Anda di halaman 1dari 19

‫سفينة الصالة‬

‫تأليف‬
‫الشيخ العالمة الصالح السيد‬
‫عبد هللا بن عمر ابن يحي الحضرمي الشافعي‬
) ‫ م‬١٨٤٩ \ ‫ ه ـ‬١٢٦٥ ‫( ت‬


DIKETIK
RENGGANG & SISTEMATIS
DISERTAI
Penjelasan Mahrom & Haid bagi Pemula
)Berbahasa Indonesia (
Oleh: M. Yusuf Alkaaf – Alumni Dalwa Bangil

0
HAID UNTUK PEMULA
(Kutipan KULWAP HAID Ning Nur Amiroh – PP. Al-Ma'ruf
Bandungsari)

A. Pendahuluan.
 Haid adalah darah normal yang keluar dari kemaluan seorang
wanita (farji/vagina) yang sudah mencapai usia 9 tahun kurang
sedikit dan bukan sebab melahirkan.
 Hukum mempelajari haid adalah wajib bagi setiap wanita yang
sudah baligh (fardhu 'ain).
 Tema yang wajib dipelajari dan dikuasai adalah:
a) Apa hukum darah yang dikeluarkan?
b) Sholat apa saja yang harus di-qodlo' ketika haid datang
ataupun ketika berhenti.
c) Apa saja perkara yang haram dilakukan ketika haid.
 Darah haid terkadang berwarna:
a) hitam
b) merah
c) merah kekuning-kuningan (coklat/orange)
d) kuning
e) keruh (antara kuning dan putih).

B. Masa Haid dan Cara Menghitungnya.


KAIDAH PERTAMA
Minimal masa haid ===> 24 jam (sehari semalam)
Maksimal masa haid ===> 15 hari 15 malam
Rata-rata masa haid ===> 6 atau 7 hari

1
Bagi tiap wanita, JANGAN PERNAH LUPA untuk mencatat:
a. berapa jam dan hari, darah Anda keluar (Pendarahan = KD =
Keluar Darah)...?
b. berapa jam dan hari, darah Anda berhenti (B = Bersih)...?
Bagaimana cara menghitung: "Berapa jam darah keluar...?",
berikut ini gambarannya:
Keluar darah (diperiksa) jam 9.00 pagi.
Lalu diperiksa lagi jam 12.00 siang, darah masih keluar.
Maka keluar darah selama 3 jam.
Setelah itu, diperiksa lagi jam 17.00 sore, ternyata bersih.
Maka suci selama 5 jam.
Bagaimana cara menghitung: "Berapa hari darah keluar...?",
berikut ini gambarannya:
Keluar darah tanggal 1 januari jam 09.00 pagi,
Lalu darah berhenti tanggal 9 januari jam 10.00 pagi.
Maka keluar darah selama 8 hari 1 jam.
C. Masa Suci.
KAIDAH KEDUA
Minimal masa suci antara dua darah haid ===> 15 hari 15 malam
Maksimal masa suci ===> tak terbatas
Rata-rata masa suci ===> 23 atau 24 hari
Cara untuk mengetahui, "Apakah darah sudah bersih atau
belum...?" adalah dengan menempelkan sejenis kapas pada kemaluan
bagian dalam. Jika pada kapas tersebut ada bercak (meskipun hanya
keruh), maka dihukumi belum bersih (belum suci).

2
Kemaluan Bagian Dalam adalah: area farji yang tidak
tampak saat jongkok buang air. Hukumnya tidak wajib dibasuh dan
tidak wajib dibersihkan saat cebok.
Kemaluan Bagian Luar adalah: area farji yang tampak saat
jongkok buang air. Hukumnya wajib dibersihkan saat cebok.
"Kapan memeriksa berhentinya darah...?"
1. Saat ganti pembalut (dianjurkan menjelang akhir waktu sholat).
2. Setiap hendak tidur malam.
3. Menjelang kebiasaan suci.

D. Keputihan.
Keputihan (leukorea) adalah kondisi ketika lendir atau cairan
keluar dari vagina. Keputihan merupakan cara alami tubuh untuk
menjaga kebersihan dan kelembapan organ kewanitaan.
Jenis keputihan yang dialami oleh wanita ada dua; Keputuhan
Normal (nonpatologis) dan Keputihan Abnormal (patologis).
a. Keputihan Normal memiliki ciri-ciri: tak berwarna (bening) atau
berwarna keruh, tidak berbau, tidak gatal, dan tidak
menimbulkan keluhan.
Keputihan normal yang dialami oleh tiap wanita berbeda-beda,
mulai dari jumlah cairan yang keluar, hingga warna dan tekstur
cairan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan hormon di dalam
tubuh.
Selain itu, keputihan normal juga bisa dialami seorang wanita
saat ia mendapatkan rangsangan seksual, kelelahan, sedang
menyusui, atau stress.

3
b. Keputihan Abnormal memiliki ciri-ciri: berwarna kehijauan,
berbau, dan disertai keluhan seperti Gatal, nyeri, rasa terbakar,
keluarnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan kuman lain.
"Apakah keputihan dihukumi suci ataukah najis...?"
a. Jika keputihan abnormal, maka hukumnya najis dan
membatalkan wudhu karena keputihan abnormal rata-rata
bercampur dengan darah atau nanah yang disebabkan oleh
infeksi pada rahim atau serviks.
b. Jika keputihan normal maka hukumnya diperinci:
1) Jika keluar dari farji bagian luar maka hukumnya suci dan
tidak membatalkan wudhu.
2) Jika keluar dari farji bagian dalam maka hukumnya najis
dan membatalkan wudhu.
3) Jika ragu-ragu, apakah ia keluar dari farji bagian dalam atau
bagian luar, maka hukumnya suci dan tidak membatalkan
wudhu.
"Apakah keputihan dihukumi darah haid...?", Pendapat
Maulana Syeikh Ali Jum'ah dan Syeikh Said Kamali tentang Hukum
Cairan Kuning dan Keruh adalah:
a. Kuning dan keruh yang keluar sebelum siklus haid dihukumi
bukan haid.
b. Kuning dan keruh yang keluar bersambung dengan darah haid
yang Berwarna kuat (hitam, merah, coklat) dihukumi haid.
c. Kuning dan keruh yang keluar setelah suci dari haid dihukumi
bukan haid.

4
E. Siklus Haid.
KAIDAH KETIGA
Siklus Haid ===> waktu (sejumlah hari dan jam) yang dihabiskan
untuk sepasang haid+suci
Jadi, apabila seorang wanita mengalami haid 8 hari dan suci
25 hari, maka siklus haidnya adalah 33 hari.
Siklus haid yang dimiliki oleh masing-masing wanita
berbeda-beda, tergantung lama haid dan sucinya. Dengan demikian,
datangnya haid tidak terikat dengan tanggal dan bulan.
Memang lumrahnya, haid terjadi sebulan sekali. Namun tidak
menutup kemungkinan, ada wanita yang mengalami haid tiap dua
bulan sekali bahkan lebih, ada pula yang mengalami haid dua kali
dalam sebulan.
Contoh 1; Wanita yang mengeluarkan darah 5 hari, lalu
bersih 15 hari, kemudian keluar darah lagi 5 hari. Maka siklusnya 20
hari, yakni: 5 hari haid 15 hari suci. Dengan demikian, dalam sebulan
dia mengalami haid dua kali.
Contoh 2; Wanita mengalami pendarahan 7 hari, bersih 60
hari, kemudian pendarahan lagi. Maka siklusnya 67 hari, yakni: 7
haid 60 suci.
Ingat...! mencatat adat suci sama pentingnya dengan mencatat
adat haid. Kenapa...? Karena dalam menghukumi mustahadhoh,
yang dibutuhkan adalah adat suci dan adat haid.

F. Istihâdhah.
"Kapan seorang dihukumi Istihâdhah...?"
5
1) Ketika darah keluar kurang dari usia minimal haid (9 tahun
Qomariyah). Misal: keluar darah umur 7 tahun.
2) Ketika darah yang keluar kurang dari 24 jam. Misal: keluar
DARAH selama 3 jam saja, maka hukumnya Istihâdhah.
3) Ketika keluar darah, padahal suci belum mencapai 15 hari.
Misal: KD 7 hari = haid, lalu B 11 hari = suci, lalu KD 3 hari =
Istihâdhah. (rician hukumnya di Bab. H)
4) Keluar darah haid melebihi 15 hari atau keluar darah nifas
melebihi 60 hari. Apabila kasus yang terjadi seperti ini, maka
rincian hukumnya akan dijelaskan di Bab. G.

G. Jika Keluar Darah Lebih dari 15 hari, maka...


KAIDAH KEEMPAT
Menyimpulkan hukum dengan rumus "15 hari haid 15 hari
Istihâdhah" adalah KESIMPULAN YANG SALAH KAPRAH
Wanita yang mengalami keluar darah lebih dari 15 hari 15
malam disebut mustahadhoh.
Kebanyakan kaum wanita jika mengalami menstruasi lebih
15 hari 15 malam, mereka menganggap haidnya 15 hari. Selebihnya
Istihâdhah. Anggapan ini TIDAK TEPAT.
KAIDAH KELIMA
Jika Keluar Darah (KD) lebih dari 15 hari, maka:
Jumlah Hari Haidnya DISAMAKAN Jumlah haid pada siklus
terakhir (Adat Haid = AH).
Jumlah Jam Sucinya DISAMAKAN Jam Suci Terakhir (Adat Suci = AS).
Hukum yang benar adalah: ketika terjadi pendarahan lebih
dari 15 hari, maka jumlah haidnya (jumlah hari saja) disamakan
dengan jumlah haid pada siklus terakhir (sebelum mengalami
6
pendarahan lebih dari 15 hari). Sementara jam sucinya juga
disamakan dengan jam suci terakhir.
Misal: Bulan Maret; Haid: 7 hari, Suci: 23 hari
Bulan April; KD: 20 hari
Maka hukumnya: 7 hari haid dan 13 hari Istihâdhah.
Jika keluarnya darah memanjang hingga melebihi siklus
haidnya, maka di samping haidnya disesuaikan dengan haid terakhir,
sucinya juga disesuaikan dengan suci terakhir.
Misal: Siklus terakhir adalah 35 hari dengan rincian: 9 haid 26 suci.
Lalu keluar darah: 40 hari. Maka pada saat pendarahan ini:
Haidnya: 9 hari (sesuai dengan haid terakhir = AH).
Lalu sucinya 26 hari (sesuai suci terakhir = AS).
Setelah itu haid lagi.

H. Jika Masa Suci Kurang dari 15 hari, maka...


Bila masa suci kurang dari 15 hari, maka ada 2 kemungkinan:
1. Darah keluar lagi (darah kedua, ketiga dst) masih dalam
masa 15 hari, terhitung sejak awal keluarnya darah pertama,
maka:
a) Bila darah kedua tidak melebihi 15 hari, maka keseluruhan
darah pertama, masa berhenti, dan juga darah kedua
dihukumi haid.
Rumus : KD1 + B + KD2 = tidak lebih dari 15 hari.
= Semua dihukumi haid.
Misal : KD 5 hari, lalu B 3 hari, lalu KD 5 hari.
Maka : 13 hari (termasuk bersih 3 hari) dihukumi haid
semua menurut qoul sahbi.

7
b) Bila sebagian darah kedua melebihi 15 hari (terhitung sejak
awal keluar darah pertama), maka dia dihukumi layaknya
orang yang mengeluarkan darah terus menerus dan melebihi
15 hari.
KAIDAH KEENAM
Istihâdhah Taqothu'(terputus-putus) = jika Keluar Darah
kurang dari 15 hari, lalu keluar darah lagi hingga melewati
15 hari.

Rumus : KD1 + B = kurang dari 15 hari, lalu keluar darah


lagi hingga melebihi 15 hari.

Misal : KD1 : 6 hari, B 6 hari, KD2 : 6 hari.


Jika pada bulan sebelum kasus 6-6-6 ini, adat
haid 6 hari dan adat suci 24 hari,
Maka : KD1 = 6 hari = haid,
B 6 hari = suci,
KD2 = 6 hari = istihâdhah.
2. Darah kedua keluar diluar masa 15 hari, terhitung sejak awal
keluar darah pertama, maka masa suci digenapkan menjadi 15
hari. Lantas, andai darah masih keluar, maka dihukumi haid yang
kedua bila memenuhi syarat-syaratnya.
KAIDAH KETUJUH
Istihâdhah Takmil (penyempurna suci) = jika Keluar Darah
15 hari atau lebih, lalu sebelum Bersih mencapai 15 hari,
darah keluar lagi.
Rumus : KD1 + (B kurang dari 15 hari) = 15 hari/lebih,
lalu keluar darah lagi.
Misal I : KD1 : 10 = Haid, B 7 = Suci, KD2 : 8 =
8
Istihâdhah penyempurna suci (karena sucinya
baru 7 hari)
Uraian : Darah pertama tentu dihukumi haid, sedangkan
darah kedua dihukumi Istihâdhah sebagai
penyempurna suci.
Misal II : KD1 : 11 = haid, B : 12 = suci, KD2 : 9 = 3
Istihâdhah, 6 haid.
Uraian : Maka darah pertama dihukumi haid dan sebagian
darah kedua (3 hari) dihukumi istihâdhah
penyempurna suci, kemudian sisanya 6 hari
dihukumi Haid yang kedua.

I. Waktu Mandi bagi Mustahadhoh.


Wanita yang mengalami pendarahan lebih dari 15 hari,
pelaksanaan mandi besarnya harus menunggu 15 hari, bukan setelah
adat haidnya.
"Mengapa harus menunggu 15 hari ?". Sebab, dia tentunya
belum tahu bahwa dirinya mengalami istihâdhah sebelum darah itu
melewati 15 hari.
Aturan ini berlaku bagi wanita yang darahnya keluar terus
tanpa terputus, sehingga saat sudah melewati 15 hari, ia wajib mandi
dan mengganti sholat yang ditinggalkannya, sesuai jumlah hari yang
dihukumi istihadhah (lihat uraian Bab. H).
Jika darahnya tidak keluar terus, maka –sebagaimana hukum
pada haid normal–, setiap darahnya bersih, berlaku hukum suci
(wajib mandi dan shalat) tanpa menunggu 15 hari.

9
Sedangkan untuk siklus istihâdhah kedus, ketiga dst, jika
darah keluar terus, dia langsung mandi setelah adat haidnya selesai,
tanpa perlu menunggu 15 hari.
"Mengapa tidak menunggu 15 hari ?" Sebab dia sudah tahu
kalau dirinya mengalami istihadhah sebagaimana pada siklus
istihadhah pertama (istihadhah yang terjadi setelah sebelumnya haid
normal).
Namun, jika setelah mandi, ternyata darahnya berhenti, maka
wajib mandi lagi. Demikian seterusnya (wajib mandi) setiap bersih
sebelum mencapai 15 hari.
"Mengapa saat bersih (sebelum 15) wajib mandi, padahal
sebelumnya sudah mandi ?" Sebab dimungkinkan itu akhir
istihadloh-nya, sehingga darahnya dihukumi haid semua. Dengan
demikian mandi yang dilakukan sebelumnya tidak sah sebab
dilakukan pada saat sedang haid.
Kesimpulannya, ketentuan mandi bagi mustahadhoh itu ada
3:
1. Menunggu setelah hari ke 15, berlaku bagi wanita yang
mengalami istihâdhah siklus pertama. Maka dia wajib meng-
qodha' shalat yang ditinggalkan di selain haidnya (ketika darah
dihukumi istihâdhah).
2. Menunggu setelah adat haidnya, berlaku bagi wanita saat
mengalami istihâdhah siklus kedua dst. Maka setelah adat
haidnya, dia wajib mandi dan langsung shalat.
3. Setiap kali bersih, berlaku pada semua jenis siklus. dia wajib
mandi dan langsung shalat.

10
J. Tata Cara Khusus untuk Sholat dan Bersuci bagi
Mustahadhoh dan Wanita yang Mengalami Keputihan.
Bagi wanita yang mengalami istihâdhah atau Dâ’imul-Hadas
(selalu hadas) seperti: selalu keluar cairan atau keputihan, maka
ketika hendak sholat, dia harus mengikuti tahapan berikut:
1) Membersihkan farji dari najis yang keluar.
2) Menghentikan atau meminimalkan darah yang keluar dengan
cara: menyumbat menggunakan semacam kapas (hasywu),
ditambah pembalut dengan celana yang ketat atau kain yang
diikatkan (‘ashbu).
Catatan:
 Jika darah masih keluar setelah dua cara tersebut digunakan
atau tembus sampai bagian luar penyumbat karena terlalu
deras, maka hukumnya ma'fu (tidak apa-apa).
 Bagi wanita yang kesakitan jika disumbat, maka cukup
menggunakan ‘ashbu.
 Wanita yang sedang berpuasa, tidak boleh menggunakan
hasywu karena akan membatalkan puasanya.
 Penyumbat farji harus dimasukkan lebih ke dalam dari area
farji bagian dalam (yang tidak wajib disucikan saat istinja'),
agar ketika sholat, ia tidak dihukumi membawa sesuatu yang
bersentuhan dengan najis.
 Menurut Imam Romli, perempuan mustahadhoh yang hendak
melaksanakan sholat dalam keadaan darah mengalir, cukup
menggunakan pembalut (ashbu) saja, jika dengan pembalut
sudah dapat meminimalisir darah yang keluar, semisal dengan
cara memakai celana dalam yang ketat.

11
3) Wudhu dengan muwalah (bersambung), yaitu: membasuh
anggota wudhu kedua dst, sebelum basuhan pada anggota wudhu
sebelumnya kering.
4) Niat ketika berwudhu adalah: agar diperbolehkan melakukan
sholat, tidak boleh dengan niat menghilangkan hadas.
َ ْ‫صاَل ِة ْال َم ْفرُو‬
‫ض ِة هللِ تَ َعالى‬ َ َ‫ْت ْال ُوضُوْ َء اِل ْستِب‬
َّ ‫اح ِة ال‬ ُ ‫نَ َوي‬
5) Segera melaksanakan sholat. Namun ia boleh menundanya, jika
untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan kemaslahatan
sholat, seperti: menutup aurat, menjawab adzan, menanti sholat
berjama’ah dan lainnya.
Catatan:
 Semua tata cara di atas harus dilakukan:
a) Setelah masuk waktu sholat, dan
b) Secara berurutan.
 Jika salah satunya tidak terpenuhi atau dia mengalami penyebab
hadas (semisal kentut), maka tahapan di atas harus diulangi
secara runtut dari awal.
 Tata cara di atas harus dilakukan setiap akan melaksanakan
sholat fardlu. Sehingga, satu rangkaian thoharoh tersebut tidak
boleh digunakan untuk dua sholat, kecuali sholat sunah, maka
boleh berulang-ulang.
 Menurut qoul muqobilul-ashoh, tidak wajib memperbaharui
hasywu dan ashbu setiap sholat fardlu dengan syarat:
a) tidak bergeser
b) darahnya tidak tembus di sekitarnya.
 Apabila daimul-hadas meyakini bahwa sebelum keluar waktu
sholat, hadas-nya berhenti lama (cukup untuk wudhu sekaligus
sholat), maka ia wajib melaksanakan wudhu dan sholat saat
12
berhenti lama tersebut. Jika khawatir kehabisan waktu sholat,
maka ia wajib wudhu dan sholat segera tanpa menunggu bersih.
 Dâimul-Hadats yang jika sholat berdiri aliran darahnya lebih
deras dibanding saat duduk, maka ia harus sholat dengan duduk.

K. LARANGAN BAGI ORANG BERHADAS.

STATUS LARANGAN
1. Sholat dan sejenisnya
Hadas Kecil

2. Menyentuh Mushaf
Hadas Besar (Junub)

3. Membawa Mushaf

4. Thawaf
Wanita Haid & Nifas

5. Membaca al-Quran

6. Diam di dalam masjid

7. Berpuasa

8. Masuk atau berjalan di masjid

9. Jima’ (bersetubuh)

10. Ditalak (haram bagi suaminya)

11. Bersuci dengan niat ibadah

Jika salah satu dari sebelas larangan di atas dilakukan oleh


orang yang masuk kriteria, maka dia dihukumi berdosa.
Penjelasan:
1) Sholat dan sejenisnya, yaitu: sujud tilawah dan sujud syukur.
13
KAIDAH KETUJUH
Wanita haid & nifas dihukumi berdosa jika sholat.
Dalam fikih, haid dan nifas disebut sebagai penghalang sholat
(Mâni'us-Sholah).
Jika haid datang, maka diistilahkan dengan Thuruwwul-
Mâni’ (datangnya halangan). Jika haid hilang, maka diistilahkan
dengan Zawâlul-Mâni’ (hilangnya halangan).
KAIDAH KEDELAPAN
Datangnya Halangan
Jika jarak antara masuknya waktu sholat dan datangnya
halangan, masih cukup untuk mengerjakan (1) sholat seringkas
mungkin + (2) bersuci + (3) menutup aurat, maka ia wajib meng-
qadha’ sholat tersebut.
Arti "sholat seringkas mungkin" adalah: mendirikan sholat
dengan hanya mengerjakan rukunnya saja atau meng-qoshor sholat
bagi musafir. Contoh:
a) Haid datang saat waktu sholat 'Asr berlalu 10 menit dan ia
belum melakukan sholat. Maka saat suci, ia wajib meng-
qodlo' sholat tersebut karena: dia mendapati waktu yang
cukup untuk digunakan melakukan sholat.
b) Haid datang berbarengan masuknya waktu 'Asr. Maka ketika
suci, dia tidak wajib meng-qodlo sholat 'Asr tadi karena ia
tidak mendapati waktu yang cukup untuk melakukan sholat
tadi.
KAIDAH KESEMBILAN
Hilangnya Halangan
Jika seorang wanita yang haid dan nifas suci sebelum keluarnya
14
waktu sholat, meskipun hanya cukup untuk Takbirotul-Ihrom
saja, maka ia wajib men-qodho’:
1. sholat tersebut
2. sholat yang bisa di-jama' dengan sholat tersebut
Contoh:
a) Tiga menit sebelum keluarnya waktu Asar, seorang wanita
suci, maka dia wajib: (1) melakukan (men-qodho') sholat 'Asr
dan (2) sholat Dzuhur (sebelumnya).
b) Tiga menit sebelum masuknya waktu subuh, seorang wanita
suci, maka dia wajib: (1) melakukan (men-qodho') sholat
Isya' dan (2) sholat Maghrib (sebelumnya).
2) Menyentuh Mushaf, meskipun dengan kain.
3) Membawa Mushaf. Catatan:
- Mushaf adalah: sesuatu yang bertuliskan ayat al-Quran
untuk dibaca, meskipun potongan ayat, jika sudah
memahamkan.
- Boleh membawa mushaf bersama dengan barang lainnya,
jika orang yang membawa:
a) bertujuan hanya membawa "barang" saja
b) bertujuan membawa mushaf dengan "barang"
c) tidak memiliki tujuan apapun, (boleh menurut Imam
Romli, tidak boleh menurut Imam Ibnu Hajar).
- Madzab Maliki memperbolehkan wanita haid dan nifas
menyentuh atau membawa mushaf, bila bertujuan belajar
atau mengajar. Adapun orang junub, maka mutlak tidak
boleh menyentuh atau membawa mushaf.
- Membawa kitab tafsir yang tulisan tafsirnya lebih banyak
dibanding tulisan al-Qurannya hukumnya boleh.
15
4) Thawaf. Adapun rangkaian ibadah haji selain thowaf dan sholat
sunnah thowaf, maka boleh dilakukan.
5) Melafalkan ayat al-Quran dengan niat "baca al-Quran". Jika
tidak, maka hukumnya boleh seperti:
a) tidak bertujuan membaca, semisal: bertujuan dzikir, memberi
nasehat, bercerita atau menjaga diri (baca hizib)
b) tidak memiliki tujuan apapun.
c) membaca dalam hati (tanpa suara dan tanpa menggerakkan
mulut atau lidah).
6) Diam di dalam masjid, meskipun hanya sebentar. Termasuk juga
mondar-mandir (masuk dan keluar dari satu pintu yang sama)
atau berputar-putar di dalamnya.
7) Berpuasa.
8) Masuk atau berjalan di masjid, jika khawatir darahnya menetes
sehingga rawan mengotori masjid.
9) Berhubungan suami-istri (jima’).
10) Ditalak (diceraikan), artinya; yang terkena hukum haram adalah
suaminya karena akan memperpanjang masa iddah si istri.
Begitu juga, haram bagi suami, menceraikan istri dalam kondisi
suci namun pernah digauli pada masa suci tersebut. Sebab, jika
si istri hamil akibat persetubuhan tadi, maka akan
memperpanjang iddah-nya.
11) Bersuci. Oleh karenanya, wanita haid dan nifas yang melakukan
wudhu atau mandi besar dengan niat menghilangkan hadas,
dihukumi haram dan berdosa karena ia mempermainkan
ibadah.

16
Adapun bersuci yang disunnahkan, seperti: mandi untuk ihrom,
wuquf, melempar jumroh, maka hukumnya sunnah.
Catatan: Ketika darah haid dan nifas berhenti, maka sebelum
melakuakan mandi besar atau tayammum (pengganti mandi besar),
semua hal di atas haram dilakukan kecuali puasa dan talak.

17
1. Ah : 6 hari As : 20 hari
KD 3,B 2,KD 4,B 17
2. Ah : 7 hari as : 17 hari
KD 7,B 7,KD 7
3. Ah :5 hari as : 15 hari
KD 9, B 10, KD 7
4. Ah :10 hari as : 20 hari
KD 7
B2
KD 3
B 20
5. Ah : 9 hari as : 27 hari
KD 9
B 10
KD 3
6. Ah : 6 hari as : 30
KD 9
B4
KD 10

18

Anda mungkin juga menyukai