Anda di halaman 1dari 13

HAID, NIFAS & ISTIHADLOH

 HAID

Definisi haid.
Arti lughowi : Mengalir.
Arti syar’I : Darah alami yang keluar dari ujung rahim pada saat sehat.
Keterangan:
Darah yang keluar tidak secara alami bukan darah haid seperti darah yang
keluar sebelum dan ketika melahirkan.

Usia minimal.
Usiawanita haid dimulai dari umur 9 tahun qamariyah taqribiyah.
Keterangan
Tahun qamariyah adalah tahun Hijriyah, sedangkan taqribiyah artinya untuk
dapat mengalami haid tidak harus berumur 9 tahun persis, jadi jika darah
keluar pada umur 9 tahun kurang 15 hari misalnya (masa yang tidak cukup
untuk haid dan suci), maka darah tersebut sudah dihukumi haid.

Masa haid.
Minimal : Sehari semalam atau 24 jam.
Kebanyakan : 6 –7 hari.
Maksimal : 15 hari.
Keterangan :
• Darah yang keluar kurang dari 24 jam adalah darah istihadloh.
• Darah yang keluar lebih dari 15 hari adalah darah haid yang bercampur
dengan darah istihadloh, maka harus diteliti lagi dengan mempelajari tujuh
gambaran perempuan mustahadloh yang akan dijelaskan.

Masa suci antara dua haid.


Minimal : 15 hari.
Kebanyakan : Sisa hari-hari haid dalam sebulan (23/24).
Maksimal : Tidak terbatas.
Keterangan :
Jika haid kedua datang sebelum masa suci sempurna 15 hari, maka darah itu
bukanlah darah haid, wanita tersebut tetap dihukumi suci sampai
sempurnanya masa suci 15 hari.Jika setelah masa suci sempurna darah tetap
keluar, maka darah yang terakhir ini adalah haid.

Tanda berhentinya haid.


Suci dapat diketahui dengan memasukkan kapas ke Mrs.V. Jika tidak
nampak bercak pada kapas berupa darah maupun warna kuning atau keruh
maka haid telah usai.

Warna darah haid.


Warna haid : Hitam, merah, merah kekuning-kuningan, kuning dan
keruh.
Keterangan : Ulama’ berbeda pendapat pada warna kuning dan
keruh.Pendapat yang mu’tamad menyatakan haid.
Imam Al-Juwaini menjelaskan, “Kedua warna itu bukanlah
darah melainkan cairan seperti nanah yang diatasnya ada
warna kuning atau keruh”.

Penting : Penentuan masa haid, masa suci dan semua hukum-


hukum yang berhubungan dengan haid adalah hasil penelitian Imam
Syafi’i terhadap para wanita di zamannya, kemudian beliau rumuskan
riset tersebut dengan dalil-dalil Alqur’an dan hadits sehingga timbullah
ide-ide mengenai hukum-hukum haid.
Oleh karena itu, jika terjadi kebiasaan darah yang berbeda dengan
ketentuan di atas pada seorang wanita atau para wanita di suatu daerah,
maka kebiasaan tersebut tidak bisa mempengaruhi hukum haid yang telah
ditentukan.Lebih baik menghukumi darah mereka sebagai darah fasad
(penyakit), daripada harus merusak kaedah yang telah baku, karena
penelitian ulama’ terdahulu tentu lebih sempurna.
Yang harus dilakukan ketika melihat darah.
Setiap melihat darah seorang wanita harus langsung meninggalkan
larangan-larangan haid tanpa menunggu 24 jam. Selanjutnya, jika darah
tersebut berhenti sebelum mencapai 24 jam maka dia harus menqodlo’
sholat yang dia tinggalkan karena terbukti ini bukan haid.
Kemudian jika darah tersebut keluar lagi sebelum 15 hari maka dia harus
meninggalkan lagi larangan-larangan haid.Begitu seterusnya.
Adapun jika darah tersebut berhenti setelah mencapai 24 jam maka
jelaslah bahwa ini haid. Dan saat ini dia wajib mandi, sholat, puasa (di
bulan Ramadhan) dan boleh baginya bersetubuh dengan suaminya karena
darah sudah berhenti.
Jika kemudian darah tersebut keluar lagi sebelum lewat 15 hari jelaslah
sudah bahwa ibadah yang dia lakukan tadi tidak sah karena ternyata dia
masih haid.
Namun dia tidak berdosa dengan persetubuhan yang telah dia lakukan,
karena saat melakukannya secara dhohir dia telah suci.
Demikianlah yang harus dilakukan wanita haid jika darahnya datang
terputus-putus selama tidak melebihi 15 hari.

 NIFAS
Definisi nifas.
Arti lughowi : Melahirkan.
Arti syar’I : Darah yang keluar setelah kosongnya rahim dari janin.
Keterangan :
- Darah yang keluar setelah keguguran juga dihukumi nifas
jika ada persaksian dari para bidan bayi bahwa gumpalan
darah atau daging yang keluar itu adalah bakal manusia.
- Wanita yang melahirkan bayi kembar dapat mengalami
nifas jika semua janin yang dikandungnya telah keluar.
- Darah yang keluar di antara bayi pertama dan kedua
disebut haid jika memenuhi syarat-syarat haid.

Masa nifas.
Minimal : sebentar.
Kebanyakan : 40 hari.
Maksimal : 60 hari.
Keterangan :
1. Untuk bisa dikatakan nifas disyaratkan:
Tidak ada sela 15 hari atau lebih antara melahirkan dan keluarnya darah
nifas. Karena jika terjadi sela 15 hari maka darah yang datang setelah 15
hari tidak lagi disebut darah nifas melainkan darah haid jika memenuhi
syarat-syarat haid
Jika nifas tersebut keluar dengan terputus-putus juga disyaratkan tidak
ada sela 15 hari atau lebih antara darah pertama dan darah kedua.
2. Hukum nifas dimulai sejak keluarnya darah, sedangkan hitungan 60 hari
dimulai sejak melahirkan. Jika setelah melahirkan tidak langsung keluar
darah maka perempuan tersebut suci dan wajib melaksanakan perintah-
perintah syari’at.

Suci antara haid dan nifas.


Antara haid dan nifas : Tidak ada batas suci.
Antara nifas dan haid :
• Cukup sela sebentar, jika darah nifas telah mencapai 60 hari atau menjadi
sempurna 60 hari dengan suci tersebut.
• 15 hari, jika darah nifas belum mencapai 60 hari dan suci tersebut tidak
menyempurnakan 60 hari.

Larangan-larangan untuk orang haid dan nifas.


Ada 11 larangan :
Sholat, thawaf, membawa dan menyentuh mushaf, berdiam di masjid atau
sekedar mondar mandir di dalamnya, membaca Alqur’an dengan niat
tilawah (niat mencari pahala dengan bacaan tersebut), puasa, cerai, lewat di
dalam masjid jika dikuatirkan mengotori, bersentuhan atau bersenang-
senang dengan bagian antara lutut dan pusar dan bersuci dengan niat ibadah.

 ISTIHADLOH
Definisi istihadloh.
Istihadloh : Darah yang keluar di selain masa-masa haid dan nifas.
Keterangan :
1. Ulama’ telah melakukan penelitian seputar darah wanita dan mereka
hanya menemukan tiga jenis darah saja, yaitu : haid, nifas dan istihadloh.
Karenanya, jika seorang wanita melihat darah yang tidak memenuhi syarat-
syarat haid dan nifas maka darah tersebut adalah istihadloh.
2. Istihahdloh adalah istilah untuk darah, sedangkan wanita yang mengalami
istihadloh disebut mustahadloh.

2 macam istihadloh.
Sebelum haid-nifas : Hukumnya jelas dan tidak perlu dihubungkan
dengan tujuh gambaran wanita mustahadloh.
Setelah haid-nifas: Perlu dihubungkan dengan tujuh gambaran wanita
mustahadloh untuk mengetahui mana darah istihadloh dan
mana yang bukan.

Beberapa istilah dalam istihadloh.


Ihtiyath : Sebelum bersuci seorang mustahadloh harus beristinjak
(membersihkan darah dari kemaluan) kemudian
menyumbat kemaluan tersebut dengan kapas atau kain,
setelah itu ditutup dengan pembalut baru kemudian
berwudlu’.
Bersuci dan ihtiyath tidak boleh dilakukan sebelum
masuknya waktu shalat, karena wudlu tersebut adalah
wudlu’ darurat dan sebelum masuknya waktu tidak bisa
disebut darurat.
Darah kuat : Darah yang berwarna gelap lebih kuat dari darah yang
berwarna terang.
Darah yang berbau busuk menyengat lebih kuat daripada
yang tidak demikian.
Darah yang kental lebih kuat daripada darah yang encer.
Adat : Kebiasaan sebelum istihadloh mencakup: Kebiasaan
mulai haid, kebiasaan lama haid, kebiasaan berhenti dan
kebiasaan suci.

TUJUH GAMBARAN MUSTAHADLOH DALAM HAID.


 Mubtada’ah mumayyizah.
Mubtadaah : Baru pertama keluar darah.
Mumayyizah : Melihat darah dengan dua sifat atau lebih (kuat dan
lemah).
Hukum : Darah yang kuat disebut haid dan darah yang lemah
disebut istihadloh.

Syarat-syarat tamyiz.
Seorang wanita disebut Mumayyizah (bisa membedakan ) jika :
1. Darah kuat tidak kurang dari 24 jam.
2. Darah kuat tidak lebih dari 15 hari.
3. Darah lemah tidak kurang dari 15 hari (disyaratkan jika darahnya
keluar terus).
4. Darah lemah keluarnya tidak terputus-putus.

 Mubtada’ah ghoiru mumayyizah.


Mubtada’ah : Baru pertama melihat darah.
Ghoiru mumayyizah : Melihat darah dengan satu sifat atau dua sifat tetapi
tidak memenuhi syarat tamyiz.
Hukum : Haidnya cuma sehari semalam dan sucinya 29 hari.
 Mu’tadah mumayyizah.
Mu’tadah : Pernah mengalami haid dan suci.
Mumayyizah : Melihat darah dengan dua sifat atau lebih (kuat dan
lemah).
Hukum : Terdapat dua pendapat, yang mu’tamad adalah, darah kuat
dihukumi haid dan darah yang lemah disebut istihadloh.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan, haid dan sucinya
disesuaikan dengan kebiasaan sebelum istihadloh.

 Mu’tadah ghoiru mumayyizah.


Mu’tadah : Pernah mengalami haid dan suci.
Ghoiru mumayyizah : Melihat darah dengan satu sifat atau dua sifat tetapi tidak
memenuhi syarat tamyiz.
Hukum : Haid dan sucinya disesuaikan dengan adat sebelum
istihadloh.
 Mutahayyiroh muthlaqoh.
Mutahayyiroh : Mu’tadah ghoiru mumayyizah yang lupa dengan adatnya
sehingga ketika haid dan sucinya disesuaikan dengan
kebiasaannya dia menjadi bingung, apakah sekarang ini
masa haid atau masa suci.
Muthlaqoh : Dia lupa sama sekali lama adatnya maupun waktunya
Hukum : Selalu ada kemungkinan haid, suci dan berhenti haid.
Konsekwensi :
- Selalu melakukan ihtiyath yaitu, wajib sholat dan puasa namun haram
bersetubuh dengan suaminya karena ada kemungkinan haid.
- Setiap hendak mengerjakan sholat wajib mandi karena ada
kemungkinan berhenti dari haid. Kecuali jika dia ingat pada jam
berapa biasanya berhenti haid.
- Dalam mengerjakan puasa Ramadhan dia harus berpuasa dengan cara
khusus. Yaitu pada bulan Ramadhan berpuasa sebulan penuh, setelah
hari raya berpuasa lagi 30 hari, kemudian berpuasa lagi enam hari di
dalam delapan belas hari yaitu di hari pertama, kedua, ketiga, ke-16,
ke-17 dan ke-18.
- Perlu diketahui bahwa setiap satu bulan puasa yang bisa dipastikan sah
hanya 14 hari saja (dengan perkiraan haidnya 15 hari dimulai dan
berakhir pada siang hari) dengan demikian dalam dua bulan puasa
yang diyakini sah hanya 28 hari, dan untuk melengkapi kekurangan 2
hari dilakukan puasa enam hari seperti cara di atas.

 Mutahayyiroh dzakiroh lil waqt nasiyah lil ‘adad.


Mutahayyiroh : Mu’tadah ghoiru mumayyizah yang lupa dengan adatnya.
Dzakiroh lil waqt : Ingat dengan waktu adatnya.
Nasiyah lil ‘adad : Lupa dengan lama adatnya.
Contoh : Seorang mustahadloh haid mengatakan, “Haidku biasanya
mulai tanggal 1 setiap bulan namun aku lupa sampai berapa
hari”.
Hukum : Hari pertama pada setiap bulan adalah haid dengan yakin,
sedangkan hari kedua sampai hari ke-15 selalu dalam
kemungkinan haid, suci dan berhenti haid. Mulai hari ke-16
sampai akhir bulan adalah suci.
Konsekwensi : Pada hari dimana dia yakin haid harus meninggalkan
larangan-larangan haid dan di hari yang diyakini suci harus
mengerjakan kewajiban-kewajiban orang yang suci.
Sedangkan hari yang ada kemungkinan haid dan suci harus
melakukan ihtiyath.

 Mutahayyiroh nasiyah lil waqt dzakiroh lil ‘adad.


Mutahayyiroh : Mu’tadah ghoiru mumayyizah yang lupa dengan adatnya.
Nasiyah lil waqt : Lupa dengan waktu adatnya.
Dzakiroh lil ‘adad : Ingat dengan lama adatnya.
Contoh : Seorang mustahadloh haid mengatakan, “Haidku 5 hari
dalam 10 hari pertama dan aku ingat pada hari pertama aku
pasti suci”.
Hukum : Hari pertama dan 20 hari terakhir setiap bulan adalah
yakin suci. Hari keenam adalah haid dengan
yakin.Sedangkan mulai hari kedua sampai hari keempat
adalah haid masykuk (diragukan) dan hari ketujuh sampai
hari kesepuluh adalah suci masykuk.
Konsekwensi : Pada hari yang diyakini suci harus mengerjakan
kewajiban-kewajiban orang yang suci begitu pula pada hari
yang diyakini haid harus meninggalkan larangan haid.
Sedangkan hari yang ada kemungkinan haid dan suci harus
melakukan ihtiyath, namun pada hari-hari haid masykuk
tidak wajib mandi untuk setiap sholat fardlu dan pada hari-
hari suci masykuk diwajibkan mandi untuk setiap sholat
fardlu.

TUJUH GAMBARAN MUSTAHADLOH DALAM NIFAS.


 Mubtada’ah mumayyizah.
Mubtada’ah : Baru pertama mengalami nifas.
Mumayyizah : Melihat darah dengan dua sifat atau lebih (kuat dan
lemah).
Hukum : Darah yang kuat adalah nifas dengan syarat tidak melebihi
60 hari dan darah yang lemah adalah istihadloh.

 Mubtada’ah ghoiru mumayyizah.


Mubtada’ah : Baru pertama melihat darah.
Ghoiru mumayyizah : Melihat darah dengan satu sifat atau dua sifat tetapi
darah yang kuat melebihi 60 hari.
Hukum : Nifasnya cuma sebentar, kemudian suci sebagaimana
adatnya dalam suci dan haid sebagaimana adatnya dalam
haid. Namun jika dia tidak pernah haid sebelumnya maka
setelah nifas sebentar tersebut suci 29 hari dan haid sehari
semalam, demikian seterusnya.
 Mu’tadah mumayyizah.
Mu’tadah : Pernah mengalami nifas.
Mumayyizah : Melihat darah dengan dua sifat atau lebih (kuat dan
lemah).
Hukum : Darah yang kuat adalah nifas dengan syarat tidak melebihi
60 hari dan darah yang lemah adalah istihadloh.

 Mu’tadah ghoiru mumayyizah.


Mu’tadah : Pernah mengalami nifas.
Ghoiru mumayyizah : Melihat darah dengan satu sifat atau dua sifat tetapi
darah yang kuat melebihi 60 hari.
Hukum : Nifas sebagaimana adatnya dalam nifas, kemudian suci
sebagaimana adatnya dan haid sebagaimana adatnya.
Namun jika dia tidak pernah haid sebelumnya (mubtada’ah
dalam haid) maka setelah nifas sebentar tersebut suci 29
hari dan haid sehari semalam demikian seterusnya.
 Mutahayyiroh muthlaqoh.
Mutahayyiroh : Mu’tadah ghoiru mumayyizah yang lupa dengan adat
kebiasaannya sehingga ketika nifasnya dikembalikan pada
adatnya dia menjadi bingung karena dia lupa berapa
adatnya.
Muthlaqoh : Baik lama kebiasaan maupun waktunya dia lupa sama
sekali.
Hukum : Karena dia tidak tahu lama nifasnya maka permulaan
siklus haidnya tidak dapat ditebak dan sekarang dia selalu
dalam kemungkinan haid, suci dan terputus dari haid.
Konsekwensi : Selalu melakukan ihtiyath yaitu, wajib sholat dan puasa
namun haram bersetubuh dengan suaminya karena ada
kemungkinan haid dan wajib mandi setiap hendak
mengerjakan sholat. Kecuali jika dia ingat pada jam berapa
biasanya berhenti haid.

 Mutahayyiroh dzakiroh lil waqt nasiyah lil ‘adad.


Mutahayyiroh : Mu’tadah ghoiru mumayyizah yang lupa dengan adat
kebiasaannya.
Dzakiroh lil waqt : Ingat dengan waktu adatnya.
Nasiyah lil ‘adad : Lupa dengan lama adatnya.
Contoh : Seorang mustahadloh nifas yang darahnya telah melebihi
60 hari berkata, “Nifasku biasanya datang setelah lewat
lima hari dari melahirkan tapi aku lupa berapa lamanya”.
Hukum : Masa sebentar di hari kelima adalah nifas dan setelah itu
ada kemungkinan terputus.
Konsekwensi : Wajib mandi setiap hendak mengerjakan sholat dan selalu
melakukan ihtiyath.

 Mutahayyiroh nasiyah lil waqt dzakiroh lil ‘adad.


Mutahayyiroh : Mu’tadah ghoiru mumayyizah yang lupa dengan adat nya.
Nasiyah lil waqt : Lupa dengan waktu adatnya.
Dzakiroh lil ‘adad: Ingat dengan lama adatnya.
Contoh : Seorang mustahadloh nifas yang darahnya telah melebihi
60 hari berkata, “Nifasku biasanya 10 hari tapi aku tidak
ingat apakah dimulai tepat setelah melahirkan atau sebelum
lewat 15 hari”.
Hukum : 10 hari setelah melahirkan adalah nifas masykuk
(diragukan), dan mulai hari ke-11 sampai hari ke-24 adalah
suci masykuk, hari ke-25 yakin suci, dari hari ke-26 dan
seterusnya adalah haid masykuk sebagaimana adat haidnya,
kemudian suci masykuk sebagaimana adat sucinya,
demikianlah seterusnya. Jika wanita tersebut belum pernah
haid (mubtada’ah dalam haid) maka hari ke-26 adalah haid
masykuk sehari semalam kemudian suci masykuk 29 hari
dan demikian seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai