Anda di halaman 1dari 12

BAB HAIDL

Hukum Belajar Tentang Haidl, Nifas, dan Istihadhoh

Kaum Wanita wajib belajar tentang Hukum-hukum haidl, nifas, dan istihadhoh yang di butuhkan. Jika
sudah punya suami, dan suaminya mengerti hokum-hukum yang di butuhkan tersebut, maka suaminya
wajib mengajar. Adapun jika suaminya juga tidak mengerti, maka perempuan tersebut wajib pergi untuk
belajar kepada orang yang mengerti, dan suaminya harom mencegahnya, kecuali suaminya yang belajar
kemudian di ajarkan kepada istrinya. (syarwani, juz 1 hal. 414).
Perhatian !!!
Hal ini harus di perhatikan sungguh-sungguh. Sebab masih banyak sekali wanita yang sudah haidl,
nifas, atau istihadhoh, tetapi belum megerti tentang hokum-hukum yang penting ini. bahkan, banyak
yang sudah berumah tangga, baik laki-laki atau perempuan sama sekali belum mengerti tentang hal ini,
padahal bab ini sangat kuat hubunganya dengan sholat, puasa, mandi, hubungan suami istri,
dll.sedangkan orang-orang tersebut pada umumnya tidak memperhatikan, tidak mau belajar, atau belum
di beri pelajaran oleh gurunya. Kemudian siapa yang berdosa ???....

*Qoidah :
Minimal haidl adalah 24 jam. Umum nya adalah 6 sampai 7 hari, dan maximalnya adalah 15
hari.

*Rumus :
1. Darah mengalir ketika umur 9 tahun hijriah
2. Darah tidak kurang 24 jam selama 15 hari
3. Darah tidak lebih 15 hari
4. Darah harus di lalui masa suci minimal 15 hari
5. Darah tidak di dahului oleh kelahiran

1. Darah mengalir ketika umur 9 tahun hijriah


Yang di kehendaki umur di sini adalah menggunakan tahun hijriah, bukan dengan tahun
masehi, sebab 1 tahun masehi adalah 366 hari 6 jam. Sedangkan 1 tahun hijriah adalah 354
hari 8 jam 48 menit. Agar lebih mudah lihat perbandingan ini. 9 tahun H = 8 tahun M 8
bulan 23 hari 19 jam 12 menit. Namun ada satu pendapat mengaakan maksud 9 tahun M
adalah tidak harus sempurna 9 tahun namun boleh kurang, asal kurang nya tidak sampai 16
hari.
2. Darah tidak kurang dari 24 jam selama 15 hari
Baik terputus-putus ataupun bersambung, ini berpotensi darah haidl. Lihat contoh !
1) Darah bersambung
Tgl 1-7 8 -15
Darah 6 hari Putus
Ket Haidl Suci

2) Darah terputus
Tgl 1 2-8 9 10 - 15
darah 18 jam Putus 7 jam putus
Ket Haidl haidl Haidl suci

Pada contoh ke 2 pada masa terputus (tgl 2-8), tetap di hukumi haidl. Konsekuensi
sholat, mandi, dll akan di jelaskan di belakang insya allah.
Seandainya kurang 24 jam selama 15 hari maka di hukumi darah istihadhoh.
Contoh :
Tgl 1 2-5 7 8-10 11 12-15
Darah 9 jam Putus 5 jam Putus 3 jam putus
Ket Istihadhoh suci

Pada contoh tersebut darah di hukumi istihadhoh karena total darah tidak mencapai
24 jam selama 15 hari.

3. Darah tidak kurang 15 hari


Dalam hal ini keterangan contoh sama seperti keterangan sebelumnya, dengan catatan
tidak kurang dari 24 jam.
Seandainya darah yang keluar lebih dari 15 hari, maka darah tidak bisa di hukumi qoidah.
Contoh :
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Darah
Ket Haidl Istihadhoh

Ini pendapat yang salah, namun yang benar adalah, darah haid nya 24 jam, dan
selebihnya adalah haidl. Untuk penjelasan lebih terperinci akan di bahas di bab istihadhoh
di belakang insya allah.

4. Darah harus melalui masa suci minimal 15 hari


Dalam masalah ini harus mengetahui qoidah baru. Yaitu qoidah masa suci diantara dua
haid.
Minimal masa suci diantara dua haid adalah 15 hari, umumnya 23/24 hari, dan maximalnya
adalah tidak ada batasnya. Untuk perhitungan, lihat kolom d bawah ini.

Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Darah Haidl Putus putus
Ket Masa haidl Minimal masa suci selama 15 hari.

Kemungkinan – kemungkinan yang terjadi:


Seandainya keluar darah pada masa tidak boleh haidl, dan berlangsung sampai boleh
haidl, maka darah yang keluar pada masa tidak boleh haidl adalah istihadhoh dan
selebihnya haidl jika sesuai rumus. Lihat contoh di bawah ini.
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Darah Masa Haidl Putus Masa tidak boleh haidl Daur baru
Ket Haidl Suci Istihadhoh Haidl
Pada contoh tersebut, tanggal 16-22 adalah masa suci di antaara dua haid, dan masa
tidak boleh haid. Otomatis darah tersebut di hukumi istihadoh. Tanggal 22 adalah adalah
batas akhir dari masa suci di antara dua haidl, jadi tanggal 23 sudah memasuki fase haidl
yang baru, sehingga menjadi suatu hukum berbeda meskipun darah bersambung.

Kemungkinan selanjutnya adalah apabila darah keluar lagi sebelum darah melampaui
15 hari, terhitung dari permulaan darah yang baru saja terhenti, maka darah awal dan akhir
di hukumi satu darah. Artinya kalau keseluruhanya tidak lebih 15 hari, maka seluruh darah
dan masa terhentinya darah yang jadi pemisah termasuk haid. Untuk lebih jelasnya
perhatikan table berikut !!
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Darah Masa Haidl Putus haidl Masa tidak boleh haidl
Ket Haidl Suci
Dalam contoh di atas darah kembali keluar (tanggal 13-15) namun tidak lebih 15 hari,
oleh karena itu dari tanggal 1-15 di hukumi satu darah dan semuanya di hukumi haidl. Dan
hitungan masa suci di antara 2 haidl dalam contoh tersebut, di mulai tanggal 16.

Kemungkinan yang ketiga adalah bila darah keluar lebih dari 15 hari maka termasuk
masalah istihadhoh.
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Darah Masa Haidl Putus
Ket Sebagian haidl sebagian putus
Dalam contoh tersebut, untuk memastikan darah haidl dan istihadhoh secara terperinci
akan di jelaskan akan datang insya allah.
5. Darah tidak di dahului oleh kelahiran
Darah yang keluar apabila di dahului oleh kelahiran di sebut darah nifas.

Perhitungan Haid
Ada dua cara dalam memastikan haidl.
1. Cukup dikira-kirakan (tanpa was-was)
2. Ketika menduga darah putus
Ket.
Saat wanita mengeluarkan darah, wanita tersebut harus rutin mengechek darahnya, namun
pemeriksaan putusnya darah tidak di lakukan di setiap jam, tetapi dilakukan saat masuknya
waktu sholat.
Missal : Keluar darah pukul 13.00, maka saat masuk waktuasar (15.00) di periksa kembali,
dan ternyata masih keluar. Kemudian waktu magrib di chek lagi dan ternyata putus, maka
total darah haid ya’ni dari pukul 13.00 – 15.00, berarti dapat di pastikan total darah adalah 2
jam.
Atau ia menduga atau merasa putus nya darah, maka seketika itu iya harus mengechek nya.
Missal : Pukul 13.00 keluar darah, kemudian pukul 14.00 menduga atau merasa darah telah
putus. Maka iya tidak perlu menunggu waktu ashar (15.00). akan tetapi, langsung di periksa.
Jika ternyata darah nya putus, maka dapat di pastikan total darah adalah 1 jam. Ya’ni dari
pukul 13.00 – 14.00.

Jam, hari, dan tanggal wanita


Penting !!! Bagi wanita diharuskan memiliki hari dan tanggal pribadi, untuk
memudahkan perhitungan haidl.
Ketika awal permulaan keluar darah, wajib di catat sebagai tanda atau harus di ingat-
ingat. Misal : seorang wanita mengeluarkan darah pukul 06.00 pagi, tanggal 20 romadhon.
Maka bagi wanita tersebut tanggal 20 romadhon adalah tanggal 1 bagi nya, supaya
mempermudah perhitungan tanggal haid. Dan hitungan awal permulaan awal 24 jam, di
mulai saat pertama kali keluar darah, yaitu pukul 06.00 pada contoh tersebut.
Jadi, kalau keluar darah pukul 6.00 pagi, kemudian darah putus pada pukul 06.00 pagi
esoknya, ini baru di namakan 24 jam. Bukan di hitung per hari siang atau malam, tapi
batasanya adalah awal pertama kali keluar darah.
Cara pengecekan/pemeriksaan putusnya darah.
Yang di maksud dengan selesai (putus) nya darah adalah seandainya di masukkan kapas
ke dalam kemaluan sampai pada tempat yang tidak wajib di basuh di kala istinja’, yaitu
bagian kemaluan yang tidak Nampak tatkala wanita duduk berjongkok, maka kapas yang di
masukkan tadi keluar dengan putuh bersih, tidak ada berkas darah sama skali.
Perhatian !!!
Jadi , seandainya darah sudah tidak keluar sama skali, tapi jika di oleskan kapas kedalam
tempat tersebut diatas, ternyata masih ada bekas darah meskipun hanya sedikit, maka tidak
dapat di katakana selesai (putus) haid/nifas.
Pesrsoalanya, jika wanita dalam keadaan demikian melakukan mandi wajib, maka
hukumnya tidak sah. Otomatis solat-solat yang di kerjakan setelah itu, sampai mandi yang
sah menjadi tidak sah pula, oleh karena itu supaya berhati-hati dan teliti, jangan sampai ada
sholat yang tertinggal di sebabkan kecerobohan.

kewajiban wanita tatkala keluar atau berhentinya darah


kalau seorang wanita mengeluarkan darah dalam masa tidak boleh haidl, maka tetap
wajib menjalankan solat dengan cara sholatnya istihadhoh yang akan di terangkan di belakang,
dan setelah terhentinya darah tidak wajib mandi, hanya di wajibkan mensucikan kemaluan saja
dan wudhu.

Tgl 1-7 8 - 15 16 -22


Darah Haidl Putus istihadhoh

Pada gambar dia atas, ketika darah yang akhir keluar (tgl 16-22), tetap wajib sholat dan setelah
selesai, tidak di wajibkan mandi, karena keluar pada masa tidak boleh haidl.

Namun, kalau mengeluarkan darah pada masa boleh haidl, maka sejak keluarnya darah harus
langsung menjalankan hokum-hukum haidl, yaitu : harom sholat, puasa, dlsb. Meskipun belum
jelas bahwa darah tersebut akan genap 24 jam.

Kemudian kalau selesai belum mencapai 24 jam, maka tidak wajib mandi, hanya wajib
mensucikan kemaluan dan berwudhu, lalu menjalani hokum-hukum suci yaitu wajib sholat dll.
Juga mengqodho’ sholat yang di tinggal tatkala darah keluar.

Begitu juga kalau darah keluar lagi, dan selesai belu mencapai 24 jam dari permulaan
keluar, juga tidak wajib mandi. Lalu kalau terus menerus, sampai jumlah keseluruhan mencapai
24 jam, baru di wajibkan mandi. Lihat gambar.

Tgl 1 2-8 9 10 - 14 15
Darah 7 jam putus 9 jam Putus 5 jam
Ket Harom sholat Harom sholat Harom sholat

Tidak mandi, Tidak mandi, Tidak mandi, langsung qodho’


langsung sholat langsung sholat sholat yang di tinggal
Pada contoh di atas, total darah keseluruhan selama 15 hari, adalah 21 jam (-24 jam),
maka semuanya bukan darah haidl, oleh karena itu di batas akhir tidak mandi wajib dan
mengqodho’ sholat saat waktu mengalir darah.

Contoh berikutnya total darah mencapai 24 jam :

Tgl 1 2-8 9 10 - 14 15
Darah 7 jam putus 11 jam Putus 6 jam
Ket Harom sholat Harom sholat Harom sholat

Tidak mandi, Tidak mandi, Mandi (karena total darah


langsung sholat langsung sholat mencapai 24 jam). puasa, dan
sholat yang di lakukan tidak sah.

Pada cotoh tersebut, total darah selama 15 hari adalah 24 jam, maka semuanya di
nyatakan haidl, oleh karena itu, ia di haruskan mandi wajib. Tidak perlu qodho’ sholat, dan
puasa yang di kerjakan menjadi batal dan harus di qodho’.

Cara - cara diatas, menurut imam Nawawi berlaku bagi wanita yang keluar darah namun
belum pernah haidl sebelumnya (mubtadi’ah) juga bagi yang sudah haidl berulang kali
(mu’tadah).

Seandainya, biasanya haidl 7 hari, suatu ketika haidl masih 3 hari sudah berhenti, maka
menurut imam Nawawi : wajib langsung mandi dan menjalankan hokum suci (boleh sholat,
puasa, bersetubuh dengan suaminya, dll). Sekalipun masih mungkin keluar lagi. Kemudian jika
tidak keluar lagi, maka jelas semuanya sudah sah. Namun jika ternyata masih keluar sebelum
lebih 15 hari dari awal darah meskipun sudah melebihi 7 hari dan hanya sedikit, maka wajib
menjalani hokum haidl lagi, sedangkan sholat dan puasanya tidak sah. Demikian pula bila
bersetubuh dengan suaminya juga tidak berdosa.

Kalau menurut Imam Rofi’I setelah berhenti darah tadi, tidak usah mandi, tidak sholat,
puasa dll. Cukup menuggunya seperti biasanya. Tetapi juga tidak boleh bersetubuh dengan
suaminya. Kemudian bila memang darah keluar lagi dan tidak melebihi 15 hari, maka jelas tidak
ada masalah, karena darah yang awal dan akhir semua darah haidl. Namun jika setelah 7 hari
darahnya ternyata tidak keluar lagi, maka wajib mandi dan qodho’ sholat dan puasa yang di
tinggal.
Datanganya haidl/nifas beserta sholat-sholat yang wajib di kerjakan
Kalau ada wanita yang kedatangan haid atau nifas setelah masuknya waktu sholat,
padahal iya belum melakukan sholat, sedangkan jarak antara masuknya waktu sholat dan
permulaan haidl atau nifas tadi mencukupi seumpama ia sholat, meskipun tidak cukup di sertai
bersucinya, Maka orang yang demikian itu kelak setelah selesai haid atau nifasnya wajib
mengqodho’ sholat waktu awal haidl atau nifas tadi.

Contoh:

Masuknya waktu ashar jam 15.00, kira-kira jam 15.30 datang haidl, padahal sholat ashar belum
di lakukan maka kelak setelah haidl selesai, wajib mengqodho’ sholat ashar.

Kesimpulanya, jika antara masuknya waktu solat dan datangnya haid cukup di gunakan
untuk sholat sekaligus bersucinya maka wajib di kerjakan (qodho), tatkala telah suci. Dan jika
antara masuknya waku sholat dan datangnya haidl tidak cukup di pergnakan sholat/sekaligus
bersucinya, maka tidak wajib qodho’.

Selesai haidl atau nifas serta sholat yang wajib di kerjakan


Jika haidl atau nifas selesai dalam waktu sholat fardhu, kira-kira masih cukup seandainya
di pergunakan takbiratul ihrom, maka wajib menjalankan sholatnya di waktu berhentinya haidl
tersebut.

Begitu juga sholat fardhu waktu sebelumnya, jika boleh di jama’ dengan sholat yang di
waktu terputus nya darah, maka harus di jama’..

Missal :

Masuk waktu magrib pukul 18.00, sekitar jam 18.00 kurang 1 menit (waktu yang masih bisa
takbiratul ihraom) , haidl atau nifas selesai. Maka wanita itu wajib mengerjakan sholat ashar
dan zuhur juga. Sebab masih menjumpai waktu ashar, meskipun Cuma cukup di gunakan di
gunakan takbiratul ihrom (apalagi masih luas waktunya). Sedangkan zuhur juga harus di
kerjakan karena asahar bisa di jama’ dengan zuhur.

Dengan demikian, jika seandainya haidl/nifas selesai di waktu zuhur ( 1 menit lagi waktu
asar, misalkan), maka yang di kerjakan adalah sholat zuhur saja, karena zuhur tidak bisa di jama’
dengan shubuh.
Kasus Dhuhur Ashar Maghrib Isya’ Shubuh Sholat yang wajib
Haidl selesai, Qodho’ zuhur
waktu sholat Qodho’ ashar dan zuhur
tersisa cukup Qodho’ magrib
takbiratul ihrom Qodho magrib dan isya’
saja Qodho subuh

Kasus Dhuhur Ashar Maghrib Isya’ Shubuh Sholat yang wajib


Haidl selesai, Ada’ zuhur
waktu sholat masih Ada’ ashar qodho’ zuhur
cukup untuk Ada’ magrib
bersuci dan sholat Ada’ isya qodho’ maagrib
Ada’ shubuh

Kasus Dhuhur Ashar Maghrib Isya’ Shubuh Sholat yang wajib


Haidl selesai, Qodho’ zuhur ada’ ashar
waktu sholat tidak Tidak wajib
cukup takbiratul Qodho’ magrib ada’ isya’
ihrom Tidak wajib
Tidak wajib

Peringatan :
1. Sudah di terangkan di depan, jika haidl atau nifas selesai dalam waktu sholat, maka
harus segera mandi kemudian sholat. Artinya tidak boleh di tunda-tunda sampai
habisnya waktu sholat. Meskipun tengah malam, ataupun dingin banget. Jangan sampai
ada, sholat-sholat yang di qodo’ apalagi sampai ketinggalan tidak di kerjakan sama
sekali.
2. Yang di maksud dengan selesainya haidl atau nifas adalah seandainya di masukkan
kapas ke dalam farji sampai bagian yang tidak kelihatan dari luar ketika wanita
berjongkok, maka kapas tadi keluar dengan putih bersih, tidak ada bekas darah sama
sekali.
3. Bagi wanita yang puasa jika kedatangan haidl atau nifas meskipun hanya sedikit,
misalnya menjelang magrib kurang 5 menit datang haidl, maka puasanya tidak sah dan
wajib di qodho’
4. Terutama bagi wanita harus mengetahui masuk keluarnya waktu sholat, supaya tidak
ada sholat yang ketinggalan pada waktu mulai dan selesainya haidl.
BAB ISTIHADHOH
Istihadhoh adalah darah selain haidl dan nifas, yaitu darah yang tidak memenuhi rumus
atau syarat-syarat darah haidl dan nifas.

Namun dalam bab ini akan diterangakan secara ringkas saja, untuk lebih mudah
memahami dasar-dasar istihadhoh, adapun permasalahan atau keterangan yang lebih
terperinci bisa di lihat di kitab-kitab yang lebih luas penjelasanya.

Dalam bab ini istihadhoh di bagi menjadi 2 :

1. Istihadhoh sugro
Istihadhoh sugro maksudnya adalah istihadhoh ringan, yang tidak memerlukan rumus
dalam memastikanya. Istahdoh sugro terjadi dalam 3 keadaan :
1) Darah keluar pada umur kurang 9 tahun H.
Seandainya darah keluar di umur kurang 9 tahun H, maka darah tersebut di
hukumi istihadhoh dan langsung melaksanakan kewajiban sebagaimana biasanya. Jika
seandainya darah istihadhoh terus bersambung sampai masuk umur 9 tahun, maka
darah yang masuk di umur 9 tahun H di hukumi haidl (jika sesuai rumus).
2) Darah keluar kurang 24 jam
Hal ini bisa di buktikan setelah 15 hari. Baik bersambung atau terputus-putus,
jika di total ternyata darah tidak mencapai 24 jam selama 15 hari, maka di pastikan
darah tersebut adalah istihadhoh.
3) Darah keluar belum di lalui masa suci 15 hari
Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut.
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Darah Masa Haidl Putus Istihadhoh Daur baru
Ket Haidl Masa suci diantara dua haidl (min. 15 hari)
Pada contoh tersebut, di tanggal 16-22 adalah masa tidak boleh haidl atau sedang dalam
masa suci di antara 2 haidl, saat darah mengalir di tanggal itu dapat di pastikan darah
adalah istihadhoh.
Dan jika darah tetap keluar, berlanjut melewati masa suci diantara dua haidl,
maka itu adalah darah haidl jika sesuai rumus. Lihat gambar.
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Darah Masa Haidl Putus Istihadhoh Daur baru
Ket Haidl Masa suci diantara dua haidl (min. 15 hari) Haidl
Tanggal 23-25 sudah bukan di hukumi istihadhoh karena telah melewati masa suci di
antara dua haidl, dan menjadi daur baru.
2. Istihadhoh kubro
Syarat-syarat istihadhoh kubro :
a) Darah keluar lebih dari 15 hari
b) Bersambung darah antara tanggal 15 dan 16

Yang di maksud bersambung, bukan hari nya melainkan jam ke jamnya. Oleh Karena itu
wajib bagi seorang wanita untuk mencatat jam pertama kali darah keluar. Misal : Awal
darah keluar pukul 13.00 siang. Maka perputaran 24 jam dari pukul 13.00 sampai 13.00
berikutnya. Dan yang di maksud bersambung 15 ke 16 adalah darah masih terus
bersambung melewati pukul 13.00 di tanggal 15 tersebut memasuki tanggal 16.

Dengan demikian, setiap wanit harus memiliki catatan pribadi. Karena setiap orang
memiliki tanggal dan jam berbeda. Jam pertama anda adalah awal keluar darah, dan tanggal
1 anda adalah awal keluar darah. Artinya biarpun jam 8 keluar darah, maka harus di hitung
jam pertama, kemudian berputar 24 jam mulai dari jam itu. Dan tanggal 1 adalah awal
keluar darah, biarpun saat itu adalah tanggal 20 romadhon misalkan. Hal itu supaya
mempermudah wanita dalam perhitungan haidl dan istihadhoh.

Dalam masalah istihadhoh wanita di bedakan menjadi beberapa macam :

1. Wanita yang belum pernah haidl (mubtadi’ah)


Seandainya ada wanita yang belum pernah haidl, tiba-tiba mengeluarkan darah
selama 20 hari secara terus-menerus, maka untuk menentukan haidl dan
istihadhohnya adalah di ikutkan kebiasaan umum nya haidl ya’ni 6 atau 7 hari haidl
dan selebihnya istihadhoh. untuk lebih jelas lihat gambar !!!
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Darah
Ket Haidl Istihadhoh

Atau memilih haidl yang paling sedikit yaitu 24 jam, jadi total haidl 24 jam dan
selebihnya adalah istihadhoh. lihat gambar !
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Darah 24 jam
Ket Haidl Istihadhoh

Jadi, wanita mubtadi’ah boleh memilih diantara dua contoh tersebut. Namun ia
memilih bukan yang paling ringan melainkan memilih pilihan yang mudah dalam
penghitungan nya.
2. Wanita yang memiliki kebiasaan haidl (mu’tadah)
Jika terjadi kasus yang sama dengan contoh di atas namun wanita ini memilki
kebiasaan atau pernah haidl sebelumnya, dan ia ingat jangka waktu haidl
sebelumnya. Maka haidl nya di sesuaikan dengan kebiasaanya. Misal : iya pernah
haidl 10 hari, di bulan berikutnya darah mengalir selama 20 hari terus-menerus,
maka haidlnya 10 hari, dan selebihnya adalah istihadhoh. lihat gambar.
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Darah
Ket Haidl Istihadhoh

Seandainya wanita tersebut lupa dengan kebiasaan haidlnya, maka ia di samakan


dengan wanita mubtadi’ah (yang belum pernah haidl), ya’ni haidlnya 6 atau 7 hari.
Atau ia memilih paling sedikit masa haidl (24 jam) dan selebihnya adalah istihadhoh.
Jika memiliki kebiasaan berubah-ubah, maka ia boleh memilih terserah di antara
haidl yang pernah di alami. Misal, pernah haidl 9 hari, 11 hari, dan 10 hari. Maka saat
terjadi kasus darah mengalir lebih 15 hari, ia boleh memilih di antara kebiasaan haidl
yang pernah di alami.
Seandainya terjadi pengeluaran darah selama 4 bulan atau lebih, tanpa putus.
Maka setiap bulan di genap kan menjadi 30 hari. Lalu di sesuaikan dengan keadaan
wanita tersebut apakah mubtadi’ah atau mu’tadah. Jika mu’tadah (sudah punya
kebiasaan), missal kebiasaannya adalah 10 hari, maka 10 hari haidl dan 20 hari
istihadhoh, setelah selesai 30 hari, mulai daur kembali. 10 hari haidl dan 20 hari
istihadhoh, dan begitu seterusnya hingga darah putus.
Kesimpulannya saat darah mengalir lebih dari sebulan, maka hitungan haidnya di
sesuaikan keadaan wanita tersebut (mubtadi’ah atau mu’tadah). Kemudian sisanya
adalah istihadhoh hingga tanggal 30. Dan selanjutnya menjadi daur baru,
sebagaimana sebelumnya.

Sholat bagi orang istihadhoh


Istihadhoh itu tidak menghalangi perkara yang di larang/haram sebab haidl. Oleh karena
itu wanita istihadhoh tetap wajib sholat, puasa romadhon, boleh membaca al-qur’an,
bersetubuh, dll. Kemudian, karena hadats dan najisnya terus maka jika akan melakukan sholat
fardhu harus melakukan 4 perkara terlebih dahulu, yaitu :
1. Membasuh kemaluan
2. Menyumbat dengan kapas/yang serupa, supaya darah tidak menetes keluar. Oleh
karena itu sumbatanya harus di masukkan sampai kemaluan yang tidak wajib di
basuh ketika istinja’. Yaitu : bagian yang tidak kelihatan ketika wanita berjongkok.
Oleh karena itu, jika sumbatanya ke luar (lepas) ke bagian yang wajib di basuh
(istinja’), maka sholatnya tidak sah. Sebab membawa perkara yang terkena najis.
Wajib menyumbat tadi kalau memang butuh di sumbat dan tidak sakit serta
tidak sedang puasa. Kalau tidak butuh di sumbat atau terasa sakit atau sedang
puasa, maka tidak wajib menyumbat, bahkan kalau puasa wajib tidak boleh
menyumbat di waktu siang.
3. Membalut kemaluan dengan celana dalam atau sejenisnya. Wajib membalut, ini juga
kalau membutuhkan di balut dan tidak terasa sakit. Namun kalau tidak butuh di
balut atau terasa sakit maka tidak wajib di balut.
4. Bersuci dengan wudhu atau tayamum.

Semua 4 perkara di atas wajib di jalankan setiap akan sholat fardhu, dan sudah masuk
waktu sholat, di lakukan dengan tertib dan segera. Dan setelah bersuci cepat-cepat sholat.

Kalau tidak segera sholat maka batal dan wajib mengulangi 4 perkara tadi seluruhnya,
kecuali jika tidak segera sholat tadi di sebabkan kemaslahatan sholat, misalnya menjawab azan,
ijtihad arah kiblat, menutup aurot, menunggu jema’ah, maka tidak batal.

Setelah menjalankan 4 perkara di atas dengan sah, seorang wanita boleh melaksanakan
sholat fardhu dan beberapa sholat sunnat. Jadi setiap akan sholat fardhu harus menjalankan 4
perkara tersebut, meskipun balutannya tidak berubah dan darah tidak menetes keluar.

Jika setelah di sumbat dan di balut ternyata darah masih keluar membasahi pembalut
dan pembalutnya meleset, maka jika keluarnya darah tadi karena banyaknya darah maka tidak
apa-apa. Tetapi kalau karena kelalaian/sembrono maka batal.

Kalau sudah menjalankan 4 perkara tersebut tetapi belu sholat, tiba-tiba mengalami
hadats, maka wajib mengulang seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai