Anda di halaman 1dari 73

Filsafat Pendidikan

Islam dan Barat


Program Pascasarjana STAIN Jember
Tahun 2013
oleh Dr. Muniron, M.Ag.
TA’ARUF
1. Nama: Dr. Muniron, M.Ag.
2. Tempat/tgl Lahir: Kediri, 6 Nop. 1966.
3. Almt:-Nglbn, Maron, Banyakan ; Keniten, Mojo, Kdr
4. Tempat dinas: STAIN JEMBER
5. Pendidikan:
-MI Banyakan (1979)
-M Ts N Mrican (1982)
-PGAN Kediri (1985)—Lirboyo
-S1 Tarbiyah-IAIN Malang (1991)
-S2 Pemikiran Islam-IAIN Padang (1997): Pandangan al
Ghazali terhadap Ittihad dan Hulul (Thesis)
-S3 Pemikiran Islam-UIN Jakarta (2005): Epistemologi
Ikhwan as-Shafa’ (Disertasi)
6. -Pengalaman Mengajar: UIN Malang (1991-1994), S1/S2 STAIN Jember
(1994-Sekarang), PPs IAIT Lirboyo Kediri (2005-Sekarang), PPs IAINJ
Paiton, S1 STAIS Lumajang (2005-Sekarang), PPs STAIN Kediri (2012-
sekarang)
SISTEM PERKULIAHAN
1. Penyampaian meteri oleh dosen
pengampu (pertemuan I)
2. Diskusi: presentasi makalah mahasiswa
(makalah individual)
3. Evaluasi: keaktifan (kehadiran dan
keaktivan di kelas), makalah (kualitas
makalah dan presentasi), UAS (tugas
akhir)
MATERI PERKULIAHAN
1. Pengertian Filsafat Pendidikan (islam)
2. Ruang lingkup filsafat pendidikan (Islam)
Filsafat,
Pendidikan, & Pendidikan Islam
 Filsafat  Berpikir mndlm (radikal,
mencari hakikat), sistematis
dan universal  pend. (?).
Filsafat: umum dan khusus;
filsafat pend termasuk khusus
 Pendidikan  teori, praktek, atau keduanya
(Isam)  Kerangka pend Islam meng-acu
 Pendidikan pd al-qur’an & hadits (teori dan
Islam (Filsafat) praktek)—berfikir bebas
“terkendali” (filosofis)
 Pend yg dibangun dg kerngka
 Pendidikan berfikir Barat (teori-praktek) —
Barat (filsafat) berfikir bebas (filosofis)
Posisi “islam”
1. Dlm filsafat pendidikan islam, kata islam sbg
kualifikasi metode berfikir---berfikir “bebas” (vs
berfikir agamis—berpijak pd wahyu dilengkapi
akal)—yakni berangkat dari akal-wahyu----
terbuka dikritik
2. Dalam filsafat pend Barat. Meski yg dimksud adlh
pend Barat produk berfikir bebas, namun tetap
akan dilakukan kritik dg islam sbg parameter.
Sebenarnya masalah pendidikan dapat
didekati dg berbagai pendekatan: sains,
filosofis, multidipliner dan sebagainya.
Pendekatan sains misalnya: Sosiologi
pendidkan, psikologi pendidikan,
administrasi pendidikan, teknologi
pendidikan, dsb. Sementara filsafat
pendidikan (islam) merupakan pendekatan
masalah pendidikan dg filsafat (islami).
Dilihat dari definisi yang ada tentang Filsafat Pendidikan Islam, filsafat dapat
dirujukkan pada 2 orientasi :
Pertama, filsafat sebagai metode yakni berfikir secara
spekulatif, radikal (mendalam), sistematis dan universal. Kalau demikian
maka sesungguhnya filsafat pendidikan (Islam) bisa dikatakan sebagai
falsafakasi masalah-masalah pendidikan. Atau penerapan berfikir
filosofis terhadap masalah-masalah pendidikan. Sebagai dikatakan as
Syaibani bahwa Filsafat pendidikan Islam adalah merupakan aplikasi
filslafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Yang dicari adalah
hakikat atau fundamental atau universal idea. Kedua, menunjuk pada
produk berfikir filosofis. Dikatakan oleh an-Najihi, filsafat pendidikan
(Islam) adalah gagasan atau pemikiran filosofis tentang pendidikan
(Islam).-----pemikiran filosof/aliran ttg pendidikan.
Hubungan keduanya: tidak bisa dipisahkan, karena dari aplikasi berfikir
Filosofis akan melahirkan filsafat pendidikan sebagai produk, atau sebaliknya
Filsafat pendidikan sebagai produk adalah hasil berfikir filosofis tentng pend.
RUANG LINGKUP FILSAFAT
PENDIDIKAN (ISLAM)
1. Ontologi: hakikat pendidikan--(dg sjmlh
kmpnenya): transfer pengetahuan dst,
pemeliharaan-pewarisan, pngmb potensi dll;
dan mengapa penting (berkait dg hakikat
manusia—idealisme, empirsme, potensi).
2. Epistemologi: Bgmn pend shrsnya dilkkn
(komponen). Tuj, Kurikulum, metode, hub
pendidik-psrta didik (perenialisme,
pragmatisme, eksistensialisme
3. Aksiologi: mnfaat pend. (kmponen).
 Misalnya, penerapan nilai dan pola pikir
salafi/tradisi madzhabi, memecahkan
problm unik keseharian yang dihadapi,
memahami dan mengamalkan tradisi
sesuai dg konteks kekinian dll.
PENYEBAB KEMANDEGKAN
PEMIKIRAN PENDIDIKAN
1. Miskinya pemikiran dan filsafat pendidikan
di kalangan pengambil kebijakan (hulu) dan
praktisi pendidikan (hilir);
2. Begitu kuat dominasi-intervensi/ kepent.
Politik di kalangan pengambil kebijakan
(hulu) dan praktisi (hilir) pendidikan.
3. Begitu kuat dominasi-intervensi tarikan
pasar (korupsi) di kalangan pengambil
kebijakan dan praktisi pendidikan.
Peran Filsalfat Pend
1. Sebagai ruang inspirasi;
2. Peran analisis (memeriksa bagian-bagian
pend agar dapat diketahui validitasnya)
3. Bermakna preskriptif (pemberi arah dan
landasan pendidikan)
4. Peran investigatif (mengkaji atau
memeriksa kebenaran suatu teori pend.
tertentu)
Menurut John Hendrik Rapat, peran filsafat
dlm pend dpt memainkan 3 peran :
1. Sebagai pendobrak; mendobrak penjara tradisi
pend yg menyimpang (analisis dan
investigatif)
2. Sebagai Pembebas; membebaskan dari
kebodohan, berfikir picik dan dangkal;
3. Sebagai Pembimbing; memb berfikir scr
rasional, luas dan mendalam (preskriptif)
Objek Filsafat Pendidkn Islam
1. Makro: Tuhan, manusia dan alam
2. Mikro : komponen pendidikan Islam;
dasar dan tujuan pendidikan, hakikat
pendidikan, Pendidikan dan peserta didik,
kurikulum pendidikan, metode pend,
evaluasi pendidikan.
LINGKUP Filsafat Pend Islam
1. Ontologi: hakikat pendidikan-(dengan
sejumlah komponennnya), dan mengapa
pend. itu penting bagi manusia (mesti
berkaitan dengan hakikat manusia).
2. Epistemologi: Bgmn pendidikan dilakukn
(dengan sejumlah komponennya)
3. Aksiologi: manfaat dan nilai guna pend.
(dengan sejumlah komponennya)
MATERI FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat
Pendidikan (Islam)
2. Hakikat Manusia dalam Konteks Pendidikan
Islam
3. Hakikat Pendidikan
4. Hakikat Tujuan Pendidikan
5. Hakikat Pendidik & Peserta Didik
6. Hakikat Kurikulum Pendidikan
7. Hakikat Metode Pendidikan
8. Hakikat Evaluasi Pendidikan
9. Pendidikan menurut filsafat Idealisme
Rasionalisme dalam Pandangan Islam
10. Pendidikan menurut Filsafat Empirisme
dalam Pandangan Islam
11. Pendidikan menurut Filsafat
Esensialisme dalam Pandangan Islam
12. Pendidikan menurut Filsafat
Eksistensialisme dalam Pandangan Islam
13. Pendidikan menurut filsafat
Perennialisme dalam pandangan Islam
14. Pendidikan menurut filsafat
Rekonstruksionisme dlm pandngan Islam
15. Pend. Islam menurut al-Farabi
16. Pend. Islam menurut al-Ghazali
17. Pend. Islam mnrut Ibn Miskawaih
18. Pend. Islam mnrt Ikhwan as-Shafa’
19. Pend. Multikultural, Analisis Filosofis
20. Pend. Pembebasan, Analisis filosofis
21. Pend. Karakter, Analisis Filosofis
22. Pend. Alam, analisis filosofis
23. Tipologi Pemikiran Islam dalam konteks
Filsafat Pendidikan (Islam dan Barat)
Buku referen
1. Redja Mudrahardja, Filsafat Ilmu Pendidikan
2. Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam
3. Zuhairini, Filsafat Pendidikan islam
4. Oong Komar, Filsafat Pend Nonformal
5. Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam
6. Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pend.
7. Abuddin Nata, Pemikiran Filsafat Pend Islam
8. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam
9. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
10. Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami.
11. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu
12. Teguh Wangsa Gandhi, Filslafat Pendidikan
13. Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan
14. Mahmud Assegaf, Filsafat Pendidikan Hadlari
15. Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan
16. John Dewey, Democracy dan Education
17. Rupert C Lodge, Philosophy is Education
18. James Gribbie, Introduction to Philosophy of Education
19. Muhamad Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam
18. Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq
19. al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din
20. Ikhwan as-Shafa, Rasa’il Ikhwan as-Shafa’
21. Marimba, Pengantar Filsafat Pend. Islam
22. Muhamad al-Lathif, al-Insan fi Fikr Ikhwan as-Shafa’
23. Ahmad Daudi, Kuliah Filsafat Islam
24. Muhamad Abu Hamdan, al-Falsafah wa al-Fikr al-Islami
25. Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat
26. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
27. Ghallab, Falsafah Tarbawiyah Inda ikhwan as-Shafa
28. at-Toumi, Falafah Pendidikan Islam
29. Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam
30. Muhaimin, Wacana Pengemb. Pendkan Islam
31. -------, Pemikiran dan Aktualisasi Pngemb. Pend. Islam
Teori-2 Pendidikan
Teori Groups Pandangan
Sumberdaya Liberalisme Manusia sbg makhluk
Manusia Pragmatisme bebas, kreatif &
Strukturalisme mandiri
fungsional
Revitalisasi Essensialisme Manusia dlm konteks
Budaya Perennialisme budaya (khususnya
norma & nilai-2)
Rekonstruksia Kaitan pend &
nisme masyarakat, pend adl
institusi sosial
HAKIKAT MANUSIA-HAKIKAT
PENDIDIKAN
1. Idealisme: manusia hadir ke dunia dalam keadaan jiwa atau akalnya
membawa pengetahuan bawaan ttg idea---hakikat pendidikan adalah
“membantu peserta didik mengingat kembali segala pengetahuan
bawaan tsb” (ontologi); epistemologi pendidikan: akal manusia berfikir
ttg yang empirik, menjadi pangkal bisa mengingat kembali
pengetahuannya ttg ide---menstimuli melalui metode diskusi.
Pentingnya, mengingat ide universal hanya bisa dilakukan melalui
pendidikan.
2. Realisme—empirisme: manusia hadir dalam keadaan kosong bagaikan
kertas putih belum tertuliskan apa pun”---hakikat pendidikan adalah
memberikan suatu pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada peserta
didik” (transfer of knowledge, ketrampilan dan nilai). Pentingnya,
pengisian peng, ketrampilan dan sikap hanya bisa dilakukan melalui
pendidikan,
3. Eksistensialisme; punya potensi, berakal, bebas, bertanggung jawab;
4. Islam (dualisme): setiap manusia hadir dengan membawa potensi
(mumkin)---hakikat pendidikan adalah membantu peserta didik
mengembangkan atau mengaktulaisasikan potensinya. Pentingnya,
aktualisi potensi hanya lewat pendidikan.
HAKEKAT TUJUAN
PENDIDIKAN
1. Idealisme-rasionalisme: mengetahui ide
universal (melalui akal)---karena ketika
seseorang sudah mengetahui ide universal---
berbuat kebaikan.
2. Empirisme: memiliki peng (pintar), ketrampilan
dan sikap (baik)---sesuai dg keinginan pendidik
(indera dan akal)
3. Potensi (misalnya, ketuhanan-beragama,
berilmu): potensi pesrta didik bisa teraktualisasi
semaksimal mungkin.
HAKIKAT TUJUAN PENDIDIKAN
ISLAM
1. Tujuan pendidikan sbg suatu gambaran ideal ttg manusia yang ingin dicapai
melalui pendidikan, memiliki urgensi: mengakhiri usaha, mengarahkan usaha, titik
pangkal mencapai tujuan lain, memberi nilai pada usaha.
2. Tujuan pendidikan: a. Umum (harus didasrkn pada hakikat manusia dan ciri
manusia sempurna serta fungsinya sbg khalifah menurut islam, krn Islam
melakukan pendekatan yg menyeluruh terhdap diri manusia dlm pendidikan):
manusia baik-ideal (kepribadian utama mnrt Marimba, manusia yg sempurna
akhlaknya menurut al-Abrasyi, dapat melaksanakan kehidupan-khalifah mnrt
Langgulung, mencapai kebahagiaan hidup dsb); b. Khusus: badan sehat dan kuat,
berotak cerdas dan pandai, beriman kuat (dipengaruhi pandangan hidup
perumus). Al-Abrasyi misalnya merinci: pembinaan akhlak, menyiapkan hidup di
dunia dan akhirat, penguasaan ilmu, ketrampilan bekrja dalam masyarakat.
3. Struktur tujuan pendidikan islam: tujuan umum, khusus, perbidang pembinaan,
setiap bidang studi, setiap pokok bahasan, setiap sub pokok bahasan.
4. Bagi ideallisme, tujuan pendidikan adalah membentuk karakter, dan mengembkn
bakat dan kemampuan dasar serta kebaikan sosial;
HAKIKAT PESERTA DIDIK
1. Ragam istilah: murid (guru sentris, kepatuhan murid terhadap guru),
anak didik (guru sentris, dg kasih sayang sbg kunci), peserta didik
(subjek, pentingnya partisipasi murid dlm proses pembelajaran).
Perubahan istilah tsb lebih dimaksudkan untuk peningkatan peran aktif
pelajar dalam proses pembelajaran (0 %, 25 %, 50 %). Terlepas dari hal
itu, hakikat peserta didik adalah pihak yg sedang dalam proses arahan
perkembangan-pertumbuhan.
2. Karakter murid: mendahulukan kesucian jiwa, mengurangi keterikatan
dunia, tidak sombong, menjaga perbedaan di tingkat awal,
mendahulukan ilmu terpenting, tdk menekuni banyak ilmu, tidak
menempuh ilmu sblm menempuh prasaratnya, mengetahui ciri ilmu
paling mulia; intinya, murid selalu berusaha mensucikan jiwanya, murid
harus patuh pada guru. Bila diperhatikan, sesungguhnya kecintaan guru
terhadap anak didik sbg ciri kunci dalam istilah anak didik sudah
tercakup dlm ciri-ciri murid di atas.
3. Bagi idealisme, karena masing-masing peserta didik memiliki pembawaan
spiritual sesuai dg potensinya, maka peserta didik harus diberi
kebebasan dalam mengembangkan kepribadian dan potensinya;
HAKIKAT PENDIDIK
1. Pendidik (edukator)—subjek yg melakukn -memberi peng,
ketrampilan dan sikap—mu’allim, mu’addib, murobbi; org tua (di
rumah), guru (di sekolah) dan tokoh masyarakat dll. Bahkan lebih
dari itu dikatakan bhw pendidika dalam islam adalah: Tuhan,
Muhamad, orang tua dan orang lain (guru)
2. Sifat pendidik: selain haru menguasai materi yg akan diajarkan,
pendidikan harus memiliki sifat: zuhud, berjiwa bersih dan
terbebas dari akhlak buruk, ikhlas melaksanakan tugas, bersifat
pemaaf, bisa menempatkan dirinya sbg seorang bapak sblm
menjadi guru, memahami bakat dan watak serta tabiat murid,
menguasai bidang studi yang diajarkan, dsb.
3. Bagi idealisme, pendidik harus kerjasama dg alam dalam proses
pengemb manusia, terutama bertanggung jawab dlm
menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
TUJUAN PENDIDIKAN
Dalam penetapan tujuan pendidikan,
stdknya ada tiga dasar pertimbangan:
1. Kebutuhan dan arah hidup peserta didik;

2. Kebutuhan masyarakat;

3. Idiologi pemangku kepentingan;


PESERTA DIDIK
Pertanyaan : Apakah peserta didik..
1. Lahir dg peng-bakat bwaan atau kosong;

2. Lahir dg potensi tertentu atau kosong;

3. Sama dg org dewasa berukuran kecil atau


berbeda dg org dewasa—mrpkn individu
yg berkmbng mnju dewasa;
4. Lahir keadaan suci atau membawa dosa;

5. Merupakan objek atau subjek pendidikan.


HUBUNGAN PENDIDIK-
TERDIDIK
1. Pendidik berkedudukan lebih tinggi;
2. Peserta didik berkedudukan lbh tinggi;
3. Kedudukan pendidik dan terdidk setara;
MATERI PENDIDIKAN
Mana yg hrs lebih penting:
1. Menyangkut moral atau IP dan ktrmpilan;

2. Masa lampau, kekinian atau masa depan;

3. Keilmuan, kmasyarakatan, kemanusiaan,


atau moral keagamaan;
4. Materi yg ada di Indonesia atau luar Ind;

5. Materi menyesuaikan tujuan atau sblknya


METODE PENDIDIKAN
1. Manakah yg lbh baik penanaman norma:
diktatorial, laises fire, demokratis;
2. Mana yg lbih baik menanamkn moral
melalui rasio atau perasaan;
3. Apakah indotrinasi dapat dipergunkan
untuk penenaman norma
4. Dsb.
PENDIDIKAN MENURUT
IDEALISME (1)
1. Tuj pend: pmbntukn karakter, mngmbngkn bakat-kmmpuan
dasar dan kebajikan sosial;
2. Peserta didik: bebas mngmb bakat-kepribadiannya (masing 2
punya pmbwaan spiritual sesuai potensinya)
3. Pendidik: peran utama, menciptakan lingkungan sehingga
siswa bisa belajar scr efektif dan efisien.
4. Isi Pendidikan: pngmb kemampuan berfikir melalui pend
liberal atau pend umum, penyiapn kemampuan bekerja
melalui pend praktis. Kurikulum diorganisir menurt mapel dan
berpusat pd subject matter, sehingga pembljran bersifat
fragmentaris/tdk terpadu.
5. Metode: “menemukan”--strategi penemuan (discovery)
melalui tanya-jawab (dialektika) dan berfikir deduktif. Guru
tdk menyajikan “pesan” (materi) yg sdh diolah tuntas, tapi
siswa sndiri yg mengolah pesan--menemukan sendiri
(heuristik).
3. Isi Pendidikan: pngmb kemampuan berfikir
melalui pend liberal atau pend umum, penyiapn
kemampuan bekerja melalui pend praktis.
Kurikulum diorganisir menurt mapel dan
berpusat pd subject matter, sehingga pembljran
bersifat fragmentaris/tdk terpadu.
4. Metode: “menemukan”--strategi penemuan
(discovery) melalui tanya-jawab (dialektika) dan
berfikir deduktif. Guru tdk menyajikan “pesan”
(materi) yg sdh diolah tuntas, tapi siswa sndiri
yg mengolah pesan--mnmukan sendiri
6. Pembelajrn: keg tanya-jawab (dialektika)
guru-siswa, mltih ktrmpilan berfikir siswa,
serta pmberian teladan dlm hal peng, nilai
dan moral dlm hal keyakinan dan tingkah
laku guru, agar siswa dpt “menemukan”
jwbn atas masalah yg dihadapi shngg dpt
menguasai peng yg esensial yg sdh ditrma
benar dan berlaku sepanjang zaman, serta
dpt mngmbngkn krkter dan bakatnya.
1. Psrta didik punya bakat, minat, kmmpuan berfikir--sbg subjek
“menemukan” sendiri jwbn masalah yg dihdapi
2. Pendidik: melatih ketrmpiln berfikir siswa (dg deduksi), dg
penyampaian prinsip-prinsip, bukan bahan jadi, sehingga siswa
dpt menemukan sendiri jawaban atas masalah yg dihadapi;
3. Metode: discovery (jawaban) melalui tanya-jawab/diskusi
(dialektika) dan berfikir deduksi.
4. Kurikulum: bukan bahan jadi, berisi prinsip dasar saja,
disilahkan siswa sendrri menemukan jawaban atas masalah yg
dihadapi berdasarkan prinsip yg ada. Kurikulum diorganisir dlm
mapel dan berorientasai pada subject matter, fragmentasi
dan tidk terpadu.
IDEALISME
7. Metode: bagaimana “menemukan” jwban atas maslah yg dihadapi?
- Tanya-jawab (dialektika)---tesis-antitesis dst---menemukan
- Berfikir deduksi: kasus (ditemukan solusi oleh siswa scr
deduksi stlh ybs diberi pengayaan ttg prinsip dasar
berfikir deduksi (rumus dlm MTK, misalnya); guru menympaikan
materi berupa “prinsip-prinsip umum saja”, bukan bahan jadi
Hakikat pend: pengemb potensi pikir siswa agar memiliki
ketrampilan “berfikir” untuk “menemukan” sendiri jwbn
masalah yg dihadapi; Tujuan pend: siswa mampu “menemukan” sendiri
jawaban atas masalah. Evaluasi berupa pemecahan kasus-kasus
Beda dg pragmatisme: masalah idealisme tdk mesti unik, tetapi dlm
pragmatisme mesti problem unik-nyata (kontekstual).
PENDIDIKAN MENURUT
REALISME
1. Tujuan pendidikan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2. Kedudukan siswa: dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan
yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yg
baik adalah esensial untk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untk memperoleh hasil yg baik
3. Peranan guru: menguasai pengetahuan, terampil dlm mengajar
dan dg keras menuntut prestasi dari siswa
4. Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yg
berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis
5. Metode: belajar tergantung pd pengalaman, baik langsung atau
tdk langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis.
Metode SR merupakan metode utama bagi realisme sebagai
pengikut behaviorisme
PENDIDIKAN MENURUT
MATERIALISME
1. Tema: manusia yg baik dan efisien dihasilkan dg proses pend
terkontrol secara ilmiah dan seksama
2. Tujuan pendidikan: perubahan perilaku, mempersiapkan manusia
sesuai dg kapasitasnya, untk tanggung jawab hidup sosial dan
pribadi yang kompleks
3. Kurikulum: isi pend mencakup peng yg dapat dipercaya (handal)
dan diorganisasi, selalu berhubungan dg sasaran perilaku.
4. Metode: semua pelajaran dihasilkan dg kondisionisasi SR, operant
conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan
kompetensi
5. Kedudukan siswa: tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh
kekuatan dari luar. Pelajaran sdh dirancang. Siswa dipersiapkan
untk hidup. Mereka dituntut untk belajar.
6. Peranan guru: berkuasa untk merancang dan mengontrol proses
pendidikan. Guru dapaat mengatur kualitas dan karakter hasil
belajar siswa.
Realisme
1. Pekbljrn: keg denciptkn kondisi lingkngn dg disiplin
tertentu untk dialami siswa, agar siswa menguasai
peng yg esensial dan trbntk kebiasaan-kebiasaan,
sehingga dpt menyesuaikn diri dg lingkungan alam
dan sisialnya, serta mampu melksanakan tanggung
jawab sosial;
2. Pemblajaran: teacher centered. Siswa diharpkn beljr
dari penglmn melalui inkuiri, discovery, pembiasaan
dan berfikir induktif. Pembljrn bersifat fragmentaris,
dg strategi heuristik mesti msh memungkinkan
ekspositorik.
PENDIDIKAN MENURUT
PRAGMATISME (2)
1. Tujuan pend: memperoleh pengalaman yg untuk
memecahkan masalah aktual dlm kehidupan pribadi dan
masyarakat (bisa hidup di zamannya)--Tujuan pendidikan
adalah pertumbuhan sepanjang hidup
2. Siswa: organisme unik berkmmpuannyan luar biasa (akal dan
kecerdasan) menghadapi lingkungannya dlm bentuk
memecahkan masalah aktual, sehingga tdk boleh ada
pemisahan sekolah-masyarakat dan sekolah harus mengemb
kreativitas anak didik;
3. Kurikulum: berisi pnglman teruji, minat-minat, kbtuhan anak
(dilibatkan), fleksibel (tdk universal), hrs sesuai dg kebthn
siswa dan lingkungannya. Bisa mngmbkn intelek, emosi,
motorik, dan sosial siswa.
4. Metode: aktif-problem solving, learning by doing
5. Peran guru: mengawasi dan membimbing pengalaman belajar
siswa, tanpa ganggu minat dan kebutuhannya.
6. Pmbljrn: aktivitas guru menfasilitasi dan
memb siswa beljr memchkan mslh melalui
aktivitas/kerja (learning by doing), inquiri
dan atau discovery sesuai dg bakat, minat,
kebutuhan siswa, yg dilakukan scr terpadu
dan kontekstul dg realitas yg dipandang
selalu berubah, agar siswa mampu
memechkan berbagai mslah hidup pribadi
dan sosial yg dihadapi scr demokratis.
PENDIDIKAN PERSPEKTIF
PRAGMATISME
1. Tuj. Pend; bisa hidup sesuai masalah-zamannya; Pend. memberi
pengalaman hidup memechkan masalahnya.
2. Peserta didik: problm-keb unik, dilengkapi bakat-minat serta potensi
sbg “sbjek” pememcahan problem tsb.
3. Pendidik: menfasilitasi, memb siswa mmchkn mslhnya (berubah), dpt
mengatasi mslh hidupnya—pribadi/ sosial.
4. Pembelajaran: guru menfasilitasi/memb siswa beljr memchkan mslh
melalui aktivitas/kerja (learning by doing), inquiri dan atau discovery
sesuai bakat, minat, keb siswa, yg dilakukan scr terpadu-kontekstul dg
realitas (kehidupan) yg selalu berubah, siswa mampu mmchkan mslah
hidup pribadi-sosial yg dihadapi.
5. Metode: learning by doing, inquiri dan discovery, sesuai bakat-minat
dan keb (masalah uniknya).
6. Evaluasi: problem solving, inquiri atas problem nyata.
PENDIDIKAN MENURUT
ESENSIALISME (3)
1. Konsep dasar; “regresi” dan “konservasi”
2. Hakikat pend; pelestarian dan pewarisan
nilai-nilai essensial (tetap dan berubah).
Pend. hrs menemukan hal-hal esensial
3. Tujuan pend:
4. Metode: ceramah, diskusi, internalisasi
5. Kurikulum: Universal (tetap)—bahasa,
mtematika, moral, IPA dll—dan berubah.
Tdk boleh terlalu padat, cukup diberikan yg
esensi, siswa mngmbngkn sendiri.
PENDIDIKAN MENURUT
EKSISTENSIALISME (5)
1. Tujuan pendidikan: memberi bekal pnglmn luas&komprehensif dlm
semua bentuk kehidupan (menjadi dirinya sendiri)
2. Peserta didik: makhluk rasional dg pilihan bebas-tanggung jwb atas
plhannya. Suatu komitmen trhdp pemenuhan tuj pribadi.
3. Kurikulum: diutamakan kurikulum liberal dan fleksibel. Kurikulum
liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia, dan lebih
bersifat vocational. Kebebasan memiliki aturan-aturan. Oleh karena
itu, di sekolah diajarkan pend sosial, untuk mengakar rasa hormat
terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi
yg lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
4. Peranan guru: melindungi-memelihara kebebasan akademik, dimana
guru berperan mendampingi siswa (belajar) sesuai dg bakat, minat
dan kebutuhan serta pilihan bebasnya. Jadi model pembelajarannya
berpusat pada siswa.
5. Metode: berawal dari model pembelajaran yg berpusat pada siswa di
satu pihak dan peserta didik memiliki potensi dan bebas pada pihak
lain, maka metode pembelajaran dimaksud harus didominasi oleh
aktive leanrning (berpusta pd peserta didik).
6. Pembljrn: keg guru mendampingi siswa
bljr berdsrkn bakat, minat dan keb untuk
sampai pada puncak eksistensinya.
PENDIDIKAN PERSPEKTIF
KONTRUKTIVISTIK (7)
1. Menekankan pada berfikir atau proses
mental anak tidk sekedar pd hasilnya;
2. Mengutamakan keaktivan peserta didik,
penyajian bahan jadi tdk mendaptkan
penekanan;
3. Lebih bersifat bottom up;
4. Discovery learning, siswa didorong
belajar secara mandiri;
PENDIDIKAN PERSPEKTIF
IKHWAN AS-SHAFA’
1. Peserta didik; potensi-fitrah)—Qs. an-Nahl 78—dg
posisi imkan, antara wujud dan ‘adam; murid
dinyatakan sbg ‘allamah bi al-quwwah (antara
empirisme-rasionalisme)
2. Hakikat pend: proses aktualisasi potensi;
3. Peran guru: membantu aktualisasi potensi peserta
didik;
4. Metode Pendidikan: berpusat pada peserta didik
(active learning);
5. 5
1. Konsep makrokosmos dan mikrokosmos;
2. Keterakaitan dengan pemahaman terhadap
Tuhan; berangkat dari alam sbg ayat Tuhan;
man ‘arafa nafsah faqad ‘arafa rabbah ;
3. Posisi al-Ghazali; indera, akal dan intuisi.
4. Ikhwan as-Shafa’ (eklektisisme)---filosof;
epistemologi--- penginderaan, penalaran
induksi dan deduksi (minus intuisionisme);
5. Empirisme: bloom—menurut guru.
HAKIKAT KURIKULUM
1. Perennialisme: nilai-nilai, pola pikir,
budaya perennial (abad pertengahan).
Tingkat dasar (memabaca, menulis,
berhitung), nilai-nilai ideal (agama).
2. Esensialisme: mmbca, menulis, dan
berhitung (dasar). Ktrmpilan komunikasi
adalah esensial untk mencapai prestasi
dan hidup sosial yg layak. Kurikulum
sekolah berisikan apa yg harus diajarkan.
Nilai esensial (dinamis, krn hanya yg
lulus falsifikasi)
Lanjutan
3. Pragmatisme
4. Eksistensialisme: kurikulum liberal,
landasan bagi kebebasan manusia
(memiliki aturan-aturan). karena itu, di
sekolah diajarkan pend sosial, untuk
mengakar rasa hormat terhadap
kebebasan untuk semua. Respek atas
kebebasan pihak lain adalah esensial.
PENDIDIKAN MENURUT
PROGRESIVISME
1.
HAKIKAT METODE
PENDIDIKAN
1. Pragmatisme: manusia hadir dg problem
pengalaman-unik, punya potensi untuk
memecahkan problem. Potensi hrs diasah
melalui pend. Itulah sebabnya pend. adlh
bimb pengemb potensi peserta didik agar
mempu hidup sesuai dg tantngan dan keb
lingkungan di zamannya. P. solving/
inquiri—menemukan problem dan
memecahkan---bisa hidup (tuj pend).
2. Perennialisme: (regresi dan konservasi abad
tengah—peng, internalisasi)---crmh, uswah,
pmbiasaan, drill dan demonstrasi—pend
adalah pelestarian dan pewarisan nilai
perennial (mengetahui dan sekaligus
memprektekkan).
3. Esensialisme: regresif-konservatif (peng,
falsifikasi, intrnlisasi); crmh, diskusi, uswah.
4. Eksstnslisme: potensi, bebas, t. jawab.
TIPOLOGISASI
1. Tekstualis-salafi; perennialisme-esesnsialisme.
Nilai perennial abad tengah, sdg bagi tekstualis-
salafi nilai ideal periode salaf.
2. Tradisionalis-madzhabi; perennialisme. Tradisi
dimksd adalah periode “klasik” madzhab tertentu.
(Pesantren tradisional)
3. Modernis; progresivisme.
4. Neo-modernis; esensialisme. Neomoder-nis al-
muhafadhah ala al-qadim as-shalih wa al-akhdz bi
al-jadid al-ashlah. Ensialisme nilai kreasi manusia.
KONSTRUKTIVISME
1. Pembelajaran: keg guru menfasilitasi dan
memb siswa berfikir, agar siswa mengmb
konsep dan pengertian ttg sesuatu sbg
hasil konstruksi aktif siswa melalui
pengalman yg sesuai dg situasi dunia
nyata siswa (kontekstual);
2.
EKSISTENSIALISME
1. Manusia: potensi, bebas, tnggng jawab;
2. Tuj. Pendidikan: manusia bereksistensi scr maksimal sbg
dirinya-sendiri.
3. Kurikulum: liberal, merupakan landasan bagi kebebasan
manusia (dibatasi kebebasan org lain). Kebebasan memiliki
aturan-aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pend
sosial, untuk mengakar rasa hormat terhadap kebebasan untk
semua. Respek terhadap kebebasan bagi yg lalin adalah
esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
4. Peranan guru: melindungi-memelihara kebebasan akademik.
5. Metode: tidak ada pemikiran yg mndlam ttg metode, tetapi
metode apa pun yg dipakai harus merujuk pada cara untuk
mencapai kebahagiaan dan karakter yg baik.
6.
PENDIDIKAN PERSPEKTIF
FILSAFAT PERENNIAL (4)
1. Latar: kekacauan masyarakat sbg dmpk dari
modernisme; mengesampingkan nilai ideal
(sekulerisasi);
2. Agenda perennialisme; menghadirkan kembali
nilai-nilai ideal zaman tengah (nilai filosofis-
religius, tak trikat konteks—beda dg
esensialisme);
3. Pendidikan; pelestarian/pewarisan nilai-nilai
ideal; dipahami, diinternalisasi--manusia
ideal;
4. Peserta didik, potensi peserta didik (akal)
dikemb dlm konteks pemahaman, kemudian
internalisasi nilai ideal masa silam;
5. Pendidik; sebagai “figur ideal”, representasi
nilai-nilai ideal; bukan saja memahami
tetapi juga mengaplikasi;
6. Metode: ceramah, diskusi, dan juga
pentingnya uswah;
1. Filsafat dan agama (rekonsiliasi); sama-
sama bersumber dari Tuhan; tentu dlm
pengertian, yang pertama relatif dan
agama mutlak;
PENDIDIKAN PERSPEKTIF
AL-GHAZALI
1. Al-Ghazali pakai istilah (“anak didik”---guru sbg
org tua kedua---”murid”, tradisi tasawuf, mursyid
lebih utama);
2. Guru pewaris nabi; sentral figur (Muhamad sbg
uswah---ahli hadis);
3. Materi: ilmu fardlu ‘ain dan kifayah;
4. Tujuan: berakhlakul karimah;
5. Perbandingan guru dan orang tua; perlu
penjelasan sisi tertentu; anak didik (guru sbg org
tua kedua), murid (mursyid dalam tasawuf);
1. Teks (aspek lahir-batin); distorsi;
2. Penggunaan istilah “anak didik” dan
“murid” (mursyid);
3. Pend; memanusiakan manusia (potensi);
4. Posisi guru; pewaris nabi (uswah);
5. Kritik praktek di lapangan; penekanan
pengajaran, ketimbang pendidikan;
6. Antara “teori” dan “praktek”.
KONSEP PENDIDIKAN
IBN MISKAWAIH
1. Bpk filsafat etika islam; akhlak (kondisi jiwa---kondisi
jiwa-perilaku lahir (subjek tahu-ada pilihan), berlng-
ulng--sehingga mncul tanpa pmikirn mndlm (tapi bukan
otomatis);
2. Peserta didik; potensi, akhlak bkn bwaan semata-bukan
pula dr lngkngn smta;
3. Materi; mencakup kebthn jasmani, ruhani dan
keduanya: keutamaan, jalan tengah
4. Pendidik: fasilitator dan uswah;
5. Metode ; diskusi/crmh, pmbiasan, uswh (org lain sbg
cermn)
PENDIDIKAN PEMBEBASAN
PERSPEKTIF ISLAM
1. Latar; kritik-dominasi filsafat empirisme,
model pend guru sentris siswa sbg objek;
2. Pend pembebasan (illich, Freire); peserta
didik sbg subjek, pendidik sbg fasilitator;
3. Kritik islam; pendidikan pembebasan
memposisikan dua pihak sbg lawan;
cenderung liberal-pembebasan mutlak,
hingga sampai menolak adanya sekolah;
PDIDIKAN PERSPEKTIF
IKHWA AS-SHAFA
1. Peserta didik; Qs. an-Nahl 78---potensi
(imkan)---peserta didik (‘allamah bi al-
quwwah; diperhadapkan dg “ulama’”
(pendidik) sbg ‘allamah bi al-fi’l ;
2. Hakikat pendidikan; proses aktualisasi
slrh potensi; berpusat pada peserta didik;
3. Pendidik; fasilitator;
4. Metode;
PENDIDIKAN EMPIRISME
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
1. Anak didik; teori tabularasa, kertas putih
bersih—kosong;
2. Hakikat pendidikan; transfer pngetahuan,
sikap, dan psikomotor;
3. Pendidik; subjek pendidikan, pendidikan
berpusat pada guru, semua ditentukan oleh
guru;
4. Metode; anak didik sbg objek, dominasi
adalah metode ceramah;
KONSEP PEND-EMPIRISME
PERSPEKTIF ISLAM
1. Konsep “tabularasa” kurang relevan dg fitrah
(potensi), dg posisi “imkan” (antara
wujud-‘adam---’allamah bi al-quwwah). Konvergensi
(ada dan tdk ada) ?
2. Hakikat pendidikan bukan transfer, tapi
pengembangan potensi (waqi’iyah);
3. Pendidik; secara umum berpusat pada anak didik,
meski tidak mutlak;
4. Metode; segala pengetahuan melalui indera (materi)
dan akal sbg pembantu, sedangkan dlm islam ada
realitas metainderawi (akal, kalbu);
PENDIDIKAN KARAKTER
PERSPEKTIF FILOSOFIS
1. Setiap manusia berkarakter, tetapi
karakter itu baru mewujud melalui pend-;
2. Karakter menunjuk kesesuaian antara
jiwa dengan perilaku, sehingga perilaku
bersifat orisinil; tidak split personality;
3. Karakter perlu pembiasaan, sehingga
perilaku baik dapat dilakukan secara
cepat dan tanggap;
1. akhlak: batin—lahir;
2. Subjek tahu---pilihan;
3. Perilaku dg tanpa pemikiran dan
pertimbangan mendalam---pembiasaan
PEND. MULTUKULTURAL
PERSPEKTIF FILOSOFIS
1. Multikultural:kenyataan--eksistensialisme,
pragmatisme, esensialisme, perenialisme.
2. Pendekatan, teologis sekaligus filosofis;
militansi, skligus memahami fundamental idea
titik temu berbagai kultural;-agama;--
menghindari eksklusivisme
3. Salah satu pndktn filosofis yg pernah dtrpkn
adalah filsafat perennial, oleh Schoun dan Nasr
misalnya, teologi kntmprer—konsep tauhid,
antroposentris;
4. Perdebatan konsep “isme”
5. Bhinneka Tunggal Ika; mnghormati
perbedaan, bukan berarti peleburan;
6. Harus “yakin” paling benar, dengan tetap
menghormati pihak lain;
1. Pendidikan silang; pemahaman pendidikan ?
2. Multikultural---sekuler;
3. Multikultur etnis;
4. Memahami perbedaan bukan berarti
menghilangkan perbedaan; berbeda tetapi
dlm kesamaan;
5. Kurikulum---penekanan titik temu scr
filosofis; fundamentalis agama (ekstrims)
1. Penjenisan ilmu, bukan pemisahan;
2. Persyaratan pendidik; berakhlak mulia;
3. Teks; anak didik atau murid ?
4. Pemikiran al-Ghazali---konteks sosio-
religius------konstruktivistik

Anda mungkin juga menyukai