Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN DASAR

FIKIH WANITA
BAB I
ISTIHADHOH

1. Pengertian Istihadhoh
Secara bahasa istihadhoh mempunyai arti mengalir. Dan secara istilah syara’,
istihadhoh adalah darah penyakit yang keluar dari alat kelamin wanita yang tidak sesuai
dengan ketentuan darah haidh dan darah nifas.
Sebelum membahas masalah istihadhoh, maka yang perlu diperhatikan terlebih dahulu
adalah mengetahui sedetail mungkin antara kuat lemahnya darah dan pembagian wanita
yang mengalami istihadhoh.
Kuat dan lemahnya darah dapat dipengaruhi oleh warna dan sifat darah sebagaimana
penjelasan berikut:
1) Tentang keadaan darah:
a. Warna darah yang keluar : hitam, merah atau merah kekuning-
kuningan (keruh).
b. Berbau busuk atau tidak.
c. Encer atau kental.
2) Tentang keadaan wanita yang mengeluarkan:
Dia sudah pernah mengalami haidh secara normal (tidak istihadhoh) atau belum. Jika
sudah pernah mengalami haidh secara normal, maka diperinci lagi sebagaimana
berikut :
 Apakah dia ingat berapa lama kebiasaan haidh
atau tidak?
 Apakah dia ingat berapa lama kebiasaan suci
atau tidak?
Dan begitu juga istihadloh yang berkaitan dengan nifas, yakni seorang wanita yang
mengeluarkan darah setelah melahirkan lebih dari 60 hari, maka diperinci terlebih dahulu
tentang keadaan darah yang dikeluarkan dan wanita yang mengeluarkan darah seperti di
atas.

BAB II
NIFAS

1. Pengertian Nifas.
Yang dinamakan nifas adalah darah yang dikeluarkan wanita setelah lahirnya seluruh
tubuh bayi. Sedangkan darah yang dikeluarkan pada waktu saat terasa akan melahirkan
dan darah yang dikeluarkan bersamaan dengan bayi itu hukumnya tafshil (diperinci)

2. Lama Waktu Nifas.


Minimal nifas adalah 1 tetes (sebentar), walaupun darah tidak sampai mengalir.
Umumnya nifas adalah 40 hari. Sedangkan batas maksimal nifas adalah 60 hari 60 malam
dihitung mulai dari lahirnya bayi.
Contoh :
1
Seorang wanita melahirkan pada tanggal 1, mulai keluar darah tanggal 11, maka
perhitungan genapnya 60 hari terhitung mulai dari tanggal 1 (tidak dari tanggal 11).
Sedangkan yang dihukumi nifas (yang diharam-kan sholat dan lain sebagainya) mulai
tanggal 11. Dan masa antara melahirkan dan keluar darah dihukumi suci, sehingga dia tetap
diwajibkan sholat, halal (boleh) disetubuhi dan lain sebagainya.

BAB III
HAIDL

1. Pengertian Haidl
Haidl adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita yang sudah berusia 9 tahun
kurang 16 hari kurang sedikit dan keluar secara normal (tabiat perempuan) atau dalam
keadaan sehat (bukan karena sakit atau melahirkan).

2. Hukum Mempelajari Tentang Haidl


Mempelajari tentang haidl dan hal-hal yang berkaitan bagi seorang wanita hukumnya
wajib ‘ain. Sehingga Bagi-Nya diwajibkan pergi dari rumah untuk mengkaji ilmu tersebut.
Dan bagi seorang suami diharamkan melarang istrinya pergi apabila ia tidak dapat
memberi pelajaran sendiri. Sedangkan bagi suami yang mampu mengajarkannya sendiri,
maka ia wajib mengajarkannya.

3. Sarat Darah Yang Keluar Dikatakan Haidl


1) Batas Minimal Wanita Mulai Haidl
Perempuan yang mengeluarkan darah yang dapat dihukumi haidl minimal pada usia 9
tahun Hijriyah (Qomariyah) kurang 16 hari kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari
lebih sedikit).
Contoh : Jika anak perempuan berumur 9 tahun (Hijriyah/Qomariyah) kurang 20 hari 20
malam tepat, mengeluarkan darah selama 10 hari 10 malam. Maka darah yang keluar
selama 4 hari 4 malam lebih sedikit yang pertama disebut darah istihadhoh (darah
penyakit), sebab saat itu sang anak belum mencapai batas minimal umur wanita
mengeluarkan darah haidl. Sedangkan darah yang keluar selama 6 hari 6 malam kurang
sedikit yang terakhir disebut darah haidl, karena sudah masuk pada batas minimal wanita
mengeluarkan darah haidl.
Catatan :
Yang dijadikan pedoman dalam penentuan status baligh, usia minimal haidl, dan lain-lain
adalah kalender tahun Hijriyah dan bukan kalender tahun Masehi. Maka sudah seharusnya
bagi orang tua untuk membiasakan diri menggunakan penanggalan/kalender Hijriyah
dalam menulis atau mencatat kelahiran bayi bukan dengan penanggalan Masehi saja.

2) Minimal 1 hari 1 Malam


Batas minimal Haidl adalah 24 jam, baik terus-menerus atau terputus-putus dalam
masa 15 hari 15 malam. Maksud dari terus-menerus adalah sekira kapas yang dimasukkan
dalam kemaluan wanita masih terdapat basah-basahnya darah, walaupun hanya berwarna
kuning atau keruh dan meskipun tidak sampai keluar pada bagian yang wajib dibasuh pada
saat istinja’ (mencuci najis).

2
Adapun darah yang keluar kurang dari 24 jam atau mencapai 24 jam akan tetapi
terpisah-pisah dalam waktu lebih dari 15 hari 15 malam, tidak disebut darah haidl, akan
tetapi darah istihadhoh.
3
Batas maksimal haidl adalah 15 hari 15 malam, sedangkan batas umumnya adalah 6
hari 6 malam atau 7 hari 7 malam. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Imam Syafi’i RA. pada wanita-wanita arab.

Catatan
a. Darah yang keluar dan lamanya tidak jelas (diragukan) apakah sudah mencapai 24 jam
atau belum hukumnya khilaf (dipersesilihkan oleh ulama’). Menurut Imam Ibnu Hajar
tidak disebut darah haidl, sedangkan menurut pendapat Imam Romli disebut darah
haidl walaupun terpisah-pisah dalam masa 15 hari 15 malam serta warnanya lebih dari
1 macam.
b. Jika seorang wanita mengeluarkan darah terputus-putus, maka yang dihukumi darah
haidl adalah semua waktu keluarnya darah dan waktu terputusnya darah (bukan
hanya waktu keluarnya darah saja).
Contoh : Keluar darah selama 3 hari, putus selama 4 hari, keluar darah lagi selama 1
hari, putus selama 5 hari, keluar darah lagi selama 1 hari. Maka selama 14 hari
dihukumi darah haidl.
c. Jika ada wanita mengeluarkan darah haidl terputus-putus, maka aturan ibadahnya
sebagai berikut : Jika lamanya mengeluarkan darah belum mencapai 24 jam, maka dia
tidak wajib mandi, cukup dengan istinja’ dan wudlu seperti biasa. Akan tetapi jika
lamanya menge-luarkan darah sudah mencapai 24 jam, maka jika sewaktu-waktu
darahnya putus, dia harus mandi, sholat, dan lain sebagainya sebagaimana halnya orang
suci. Jika darahnya masih keluar lagi, maka hukum mandi, ibadah sholat dan puasa yang
telah dikerjakan pada waktu putusnya darah tersebut tidak sah. Oleh karena itu, ketika
masa haidl telah selesai (darah benar-benar tidak keluar lagi) dia wajib mengqodho’
puasa yang dikerjakan pada hari putusnya darah tersebut dan dia tidak dihukumi
berdosa bila melakukan hubungan suami istri pada masa terputus-putusnya darah
dikarenakan secara zhohir status orang tersebut adalah suci. Kemudian, bila sewaktu-
waktu darahnya putus lagi maka dia wajib mengerjakan hal-hal seperti di atas lagi.
Kemudian, jika darah masih keluar lagi maka keseluruhan hal-hal di atas tidak sah lagi
hukumnya. Begitu seterusnya, selama belum melebihi 15 hari 15 malam dihitung dari
pertama kali mengeluarkan darah.
d. Darah yang dikeluarkan wanita hamil, sesaat sebelum proses melahirkan (nglarani
manak-jawa red) dihukumi darah fasad/istihadloh dan wajib melakukan sholat.
Sedangkan darah yang keluar setelah melahirkan disebut darah nifas.
e. Seorang wanita (baik yang sudah pernah haidl atau belum) diharamkan untuk sholat
dan lain-lainnya (dihukumi haidl sementara) hanya dengan sebab mengeluarkan darah
(tidak perlu menunggu 24 jam). Selanjutnya, jika ternyata keluarnya darah tidak
mencapai 24 jam, maka tidak dihukumi haidl. Sehingga, dia harus mengqodho’ sholat
yang ditingalkan. Namun, sebagian pendapat ulama’ ada yang menyatakan bahwa
masa-masa terputusnya darah dihukumi suci. Sehingga apabila pada masa-masa
tersebut dia melaksanakan sholat atau puasa, maka hukumnya sah dan tidak wajib
mengqodho’-nya.

3
4. Lama Waktu Suci Dari Haidl
Minimal masa suci yang memisah antara haidl satu dan haidl selanjutnya adalah 15
hari 15 malam. Umumnya masa suci adalah 23 hari atau 24 hari. Sedangkan maksimal masa
suci tidak terbatas.
Catatan 1
Jika seorang wanita mengeluarkan darah, kemudian terputus yang lamanya kurang
dari 15 hari, tetapi, jika masa suci ditambah dengan masa keluar darah sebelumnya telah
mencapai masa 15 hari, lalu mengeluarkan darah lagi, maka darah yang pertama disebut
darah haidl dan masa terputusnya darah pertama dan awal darah kedua yang menjadi
penyempurna darah 15 hari dihukumi suci. Kemudian, darah selebihnya jika memenuhi
syarat haidl disebut haidl.
Contoh : Seorang wanita mengeluarkan darah selama 7 hari, kemudian putus selama 13
hari, kemudian keluar darah lagi selama 5 hari, maka darah yang 7 hari pertama disebut
haidl lalu masa putus selama 13 hari ditambah awal darah kedua selama 2 hari (untuk
penyempurna masa maksimal haidl 15 hari) dihukumi suci, Kemudian darah selebihnya (3
hari) disebut haidl lagi.

Catatan 2
Haidl atau suci yang diusahakan dengan perantara obat itu hukumnya boleh. Maksudnya
pada waktu haidl yang diusahakan, dia diharamkan melakukan hal-hal yang haram atas
orang haidl. Dan nanti setelah suci tidak wajib mengqodho’ sholat yang ditinggalkan selama
mengeluarkan darah tersebut. Begitu juga pada waktu suci yang diusahakan, dia halal
melakukan hal-hal yang diperbolehkan, layaknya orang suci seperti membaca al-Qur-an,
berhubungan suami istri, dan lain sebagainya.

4
5

Anda mungkin juga menyukai