Dan bila tidak ada jasad bayi sama sekali, barangkali karena
sudah hancur dan keluar bersama darah, tidak dianggap nifas.
DARAH SEBELUM MELAHIRKAN
Bila seorang wanita mendapat darah tiga hari sebelum kelahiran,
sebagaimana yang telah disepakati oleh para ulama bahwa darah nifas
itu adalah darah yang keluar pada saat melahirkan. maka darah yang
keluar sebelumnya bukanlah darah nifas, tetapi darah fasad.
Bila seorang wanita telah selesai nifas dan mandi tiba-tiba darah keluar
lagi setelah empat puluh hari. Ada ulama yang berpendapat bahwa
tidak ada batas maksimal untuk nifas, sehingga bila keluar lagi setelah
berhenti sebelumnya maka itu termasuk nifas juga bukan darah
istihadhah karena itu dia tetap tidak boleh shalat dan berpuasa. namun
para fuqaha yang lain mengatakan bahwa: masa nifas itu hanyalah
empat puluh hari atau enam puluh hari (As-Syafi'i). Sehingga bila keluar
lagi darah setelah itu tidak bisa disebut darah nifas. Tapi itu adalah
darah istihadhah.
Hal-hal yang dilarang dikerjakan oleh wanita yang sedang nifas sama
dengan hal-hal yang diharamkan oleh wanita yang sedang haidh,
antara lain shalat, mandi, puasa, tawaf, menyentuh mushaf serta
membawanya, melafazkan ayat-ayat Al-Quran, masuk ke masjid dan
bersetubuh.
MENYUSUI DALAM ISLAM
HUKUM MENYUSUI
QS: 2: 233
Imam Malik ra: Wajib bagi seorang ibu menyusui anaknya jika
a) dia masih berstatus sebagai isteri; atau
b) si anak tidak mau menyusu kepada selain ibunya; atau c) tidak ada
ayahnya. Adapun bagi wanita yang telah dicerai ba`in maka tidak ada
kewajiban menyusui, kalau pun terpaksa dia menyusui, maka dia berhak
mendapatkan upah atas apa yang telah dia kerjakan.
Mayoritas Ulama: Sunnah bagi seorang ibu menyusui anaknya, kecuali
dalam kondisi tertentu seperti jika anak tersebut tidak mau menyusu
kepada selain ibunya atau suaminya tidak mampu untuk membayar biaya
penyusuan anaknya, atau dia mampu namun tidak ada orang yang mau
menyusui anaknya. Dalam kondisi pengecualian tersebut maka hukum
menyusui anak adalah wajib.
Terlepas dari perbedaan ulama, seorang anak adalah amanah dari Allah
yang harus mendapatkan perawatan terbaik dan menyusui merupakan
salah satu cara perawatan yang terbaik. Satu hal yang perlu dicatat
adalah bahwa Islam amat menekankan pemberian air susu ibu (ASI)
kepada bayi, meskipun tidak harus melalui ibunya sendiri.
IBU TIDAK MAU MENYUSUI?
Rasulullah SAW bersabda, “Tiba-tiba aku
melihat para wanita yang payudara-
payudara mereka dicabik-cabik ular yang
ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa
mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka
adalah para wanita yang tidak mau
menyusui anak-anaknya (tanpa alasan
syar’i)’. ” (HR Al-Hakim)
ASI BISA MEMPENGARUHI
MAHRAM
QS AN- NISA: 23
Para ulama sepakat bahwa anak kecil yang berumur dua tahun ke bawah, jika
menyusu kepada seorang perempuan, maka susuan tersebut menjadikannya
sebagai anak susuan dari perempuan tersebut. Karena air susu pada umur tersebut
akan menjadikan daging dan tulang pada anak itu.
Firman Allah SWT dalam QS: al Baqarah : 223 menunjukkan bahwa batasan
maksimal menyusui adalah dua tahun, sehingga susuan yang terjadi setelah dua
tahun tidak bisa menyebabkan terjadinya mahram.
menyusui tersebut tidak harus dengan cara manual sebagaimana lazimnya seorang
bayi menyusu dengan menghisap puting payudara ibunya, tetapi maksudnya adalah
umur ketika anak sedang menyusui. seorang bayi minum susu seorang perempuan
dari botol, maka bayi tersebut telah menjadi anak susuannya secara sah.
PENTING …
ibu yang menyusui (murdhi'ah) tidak ada hubungan mahram
dengan keluarga bayi yang disusui. Hanya si bayi (radhi') yang
ada hubungan mahram dengan seluruh keluarga dekat ibu
susuan (murdhi'ah).