تأليف
الشيخ العالمة الصالح السيد
عبد هللا بن عمر ابن يحي الحضرمي الشافعي
) م١٨٤٩ \ ه ـ١٢٦٥ ( ت
DIKETIK
RENGGANG & SISTEMATIS
DISERTAI
Penjelasan Mahrom & Haid bagi Pemula
)Berbahasa Indonesia (
Oleh: M. Yusuf Alkaaf – Alumni Dalwa Bangil
0
HAID UNTUK PEMULA
(Kutipan KULWAP HAID Ning Nur Amiroh – PP. Al-Ma'ruf
Bandungsari)
A. Pendahuluan.
Haid adalah darah normal yang keluar dari kemaluan seorang
wanita (farji/vagina) yang sudah mencapai usia 9 tahun kurang
sedikit dan bukan sebab melahirkan.
Hukum mempelajari haid adalah wajib bagi setiap wanita yang
sudah baligh (fardhu 'ain).
Tema yang wajib dipelajari dan dikuasai adalah:
a) Apa hukum darah yang dikeluarkan?
b) Sholat apa saja yang harus di-qodlo' ketika haid datang
ataupun ketika berhenti.
c) Apa saja perkara yang haram dilakukan ketika haid.
Darah haid terkadang berwarna:
a) hitam
b) merah
c) merah kekuning-kuningan (coklat/orange)
d) kuning
e) keruh (antara kuning dan putih).
1
Bagi tiap wanita, JANGAN PERNAH LUPA untuk mencatat:
a. berapa jam dan hari, darah Anda keluar (Pendarahan = KD =
Keluar Darah)...?
b. berapa jam dan hari, darah Anda berhenti (B = Bersih)...?
Bagaimana cara menghitung: "Berapa jam darah keluar...?",
berikut ini gambarannya:
Keluar darah (diperiksa) jam 9.00 pagi.
Lalu diperiksa lagi jam 12.00 siang, darah masih keluar.
Maka keluar darah selama 3 jam.
Setelah itu, diperiksa lagi jam 17.00 sore, ternyata bersih.
Maka suci selama 5 jam.
Bagaimana cara menghitung: "Berapa hari darah keluar...?",
berikut ini gambarannya:
Keluar darah tanggal 1 januari jam 09.00 pagi,
Lalu darah berhenti tanggal 9 januari jam 10.00 pagi.
Maka keluar darah selama 8 hari 1 jam.
C. Masa Suci.
KAIDAH KEDUA
Minimal masa suci antara dua darah haid ===> 15 hari 15 malam
Maksimal masa suci ===> tak terbatas
Rata-rata masa suci ===> 23 atau 24 hari
Cara untuk mengetahui, "Apakah darah sudah bersih atau
belum...?" adalah dengan menempelkan sejenis kapas pada kemaluan
bagian dalam. Jika pada kapas tersebut ada bercak (meskipun hanya
keruh), maka dihukumi belum bersih (belum suci).
2
Kemaluan Bagian Dalam adalah: area farji yang tidak
tampak saat jongkok buang air. Hukumnya tidak wajib dibasuh dan
tidak wajib dibersihkan saat cebok.
Kemaluan Bagian Luar adalah: area farji yang tampak saat
jongkok buang air. Hukumnya wajib dibersihkan saat cebok.
"Kapan memeriksa berhentinya darah...?"
1. Saat ganti pembalut (dianjurkan menjelang akhir waktu sholat).
2. Setiap hendak tidur malam.
3. Menjelang kebiasaan suci.
D. Keputihan.
Keputihan (leukorea) adalah kondisi ketika lendir atau cairan
keluar dari vagina. Keputihan merupakan cara alami tubuh untuk
menjaga kebersihan dan kelembapan organ kewanitaan.
Jenis keputihan yang dialami oleh wanita ada dua; Keputuhan
Normal (nonpatologis) dan Keputihan Abnormal (patologis).
a. Keputihan Normal memiliki ciri-ciri: tak berwarna (bening) atau
berwarna keruh, tidak berbau, tidak gatal, dan tidak
menimbulkan keluhan.
Keputihan normal yang dialami oleh tiap wanita berbeda-beda,
mulai dari jumlah cairan yang keluar, hingga warna dan tekstur
cairan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan hormon di dalam
tubuh.
Selain itu, keputihan normal juga bisa dialami seorang wanita
saat ia mendapatkan rangsangan seksual, kelelahan, sedang
menyusui, atau stress.
3
b. Keputihan Abnormal memiliki ciri-ciri: berwarna kehijauan,
berbau, dan disertai keluhan seperti Gatal, nyeri, rasa terbakar,
keluarnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan kuman lain.
"Apakah keputihan dihukumi suci ataukah najis...?"
a. Jika keputihan abnormal, maka hukumnya najis dan
membatalkan wudhu karena keputihan abnormal rata-rata
bercampur dengan darah atau nanah yang disebabkan oleh
infeksi pada rahim atau serviks.
b. Jika keputihan normal maka hukumnya diperinci:
1) Jika keluar dari farji bagian luar maka hukumnya suci dan
tidak membatalkan wudhu.
2) Jika keluar dari farji bagian dalam maka hukumnya najis
dan membatalkan wudhu.
3) Jika ragu-ragu, apakah ia keluar dari farji bagian dalam atau
bagian luar, maka hukumnya suci dan tidak membatalkan
wudhu.
"Apakah keputihan dihukumi darah haid...?", Pendapat
Maulana Syeikh Ali Jum'ah dan Syeikh Said Kamali tentang Hukum
Cairan Kuning dan Keruh adalah:
a. Kuning dan keruh yang keluar sebelum siklus haid dihukumi
bukan haid.
b. Kuning dan keruh yang keluar bersambung dengan darah haid
yang Berwarna kuat (hitam, merah, coklat) dihukumi haid.
c. Kuning dan keruh yang keluar setelah suci dari haid dihukumi
bukan haid.
4
E. Siklus Haid.
KAIDAH KETIGA
Siklus Haid ===> waktu (sejumlah hari dan jam) yang dihabiskan
untuk sepasang haid+suci
Jadi, apabila seorang wanita mengalami haid 8 hari dan suci
25 hari, maka siklus haidnya adalah 33 hari.
Siklus haid yang dimiliki oleh masing-masing wanita
berbeda-beda, tergantung lama haid dan sucinya. Dengan demikian,
datangnya haid tidak terikat dengan tanggal dan bulan.
Memang lumrahnya, haid terjadi sebulan sekali. Namun tidak
menutup kemungkinan, ada wanita yang mengalami haid tiap dua
bulan sekali bahkan lebih, ada pula yang mengalami haid dua kali
dalam sebulan.
Contoh 1; Wanita yang mengeluarkan darah 5 hari, lalu
bersih 15 hari, kemudian keluar darah lagi 5 hari. Maka siklusnya 20
hari, yakni: 5 hari haid 15 hari suci. Dengan demikian, dalam sebulan
dia mengalami haid dua kali.
Contoh 2; Wanita mengalami pendarahan 7 hari, bersih 60
hari, kemudian pendarahan lagi. Maka siklusnya 67 hari, yakni: 7
haid 60 suci.
Ingat...! mencatat adat suci sama pentingnya dengan mencatat
adat haid. Kenapa...? Karena dalam menghukumi mustahadhoh,
yang dibutuhkan adalah adat suci dan adat haid.
F. Istihâdhah.
"Kapan seorang dihukumi Istihâdhah...?"
5
1) Ketika darah keluar kurang dari usia minimal haid (9 tahun
Qomariyah). Misal: keluar darah umur 7 tahun.
2) Ketika darah yang keluar kurang dari 24 jam. Misal: keluar
DARAH selama 3 jam saja, maka hukumnya Istihâdhah.
3) Ketika keluar darah, padahal suci belum mencapai 15 hari.
Misal: KD 7 hari = haid, lalu B 11 hari = suci, lalu KD 3 hari =
Istihâdhah. (rician hukumnya di Bab. H)
4) Keluar darah haid melebihi 15 hari atau keluar darah nifas
melebihi 60 hari. Apabila kasus yang terjadi seperti ini, maka
rincian hukumnya akan dijelaskan di Bab. G.
7
b) Bila sebagian darah kedua melebihi 15 hari (terhitung sejak
awal keluar darah pertama), maka dia dihukumi layaknya
orang yang mengeluarkan darah terus menerus dan melebihi
15 hari.
KAIDAH KEENAM
Istihâdhah Taqothu'(terputus-putus) = jika Keluar Darah
kurang dari 15 hari, lalu keluar darah lagi hingga melewati
15 hari.
9
Sedangkan untuk siklus istihâdhah kedus, ketiga dst, jika
darah keluar terus, dia langsung mandi setelah adat haidnya selesai,
tanpa perlu menunggu 15 hari.
"Mengapa tidak menunggu 15 hari ?" Sebab dia sudah tahu
kalau dirinya mengalami istihadhah sebagaimana pada siklus
istihadhah pertama (istihadhah yang terjadi setelah sebelumnya haid
normal).
Namun, jika setelah mandi, ternyata darahnya berhenti, maka
wajib mandi lagi. Demikian seterusnya (wajib mandi) setiap bersih
sebelum mencapai 15 hari.
"Mengapa saat bersih (sebelum 15) wajib mandi, padahal
sebelumnya sudah mandi ?" Sebab dimungkinkan itu akhir
istihadloh-nya, sehingga darahnya dihukumi haid semua. Dengan
demikian mandi yang dilakukan sebelumnya tidak sah sebab
dilakukan pada saat sedang haid.
Kesimpulannya, ketentuan mandi bagi mustahadhoh itu ada
3:
1. Menunggu setelah hari ke 15, berlaku bagi wanita yang
mengalami istihâdhah siklus pertama. Maka dia wajib meng-
qodha' shalat yang ditinggalkan di selain haidnya (ketika darah
dihukumi istihâdhah).
2. Menunggu setelah adat haidnya, berlaku bagi wanita saat
mengalami istihâdhah siklus kedua dst. Maka setelah adat
haidnya, dia wajib mandi dan langsung shalat.
3. Setiap kali bersih, berlaku pada semua jenis siklus. dia wajib
mandi dan langsung shalat.
10
J. Tata Cara Khusus untuk Sholat dan Bersuci bagi
Mustahadhoh dan Wanita yang Mengalami Keputihan.
Bagi wanita yang mengalami istihâdhah atau Dâ’imul-Hadas
(selalu hadas) seperti: selalu keluar cairan atau keputihan, maka
ketika hendak sholat, dia harus mengikuti tahapan berikut:
1) Membersihkan farji dari najis yang keluar.
2) Menghentikan atau meminimalkan darah yang keluar dengan
cara: menyumbat menggunakan semacam kapas (hasywu),
ditambah pembalut dengan celana yang ketat atau kain yang
diikatkan (‘ashbu).
Catatan:
Jika darah masih keluar setelah dua cara tersebut digunakan
atau tembus sampai bagian luar penyumbat karena terlalu
deras, maka hukumnya ma'fu (tidak apa-apa).
Bagi wanita yang kesakitan jika disumbat, maka cukup
menggunakan ‘ashbu.
Wanita yang sedang berpuasa, tidak boleh menggunakan
hasywu karena akan membatalkan puasanya.
Penyumbat farji harus dimasukkan lebih ke dalam dari area
farji bagian dalam (yang tidak wajib disucikan saat istinja'),
agar ketika sholat, ia tidak dihukumi membawa sesuatu yang
bersentuhan dengan najis.
Menurut Imam Romli, perempuan mustahadhoh yang hendak
melaksanakan sholat dalam keadaan darah mengalir, cukup
menggunakan pembalut (ashbu) saja, jika dengan pembalut
sudah dapat meminimalisir darah yang keluar, semisal dengan
cara memakai celana dalam yang ketat.
11
3) Wudhu dengan muwalah (bersambung), yaitu: membasuh
anggota wudhu kedua dst, sebelum basuhan pada anggota wudhu
sebelumnya kering.
4) Niat ketika berwudhu adalah: agar diperbolehkan melakukan
sholat, tidak boleh dengan niat menghilangkan hadas.
َ ْصاَل ِة ْال َم ْفرُو
ض ِة هللِ تَ َعالى َ َْت ْال ُوضُوْ َء اِل ْستِب
َّ اح ِة ال ُ نَ َوي
5) Segera melaksanakan sholat. Namun ia boleh menundanya, jika
untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan kemaslahatan
sholat, seperti: menutup aurat, menjawab adzan, menanti sholat
berjama’ah dan lainnya.
Catatan:
Semua tata cara di atas harus dilakukan:
a) Setelah masuk waktu sholat, dan
b) Secara berurutan.
Jika salah satunya tidak terpenuhi atau dia mengalami penyebab
hadas (semisal kentut), maka tahapan di atas harus diulangi
secara runtut dari awal.
Tata cara di atas harus dilakukan setiap akan melaksanakan
sholat fardlu. Sehingga, satu rangkaian thoharoh tersebut tidak
boleh digunakan untuk dua sholat, kecuali sholat sunah, maka
boleh berulang-ulang.
Menurut qoul muqobilul-ashoh, tidak wajib memperbaharui
hasywu dan ashbu setiap sholat fardlu dengan syarat:
a) tidak bergeser
b) darahnya tidak tembus di sekitarnya.
Apabila daimul-hadas meyakini bahwa sebelum keluar waktu
sholat, hadas-nya berhenti lama (cukup untuk wudhu sekaligus
sholat), maka ia wajib melaksanakan wudhu dan sholat saat
12
berhenti lama tersebut. Jika khawatir kehabisan waktu sholat,
maka ia wajib wudhu dan sholat segera tanpa menunggu bersih.
Dâimul-Hadats yang jika sholat berdiri aliran darahnya lebih
deras dibanding saat duduk, maka ia harus sholat dengan duduk.
STATUS LARANGAN
1. Sholat dan sejenisnya
Hadas Kecil
2. Menyentuh Mushaf
Hadas Besar (Junub)
3. Membawa Mushaf
4. Thawaf
Wanita Haid & Nifas
5. Membaca al-Quran
7. Berpuasa
9. Jima’ (bersetubuh)
16
Adapun bersuci yang disunnahkan, seperti: mandi untuk ihrom,
wuquf, melempar jumroh, maka hukumnya sunnah.
Catatan: Ketika darah haid dan nifas berhenti, maka sebelum
melakuakan mandi besar atau tayammum (pengganti mandi besar),
semua hal di atas haram dilakukan kecuali puasa dan talak.
17
1. Ah : 6 hari As : 20 hari
KD 3,B 2,KD 4,B 17
2. Ah : 7 hari as : 17 hari
KD 7,B 7,KD 7
3. Ah :5 hari as : 15 hari
KD 9, B 10, KD 7
4. Ah :10 hari as : 20 hari
KD 7
B2
KD 3
B 20
5. Ah : 9 hari as : 27 hari
KD 9
B 10
KD 3
6. Ah : 6 hari as : 30
KD 9
B4
KD 10
18