Anda di halaman 1dari 7

PERAN MAHASISWA TERHADAP DINAMIKA BANGSA*

Oleh: Akhmad Rudi Masrukhin, S.Pd.I.

Abstrak: Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri yang senantiasa dinamis dari masa ke masa ini
bukan hanya duduk di depan meja dan dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga
mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran
tersebut adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan
pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan
perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan
dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum. Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan
terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang
sedang belajar diluar negeri. Apabila peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh
mahasiswa Indonesia, “ruh perubahan” itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh
mahasiswa Indonesia.

Keyword: peran mahasiswa, dan dinamika bangsa

PENDAHULUAN

Kajian tentang dinamika pergerakan mahasiswa merupakan suatu kajian yang tidak akan
terputus, ini sangat menarik. Mengapa demikian, pertanyaan sebagian diantara kita. Sungguh suatu
kenyataan baik dari perspektif sejarah maupun dalam konteks realita bahwa dinamika pergerakan
mahasiswa telah memberikan fenomena yang yang berlangsung terus-menerus seolah tidak
berujung. Ada saja yang ditunjukkan oleh pergerakan mahasiswa, yang tidak urung mengundang
berbagai reaksi dan gejolak baik yang positif, maupun negatif. Semuanya itu telah mengundang
berbagai kontroversi yang seolah juga tidak berujung. Mahasiswa tetap berjuang dengan berbagai
atribut yang diembannya dan birokrat atau pihak-pihak yang berkepentingan tetap bertahan dengan
berbagai keyakinannya. Hal inilah yang kadang tidak membawa penyelesaian yang produktif.
Pertanyaan mendasar yang patut kita lontarkan adalah “Mengapa mahasiswa bergerak? Apa
sebabnya mahasiswa bergerak? Kok mau-maunya hal itu dilakukan. Serangkaian pertanyaan ini
bukanlah sekedar pertanyaan klise, akan tetapi dibalik itu semua terkandung suatu makna yang
sangat mendalam. Apa dan bagaimana jawabannya saya serahkan semuanya kepada anda,
Mahasiswa, kaum intelek, kaum perubah, dan kaum yang senantiasa dinamis.
Lantas bagaimana peran mahasiswa terhadap dinamika bangsa ini? Inilah hal yang paling
substansial kita bahas dalam maklah ini. Sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu makna
dari kata kunci dinamika tersebut.
Sebenarnya secara harfiah ? kata “dinamika” berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“kekuatan” atau ”gerak yang timbul sendiri”. Maka dari itu, sebuah negara bisa dikatakan dinamis
apabila mengalami perjalanan dan proses dari awal terbentuknya hingga mencapai masa kejayaan
atau kehancuran. Perlu kita ketahui bersama bahwa di dalam negara terdapat unsur-unsur yang
mempunyai kekuatan. Dan tidak selamanya kekuatan itu membawa sebuah keharmonisan. Akan
tetapi, unsur humanistis dan kelompok tentunya mempunyai tujuan-tujuan, kepentingan, dan budaya
yang heterogen. Dengan adanya heterogenitas inilah yang bakal menjadikan sebuah bangsa yang
dinamis.
Patut dibanggakan bagi mahasiswa statusnya sebagai agen, karena berdasarkan catatan
sejarah selama kurun waktu 102 tahun mulai terbentuknya organisasi Boedi Oetomo 1908, deklarasi
sumpah pemuda 28 Oktober 1928 hingga tragedi gerakan 1998, peran pemuda dan mahasiswalah

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 1
yang mendominasi warna perubahan bangsa yang tujuan utamanya adalah integrasi bangsa diatas
ke-Bhinnekaan. Pertanyaan besar, bagaimanakah paradigma mahasiswa era sekarang? Masihkah
gerakan berdasarkan nurani berlaku?

PEMBAHASAN
Kilas Sejarah Bangsa dari masa ke masa
1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur
pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari
lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual
terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan
perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak
maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan
monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang
dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya
Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam
mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging
tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang
berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang
diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun
1925.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode
sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan
mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908,
dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan
rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui
penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari
penindasan kolonialisme.

1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische
Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa
dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di
hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya
dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische
Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua,
Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa
Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 2
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh
elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius
yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa
Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah,
munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta
pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.

1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan
kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi
Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh
basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI),
sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan
Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan
pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan
membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di
Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih
untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya
terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam
melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih.
Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan
bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok
bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa
menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa,
diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres
Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem
kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan
organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik
Indonesia dengan Partai Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI,
Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis
Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan
Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 3
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966
yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI,
HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi
Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan
pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI
menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-
lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam
perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang
menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-
gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang
kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua
Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjung dari
HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil
membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang
ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun
mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet
pemerintahan Orde Baru. di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai sekarang
menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah seorang
aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan
untuk bangsa ini,dia adealah soe hok gie.
1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut
dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini
ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa
Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi
karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari
pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila
akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai
perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan
alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis
serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa
untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun
1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 4
dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus
termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

1998
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada
1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa
Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis
mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis,
Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus
berlanjut hingga pemilu 1999. (data source: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

PERANAN DAN FUNGSI MAHASISWA DALAM ERA REFORMASI

Dari kilasan sejarah diatas, tentunya pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir
dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan
mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk
memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri. Dalam hal ini, secara
umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :

1. Sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)


2. Sebagai agen perubahan (agent of change)
3. Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)
Mahasiswa dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab sebagai kaum
akademis, tetapi diluar itu wajib memikirkan dan mengembang tujuan bangsa. Dalam hal ini
keterpaduan nilai-nilai moralitas dan intelektualitas sangat diperlukan demi berjalannya peran
mahasiswa dalam dunia kampusnya untuk dapat menciptakan sebuah kondisi kehidupan kampus
yang harmonis serta juga kehidupan diluar kampus.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan :
1. Secara santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan.
2. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa
setiap mahasiswa.
3. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah
berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan.
Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas
kerakyatan.
Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam
kehidupan politik.
1. sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai
horison yang luas diantara masyarakat.
2. sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di
universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara
angkatan muda.

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 5
3. kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas,
mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam
kegiatan kampus sehari-hari.
4. mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan,
struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di
dalam kalangan angkatan muda.

Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita
yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari ini ternyata kita
tidak berusaha mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan membangun bangsa ini suatu
saat nanti?

Jawabannya ada pada diri anda masing-masing.


Kemampuan yang harus dimiliki seorang mahasiswa
1. Soft skill (Kemampuan Kepribadian)
Soft Skill atau kemampuan kepribadian adalah salah satu faktor untuk sukses pada
pendidikan yang ditempuh dan juga penentu untuk masa depan seseorang dalam menjalani
hidupnya. Karena soft skill hampir 80 % menentukan keberhasilan seseorang.
Kemampuan soft skill yang perlu dimiliki seorang mahasiswa diataranya:
a. Manajemen waktu
b. Kepemimpinan (leadership)
c. Tingkat kepercayaan yang tinggi (self confidence)
d. Selera humor yang tinggi (sense of humor)
e. Memiliki keyakinan dalam agama (spiritual capital)
2. Hard Skill (Kemampuan Intelektual)

Kemampuan intelektual hanya mendukung 20 % dari pencapaian prestasi dan keberhasilan


seseorang. Jika kemampuan soft skill ini kita punyai, maka kita akan menjadi orang yang baik di masa
depan, sebab saat ini yang terjadi banyak orang yang penting tapi sedikit yang baik
“Yakini pilihan anda, bahwa dalam dunia anda menekuni pendidikan tinggi anda bisa sukses
seperti yang anda cita-citakan.”

KESIMPULAN
Dari perjalanan gerakan mahasiswa dari masa ke masa ada persamaan ciri dari gerakan
mahasiswa angkatan 98 dengan gerakan mahasiswa angkatan lainnya, yaitu :
a. Sebagai Motor penggerak Pembaharuan
b. Kepedulian dan Keberpihakan terhadap rakyat
Sedangkan perbedaan yang mencolok adalah, penyikapan isu yang tidak sentral lagi, karena
REFORMASI TOTAL belum tuntas dan aktivis angkatan 98 sudah melepas statusnya sebagai
mahasiswa, serta mereka sudah tidak seidealis lagi ketika waktu masih menjadi mahasiswa di dalam
menyikapi persolan bangsa, mereka sekarang sudah terjun kedalam dunia politik praktis dan tersebar
di banyak partai pemilu 2004. Dulu mereka menggugat ORBA, tapi sekarang duduk dan bergabung
dalam lingkaran ORBA. Inilah suatu realita perpolitikan di Indonesia. Mungkin juga anda yang

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 6
sekarang sebagai aktivis akan seperti mereka, menjadi seorang Opurtunis ? hanya anda sendiri yang
akan menentukan langkah selanjutnya.
Karakter yang menarik dari semua aktivis gerakan mahasiswa adalah mereka yang memenuhi
persyaratan :
a. Mempunyai prestasi akademik yang baik (IPK diatas rata-rata).
b. Basic organisasi yang kuat, karena mengalami pengkaderan yang berjenjang dari tingkatannya,
bukan aktivis instant yang hanya mengejar popularitas sesaat.
c. Santun dalam bertingkah cerdas dalam berfikir (ahlakul kharimah), dan menjadi panutan
mahasiswa lainnya.
d. Mampu me-manage (mengatur) waktu, bukan waktu yang mengaturnya.
e. Mampu menuangkan pokok pikiran dan ide-ide nya kedalam tulisan. Gerakan penyadaran tidak
hanya dalam bentuk aksi jalanan melainkan dalam bentuk tulisan juga.

Jika anda sebagai mahasiswa mempunyai semua kriteria seperti diatas, maka anda layak
menyandang predikat sebagai aktivis mahasiswa sejati. Jika belum, maka baiknya Penulis sarankan
anda banyak belajar, belajar dan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

On Line: one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/definisi-pemuda (diakses, 3 Nop 2010)

On line :kipong.webnode.com/news/peranan-mahasiswa-dalam-kehhidupan-berbangsa-dan-bernegara/
stmik-amik-dumai.ac.id/index.php/artikel/41-artikel/111-peranan-dan-fungsi-mahasiswa-dalam-
era-reformasi (dakses, 3 Nop 2010)

Portal Berita Perpustakaan UPI, Mahasiswa, Idealisme Dan Salah Kaprah; Accessed: Wednesday, Nop 10 @
13:27:20 by Rudy

Rakhmat, Jalaludin, 1991, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sudarma, 2005, Gerakan mahasiswa dari masa ke masa (sebuah refleksi terhadap gerakan mahasiswa era
Reformasi & mengenang 7 Tahun Gerakan Mahasiswa 98)

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas: Accessed on Wednesday, October 10 @ 13:27:20 by Rudy

*Makalah yang disampaikan pada MAPABA STAIFAS, Sabtu, 06 Nopember 2010 Page 7

Anda mungkin juga menyukai