MAKALAH
AL- MAHIDH
Dalam Rangka
SEMINAR
PASSTI
(Persatuan Santri Sarang
Pati)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan taufikNya yang diiringi setiap langkah indah para
makhlukNya. Sholawat maas salam semoga terhatur kepada
baginda Nabi Muhammad SAW pembawa syafaat bagi para
manusia.
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah yang
sangat sederhana ini sebagai panduan untuk penyuluhan
mahidl yang merupakan progam tahunan PASSTI. Progam ini
bertujuan agar masayarakat lebih mengerti permasalahan
wanita dalam fiqih nisa khususnya permasalahan
menstruasi yang menjadi bagian paling rumit bagi wanita,
serta dapat mempererat silaturahmi ukhuwah islamiyyah.
Segala daya dan upaya telah kami lakukan dalam
penyelesaian makalah ini, akan tetapi dengan keterbatasan
tenaga dan kemampuan kemungkinan akan ditemukan
banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Saran dan kritik sangat kami
butuhkan untuk acuan sekaligus motivasi langkah kami
kedepan. Sekian dari kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita se,ua, aamiin.
BAB I
HAIDL
A. SUMBER HUKUM
Haidl merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh
setiap wanita. Sehingga setiap wanita wajib mengetahui
tentangnya. Bahkan bagi wanita yang telah bersuami dan
suaminya tidak mampu mengajarkan hal tersebut maka
wajib bagi wanita tersebut untuk keluar rumah dan
mempelajarinya,
atau
suaminya
belajar
kemudian
mengajarkannya kepada sang istri. Sedangkan bagi laki-laki
hukum mempelajari haid adalah fardlu kifayah. Sumber
hukum yang menjelaskan tentang haid diambil dari Al-Quran
surat Al-Baqoroh ayat 22;
Artinya : mereka akan bertanya kepadamu tentang haidl,
katakanlah (Muhammad) haidl adalah kotoran.
Artinya: ini (haidl) adalah sesuatu yang dituliskan
(ditakdirkan) oleh Allah kepada cucu-cucu Adam.
B. PENGERTIAN HAID
Secara bahasa haid berarti mengalir, sedangkan secara
istilah haid diartikan sebagai darah yang keluar dari vagina
pada usia dan waktu tertentu, yakni usia 9 tahun kurang 16
hari kurang sedikit, atau waktu yang tidak cukup untuk
waktu haidl dan suci, sebagaimana dalam gambar berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Istihadloh
haidl
BAB II
ISTIHADHOH
Istihadhoh adalah darah yang keluar di luar waktu haid
dan darah yang keluar kurang dari batas minimal haid atau
pada masa suci dan nifas. Darah ini disebut juga darah illat
atau penyakit. Macam-macam wanita istihadloh:
1. Mubtadiah Mumayyizah
Adalah wanita yang baru pertama kali haid akan tetapi ia
mampu membedakan warna dan sifat darah. Adapun
ketentuan hukum bagi kategori ini adalah darah kuat
diklasifikasikan darah haid dan yang lemah sebagai darah
istihadloh, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Darah kuat tidak kurang dari jumlah minimalnya haid
(1 hari 1 malam/ 24 jam)
2. Darah kuat tidak lebih dari jumlah maksimalnya haid
(15 hari/malam)
3. Darah dloif/lemah tidak kurang dari 25 hari/malam jika
diampit antara 2 darah kuat
4. Antara darah kuat dan lemah tidak boleh salang-seling
Apabila tidak memenuhi kriteria tersebut maka termasuk
mubtadiah goiru mumayyizah. Contoh:
1
30
qowi
56
dloif
30
12 13
30
30
Keterangan:
Hari ke 1-5 haid
Hari ke 6-30 istihadhoh
2. Apabila adat haid dan suci berubah-ubah, maka ada 7
kemungkinan:
a. Mencapai dua putaran secara tertib (berurutan dari
yang terkecil hingga terbesar atau sebaliknya). Jika
lupa jumlah hari yang terakhir maka haidnya adalah
yang paling sedikit diantara haid yang ada, dan
wajib ikhtiyat (hati-hati) sampai pada hari yang
terbanyak.
Contoh: wanita mempunyai adat haid :
Bulan I : 3 Hari
Bulan II : 5 hari
Bulan III : 7 hari
(putaran I)
Bulan IV : 3 hari
Bulan V : 5 hari
Bulan VI : 7 hari
(putaran II)
Keterangan:
Hari ke 1-3 haid
Hari ke 4-7 ihtiyat
Hari ke 8-30 istihadloh
b. Mencapai dua putaran, tidak tertib dan lupa jumlah
hari yang terakhir, maka haidnya adalah yang
paling sedikitdan wajib ihtiyat sampai hari yang
terbanyak.
Contoh:
Bulan I : 3 Hari
Bulan II : 5 hari
Bulan III : 7 hari
(putaran I)
Bulan IV : 3 hari
Bulan V : 5 hari
Bulan VI : 7 hari
(putaran II)
10
11
12
pada hari yang diyakini haid, ia dihukumi haid, dan pada hari
yang diyakini suci, ia dihukumi suci.
Contoh : Seorang wanita mengeluarkan darah selama 30
hari, dan sebelumnya ia ingat adat haidnya adalah 5 hari
dalam lingkup antara tanggal 1-10, akan tetapi ia lupa hari
pertama haid, dan yang ia ingat hanyalah pada taggal 1, ia
masih dalam keadaan suci.
12
10
I.
II.
III.
IV.
V.
1
0
Keterangan :
Hari ke-1 yakin suci (dihukumi suci)
Hari ke-2 sampai ke-5 dimungkinkan haid dan suci
(berihthiyat)
Hari ke-6 yakin haid (dihukumi haid)
Hari ke-7 sampai ke-10 dimungkinkan haid, suci, dan
inqitho
Hari seterusnya yakin suci
13
dan haid
15 16
Adat yang dimungkinkan :
2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
Keterangan :
1. Hari ke-1 yakin haid (dihukumi haid)
2. Hari ke-2 sampai ke-15 dimungkinkan haid dan suci
(harus ihthiyat)
3. Hari seterusnya yakin suci
Seperti halnya orang beser, wanita istihadloh tetap
wajib melakukan sholat dengan cara sebagai berikut :
14
1. Membersihkan farji
2. Menyumbat farji dengan kapas atau sejenisnya
3. Memakai pembalut
4. Berwudlu
Tata cara di atas ketika sudah masuk waktu sholat
fardlu, juga ketika hendak melakukan ibadah sunnah, seperti
sholat sunnah, membaca al-Quran, dll.
Syarat-syarat Membedakan Darah
Syarat membedakan darah yang harus dimiliki seorang
mumayyizah (wanita yang dapat membedakan warna darah)
adalah ia mampu membedakan darah baik warna maupun
sifatnya. Sedangkan syarat yang ada pada darah adalah
sebagai berikut :
1. Darah kuat tidak kurang dari minimalnya haid (24 jam)
2. Darah kuat tidak lebih dari maksimalnya haid (15 hari)
3. Darah lemah tidak kurang dari batas minimalnya suci
(15 hari) jika darah kaluar terus menerus
4. Darah lemah tidak disela-selai dengan darah kuat
15
BAB III
NIFAS
A. PENGERTIAN
Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan,
dengan catatan jarak antara melahirkan dan keluarnya darah
tidak melebihi 15 hari. Jika setelah melahiorkan darah keluar
setelah sela 15 hari, maka darah yang keluar itu dihukumi
haid, dengan demikian wanita tersebut tidak mengalami
nifas sama sekali, sedangkan darah yang keluar menyertai
kelahiran bayi dinamakan darah tholq/wiladah bukan darah
nifas.
Batas minimal darah dikatakan nifas adalah satu tetes
sedangkan maksimalnya adalah 60 hari, dan pada umumnya
seorang perempuan mengalami nifas selama 40 hari. Dan
jumlah maksimal nifas terghitung mulai dari kelahiran bayi.
Adapun hukum dan pengambilan adat nifas dimulai dari
keluarnya darah dengan catatan darah keluar sebelum 15
hari sebelum melahirkan.
Darah yang keluar di antara dua anak kembar hukumnya
tafshil :
1. Dihukumi darah haid bila sebelum melahirkan
mengeluarkan darah haid dan jika dijumlahkan bisa
dihukumi darah haid (tidak melebihi 15 hari)
2. Dihukumi darah istihadloh bila tidak dapat dihukumi
sebagai darah haid atau melebihi 15 hari dan sebelum
melahirkan tidak mengeluarkan darah.
Adapun darah nifas yang melebihi batas maksimal
hukumnya sebagaimana darah haid yang melebihi batas
maksimal haid.
Ketentuan Suci di antara Haid dan Nifas
Tidak ada penentuan adanya pemisah antara haid dan
nifas cukup adanya melahirkan. Namun, antara nifas dan
haid apabila masih dalam lingkup 30 hari maka harus ada 15
hari dan apabila tidak dalam lingkup 30 hari maka harus ada
pemisah walau hanya sebentar.
16
17
18
19