Anda di halaman 1dari 23

Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 1

Fihris
Bab I
HAIDH .............................................................. 2
1. Pengertian haidh ....................................................... 2
2. Hukum mempelajari tentang haidh dan hal-hal sekitarnya
................................................................................... 2
3. Dalil-dalil tentang haidh ............................................. 2
4. Batas minimal wanita mulai haidh ............................. 3
5. Lama waktu haidh ..................................................... 4
6. Lama waktu suci haidh .............................................. 6
Bab II
NIFAS ................................................................ 8
1. Pengertian nifas ............................................................ 8
2. Lama waktu nifas .......................................................... 9
Bab III
ISTIHADHOH ..................................................................... 11
Bab IV
Cara-cara sholat bagi wanita istihadhoh ............................ 12
Bab V
Hal-hal yang diharamkan bagi orang haidh dan nifas ........ 15
Bab VI
Sholat yang diqodho’ akibat haidh dan nifas ...................... 16
Bab VII
Keputihan dan Cairan Yang Keluar Dari Vagina ............... 19
2 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah

Bab I
HAIDH
1. PENGERTIAN HAIDH
Yang dinamakan haidh yaitu darah yang
dikeluarkan seorang wanita yang sudah berumur 9
tahun kurang 16 hari kurang sedikit dan keluar
secara alami (tabiat perempuan) atau dalam
keadaan sehat (bukan karena sakit atau
melahirkan). Walloohu a’lam.
2. HUKUM MEMPELAJARI TENTANG HAIDH DAN
HAL-HAL SEKITARNYA
Mempelajari tentang haidh dan hal-hal
sekitarnya bagi seorang wanita hukumnya wajib
‘ain. Sehingga baginya diwajibkan pergi dari rumah
untuk mengkaji ilmu tersebut. Dan bagi seorang
suami diharamkan melarang istrinya pergi apabila
ia tidak dapat memberi pelajaran sendiri.
Sedangkan bagi suami yang mampu mengajar-
kannya sendiri, maka ia wajib mengajarkannya.
Walloohu a’lam.
3. DALIL-DALIL TENTANG HAIDH
a. Firman Allah SWT.
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 3
‫َويَ ْس ألونك عن احمليض قل هو اذى ف اعتزلوا النس اء ىف احمليض‬
‫تقربوهن حىت يطهرن فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم اهلل‬
ّ ‫وال‬
.)222 : ‫ (البقرة‬.‫إن اهلل حيب التوابني وحيب املتطهرين‬
Artinya : “Mereka bertanya kepada kepadamu
(Muhammad) tentang haidh, katakanlah :
haidh itu adalah kotoran. Oleh sebab itu,
hendaklah kamu menjauh diri dari wanita
diwaktu haidh dan janganlah kamu
medekati mereka sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka
kumpulilah mereka itu ditempat yang
telah diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang taubat dan menyukai orang-
orang menyucikan diri. (QS. al-Baqarah :
222).
b. Sabda Rasulullah SAW.
.)‫ (البخارى – املسلم‬.‫هذا شيئ كتبه اهلل على بنات أدم‬
Artinya : “Haidh adalah sesuatu yang telah di
takdirkan Allah kepada cucu-cucu wanita
Nabi Adam (HR. Bukhari-Muslim).
4. BATAS MINIMAL WANITA MULAI HAIDH
Perempuan yang mengeluarkan darah yang
dapat dihukumi haidh minimal pada usia 9 tahun
(Hijriyah/Qomariyah) kurang 16 hari kurang sedikit
(usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit).
Contoh : Jika anak perempuan berumur 9 tahun
(Hijriyah/Qomariyah) kurang 20 hari
20 malam tepat, mengeluarkan darah
selama 10 hari 10 malam. Maka darah
yang keluar selama 4 hari 4 malam
lebih sedikit yang pertama disebut
4 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
darah istihadhoh (darah penyakit),
sebab saat itu sang anak belum
mencapai batas minimal umur wanita
mengeluarkan darah haidh. Sedangkan
darah yang keluar selama 6 hari 6
malam kurang sedikit yang terakhir
disebut darah haidh, karena sudah
masuk pada batas minimal wanita
mengeluarkan darah haidh.
Catatan : Yang dijadikan pedoman dalam penen-
tuan status baligh, usia minimal haidh,
dan lain-lain adalah kalender tahun
Hijriyah dan bukan kalender tahun
Masehi. Maka sudah seharusnya bagi
orang tua untuk membiasakan diri
menggunakan penanggalan / kalender
Hijriyah dalam menulis atau mencatat
kelahiran bayi bukan dengan penang-
galan Masehi saja.
5. LAMA WAKTU HAIDH
Batas minimal Haidh adalah 24 jam, baik terus-
menerus atau terputus-putus dalam masa 15 hari
15 malam. Maksudnya terus-menerus, sekira
kapas yang dimasukkan dalam kemaluan wanita
masih terdapat basah-basahnya darah, walaupun
hanya berwarna kuning atau keruh dan tidak
sampai keluar pada bagian yang wajib dibasuh
pada saat istinja’ (mencuci najis).
Adapun darah yang keluar kurang dari 24 jam
atau mencapai 24 jam akan tetapi terpisah-pisah
dalam waktu lebih dari 15 hari 15 malam, tidak
disebut darah haidh, akan tetapi darah istihadhoh.
Batas maksimal haidh adalah 15 hari 15
malam, sedangkan umumnya adalah 6 hari 6
malam atau 7 hari 7 malam. Hal ini berdasarkan
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 5
penelitian yang dilakukan oleh Imam Syafi’i RA.
pada wanita-wanita bangsa Arab.
Peringatan!
a. Darah yang keluar dan lamanya tidak
jelas (diragukan) apakah sudah mencapai 24
jam atau belum hukumnya khilaf
(dipersesilihkan oleh ulama’). Menurut Imam
Ibnu Hajar tidak disebut darah haidh,
sedangkan menurut pendapat Imam Romli
disebut darah haidh walaupun terpisah-pisah
dalam masa 15 hari 15 malam serta warnanya
lebih dari 1 macam.
b. Jika seorang wanita mengeluarkan
darah ter-putus-putus, maka yang diberi hukum
darah haidh adalah semua waktu keluarnya
darah dan waktu terputusnya darah (bukan
hanya waktu keluarnya darah saja).
Contoh : Keluar darah selama 3 hari, putus
selama 4 hari, keluar darah lagi
selama 1 hari, putus selama 5 hari,
keluar darah lagi selama 1 hari.
Maka keseluruhan darah yang keluar
selama 14 hari dihukumi darah
haidh.
c. Jika ada wanita mengeluarkan darah
haidh terputus-putus, maka aturan ibadahnya
sebagai berikut : Jika lamanya mengeluarkan
darah belum mencapai 24 jam, maka dia tidak
wajib mandi. Akan tetapi jika lamanya menge-
luarkan darah sudah mencapai 24 jam, maka
jika sewaktu-waktu darahnya putus, dia harus
mandi, sholat, dan lain sebagainya sebagaimana
halnya orang suci. Jika darahnya masih keluar
lagi, maka hukum mandi, ibadah sholat dan
puasa yang telah dikerjakan pada waktu
6 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
putusnya darah tersebut tidak sah. Oleh karena
itu, ketika masa haidh telah selesai (darah
benar-benar tidak keluar lagi) dia wajib
mengqodho’ puasa yang dikerjakan pada hari
putusnya darah tersebut dan dia tidak dihukumi
berdosa bila melakukan hubungan suami istri
pada masa terputus-putusnya darah dikarena-
kan secara zhohir status orang tersebut adalah
suci. Kemudian, bila sewaktu-waktu darahnya
putus lagi maka dia wajib mengerjakan hal-hal
seperti di atas lagi. Kemudian, jika darah masih
keluar lagi maka keseluruhan hal-hal di atas
tidak sah lagi hukumnya. Begitu seterusnya,
selama belum melebihi 15 hari 15 malam dihitung
dari pertama kali mengeluarkan darah.
d. Darah yang dikeluarkan wanita hamil,
sesaat sebelum proses melahirkan (nglarani
manak- jawa) dihukumi haidh. Sedangkan
darah yang keluar setelah terasa hendak
melahirkan insya Allah akan diterangkan pada
Bab Nifas.
e. Seorang wanita (baik yang sudah
pernah haidh atau belum) diharamkan untuk
sholat dan lain-lainnya (dihukumi haidh
sementara) hanya dengan sebab
mengeluarkan darah (tidak perlu menunggu 24
jam). Selanjutnya, jika ternyata keluarnya
darah tidak mencapai 24 jam, maka tidak
dihukumi haidh. Sehingga, dia harus
mengqodho’ sholat yang ditingalkan ketika
terputusnya darah. Namun, sebagian pendapat
ulama’ ada yang menya-takan bahwa masa-
masa terputusnya darah dihukumi suci.
Sehingga apabila pada masa-masa tersebut
dia melaksanakan sholat atau puasa, maka
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 7
hukumnya sah dan tidak wajib mengqodho’-
nya. Walloohu a’lam.
6. LAMA WAKTU SUCI DARI HAIDH
Minimalnya masa suci yang memisah antara
haidh satu dan haidh selanjutnya adalah 15 hari 15
malam. Umumnya masa suci adalah 23 hari atau
24 hari. Sedangkan maksimal masa suci tidak
terbatas.
Peringatan!
Jika seorang wanita mengeluarkan darah,
kemudian terputus yang lamanya kurang dari 15
hari. Akan tetapi, jika masa suci ditambah dengan
masa keluar darah sebelumnya telah mencapai
masa 15 hari, lalu mengeluarkan darah lagi, maka
darah yang pertama disebut darah haidh dan masa
terputusnya darah pertama dan awal darah kedua
yang menjadi penyempurna darah 15 hari dihukumi
suci. Kemudian, darah selebihnya jika memenuhi
syarat haidh disebut haidh.
Contoh : Seorang wanita mengeluarkan darah
selama 7 hari, kemudian putus selama
13 hari, kemudian keluar darah lagi
selama 5 hari, maka darah yang 7 hari
pertama disebut haidh lalu masa putus
selama 13 hari ditambah awal darah
kedua selama 2 hari (untuk penyem-
purna masa maksimal haidh 15 hari)
dihukumi suci. Kemudian darah
selebihnya (3 hari) disebut haidh lagi.
Peringatan!
Haidh atau suci yang diusahakan dengan obat
itu hukumnya sah. Maksudnya pada waktu haidh
yang diusahakan, dia diharamkan melakukan hal-
hal yang haram atas orang haidh. Dan nanti
setelah suci tidak wajib mengqodho’ sholat yang
8 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
ditinggalkan selama mengeluarkan darah tersebut.
Begitu juga pada waktu suci yang diusahakan, dia
halal melakukan hal-hal yang diperbolehkan,
layaknya orang suci seperti membaca al-Qur-an,
berhubungan suami istri, dan lain sebagainya.
Walloohu a’lam.

Bab. II
NIFAS
1. PENGERTIAN NIFAS
Yang dinamakan nifas adalah darah yang
dikeluarkan wanita setelah lahirnya seluruh tubuh
bayi. Sedangkan darah yang dikeluarkan pada
waktu saat terasa akan melahirkan dan darah yang
dikeluarkan bersamaan dengan bayi itu hukumnya
tafshil (diperinci), sebagaimana berikut :
 Jika bersambung dengan haidh
sebelumnya serta mencapai masa minimalnya
suci antara haidl dan nifas yaitu 24 jam, maka
dihukumi darah haidh.
 Dan jika tidak bersambung, maka dihukumi
darah istihadhoh.
Contoh yang bersambung dengan haidh sebelumnya :
Ada seorang wanita hamil (sebelum terasa akan
melahirkan) mengeluarkan darah selama 3 hari,
kemudian melahirkan dan darah terus keluar
sampai 20 hari setelah melahirkan.
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 9
Contoh yang tidak bersambung dengan haidh
sebelumnya : seorang wanita hamil mengeluar-kan
darah selama 5 hari, kemudian darah ber-henti
selama 1 hari, lalu ia melahirkan dan keluar darah
selama 20 hari, maka darah yang keluar selama 5
hari pertama disebut darah haidh dan darah yang
keluar saat melahirkan dan keluar bersamaan
dengan bayi disebut darah istihadhoh. Untuk darah
yang keluar setelah melahirkan selama 20 hari
disebut darah nifas, sedangkan 1 hari masa tidak
keluar darah dihukumi suci yang memisah diantara
haidh dan nifas. Wallohu a’lam.
2. LAMA WAKTU NIFAS
Minimal nifas adalah 1 tetes (sebentar),
walaupun basahnya darah tidak sampai mengalir.
Umumnya nifas adalah 40 hari. Sedangkan batas
maksimal nifas adalah 60 hari 60 malam
dihitung mulai dari lahirnya bayi.
Contoh : seorang wanita melahirkan pada
tanggal 1, mulai keluar darah tanggal
11, maka perhitungan genapnya 60
hari terhitung mulai dari tanggal 1
(tidak dari tanggal 11). Sedangkan
yang dihukumi nifas (yang diharam-
kan sholat dan lain sebagainya)
mulai tanggal 11. Dan masa antara
melahirkan dan keluar darah dihukumi
suci, sehingga dia tetap diwajibkan
sholat, halal (boleh) disetubuhi dan
lain sebagainya.

Peringatan!
a. Tenggang waktu antara kelahiran bayi
dengan keluarnya darah nifas adalah maksimal
15 hari. Dan jika keluarnya darah setelah jarak
10 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
15 hari dari kelahiran, maka disebut haidh
(bukan nifas).
b. Jika seorang ibu melahirkan 2 bayi
kembar atau lebih, maka yang dihukumi darah
nifas adalah darah yang keluar setelah lahirnya
bayi terakhir.
c. Jika seorang wanita melahirkan
kemudian mengeluarkan darah terputus-putus,
maka hukumnya diperinci sebagai berikut :
 Jika
darah yang keluar belum melebihi masa 60
hari dari kelahiran bayi dan masa
terputusnya darah tidak mencapai 15 hari,
maka keseluruhannya dihukumi darah
nifas. Tetapi setiap kali terputus, dia
diwajibkan mandi dan lain sebagainya
sebagaimana orang suci.
Contoh : Setelah melahirkan keluar
darah selama 5 hari, kemudian
putus selama 14 hari, keluar
lagi selama 10 hari, putus lagi
selama 13 hari, keluar lagi
selama 8 har. Maka keseluruh-
an darah yang keluar beserta
masa putus-putusnya (50 hari)
semuanya dihukumi nifas.
Dan pada waktu putus darah
yang pertama dan yang kedua
diwajibkan mandi dan lain
sebagainya.
 Jika
darah yang pertama masih dalam masa 60
hari 60 malam dari lahirnya bayi dan darah
yang kedua diluar masa 60 hari 60 malam
setelah keluarnya bayi, maka darah awal
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 11
disebut darah nifas dan darah kedua
disebut darah haidh (bila memenuhi
ketentuannya). Sedangkan masa-masa
terputusnya darah dihukumi suci yang
memisah diantara nifas dan haidh.
Contoh : Seorang ibu yang melahirkan
mengeluarkan darah selama
59 hari kemudian putus selama
20 hari, keluar lagi selama 5
hari, maka darah yang keluar
selama 59 hari dihukumi darah
nifas dan yang keluar selama
5 hari dihukumi darah haidh.
Sedangkan masa terputusnya
darah selama 2 hari dihukumi
suci.

 Jika
keseluruhan darah yang keluar masih
dalam masa 60 hari 60 malam dari lahirnya
bayi, akan tetapi masa berhentinya darah
telah sampai 15 hari atau lebih, maka
darah sebelum masa berhenti dihukumi
darah nifas dan darah yang keluar setelah
berhenti dihukumi darah haidh (bila
memenuhi ketentuan haidh). Dan bila tidak
memenuhi ketentuan haidh, maka dihukumi
darah istihadhoh.
Contoh : Setelah melahirkan keluar darah
selama 10 hari, kemudian
putus selama 16 hari, keluar
lagi selama 5 hari, maka darah
yang keluar selama 10 hari
dihukumi darah nifas, yang
keluar selama 5 hari dihukumi
12 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
darah haidh, dan masa selama
16 hari dihukumi suci.

Bab. III
ISTIHADHOH

Secara bahasa istihadhoh mempunyai arti


mengalir. Dan secara istilah syara’, istihadhoh adalah
darah penyakit yang keluar dari alat kelamin wanita
yang tidak sesuai dengan ketentuan darah haidh dan
darah nifas.
Sebelum membahas masalah istihadhoh, maka
yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah menge-
tahui sedetil mungkin antara kuat dan lemahnya darah.
Kuat dan lemahnya darah dapat dipengaruhi oleh
warna dan sifat darah sebagaimana penjelasan berikut :
a. Tentang keadaan darah :
1. Warnanya : hitam,
merah atau merah kekuning-kuningan (keruh)
2. Berbau busuk atau
tidak
3. Encer atau kental
b. Tentang keadaan wanita yang mengeluarkan :
Dia sudah pernah mengalami haidh secara normal
(tidak istihadhoh) atau belum. Jika sudah pernah
mengalami haidh secara normal, maka diperinci
lagi sebagaimana berikut :
 Apa
kah dia ingat berapa lama kebiasaan haidh
atau tidak?
 Apa
kah dia ingat berapa lama kebiasaan suci atau
tidak?
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 13
Dan begitu juga istihadloh yang berkaitan dengan
nifas, yakni seorang wanita yang mengeluarkan
darah setelah melahirkan lebih dari 60 hari, maka
diperinci terlebih dahulu tentang keadaan darah
yang dikeluarkanyan dan wanita yang
mengeluarkan darah seperti di atas.

Bab IV
TATA CARA SHOLAT BAGI WANITA ISTIHADLOH

Wanita yang istihadloh dan orang yang beser air


seni tetap diwajibkan sholat dan lain-lain, serta halal
bersetubuh dan lain-lain karena dia dihukumi suci
(bukan haid).
Sebelum berwudhu’, mereka harus mengikuti
aturan berikut :
1. Mencuci alat kelaminnya dari najis yang
keluar
2. Menyumbat alat kelamin dengan kapas
atau yang sejenis. Hal ini dilakukan, jika tidak
timbul rasa sakit saat disumbat. Dan jika dia
sedang berpuasa, maka hal itu harus dihindari
pada waktu siang hari karena akan menyebabkan
batalnya puasa. Dalam penyumbatan ini, tidak
dianggap cukup bila penyumbatan hanya
dimasukkan pada alat kelamin yang tidak wajib
disucikan pada waktu istinja’. Namun harus
dimasukkan ke bagian dalam alat kelamin, agar
ketika sholat tidak dihukumi membawa sesuatu
yang terkena najis. Dan jika darah yang keluar
terlalu banyak sehingga tembus keluar penyumbat,
maka diperkenankan membalut bagain luar alat
kelaminnya saja dikarenakan dharurat.
Semua ketentuan di atas–mulai mencuci alat
kelmain sampai mengerjakan sholat–harus dilakukan
dengan segera. Maka jika setelah wudhu’
14 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
kemudian berhenti (tidak segera sholat) untuk
kepentingan selain kemaslahatan sholat, seperti
makan, minum, dan lain sebagainya, maka diwajib-
kan lagi mencuci alat kelaminnya dan melakukan
hal-hal yang selanjutnya. Sedang jika dia berhenti
(tidak segera sholat) karena kemaslahatan sholat,
seperti menutupi aurat, menanti jama’ah, menjawab
adzan dan lain sebagainya, maka hukumnya diper-
bolehkan (tidak perlu mengulangi bersuci kembali).
Catatan :
 Jika darahnya keluar karena kurang
kuatnya pembalut, maka bersucinya batal dan
pembalut-nya harus dilepas dan bersuci mulai dari
awal lagi. Bagi wanita yang kesakitan memakai
penyumbat dan wanita yang berpuasa meskipun
puasa sunnat, maka dia tidak wajib memakainya.
Sebab memakai penyumbat dapat membatalkan
puasanya.
 Mereka dalam berwudhu’, tidak
boleh berniat untuk menghilangkan hadats atau
bersuci dari hadats. Hal ini karena hadatsnya tidak
pernah putus, akan tetapi harus berniat agar
diperbolehkan menjalankan ibadah fardhu atau agar
diperbolehkan sholat, seperti :
‫نويت الوضوء الستباحة الصالة فرضا هلل تعاىل‬
“Nawaitul wudhuu-a listibahtish sholaati fardhon
lillaahi ta’alaa”.
 Semua ketentuan di atas, mulai
mencuci alat kelamin sampai berwudhu’ harus
dikerjakan setelah masuk waktu sholat dan setiap
akan melakukan sholat fardhu.
 Setiap kali akan berwudhu’ harus
mengganti pembalut dengan yang baru dan yang
rapat.
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 15
Peringatan !
1. Bagi orang yang selalu dalam keadaan
berhadats (orang yang istihadhoh dan beser) jika
melak-sanakan sholat dengan cara duduk maka
hadats-nya tidak keluar, maka dia diwajibkan sholat
dengan cara duduk dan setelah sehat tidak wajib
mengulangi (I’adah).
2. Bagi orang yang selalu dalam keadaan
berhadats dan dia mempunyai dugaan kuat bahwa
di akhir waktu sholat ada selang/tenggang waktu
terputus-nya hadats yang sekira cukup untuk
bersuci dan sholat, maka diwajibkan mengakhirkan
sholatnya agar dapat mengerjakan sholat dalam
keadaan suci yang sempurna.
3. Orang beser, sah (boleh) menjadi
imam sholat, walaupun makmumnya tidak beser.
Dan seorang wanita yang istihadhoh yang yakin
bahwa darah yang keluar itu adalah darah
istihadhoh (ghoiru mutahayyiroh/ tidak
kebingungan), dia juga sah (boleh) menjadi imam
sholat walaupun makmum-nya tidak istihadhoh.
Sedangkan wanita istihadhoh yang kebingungan
(mutahayyiroh) apakah darah yang dikeluarkan itu
dihukumi darah haid atau istihadhoh
(mutahayyiroh), maka tidak boleh menjadi imam
walaupun makmumnya pun juga mutahayyiroh.
Bab V
HAL-HAL YANG DIHARAMKAN BAGI ORANG YANG HAIDH
ATAU NIFAS
Hal-hal yang diharamkan bagi orang haid atau nifas
ada 11 (sebelas) macam, yaitu :
1. Sholat
2. Thowaf
16 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
3. Menyentuh al-Qur-an
4. Membaca al-Qur-an
5. Membawa al-Qur-an
6. Berada di dalam masjid
7. Berpuasa
8. Tholaq/ cerai
9. Lewat di dalam masjid, jika dia khawatir akan
menetesnya darah.
10. Bersentuhan kulit antara pusar dan lutut
dengan suami, walaupun tidak syahwat atau tidak
ber-setubuh, dan meskipun alat kelaminnya dibalut.
11. Berwudhu’ atau mandi menghilangkan hadats.
Peringatan!
1. Jika haid atau nifas, maka ke-11 hal di atas tetap
diharamkan selama dia belum mandi, kecuali
berpuasa dan tholaq.
2. Puasa yang ditinggalkan karena haidh atau nifas,
wajib diqodho’. Sedangkan sholat yang ditinggal-
kan karena haidh atau nifas haram diqhodo’ dan
tidak sah.
3. Haidh dan nifas dapat dinyatakan putus jika benar-
benar darah sudah tidak keluar. Hal ini dapat
dibuktikan dengan cara memasukkan kapas, dan
tidak ditemukan bercak-bercak darah.

Bab VI
SHOLAT YANG DIQHODO’ AKIBAT HAID ATAU NIFAS
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 17
Hal-hal yang mencegah kewajiban sholat (yang
menurut istilah ulama’ disebut mani’ atau mawani’) ada
7 (tujuh) macam, yaitu :
1. Haid.
2. Nifas.
3. Gila.
4. Ayan / Epilepsi.
5. Mabuk yang tidak sengaja.
Ke 5 (lima) hal di atas setelah hilang dapat terjadi
lagi. Sedangkan 2 (dua) hal sisanya selanjutnya tidak
dapat terjadi lagi, yaitu :
1. Sifat kanak-kanak
2. Kufur asli (bukan murtad).
Jika salah satu dari 5 (lima) mani’ di atas terjadi
setelah masuk waktu sholat, maka :
1. Bila tenggang
waktunya hanya cukup untuk mengerjakan sholat
bagi orang yang cara bersucinya bisa dikerjakan
sebelum masuk waktu sholat (orang yang bukan
daimul hadats)
2. Bila tenggang
waktunya cukup untuk menger-jakan sholat serta
bersucinya bagi orang yang cara bersucinya harus
dikerjakan setelah masuk waktu sholat (orang yang
daimul hadats),
maka kelak setelah hilangnya mani’, mereka hanya
diwajibkan mengqodho’ sholat waktu tibanya mani’
saja. (tidak diwajibkan mengqodho’ sholat waktu
sebelum atau sesudahnya, meskipun dapat dijama’).
Peringatan!
Dalam masalah ja-al mani’ (mulai tibanya
penghalang) ini banyak orang yang salah faham,
sehingga ada yang mewajibkan mengqodho’ sholat
waktu sebelum tibanya mani’. Dan sebagian yang lain
mewajibkan mengqodoh’ sholat waktu sesudah tibanya
18 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
mani’. Kedua pendapat di atas tidaklah tepat,
berdasarkan kitab-kitab fiqh yang sebagian dikutib pada
buku “HAID DAN MASALAH-MASALAH WANITA
MUSLIM”.
Sebenarnya masalah ja-al mani’ yang dalam
masalah mengqodho’ sholatnya dapat menjalar itu
hanya khusus bagi orang yang mempunyai 2 (dua)
mani’ dengan 2 (dua) syarat pula, yaitu :
1. Mani’ yang pertama menghabiskan waktu
sholat yang pertama (dzuhur atau maghrib).
2. Mani’ yang kedua mulai tiba setelah hilangnya
mani’ pertama dengan tenggang waktu yang
sekiranya cukup/bisa untuk mengerjakan 2 (dua)
kali sholat (sholat waktu tibanya mani’ yang kedua).
Contoh :
1. Seseorang mengalami gila mulai pagi dan
pada jam 16.00 (empat sore) baru sadar, kemudian
belum sampai mengerjakan sholat ‘ashar pada jam
16.30 (setengah lima sore) dia mengalami gila lagi.
Maka besok diwajibkan mengqodho’ sholat ‘ashar
dan zhuhurnya.
2. Seseorang yang ayan/epilepsi mulai sadar
jam 20.00 (delapan malam) kemudian jam 21.00
(sembilan malam) belum sampai mengerjakan
sholat ‘isya’ dia haid, maka besok diwajibkan
mengqodho’ sholat isya’ dan maghribnya.
Bagi seseorang yang hilang mawani’ (beberapa
penghalang)nya dalam waktu zhuhur, maghrib, atau
shubuh (waktu sholat yang tidak dapat dijama’ dengan
sholat sebelumnya), dia hanya diwajibkan mengerjakan
sholat waktu hilangnya mani’ saja.
Dan setelah hilangnya mawani’, jika sisa waktu
sholat masih cukup untuk bersuci dan mengerjakan
sholat 1 (satu) roka’at, maka sholatnya wajib dikerjakan
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 19
dengan ada’. Dan jika tidak cukup, maka sholatnya
dengan qodho’.
Sedang bagi orang yang hilang mawani’nya dalam
waktu sholat ashar atau sholat isya’ (waktu sholat yang
sholatnya dapat dijama’ dengan sholat sebelumnya)
meskipun sisa waktunya hanya cukup untuk meng-
ucapkan takbirotul ikhrom (lafadz- Allahu Akbar), maka
dia diwajibkan mengerjakan sholat waktu itu.
Jika setelah hilang mawani’ waktu sholat masih
cukup untuk bersuci dan mengerjakan 1 (satu) roka’at,
maka sholatnya wajib dikerjakan dengan ada’. Dan jika
sudah tidak cukup, maka sholatnya dikerjakan dengan
qodho’. Dalam hal ini (hilangnya mawani’ dalam waktu
sholat ashar atau sholat ‘isya’) dia juga diwajibkan
mengqodho’ sholat sebelumnya.
Contoh :
1. Putus haidh jam 13.00 (satu siang), maka dia
hanya diwajibkan sholat dzuhur dengan ada’.
2. Putus haidh pada waktu sholat zhuhur tinggal
setengah menit, maka dia diwajibkan sholat zhuhur
dengan qodho’.
3. Putus haid jam 16.00 (empat sore), maka dia
diwajibkan sholat ‘ashar dengan ada’ dan
mengqodho’ sholat zhuhur.
4. Putus haidh pada waktu ‘ashar tinggal setengah
menit, maka dia wajib sholat ‘ashar dan sholat
zhuhur dengan qodho’ semuanya.
Ada’ : mengerjakan sholat pada waktunya.
Qodho’ : mengerjakan sholat yang telah di tinggalkan
(nyaur sholat – jawa).
20 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
Bab VII
KEPUTIHAN
dan CAIRAN YANG KELUAR DARI VAGINA
Keputihan adalah getah atau cairan yang keluar
dari vagina, yang ditimbulkan infeksi jamur. Dalam ilmu
kedokteran disebut jamur Candida. Kehangatan dan
kelembaban vagina, merupakan lingkungan yang ideal
untuk tumbuhnya jamur. Getah atau cairan yang
ditimbulkan keputihan berwarna putih, kental, keruh dan
kekunung-kuningan. Biasanya rasanya gatal, membuat
vagina meradang dan luka.

 Penyebab timbulnya keputihan diantaranya :


a. Menopause
Yaitu masa yang sudah tidak keluar haidl. Sebab
dengan aktif keluar haidl, ada cairan yang selalu
membasahi dinding Vagina dan mempertahankan
vagina tetap segar dan sehat.
b. Pil panghambat ataupun penyubur kehamilan.
Hal ini disebabkan, pil tersebut mempunyai efek
mengurangi ketahanan pelindung vagina dari infeksi
jamur.
c. Efek dari Kontrasepsi dalam rahim.
d. Stres.
e. Celana yang terbuat dari Nilon.
f. Celana ketat.
g. Sabun bubuk pembersih.

 Cara pengobatan keputihan diantaranya :


a. Mendatangi Dokter atau klinik khusus.
b. Ramuan-ramuan alami. 1
Seperti meredam kurang lebih 8 butir bawang
putih dalam air cuka selama dua hari sampai minyak
bawang terurai. Kemudian ambil satu sendok makan

1
Keputihan. Aji dharma dan FX Budiyanto hal. 3, 3, 41, 51, 63.
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 21
dan campur dengan kurang lebih setengah liter air.
Gunakan dua hari sekali dalam satu minggu untuk
pembersih vagina.
Atau satu butir bawang putih diiris jadi dua. Lalu
dibungkus dalam kain ayakan. Masukkan dalam vagina
dan biarkan selama kira-kira semalam.
Perlindungan diri dari keputihan diantaranya :
a. Memelihara daerah kesejukan daerah genital
(sekitar vagina).
b. Menjaga kebersihan.
c. Mencuci pakaian dengan air mendidih, tanpa
sabun.
d. Menjauhi aktifitas secara berlebihan.

Apakah getah Vagina termasuk darah haidl ?


Dalam kitab-kitab fiqh dijelaskan bahwa, haidl
adalah daerah yang keluar dari urat (otot) yang
pintunya terdapat pada penghujung uterus (pangkal
rahim/aqso al-rohmi) yang punya warna, sifat dan masa
yang khusus. Sedangkan istihadloh adalah darah yang
keluar dari urat di bawah uterus (adna al-rohmi) di luar
masa haidl.2
Dengan demikian getah vagina dan keputihan,
bukanlah darah haidl dan istihadloh. Karena keluar dari
luar anggota tersebut. Yang dalam istilah fiqih
dikatagorikan Ruthubatul Farji (cairan farji), dan
hukumnya sebagaimana berikut :3
1. Bila keluar dari balik liang farji (anggota farji
bagian dalam yang tidak terjangkau penis saat
bersenggama), maka hukumnya najis dan
menyebabkan batalnya wudlu, sebab keluar dari
dalam tubuh.

2
Referensi : I’anah al-Thilibin Juz I hal : 71 - 72
3
Referensi :I’anah al-tholibin Juz I hal : 86 dan Hasyiyah al-qulyubi
‘ala al-mahali Juz I hal : 71
22 Haidh dan Problematika Wanita Muslimah
2. Bila keluar dari liang farji (anggota farji yang
tidak wajib dibasuh ketika istinja’ dan masih
terjangkau penis saat bersenggama), maka
hukumnya suci menurut sebagian ulama’.
3. Bila keluar dari liang farji (anggota farji yang
tampak ketika jongkok), maka hukumnya suci.
Dengan demikian, karena keputihan dan cairan
yang keluar dari farji bukan darah haidl, maka tidak
mewajibkan mandi. Namun bila cairan tersebut
dihukumi najis (keluar dari dalam tubuh), maka harus
disucikan saat hendak melaksanakan wudlu dan sholat.
Dan jika terus menerus keluar, maka hukumnya seperti
istihadloh dan tata cara bersuci serta ibadahnya akan
dijelaskan dalam fasal berikut ini. 4
*****
‫وهللا أعلم بالصواب‬

4
Raferensi :
1. al-Mahali juz I hal : 101 – 102
2. Tuhfah al-Muhtaj Juz I hal : 645 - 646
Haidh dan Problematika Wanita Muslimah 23

Anda mungkin juga menyukai