Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA

“Tatacara bersuci setelah haid,nifas,dan istihadhah”

Dosen Pengampu :
H.Fatkhur Rozi,M.Pd.I

Disusun Oleh :

Dea Adelia ( 0201022006)

Sukma Ayu ( 0201022022)


KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang , Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat,hidayat,dan inayah-Nya kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama tentang haid,nifas, dan istihadhah .

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah agama yang telah memberikan tugas terhadap kami.

Kami jauh dari kata sempurna .Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya
Oleh karena itu ,keterbatasan waktu dan kemampuan kami ,maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan pihak
berkepentingan pada umunya .
DAFTAR ISI

MAKALAH AGAMA..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
BAB II MASA KELUAR DARAH HAID,NIFAS, DAN ISTIHADHAH...............................................................4
1.1 Masa keluar,berhenti,dan kebiasaan darah haid....................................................................4
2.1 Masa keluar, berhenti dan kebiasaan darah istihadhah........................................................4
3.1 Masa keluar, berhenti dan kebiasaan darah nifas.................................................................5
BAB III HUKUM WANITA HAID,ISTIHADHAH DAN NIFAS BERDASARKAN MASA KELUAR ,
BERHENTI,KEBIASAAN DAN WARNA DARAH.........................................................................................6
4.1 Hukum wanita haid berdasarkan masa keluar, berhenti, kebiasaan dan warna darah...........6
5.1 Hukum istihadloh berdasarkan masa keluar, berhenti, kebiasaan dan warna darah.............7
6.1 Hukum nifas berdasarkan masa keluar, berhenti, kebiasaan dan warna darah....................10
BAB IV KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI WANITA HAID,NIFAS,DAN ISTIHADHAH............................11
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada masa sekarang,masyarakat seringkali salah paham mengenai hukum-hukum yang


terkait tentang masalah haid,nifas, dan istihadloh. Banyak dari masyarakat bahkan tidak mengetahui
dan tidak mampu membedakan antara haid,nifas dan istihadloh.Padahal,masal;ah ini sangatlah
penting untuk dimengerti oleh seluruh wanita , pria yang sudah beristri, para mu’alim, para da’i dan
kita semua .Hal ini dikarenakan masalah ini sangat erat kaitannya dengan ibadah fardlu’ain,seperti
sholat dan puasa.Seharusnya para wanita sudah harus mengetahui permasalahan ini ketika mereka
sudah berumur 9 tahun yang sudah mulai memasuki umur haid.

Pada kenyataanya , orang-orang dewasa masih banyak pula yang belum mengerti masalah
ini. Mereka juga tidak mengerti masalah mandi yang benar , sholat dan puasa yan g wajib diqodlo’i,
warna darah dan sifat-sifat darah .Padahal , hal-hal tersebut dapat menentukan masa keluar ,
berhenti,kebiasaan , kategori dan kewajiban serta larangan bagi wanita yang haid,istihadloh dan nifas
.Sebagian wanita ada yang mengeluarkan darah dari fajri ( kemaluan) di luar kebiasaan bulannnya
( haid) dan bukan karena ,melahirkan .Darah ini diistilahkan dengan darah istihadhah.

Menurut Al imam Ash Shan’ani rahimahullahh, jumlah shahabiyah yang mengalami


istihadhah di masa nabi shallallahu ‘ Alaihi Wasallam mencapai sepuluh orang demikian menurut
perhitungan ahlul ilmi, ( Subulus Salam,1/161). Bahkan ada yang menghitungnya lebih dari
sepuluh.Oleh karena itu , Makalah ini dibuat dengan tujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan
memahami hukum-hukum yang terkadung dalam permasalahan haid,nifas, dan istiihadloh ini.
BAB II
MASA KELUAR DARAH HAID,NIFAS, DAN ISTIHADHAH

a. Masa keluar,berhenti,dan kebiasaan darah haid


Syarat-Syarat haid yaitu :

a. Berumur 9 tahun kurang 16 hari tahun hijriah


b. Tidak kurang dari 24 jam
c. Tidak lebih dari 15 hari
d. Bertempat pada waktu mungkin atau bisa haid

Jika seorang wanita mengeluarkan darah tetapi tidak sesuai dengan syarat-syarat di atas
maka bisa dikatakan si wanita bukan mengalami darah haid tetapi darah istihadhah . Adapun jika
mengeluarkan darah sebelum umur 9 tahun kurang 16 hari dalam hitungan hijrah maka itu jelas
darah istihadah ( bajuri,juz,hal 108).

Jika mengeluakan darah sebelum umur haid kemudian terus sampai masuk umur haid, maka
darah sebelum haid itu adalah darah istihadhah,dan darah yang masuk umur haid adalah darah
haid, bila memenuhi syarat-syarat haid di atas.

Darah haid itu paling sedikit sehari semalam, yakni 24 jam falakiyah (istiwa’) baik 24 jam itu
terus menerus (ittishal mu’tad) ataupun putus – putus (‘adamul ittishal mu’tad). jadi kumpulan
dari darah yang putus – putus dalam beberapa hari dan hitungannya memenuhi 24 jam, maka itu
disebut darah haid, asal tidak lebih dari 15 hari (risalatul mahid,hal 14 – 15).

Jika seorang wanita mengalami haid, maka sucinya ditetapkan dengan terhentinya darah baik
sebentar atau lama masa haid nya. Jadi, jika seorang wanita telah suci maka dia boleh
melakukan hal-hal yang dilarang ketika dia haid.Masa suci diantara 2 haid itu paling sedikit 15
hari, jadi apabila keluar darah lebih dari 15 maka itu disebut darah haid.

Dalam ilmu fiqih ada istilah mu’tadah, artiya wanita yang memiliki kebiasaan haid yag sttabil
dan teratur patokannya bukan ditetapkan pada tanggal berapa dia haid setiap bulannya, akan
tapi berapa hari lamanya mengalami haid setiap bulannya.

Setiap wanita mu’tadah berbeda mengenai berapa lama kebiasaan haid nya, kebanyakan
wanita mengalami kebiasaan haid 6-7 hari, ada yang 8 hari, atau mukin 10 hari. Wanita akan tau
kebiasaan nya apabbila sudah mengalami 3 kali haid dan setiap haid itu selalu stabil dan teratur.
Namun, apabila darah telah berhenti tidak sesuai dengan adat haid nya maka dia sudah masuk
masa suci sejak berhentinya darah.

b. Masa keluar, berhenti dan kebiasaan darah istihadhah

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya seorang wanita yang mengeluarkan darah yang tidak
memenuhi syarat syarat haid maka darah itu disebut istihadhah. Maka jika seorang wanita
mengeluarkan darah tidak sampai 24 jam baik terus menerus maupun putus – putus, keluar kurang
dari umur haid, lebih dari 15 hari dan bertempat pada waktu tidak mungkin bisa haid maka itu
disebut darah istihadhah.
c. Masa keluar, berhenti dan kebiasaan darah nifas

Keluarnya darah nifas itu terjadi pada wanita setelah melahirkan, yakni setelah kosongnya Rahim
dari anak yang dikandung, meskipun masih berupa darah bergumpal (alaqoh) atau daging
menggumpal (mudghoh) . waktu keluarnya darah tadi sebelum 15 hari melahirkan (wiladah)

Darah yang keluar antara 2 anak kembar bukanlah darah nifas tetapi darah haid jika memenuhi
syarat – syarat darah haid, jika tidak memenuhi maka termasuk darah rusak atau istihadhah.

Sama halnya dengan darah yang keluar karena sakit ketika melahirkan, darah yang keluar
tersebut dihukumi darah haid jika memenuhi syarat – syarat haid.

Jika stelah melahirkan tidak langsung mengeluarkan darah tetapi bersih (naqo’) terlebih dahulu
mengeluarkan darah, maka diperinci sebagai berikut. Jika keluar darah belum melebihi 15 hari maka
disebut darah nifas, lalu masa diantara mlahirkan dan keluarnya darah dihitug nifas tetapi tdak
dihukumi nifas (nifas a’dadan la khukman). Tapi, jika keluar darah setelah melebihi 15 hari maka
disebut darah haid jika memenuhi syarat haid.

Jika terjadi darah nifas telah selesai sebelum melebihi 60 hari sejak melahirkan, lalu keluar darah
lagi maka diperinci sebagai berikut. Jika keluar darah sebelum 60 hari serta jarak waktu diantara
terhenti darah dan keluar lagi kurang 15 hari, maka darah yang akhir termasuk darah nifas. Tapi jika
keluarnya setelah 60 hari maka darah yang akhir adalah darah haid meskipun terhentiny hanya
sebentar jika memenuhi syarat-syarat terakhir.

Nifas itu paling sedikit adalah setetes (majjah), asal ada darah yang keluar meskipun sedikit.
Adapun umumnya lama nifs 40 hari dn paling lama 60 hari. Oleh karena itu, jika keluar darah nifas
berlangsung lebih dari 60 hari, maka termasuk istihadhah dalam nifas (istihadhah fin nifas).
BAB III
HUKUM WANITA HAID,ISTIHADHAH DAN NIFAS
BERDASARKAN MASA KELUAR , BERHENTI,KEBIASAAN
DAN WARNA DARAH

d. Hukum wanita haid berdasarkan masa keluar, berhenti, kebiasaan dan warna darah.

Telah diterangkan diatas mengenai syarat-syarat darah haid, maka jika ada seorang wanita
mengeluarkan darah sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut maka dia dihukumi haid dan
dihukumi suci apabila sudah berhenti keluar darah. Adapun wanita haid yang kebiasaannya stabil
maka dia disebut mu’tadah Adapun darah haid itu terbagi atas dua macam yaitu warna darah dan
sifat-sifat darah.

Warna-warna darah haid ada 5 macam, yaitu:

a. Hitam (paling kuat)

b. Merah

c. Abu-abu

d. Kuning keruh

Sifat-sifat darah ada 4 macam yaitu :

1. Kental

2. Berbau

3. Kental berbau

4. Tidak kental dan tidak berbau

Darah hitam kental itu lebih kuat dibandigkan darah hitam yang tidak kental. Darah kental
berbau lebih kuat dari pada darah kental tak berbau atau berbau tapi tidak kental. Jika darah yang
keluar ada 2 macam dan sama kuatnya seperti hitam encer dan merah kental maka darah yang lebih
dulu keluar lebih kuat (Bajuri,juz 1 , Hal. 108 dan Al-jamal, Juz 1 , Hal. 242)

Telah diterangkan bahwa macamnya darah ada 5 macam dan sifatnya ada 4 macam, hal ini
bukan berarti jika mengeluarkan 2 macam darah atau lebih maka yang kuat mesti dihukumi haid
sedangkan yang lemah dihukumi istihadhah namun jika semua darah tidak melebihi 15 hari maka
keseluruhannya termasuk darah haid sebab darah keluar dalam masa boleh haid. Akan tetapi jika
melbihi 15 hari maka darah kuat adalah darah haid sedangkan yang lemah adalah istihadhah jika
memenuhi syarat-syarat isihadhah.
e. Hukum istihadloh berdasarkan masa keluar, berhenti, kebiasaan dan warna darah

Orang istihadhah itu tidak di halangi kalau buka perkara yang dilarang atau haram sebab haid.
Oleh karena itu wanita yang istihadhah tetap wajib shalat, puasa ramadhan, boleh membaca al-
quran dan lain – lain. Kemudian sebelum melaksanakan shalat fardu harus melakukan 4 perkara,
yaitu :

1. Membasuh kemaluan

2. Menyumbat kemaluan dengan kapas atau yang serupa

3. Membalut kemaluan dengan celana dalam atau sejenisnya

4. Bersuci dengan wudhu atau tayamum

Jadi, orag istihadloh diharuskan untuk segera melaksanakan shalat fardu apabila sudah masuknya
waktu shalat

(Fathul Wahab, Juz 1, Hlm. 26; Al-Jamal, Juz 1, Hlm. 234-344; Tuhfah, Juz 1, Hlm. 393-397)

Macam – macam orang istihadhah ada 7 yaitu:

1. Mubtada’ah mumayyizah

Adalah orang istihadhah yang sebelumnya belum pernah haid, serta mengerti bahwa darahnya dua
macam (darah kuat dan darah lemah) atau melebbihi dua macam.

Contoh :

Wanita mengeluarkan darah hitam selama 5 hari disusul darah merah sampai melewati 15 hari
sebulan atau beberapa bulan.

Hukumnya :

Mubtada’ah mumayyizah itu haid nya dikembalikan pada darah qowi (darah kuat). Yakni semua
darah qowi adalah haid sedangkan darah dhoif adalah darah istihadhah, meskipun lama sekali . jadi,
dalam contoh diatas haid nya 5 (lima) hari (darah hitam), lalu darah yang merah semuanya istihadhah
meskipun sampai beberapa bulan / tahun.

Syarat-syarat mubtada’ah mumayyizah:

✓ Darah qowi tidak kurang dari sehari semalam

✓ Darah qowi tidak lebih dari 15 hari

✓ Darah dlo’if tidak kurang dari 15 hari

✓ Darah dlo’if kelar terus-menerus tidak dipisah oleh darah qowi, meskipun dipisah naqo’

Pada bulan pertama (daur awal), mubtada’ah tidak wajib mandi kecuali setelah 15 hari, maka setelah
15 hari ia wajib mandi dan wajib mengqodlo’sholat yang dikeluarkan sebab keluarnya darah dlo’if.

2. Mubtada’ah ghoiru mumayyizah

Adalah orang istihadhah yang belum pernah haid serta darahnya hanya satu macam, misalnya hanya
darah hitam atau darah merah saja .
Contohnya:

Seorang wanita mengeluarkan darah merah selama 1 bulan, menyusul darah hitam 3 hari, maka
hukumnya 2 bulan istihadhah dan 3 hari haid meskipun sebelumya telah dihukumi haid sehari
semalam dan suci 29 hari setiap bulan jadi wajib mengqodho’ sholat yang ditinggalkan.

Hukumnya :

Mubtada’ah ghoiru mumayyizah itu haidnya sehari sehari semalam terhitung dari permulaan
keluarnya darah lalu sucinya 29 hari setiap bulan. Artiya kalau darahnya terus keluar sampai sebulan
penuh atau beberapa bulan, maka setiap bulan haidnya sehari semalam, sedangkan sucinya 29 hari.
Tetapi kalau keluarya darah tidak mencapai sebulan maka haidnya sehari semalam dan lainnya
adalah istihadhah (suci). Kemudian kalau pada suatu bulan darahnya tidak melebihi 15 hari maka
semuanya adalah haid.

Mubtada’ah ghoiru mumayyizah dan mubtada’ah mumayyizah yang tidak memenuhi syarat pada
bulan pertama, maka wajib mandi setelah meebihi 15 hari, qodlo’ 14 hari. Sedangkan bulan kedua
dan seterusnya wajib mandi setelah melebihi sehari semalam, lalu sholat seperti biasa dengan cara
yang sudah diterangkan diatas.

3. Mu’tadah mumayyizah

Adalah orang istihadhah yang pernah haidd dan succi serta mengerti bahwa dirinya mengeluarkan
darah 2 macam atau lebih (qowi dan dho’if)

Hukumnya :

Mu’tadah mumayyizah mempuyai hokum 3 macam yaitu

a. Waktu banyak sedikitnya darah qowi sama dengan waktu banyak sedikitnya haid sebelumnya,
contoh :

Kebiasaan haid nya 5 hari mulai tanggal 1 lalu bulan berrikutnya mengeluarkan darah hitam 5 hari
mulai tanggal 1, lalu darah merah sampai akhir bulan. Maka darah qowi dihukumi darah haid dan
mandinya setelah melewati 15 hari pada bulan pertama sedangkan blan kedua dan seterusnya
mandinya setelah habis 5 hari.

b. Waktu atau ukuran darah qowi tidak sama dengan kebiasaanya namun antara masa kebiasaanya
haid dengan darah qowi tidak ada 15 hari. Contoh :

Kebiasaan haid 5 hari mulai tanggal 1, bulan berikutnya keluar darah hitam 10 hari mulai tanggal 1
kemuddian darah merah sampai akhir bulan.maka darah qowi dihhukumi darah haid.

c. Waktu atau uuran darah qowi tidak sama dengan keiasaanya serta antara masa kebiasannya darah
haid dan darah qowi ada 15 hari. Contoh :

Adat haid 5 hari mulai tanggal 1, bulan berikutnya keluar darah merah 20 hari kemudian hitam 5 hari.

Wanita yang demikian haidnya ada dua yakni darah yang keluar dalam masa adat dan darah qowi

(bajuri,juz 1 hal.110 dan Al-jamal juz 1 hal.252)

4. Mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiroh li’adatiha qodron wa waqtan

Adalah orang istihadhah yang pernah haid dan suci darahnya satu macam serta ingat akan ukuran
waktu haid dan suci yang menjadi adatnya.
Hukumnya :

Banyak sedikit serta waktunya haid dan suci disamakan dengan adatnya, baik haid sekali setiap bulan
atau 2 bulan atau tiap tahun atau kurang sebulan dan sebagainya.

Contoh ;

Pada bulan pertama haid 3 hari kedua 5 hari dan ketiga 7 hari ini satu daur . kemudian kembali pada
bulan ke empat haid 3 hari, bulan ke 5 lima 5 hari, bulan ke 6 tujuh hari ini daur yang kedua. Maka
daurnya sudah diaggap teratur karena sudah diulang 2 kali dan intidhom.Mandinya setelah melebihi
15 hari pada daur pertama sedangkan pada daur kedua dan mandinya setelah masa yang dihukumi
haid.

5. Al mu’tadah ghoiru mumayyizah nasiyah li’adatiha qoron wa waqtan (al-mutahayyiroh)

Adalah orang istihadhah yang pernah haid dan suci, darah satu macam dan iya tidak mengerti akan
ukuran dan wakt adat haidnya .contoh :

Wanita perrnah haid dqan suci, lalu istihadhah dengan satu macam darah, tapi dia lupa waktu dan
banyak sedikitnya adat haidnya, atau orang gila mengalami haid lalu semuh langsung istihadhah
dengan satu macam darah atau tidak dapat membedakan darah qowi dan dhoif .

Hukumnya :

Tidak dapat ditentukan haid dan suciy karena seluruh masa keuare darah bisa mengandung banyak
kemungkinan, bisa haid, suci, baru terhentinya darah. Karena itu mutahayyiroh wajib berrikhtiar dan
wajib mandi setiap akan menjalankan sholat fardhu setelah masuknya waktu sholat.

6. Mu’tadah ghoiru mumayyidzah dzakiro li’adatiha qodron la waqtan (mutahayyiroh bbin nisbati
liwaqtil adha)

Adalah orang istihadhah yang pernayh haid dan suci, darahnya satu macam dan hanya ingat pada
banyak sedikitnya adat haidnya, tapi tidak ingat akan waktunya.

Contoh :

Istihadhah dengan satu macam darah, dia ingat bahwa perah haid selama 5 hari dalam 10 hari dari
awal bulan tapi dia lupa tepatnya pada tanggal berapa mulainya ? tapi dia ingat tanggal 1 jelas masih
suci.jadi tanggal 1 dia masih suci, tanggal 2-5 kemungkinan haid atau suci, sebab munkin adat
haidnya mulai tanggal 2,3,4,5, bisa siang atau malam, tanggal 6 yakin haid.tanggal 7 – 10 bisa haid isa
suci atau terhenti darah. Tanggal 11 sampai 30 yakin suci sebab dia ingat bahwa pada tanggal
tersebut adatnya dia suci.

Hukumnya :

Pada masa yang diyakini suci maka hukumnya suci, masa yang diyakini haid hukumnya haid dan masa
ragu-ragu hukumnya disamakan seperti mutahayyiro. Jadi dia wajib ihtiyad, wajib mandi setiap waktu
fardhunya hanya pada masa ragu-ragu. Jika tidak ada masa yang diyakini haid atau suci, maka seluruh
waktu keluar darah wajib ihtiyd dan wajib mandi setelah 15 hari pada daur awal, daur seterusnya
wajib mandi pada setelah adat haidnya.

(Bajuri, Juz 1, Hlm. 111)

7. Al mu’tadah ghoiru mumayyizh az-zakiroh li’adatiha waqtan la qodron (mutahayyiroh bin nisbati
liqodril adha)
Adalah orang istihadhoh yang pernah haid dan suci darahya satu macam, tidak biasa membedakan
darah, dia ingat waktu haidnya , tapi tidak ingat pada banyak sedikitnya.

Contoh :

Seorang wanita keluar darah 1 macam atau tidak bisa membedakan darah sampai melebihi 15 hari,
ingat tentang haid dan suci, ingat mulai keluar tanggal 1, namun luupa berapa hari lamanya? Jadi
tanggal satu yakin haid, tanggal 2-5 mengandung banyak kemugkinan , tanggal 16-30 yakin suci
sebab jelas tanggal 1 yakin haid dan paling banyak haid adalah 15 hari.

Hukumnya :

Hari yang diyakini haid dihukumi haid, yang diyaini suci hukumnya suci dan hari yang mengandug
banyak kemugkinan wwajib ihtiyad seperti mutahayyiroh yang telah diterangkan diatas.

f. Hukum nifas berdasarkan masa keluar, berhenti, kebiasaan dan warna darah

Darah yang keluar setelah melahirkan dihukumi nifas meskipun hanya setetes, asal tidak
melebihi 60 hari. jika keluar darah nifas berlangsung lebih dari 60 hari, maka termasuk istihadhah
dalam nifas (istihadhah fin nifas). Artinya, masih campur, sebagian nifas, sebagian dari istihadhah dan
sebagian lagi darah haid. Tidak boleh dihukumi yang 60 hari nifas, lalu kelebihannya istihadhah,
sebagaimana halnya darah haid yang melebihi 15 hari.

Contoh :

Seorang wanita setelah melahirkan pertama kali mengeluarkan darah hitam 30 hari, lalu darah
merah 40 hari, maka nifasnya 30 hari.

Kalau pertama kali nifas dan tidak bisa membedakan antara darah qowi dan do’if, maka nifasnya di
kembalikan pada nifas yang paling sedikit yaitu setetes. Kalau sudah pernah nifas dan bisa
membedakan darah qowi dan do’if, maka nifasnya di kembalikan ke darah qowi, bukan kepada adat.

Kalau sudah pernah nifas dan darahnya satu macam atau tidak dapat membedakan darah qowi dan
doif serta ia ingat kepada adat (mu’tada goiru mumayizah) maka nifasnya di kembalikan kepada
adatnya, baik adat tadi baru sekali atau telah berulang kali, kalau adat yang berulang kali tadi tidak
berbeda-beda. Tetapi kalau adat yang kedua atau lebih tadi berbeda – beda maka di perinci seperti
pada bab istihadhah di dalam haid.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI WANITA
HAID,NIFAS,DAN ISTIHADHAH

Wanita yang haidl dan nifas diharamkan melakukan beberapa perkara sebagai berikut, antara lain :

1. Sholat (tidak wajib qodlo’)

2. Sujud syukur

3. Sujud tilawah

4. Thowaf

5. Puasa (wajib qodlo’)

6. I’tikaf

7. Masuk masjid apabila khawatir mengotori masjid

8. Membaca Al-Qur’an

9. Menyentuh Al-Qur’an

10. Menulis Al-Qur’an (menurut beberapa pendapat)

11. Bersuci

12. Mendatangi orang sakaratul maut (menurut imam Al-Muhamili)

13. Bersetubuh

14. Dijatuhi talaq

15. Istimta’ antara pusar dan lutut

Orang yang haidl atau nifas diharamkan bersuci karena dianggap mempermainkan ibadah
(tala’ubu bil ‘ibadah). Oleh karena itu, seorang wanita setelah melahirkan lalu nifas sebelum mandi
wiladah, maka diharamkan mandi wiladah selama masih mengalami nifas. Begitu juga halnya dengan
seorang istri setelah bersetubuh tiba-tiba kedatangan haidl, sedangkan belum melakukan mandi
janabat, maka diharamkan untuk bersuci.(Al-Jamal, Juz 1, Hal. 237)

Orang yang haidl atau nifas diperbolehkan membaca Al’Qur’an dengan syarat tidak
menyegaja, seperti niat dzikir, berdo’a, mencari barokah, menghafal, atau meluruskan bacaan. Oleh
karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an, jika khawatir lupa akan hafalannya, maka ia diperbolehkan
mengulang hafalannya di dalam hati atau berbisik. (I’anatut Tholibin, Juz 1, Hal. 114; Bajuri, Juz 1,
Hal. 166 dan 114; Bughyatul Musytarsyidin, Hal. 26)

Wanita yang haidl dan nifas juga diperbolehkan menyentuh dan membawa Al-Qur’an yang
disertai tafsirnya, jika yakin bahwa tafsirannya lebih banyak dari Al-Qur’annya(menurut Imam Romli
dan Ibnu Hajar) atau ragu-ragu dalam perbandingannya (menurut Ibnu Hajar). Sedangkan terjemah
Al-Qur’an hukumnya tidak sama dengan tafsir. Oleh karena itu, haram menyentuh dan membawa Al-
Qur’an terjemah bagi wanita yang haidl, nifas, maupun hadats kecil.
Wanita yang haidl atau nifas jika telah selesai keluar darah, baik di tengah-tengah masuk
waktu sholat maupun tengah malam yang dingin, maka ia wajib untuk segera mandi (bersuci) apabila
hendak melakukan sholat atau ibadah lain yang mewajibkan bersuci. Tidak diperbolehkan menunda
sampai terjadi qodlo’ apalagi jika tidak dikerjakan sama sekali.

Wanita yang istikhadloh tidak dihalangi untuk melakukan perkara yang diharamkan sebab
haidl, ia tetap diwajibkan melaksanakan sholat, puasa, membaca Al-qur’an, dan lain-lain. Adapun
wanita yang istikhadloh ketika hendak sholat harus melakukan beberapa perkara yang telah
diterangkan dalam bab istikhadloh diatas. Apabila darah yang keluar itu banyak sampai tembus
(nerembes, istilah Jawa), jika darahnya keluar ketika ia telah bertakbiratul ihram, maka sholatnya
tidak batal
DAFTAR PUSAKA

Ardani, Muhammad. 2011. Risalah Haidl Nifas Istikhadloh. Surabaya: Al-Miftah

Fiqh Wanita, (2012).Pengertian Haid, Nifas, Istihadhah [Online]. Tersedia:


http://www.fiqihwanita.com/pengertian-haid-nifas-dan-istihadhah/ [29 September 2016]

Yanto, Puji (2010). Nifas dan hukum – hukumnya [online]. Tersedia:


https://puskafi.wordpress.com/2010/04/11/n-i-f-a-s/ [29 September 2016] 20

Anda mungkin juga menyukai