Seperti mengatakan:

 “Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka.”


 “Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri.”
 “Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh.”

Ini semua adalah menyandarkan kenikmatan kepada sebab.

Allah berfirman:

‫ت هّللا ِ ُث َّم يُن ِكرُو َن َها‬ َ ُ‫َيعْ ِرف‬


َ ‫ون نِعْ َم‬

“Mereka mengenal nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya.”

(QS An Nahl: 83)


Seharusnya dia sandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah, Zat yang
menciptakan sebab.

Seperti dengan mengatakan:

 “Kalau bukan karena Allah niscaya kita sudah celaka.”


 “Kalau bukan Allah niscaya uang kita sudah hilang.”
 “Kalau bukan karena Allah niscaya saya tidak akan sembuh.”

Karena apa?

Karena Allah-lah yang memberikan:

✓Nikmat keselamatan
✓Nikmat keamanan
✓Nikmat kesembuhan

Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut


kepada kita.

Kalau Allah menghendaki niscaya Allah tidak akan menggerakkan makhluk-


makhluk tersebut untuk menolong kita.

Ini semua, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada
orang lain.

Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih


kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya karena mereka menjadi
sebab kenikmatan ini.

Bahkan diperintah untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau


dengan do’a yang baik.

Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allah


semata.

‫وهللا تعالى أعلم‬


Itulah yang bisa kita sampaikan pada kali ini dan sampai bertemu kembali
pada halaqah yang selanjutnya.

‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آل نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.

Saudaramu,
‘Abdullah Roy
HSI 1 Silsilah Belajar Tauhid | Halaqoh 25.
Ridho Dengan Hukum Alloh
Diposkan pada Agustus 18, 2017
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Halaqah yang ke-25 dari Silsilah Belajar Tauhid kali ini adalah tentang “Ridha
Dengan Hukum Allah”.
Allah Ta’ala sebagai pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah
Ar-Rahman Ar-Rahīm.

Dan di antara bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari’at supaya


manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan didunia
maupun akhirat.

Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hukumnya penuh


dengan keadilan, hikmah & juga kebaikan, meskipun hal ini terkadang samar
atas sebagian manusia.

Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah
untuk:

✓Ridha dengan hukum Allah.

✓Yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum Allah.

⇒ Di dalam segala bidang kehidupan (meliputi) :

 ‘Aqidah
• Akhlaq
• Adab
• Mu’amalah
• Ekonomi
• Kenegaraan
• Dan lain-lain.

Meng-Esakan Allah di dalam hukum-hukumNya adalah termasuk konsekuensi


tauhid.
Allah berfirman:

‫ص هَّللا َ َو َرسُولَ ُه‬ِ ْ‫ون لَ ُه ُم ْال ِخ َي َرةُ مِنْ أَمْ ِر ِه ْم ۗ َو َمنْ َيع‬
َ ‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُ ُه أَمْ رً ا أَنْ َي ُك‬
َ ‫ِن َواَل م ُْؤ ِم َن ٍة إِ َذا َق‬ َ ‫َو َما َك‬
ٍ ‫ان لِم ُْؤم‬
ً‫ضاَل اًل م ُِبينا‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫َف َق ْد‬

“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang
mu’minah apabila Allah & Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka.

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia
telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”

(QS Al-Ahzab: 36)

Saudaraku,

Alhamdulillah dengan izin dan karunia-Nya sampailah kita pada bagian yang
terakhir dari Silsilah Tauhid, yaitu bagian ke-25.

Dan dengan ini saya akhiri silsilah ini.

Dan bukan berarti kita sudah merasa cukup.

Apa yang disampaikan hanyalah sebagian kecil dari ilmu tauhid itu sendiri.

Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal


menjemput kita.

Ikutilah majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini.

Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh para
ulama yang terpercaya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita semua, menghidupkan


dan juga mematikan kita di atas tauhid.

‫الحمد هلل رب العالمين‬


‫و صلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬.
Saudaramu,
‘Abdullah Roy di kota Al-Madīnah An-Nabawiyyah

Anda mungkin juga menyukai