Anda di halaman 1dari 6

Judul Buku : Permasalahan Wanita (Darah Haidh)

Penulis : Ahmad Syadzirin Amin

Penerbit : Yayasan Wakaf Rifa’iyah Pondok Pesantren Rifa’iyah Terpadu “Syaikh


Ahmad Rifa’i” Aramaram Bulak Rowosari Kendal Jawa Tengah

Tahun Terbit : 1428 H /2007

BAB 1
PENDAHULUAN
Haid menurut bahasa artinya ialah mengalir. Adapun menurut istilah Syara’, haid
ialah darah yang kebiasaan keluar dari farji (kemaluan) seorang wanita yang telah
berusia sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaan sehat dan warnanya
merah semu hitam menghanguskan (Fathul Qarib:10).

Usia paling muda waktu keluar darah haid bagi seorang anak wanita, ialah
berumur 9 tahun Qamariyah Taqriban (kira-kira). Adapun pengertian taqriban ialah,
apabila seorang anak wanita yang cukup umur 9 tahun kurang 16 hari dan malamnya
ke atas (waktu yang cukup digunakan paling sedikitnya haid dan paling sedikitnya suci),
mengeluarkan darah maka tidak dihukumi haid, tetapi dihukumi darah istihadlah atau
darah rusak (Fathul Qarib pada Hamisy Al Bajuri:1/112 dan Abyanal Hawaij: 11/268)

Perubahan zaman sangat mempengaruhi perubahan masa haidh. Era 1990-an


haidh biasa terjadi pada usia 13 tahun ke atas. Namun era 2010-an masa haidh dialami
oleh anak-anak usia SD kelas 4 (empat) usia kisaran 9 – 10 tahun. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor salah satunya perubahan pola makan. Sekarang banyak makanan
cepat saji yang sangat mempengaruhi perubahan secara emosional dan hormon
seorang wanita. Selain itu, yang kami temui banyak anak yang belum matang secara
keilmuan bagaimana tatacara bersuci sesuai dengan syari’at Islam. Jika anak tidak
mengetahui hal ini akan sangat fatal karena berkaitan penting dengan sah tidaknya
ibadah seseorang kepada Allah SWT terutama ibadah shalat. Oleh karena itu, penulis
ingin memberikan beberapa penjelasan mengenai darah haidh dan tatacara bersuci.
BAB 2

PENJELASAN

A. Pengertian Haidh
Haid menurut bahasa artinya ialah mengalir. Adapun menurut istilah Syara’, yang
dinamakan haid ialah darah yang kebiasaan keluar dari farji (kemaluan) seorang
wanita yang telah berusia sembilan tahun, bukan karena melahirkan, dalam keadaan
sehat dan warnanya merah semu hitam menghanguskan (Fathul Qarib:10).
B. Dasar Hukum Haidh
Adapun dasar hukum Haid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam
Alqur’an Surah Al-Baqarah ayat 222, yang artinya :
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran.”
Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di perintahkan Allah kepada mu>
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat, dan menyukai orang-orang
yang mensucikan.”
C. Lama Waktu Haidh dan Sucinya
Seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah sekurang-kurangnya masa
sehari semalam atau 24 jam, baik selama 24 jam itu darah keluar terus menerus,
atau terputus-putus selama 15 hari dan malam. Yakni suatu tempo keluar darah di
tempo lain putus darah, yang seandainya mengeluarkan darahnya itu terjumlah
cukup 24 jam, hal ini dihukumi darah haid, asalkan semuanya itu masih didalam 15
hari dan malam.
Sehingga, apabila darah yang keluar jumlahnya tidak cukup 24 jam, tidaklah
dihukumi darah haid, melainkan dihukumi darah istiha-dlat (Minhaju al-Qawim: 29
dan Abyanal Hawaij: 11/268).
Adapun sebanyak-banyaknya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah
15 hari dan 15 malam. Pada kebiasaanya, mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7
hari dan malam. Semuanya ini berdasarkan hasil penelitian Imam Syafi’i Ra kepada
wanita Arab di Timut Tengah.
Adapun paling lamanya seorang wanita mengeluarkan darah haid adalah 15 hari
dan malam (Al Minhaju al-Qawim: 29). Dan sekurang-kurangnya suci yang
memisahkan antara satu haid dengan haid yang lain ialah 15 hari dan 15 malam.
Adapun sebanyak-banyaknya suci tidak ada batasnya, bahkan kadang sudah
tidak keluar darah haid lagi, karena usia atau keadaan. Dan pada kebiasaannya suci
tersebut melihat kepada kebiasaannya haid. Apabila haidnya enam hari, maka
sucinya adalah 24 hari, dan apabila haidnya itu tujuh hari, maka sucinya adalah 23
hari (Qutu alHabib: 44).

D. Tanda-tanda Baligh Bagi Wanita


Tanda-tanda balig bagi seorang anak wanita terdapat lima macam. Apabila salah
satu dari lima perkara terdapat padanya, maka dihukumi sudah balig, antara lain:
1. Sudah sampai umur 15 tahun Qamariyah (penanggalan bulan).
2. Keluar air mani dari kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah.
3. Keluar darah Haid setelah umur 9 tahun Qamariyah Taqriban, yaitu kira-kira atau
kurang sedikit dari 15 hari, walaupun hanya sebentar (Kasyifatu al Syaja: 16).
4. Keluar bulu kemaluan setelah umur 9 tahun Qamariyah (Tabyinal Ishlah: 157).
5. Dan kedua buah dadanya sudah menonjol ke depan secara jelas (Bidayatul
Ummat:)

E. Macam-macam Warna Darah Haidh

Ulama Malikiyyah membagi warna darah haid menjadi tiga warna yaitu, merah, kuning,
keruh (warna antara hitam dan putih).

Kebanyakan menurut pendapat yang masyhur dari kalangan Malikiyyah, hakikat warna
darah haid secara khusus adalah merah, tetapi apabila darah yang keluar tersebut
berwarna kuning atau keruh tetap dianggap darah haid.

Sebagian ulama lain menganggapnya bukan darah haid secara mutlak, apabila darah
tersebut keluar pada masa haid. Sementara, menurut ulama Hanbaliyyah, darah haid
menurut kebiasaan berwarna hitam, merah ataupun keruh.

Wahbah al-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islamiyah menjelaskan, bahwa sifat darah dapat
diklasifikasikan menjadi 4 menurut tingkatan yang paling kuat ke tingkatan lebih lemah,
yaitu: darah yang sifatnya sangat kental dan pekat (assakhinu al-muntinu), al-
muntinu, assakhinu, dan darah yang sifatnya sangat encer (gairu assakhinu wa gairu al-
muntinu).

Pembedaan warna darah tersebut ditujukan untuk membedakan warna darah haid
dengan warna darah istihadah, karena keduanya mempunyai hukum yang berbeda.
F. Tatacara Bersuci dari haidh

Tatacara bersuci dari haidh adalah sebagai berikut:

Pertama, niat. Yakni kesengajaan yang diungkapkan dalam hati. Bila ia mampu
melafalkan juga secara lisan, hal ini lebih utama. Contoh lafal niat tersebut adalah:

‫ا ِللِه‬ ‫ِم‬ ‫ِث‬ ‫ِل‬


‫َنَو ْيُت اْلُغْس َل َر ْفِع ْاَحلَد ْاَألْك ِرَب َن ْاَحلْيِض َعْن ِمَج ْيِع اْلَبَد ِن َفْر ًض‬

‫َتَعاىَل‬
"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidh seluruh badan, fardhu
karena Allah ta'ala."

Dalam madzhab Syafi'i, pertama niat harus dilakukan bersamaan dengan saat
air disiramkan ke tubuh. Kedua, mengguyur seluruh bagian luar badan, tanpa
terkecuali rambut dan bulu-bulunya. Untuk bagian tubuh yang berambut atau
berbulu, air harus bisa mengalir sampai ke kulit dalam dan pangkal rambut/bulu.
Tubuh diasumsikan sudah tidak mengandung najis.

Selain hal-hal yang wajib itu, ada juga sejumlah kesunnahan dalam mandi
janabah. Imam al-Ghazali dalam Bidâyatul Hidâyah secara teknis menjelaskan adab
mandi janabah dengan cukup rinci mulai dari awal masuk kamar mandi hingga keluar
lagi. Pertama, saat masuk ke kamar mandi ambilah air lalu basuhlah tangan terlebih
dahulu hingga tiga kali. Kedua, bersihkan segala kotoran atau najis yang masih
menempel di badan. Ketiga, berwudhu sebagaimana saat wudhu hendak shalat
termasuk doa-doanya. Lalu pungkasi dengan menyiram kedua kaki. Keempat,
mulailah mandi janabah dengan mengguyur kepala sampai tiga kali-bersamaan
dengan itu berniatlah menghilangkan hadats dari janabah. Berikutnya, guyur bagian
badan sebelah kanan hingga tiga kali, kemudian bagian badan sebelah kiri juga
hingga tiga kali. Jangan lupa menggosok-gosok tubuh, depan maupun belakang,
sebanyak tiga kali; juga menyela-nyela rambut dan jenggot (bila punya). Pastikan air
mengalir ke lipatan-lipatan kulit dan pangkal rambut. Sebaiknya hindarkan tangan
dari menyentuh kemaluan--kalaupun tersentuh, berwudhulah lagi. Di antara seluruh
praktik tersebut yang wajib hanyalah niat, membersihkan najis (bila ada), dan
menyiramkan air ke seluruh badan. Selebihnya adalah sunnah muakkadah dengan
keutamaan-keutamaan yang tak boleh diremehkan. Orang yang mengabaikan
kesunnahan ini, kata Imam al-Ghazali, merugi karena sejatinya amalan-amalan
sunnah tersebut menambal kekurangan pada amalan fardhu.

BAB 3

KESIMPULAN

Darah Haidh merupakan darah yang keluar dari alat kelamin perempuan (farji),
paling sedikit lamanya satu hari satu malam (24 jam) dan paling lama adalah 15 hari
dan malam. Dasar hukum haidh adalah surah Al-Baqarah ayat 222 bahwa
seseorang yang sedang haidh dia dalam keadaan kotor dan hendaklah
menghindarkan diri dari wanita haidh sebelum benar-benar suci.

Macam-macam darah haidh pada umumnya berwarna merah pekat, hitam dan
kuning/ keruh. Tatacara bersuci Ketika haidh dijelaskan oleh beberapa pendapat
ulama Salah satunya Ulama Imam Syafi’i, beliau menjelaskan bahwa tatacara
bersuci dari haidh yaitu pertama niat harus dilakukan bersamaan dengan saat air
disiramkan ke tubuh. Kedua, mengguyur seluruh bagian luar badan, tanpa terkecuali
rambut dan bulu-bulunya. Untuk bagian tubuh yang berambut atau berbulu, air harus
bisa mengalir sampai ke kulit dalam dan pangkal rambut/bulu. Tubuh diasumsikan
sudah tidak mengandung najis. Kemudian boleh menggunakan sabun sampo dan
menggosok seluruh badan sampai bersih.
RESUME BUKU

PERMASALAHAN WANITA (DARAH HAIDH)

Disusun oleh :
An Nissa Ul Wakhidah

SD PERMATA INSANI ISLAMIC SCHOOL

PERUM VILLA PERMATA BLOK G 1 KEL.


SINDANG SARI, KEC. PASARKEMIS,
TANGERANG-BANTEN

Anda mungkin juga menyukai