Anda di halaman 1dari 61

GAMBARAN PENGETAHUAN MENSTRUASI DALAM FIQIH

ISLAM PADA REMAJA PUTRI KELAS MTs. SOLOKAN JERUK


TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

ANNISA SINTYASARI
NIM. 512022072

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN ALIH JENJANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah merupakan hal sangat penting karena ibadah tidak bisa diterima begitu

saja, apalagi disalahgunakan. Dalam Islam, ibadah harus berpedoman pada apa yang

Allah SWT perintahkan dan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umat

Islam berdasarkan kitab yang Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW

berupa Kitab Suci Al-Qur'an dan segala perbuatan perkataan Nabi SAW yang disebut

hadits Nabi. Umat Islam tentu mengetahui apa itu ibadah dan bagaimana melakukannya.

Islam harus mengikuti teladan dan ibadah Nabi Muhammad SAW dan tidak boleh

melakukan ibadah yang tidak berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.

Allah SWT menciptakan makhluk berpasang-pasangan, laki-laki dan

perempuan, dan Allah SWT menjadikan sosok-sosok istimewa baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan apa yang Allah SWT persiapkan untuk tugas dan tanggung jawab

keduanya.

Allah SWT telah mempersiapkan wanita dengan tugas-tugas yang sesuai dengan

dirinya seperti menjadi seorang ibu, hamil, mengalami sakit saat hamil, melahirkan,

merawat dan membesarkan anak-anaknya. Allah SWT berfirman: "Ibunya mengandung

dia dalam keadaan semakin lemah dan menyapihnya dalam dua tahun." (Luqman: 14).

Di antara ciri-ciri khusus wanita yang disyariatkan oleh Allah SWT kepadanya

adalah menstruasi, yaitu keluarnya darah dari kemaluannya ketika dia telah baligh, yang

merupakan tanda bahwa dia layak untuk menikah dan beranak cucu. Dikenal dalam

bahasa Arab sebagai Haidh atau Mahidh.

Menurut perspektif fikih, datangnya menstruasi atau haid menandakan

perempuan tersebut sudah aqil baligh, yang berarti ia sudah wajib menjalankan perintah

agama. Datangnya menstruasi untuk pertama kali pada perempuan ditandai dengan

1
2

pertumbuhan badan, begitu juga pola pikirnya lebih dewasa dan tingkah lakunya

berbeda pula.

Dalam literatur fikih menstruasi disebut haid, secara Etimologi haid Artinya

sesuatu yang mengalir. Adapun menurut istilah haid adalah darah yang keluar dari

ujung rahim wanita dan keluar tidak dalam keadaan sakit, keluar darah tidak ada

hubungannya dengan sebab-sebab tertentu seperti melahirkan, karena menstruasi adalah

darah yang keluar secara alami. Terdapat kriteria umum seperti warna, sifat dan

tingkatannya, batas usia wanita serta waktu yang telah ditentukan.

Mazhab Maliki mendefinisikan menstruasi sebagai darah yang mengalir secara

spontan dari seorang wanita pada saat tertentu. Sedangkan Mazhab Syafi'i

mendefinisikan haid sebagai darah yang keluar dari rahim wanita, darah yang keluar

bukanlah penyakit. Menstruasi dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak empat kali dalam

dua ayat, sekali dalam bentuk fi’l mudhari (yahid) dan tiga kali dalam bentuk ism

mashdar (al-mahidh)

Semua ulama sepakat bahwa usia minimum untuk mulai menstruasi pada wanita

adalah 9 tahun. Jika darah keluar sebelum usia tersebut, bisa disebut sebagai penyakit.

Batas minimal dan maksimal keluarnya darah haid tidak dapat ditentukan secara pasti

karena indeks yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan batas minimal dan

maksimal haid bersifat sebagian mauquf, sehingga tidak dapat dijadikan indeks dan

berstatus marfu. Oleh karena itu, tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan

batas minimal dan maksimal keluarnya darah haid. Namun dalam hal ini dalil yang

dimaksud adalah kebiasaan yang berulang, hal ini berlaku bagi wanita dengan siklus

haid yang teratur, sedangkan bagi wanita yang haidnya tidak teratur dapat merujuk pada

dalil qarinah, yang didapat pada saat darah keluar.

Sedangkan darah yang keluar setelah batas maksimal darah haid setelahnya

dinamakan darah istihadhah atau sering disebut sebagai darah kotor (darah penyakit).
3

Untuk membedakan darah haid dan darah istihadhah biasanya dapat diketahui melalui

bau, kebekuan dan warnanya.

Hal itu dapat dijadikan patokan untuk mengetahui kedatangan atau terhentinya

darah menstruasi, oleh karena itu, shalat harus ditinggalkan. Allah SWT menetapkan

hukum bagi seorang yang sedang junub agar tidak melaksanakan shalat hingga dirinya

mandi. Ketentuan ini menunjukkan bahwa tidak ada masa suci bagi orang junub kecuali

setelah ia mandi dan tidak ada masa bagi perempuan yang sedang haid kecuali telah

berhenti haidnya kemudian mandi, “Dan apabila darah haid berhenti hendaknya ia

mandi agar badanya menjadi suci lagi”. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2):

222 yang berbunyi:

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa ketika seorang perempuan mengalami

menstruasi, berarti ia tidak suci. Perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh

didekati (melakukan hubungan badan) hingga kembali suci (berhenti menstruasi) dan ia

tidak dianggap suci, kecuali telah mensucikan dirinya dengan air (mandi). Setelah

bersuci inilah status hukumannya kembali seperti perempuan normal yang boleh

mengerjakan shalat dan lain-lain. Seorang suami dilarang (haram) menyetubuhi istrinya

yang sedang menstruasi sehingga ia kembali suci. Akan tetapi jika tidak ada air, ia boleh

bersuci dengan tayamum sebagai penganti mandi.

Hukum menstruasi dalam fiqih memanglah sangat rumit dan membingungkan,

karena tidak samanya darah yang keluar dari kaum hawa. Banyak perempuan mengeluh

karena siklus menstruasi yang terkadang tidak teratur. Tak jarang ada yang mengalami
4

haid beberapa hari, kemudian berhenti darahnya, lalu selang beberapa hari keluar lagi,

padahal masih dalam fase menstruasi dan pada bulan yang sama.

Adapula perempuan yang sudah terbiasa mengalami menstruasi secara teratur

tetapi tiba-tiba berubah menjadi tidak teratur karena sebab tertentu, misalnya habis

melahirkan, atau sedang memakai alat kontrasepsi.

Pada zaman sekarang ini, banyak wanita yang belum bisa membedakan antara

darah menstruasi dan istihadhah, apalagi orang awam yang tidak pernah belajar

mengenai fikih wanita. Mereka menganggap bahwa setiap darah yang keluar adalah

darah menstruasi. Dalam menentukan darah menstruasi atau tidak mereka harus

mengetahui syarat-syarat darah menstruasi terlebih dahulu mengetahui batas minimal

dan maksimal masa menstruasi terlebih dahulu, karena tidak semua darah yang keluar

bisa dihukumi sebagai darah menstruasi.

Menstruasi merupakan barometer kesehatan wanita. Kesehatan wanita meliputi

kesehatan fisik, mental, emosional dan sosial, dan bagian terpenting dari kesehatan

wanita adalah kesehatan reproduksi. Kita perlu mengetahui pola dan jarak menstruasi

dengan cara mencatat waktu menstruasi. Kita juga perlu mengetahui tentang darah

menstruasi untuk membedakannya dengan darah lain, seperti darah nifas. Ketelitian

dalam menilai jadwal menstruasi sangat berkaitan dalam kesempurnaan ibadah dan

shalat bagi kau perempuan.

Menurut WHO remaja adalah individu yang mengalami pubertas, pada saat ini

terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan

terjadinya perubahan baik secara fisik, psikologi maupun kematangan organ reproduksi,

biasanya dikenal dengan pubertas. Perubahan fisik pada remaja tidak hanya tumbuh

pada segi ukuran (semakin tinggi atau semakin besar) saja, tetapi juga mengalami

perkembangan secara fungsional. Pubertas biasanya dimulai saat berumur 8 hingga 10

tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pubertas remaja putri

ditandai dengan adanya menarche atau menstruasi pertama kali (Fitriningtyas, 2017)
5

Penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang menstruasi remaja putri

khususnya di Malaysia di daerah perkotaan berkisar 1,8% lebih tinggi dibandingkan

yang berada didaerah pedesaan (Khatib, et.al., 2019). Hal ini menunjukan pada daerah

pedesaan masih kurang tentang pengetahuan pada saat menstruasi, dan itu bisa

mengakibatkan terjadinya ISR karena disebabkan perilaku dan tindakan kebersihan

yang kurang pada saat menstruasi.

Sejalan dengan penelitian (Ramly et al., 2020) didapatkan bahwa sebanyak

69,84% mengatakan tidak mengganti pembalut 2 kali dalam sehari dan sebanyak

83,71% mengatakan tidak mencukur rambut alat reproduksi yang dimana bertujuan

menghindari rasa lembab yang berlebihan pada vagina.

Pada Negara Asia Tenggara, khususnya di Indonesia bahwa yang lebih rentang

mengalami infeksi saluran reproduksi yaitu terjadi pada remaja terutama pada kondisi

menstruasi, hal ini dipicu karena kondisi iklim yang lembab serta panas. Di Indoensia

kurangnya pengetahuan tehadap kondisi menstruasi dan masuk dalam kategori cukup

tinggi, dengan pravelansinya sekitar 90 penduduk setiap tahunnya 100 kasus per seratus

ribu (Nurmaliza, 2019).

Jurmlah remaja putri berusia 10-14 tahun di Indonesia pada tahun 2020 tercatat

sekitar 11.501.707 penduduk. Badan pusat statistik, (2021) melaporkan bahwa jumlah

remaja perempuan usia 10-14 tahun. Pada Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020

berjumlah 2.037.503 penduduk, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun

sebelumnya. Tingginya pertumbuhan dan perkembangan jumlah remaja membutuhkan

perhatian khusus, salah satunya pada pengetahuan saat menstruasi, terutama dalam segi

fiqih islam, sehingga remaja puteri dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang dewasa, sehat dan bisa beribadah dengan baik.

Dari beberapa penelitan yang ada, menunjukkan bahwa remaja putri mempunyai

pengetahuan dan perilaku yang yang kurang terhadap kebersihan diri pada masa

menstruasi hal ini didukung oleh penelitian dari (Lailatul & Mukhoirotin, 2018), yang
6

menyebutkan bahwa sebesar 88,9% pengetahuan siswi masuk dalam kategori kurang.

Sedangkan menurut (Syukrianti Syahda, 2020) bahwa sebesar 74,4% perilaku siswi

masuk dalam kategori kurang dalam menjaga kesehatan dan kebersihan, hal ini

disebababkan oleh siswi yang tidak mempunyai waktu dalam mengganti pembalut serta

pekerjaan rumah atau tugas sekolah yang menumpuk.

Meski pembahasan tentang darah menstruasi telah berulang kali disampaikan,

masih banyak wanita yang marasa kebingungan dalam membedakan antara darah

menstruasi dan istihadhah. Padahal wanita yang mangalami langsung dalam setiap

bulannya, tetapi mereka masih ada yang marasa kebingunan dalam mengaplikasikanya

di kehidupan sehari-hari.

Tetapi kenyataan di masyarakat menunjukkan bahwa masih banyak perempuan

yang belum mengetahui dan belum paham tentang hukum darah yang keluar dari farji-

nya. Mereka belum dapat membedakan mana yang disebut darah haid dan mana yang

disebut darah istihadhah, karena siklus haidnya yang berubah-ubah.

Salah satu peran penting bidan adalah sebagai health educator. Seorang bidan

dalam melakukan perannya sebagai educator yaitu mendidik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan. Bidan sebagai educator atau pendidik

adalah membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala

penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dan klien

setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Pada penelitian ini tugas bidan hanya meneliti

dan mengamati tingkat pengetahuan remaja siswi MTs. Solokan Jeruk terhadap kondisi

menstruasi dalam hukum fiqih Islam.

Materi menstruasi haid sendiri merupakan salah satu bagian dari materi

pembelajaran pendidikan agama Islam dalam aspek fikih yaitu pada bab thaharah.

Dalam bab ini terdapat materi tentang hadats besar dan hadits kecil serta cara

bersucinya, diantaranya adalah menstruasi.


7

Survei data awal yang dilakukan melalui wawancara dari salah seorang guru dan

salah seorang siswi MTs. Solokan Jeruk, didapatkan jumlah siswi putri berjumlah 151

orang dan dengan hampir keseluruhan sudah mengalami fase menstruasi. Dari 7 siswi

yang diwawancarai bahwa siswi saat menstruasi sering mengalami bercak-bercak merah

sampai terkena pada rok sekolah pada jam pembelajaran akibat tidak mengganti

pembalut, dan pada saat fase akhir menstruasi merasa gatal dan panas pada bagian

vagina luar bekas pembalut, bahkan terkadang sampai menimbulkan iritasi akibat bekas

garukan.

Informasi yang lain didapatkan juga yaitu siswi malu bertanya kepada orantua

mereka terkait kebersihan diri pada masa menstruasi lebih lanjut sehingga mereka hanya

bertukar informasi kepada teman sesama mereka yang juga mengalami menstruasi,

bahkan siswi mengatakan terkadang lupa membawa pembalut cadangan dan bahkan

mereka malas untuk mengganti pembalut pada saat menstruasi. Siswi juga sering

mengeluhkan pada masa akhir menstruasi terjadinya keluhan panas dan gatal pada

bagian luar alat reproduksi yang disebabkan pemakaian pembalut yang terlalu lama

Adapun alasan mengapa penulis memilih Madrasah Tsanawiyah Darussalim

Bati-Bati Tanah Laut sebagi tempat penelitian karena ada beberapa pertimbangan

diantaranya pertama, karena Madrasah ini menjadikan kitab Fathul Qarib yang isinya

membahas tentang materi haid dan istihadhah sebagai salah satu mata pelajaran yang

wajib diajarkan kepada peserta didiknya. Namun, tidak semua peserta didiknya paham

mengenai masalah darah haid dan istihahadhah. Padahal hukum mempelajari ilmu haid

bagi perempuan yang sudah baligh adalah wajib (fardhu ain). Kedua, karena penulis

adalah alumni dari Madrasah tersebut sehingga memudahkan penulis mendapatkan

informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

pelaksanaan pembelajaran siswi kelas VII pada bab haid dan istihadhah.

Pentingnya masalah tersebut diteliti karena akan memberikan gambaran kepada

para siswi pada khususnya dan perempuan pada umumnya agar termotivasi untuk
8

mempelajari dan memahami bab haid dan istihadhah. Berdasarkan latar belakang

diatas, maka peneliti menyusunnya dalam laporan profosal dengan judul Pembelajaran

Fiqih Bab Haid dan Istihadhah Pada Kitab Fathul Qarib Terhadap Siswi Kelas VII MTs

Darussalim Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu “Bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dalam

hukum fiqih Islam di MTs. Solokan Jeruk Tahun 2023 ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja

putri menstruasi dalam hukum fiqih Islam di MTs. Solokan Jeruk Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja puteri MTs. Solokan Jeruk

yang sudah mengalami fase menstruasi tentang menstruasi dalam hukum

fiqih Islam.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja puteri MTS. Solokan Jeruk

yang sudah mengalami fase menstruasi dalam hukum fiqih Islam, serta

penerapannya pada keseharian dalam menyempurnakan ibadah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan pada hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi

dan menambah ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan untuk peneliti

selanjutnya.
9

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Remaja Puteri MTs Solokan Jeruk

Dapat mengetahui gambaran pengetahuan tentang menstruasi

dalam hukum fiqih Islam

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi Mahasiswa

Universitas ‘Aisyiyah dan dapat menjadi bahan masukan mengenai

pengetahuan menstruasi pada remaja dalam padangan hukum fiqih Islam.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran

pengetahuan siswi MTs Solokan Jeruk tentang menstruasi dalam

pandangan hukum fiqih Islam. Manfaat selanjutnya bagi Sekolah yaitu

untuk mengetahui seberapa efektifnya materi bahan ajar tentang fiqih

Islam terutama pada bab thaharah, yang mana didalamnya terdapat

pembahasan tentang menstruasi.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam penelitian ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan

Menstruasi dalam Fiqih Islam pada Remaja Putri MTs. Solokan Jeruk”

Bab I Pendahuluan

BAB I berisi lima sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti.

Lima sub pokok bahasan tersebut yaitu latar belakang, penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II berisi tiga sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Tiga
10

sub pokok bahasan tersebut yaitu tinjauan pustaka yang memuat mengenai

definisi pengetahuan, menstruasi dalam fiqih Islam, remaja puteri. Sub pokok

bahasan selanjutnya adalah penelitian yang relevan, dan kerangka pemikiran.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III berisi sebelas sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti.

Adapun delapan sub pokok bahasan tersebut yaitu metode penelitian, variabel

penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, Teknik pengambilan,

teknik pengumpulan data, instrument penelitian, validitas dan reabilitas, teknik

analisis data, prosedur penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan etika

penelitian.

F. Materi Skripsi

1. Pengetahuan
Menurut Sianturi & Fathiyah (2016) Pengetahuan adalah persepsi jelas
yang dipandang menjadi sebuah fakta, informasi atau pelajaran yang perlu
dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.
Menurut Riyanto & Budiman (2019) terdapat 6 faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu sebagai berikut:
1) Pendidikan
2) Informasi/ Media
3) Sosial, Budaya dan Ekonomi
4) Lingkungan
5) Pengalaman
6) Usia
2. Menstruasi

Menurut Lestari (2015) menstruasi merupakan keluarnya darah dari

dalam uterus yang diakibatkan oleh terlepasnya lapisan dinding rahim disertai

pelepasan endometrium dan terjadi setiap bulan. Menstruasi ini dimulai

berdasarkan tiga hal yaitu yang pertama siklus berkisar antar 21 – 35 hari,

kedua lamanya tidak lebih dari 15 hari, ketiga jumlah darah 20 – 80 ml.
11

Menurut Villasari (2021) ada beberapa fisiologi yang terdiri dari:

1) Stadium menstruasi

2) Stadium proliferasi

3) Stadium sekresi

4) Stadium pramenstruasi

Menurut Price dan Wilson (2012) dalam Harahap (2020) tanda dan gelaja

awal menstruasi yaitu:

1) Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara

2) Timbul jerawat

3) Nafsu makan meningkat

4) Berat badan bertambah

5) Perut terasa mulas dan kembung

6) Konstipasi

7) Sakit kepala

8) Pegal linu, keram

9) Nyeri punggung

10) Lemas dan lesu

11) Mudah lelah

12) Mudah cemas dan tersinggung

13) Sulit berkonsentrasi

14) Gangguan tidur (insomnea)

Dalam fiqih Islam (Wardah Nuroniyah, 2019), menstruasi dibagi menjadi

lima hukum, yaitu:

1) Menstruasi menandakan baligh bagi wanita, sebagaimana keluarnya

air mani bagi pria. Dengan datangnya tanda baligh tersebut, maka
12

bagi wanita ataupun pria tersebut telah sah menjadi mukallaf

(diwajibkan menjalankan aturan-aturan syari’ah/taklif.

2) Diwajibkan mandi apabila masa menstruasi sudah berhenti, untuk

melakukan kewajiban-kewajiban dan aktivitas-aktivitas yang

dilarang pada masa menstruasi.

3) Berbilangnya menstruasi terkait dengan bilangan masa iddah bagi

wanita (tidak hamil) yang ditalaq suaminya, sebagaimana yang

disebutkan dalam al-Qur’an, kata quru berarti haid menurut ulama

Hanafiyyah dan Hanabillah, sedangkan menurut ulama Syafiiyyah

dan Malikiyyah kata quru berarti suci.

4) Menstruasi mendandakan kosongnya rahim, sebagaimana

disyari’atkannya iddah dengan maksud untuk memastikan

kosongnya rahim.

Dalam hukum fiqih yang perlu diperhatikan tentang menstruasi, antara

lain: najis, hadas, mandi dan junub.

3. Remaja

Menurut Episentrum (2010) dalam Permata (2019) Masa remaja adalah

suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik

secara fisik, maupun psikologis. Berdasarkan tumbuh kembangnya menuju

dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan

melewati sebagai berikut:

1) Masa remaja awal/dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.

2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun

Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Pengetahuan

1. Definisi

Menurut Sianturi & Fathiyah (2016) Pengetahuan adalah persepsi

jelas yang dipandang menjadi sebuah fakta, informasi atau pelajaran

yang perlu dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.

Menurut Bloom dan Skinner (dalam Pasanda 2016) mengatakan

bahwa, Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk

menjelaskan kembali tentang yang diketahuinya menjadi sebuah bukti

berupa tulisan atau lisan. Hal ini menjadi suatu stimulasi dari sebuah

pertanyaan secara lisan maupun tulisan.

Hasil penelitian Novianti, dkk. (2016) menyatakan bahwa remaja

yang memiliki pengetahuan baik, melakukan tindakan personal hygiene

yang baik sekitar 60% dan remaja yang memiliki pengetahuan buruk,

melakukan tindakan personal hygiene saat menstruasi yang buruk sekitar

84,6%. Pengetahuan yang benar tentang personal hygiene saat

menstruasi akan memberikan pengaruh terhadap remaja putri dalam

merespon personal hygiene saat menstruasi dengan hal-hal atau tindakan

positif.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan ukuran dalam

memulai suatu tindakan. Pengetahuan mempunyai kontribusi yang besar

dalam mengubah 12 perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki responden

dapat menentukan praktik hygiene menstruasinya (Dolang, dkk., 2013).

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Fisseha, dkk. (2017)

13
14

menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki

peluang 2,37 kali untuk melakukan tindakan personal hygiene saat

menstruasi yang baik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Riyanto & Budiman (2019) terdapat 6 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan tingkah laku, sikap dan

usaha untuk mendewasakan individu atau kelompok dalam upaya

pelatihan dan pengajaran. Pendidikan dapat mempengaruhi ketika

proses belajar dilakukan, karena ketika pendidikan seseorang tinggi

akan semakin mudah juga orang tersebut menerima informasi yang

disampaikan.

2) Informasi / Media

Massa Informasi merupakan suatu hal yang dapat diketahui,

tetapi ada beberapa yang menyebutkan bahwa informasi memiliki

arti transfer pengetahuan. Ketika proses penyampaian informasi

biasanya melalui media massa yang didalamnya terkandung pesan-

pesan yang memiliki isi untuk mensugesti pembacanya atau bahkan

dapat mengarahkan opini seseorang. Bahkan terbentuknya suatu

pengetahuan biasanya dilandasi dengan landasan kognitif berupa

informasi terbaru yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut.

3) Sosial, budaya dan ekonomi

Kegiatan sosial dan budaya pada masyarakat yang masih

dilakukan akan menambah pengetahuan para pelaku atau

penikmatnya. Dengan adanya kegiatan tersebut maka akan timbul

banyak pengetahuan mengenai hal-hal sosial dan budaya yang


15

dilakukan tersebut. Selain itu, faktor status sosial dapat menentukan

fasilitas yang digunakan ketika melakukan kegiatan untuk

memperoleh pengetahuan, sehingga faktor status sosial akan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada disekitar

tempat interaksi individu yang meliputi fisik, biologis bahkan sosial.

Peran lingkungan dalam proses masuknya pengetahuan terhadap

individu disebabkan terjadinya interaksi timbal balik antara satu

dengan yang lainnya dan hal ini akan menjadi sebuah pengetahuan

bagi individu tersebut.

5) Pengalaman

Faktor pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan

dikarenakan dengan pengalaman individu akan mengetahui

kebenaran cara memecahkan masalah sesuai dengan yang telah

dihadapinya di masa lampau.

6) Usia

Usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

disebabkan semakin dewasa individu maka akan meningkat pula

daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga akan lebih mudah

menerima informasi baru yang nantinya akan menjadi pengetahuan

baru.

3) Tahapan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Febriyanto 2016) tahapan

pengetahuan terbagi menjadi 6 tahapan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahu (Know)
16

Tahu merupakan hal yang telah diketahui oleh individu yang

diterima dari hal yang telah dipelajari sebelumnya. Informasi yang

dapat dikatakan menjadi pengetahuan ketika informasi tersebut dapat

dipelajari dan diterima oleh individu tersebut.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan dalam menjelaskan

pengetahuan suatu objek dengan cara yang benar dan dapat juga

menginterpretasikan pengetahuan tersebut dengan benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan pengetahuan yang

dimiliki dalam situasi atau kondisi yang terjadi di lapangan.

Beberapa pengetahuan yang dapat diaplikasikan seperti hukum-

hukum, metode, rumus, prinsip dan sebagainya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan individu dalam menjabarkan

suatu materi atau objek ke dalam komponen tertentu, tetapi

penjabaran tertentu masih saling berkaitan. Kemampuan dari analisis

ini dapat dilihat dari tata cara penggunaan kata kerja.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan individu dalam menjelaskan

atau bahkan menghubungkan beberapa bagian pada bentuk lama

menjadi bentuk yang baru. Seperti contohnya dalam menyusun ulang

formasi lama suatu perusahaan menjadi formasi yang lebih baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau


17

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pada tingkatan ini

seseorang telah mampu mengetahui secara menyeluruh dari semua

bahan yang dipelajarinya (Notoadmodjo, 2003).

Firman Allah dalam Q.S Al-‘alaq/96 : 1-5 menjelaskan bahwa

dengan membaca akan menambah ilmu pengetahuan.

Terjemahannya:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,

dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya (Q.S Al-Alaq : 1-5).

Dalam pandangan Quraish Shihab kata Iqra terambil dari akar

kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna

seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui

ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak. Wahyu

pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-

Qur’an menghendaki umatnya membaca apa sajaselama bacaan

tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.

Iqra berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri-ciri sesuatu;

bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang

tertulis maupun yang tidak.


18

Dari terjemahan Q.S Al-‘alaq/96:1-5 peneliti memperoleh

pemahaman bahwa Allah SWT memerintahkan setiap umatnya

untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Baik dengan membaca Al-

Qur’an ataupun bacaan-bacaan lain yang dapat menambah ilmu

pengetahuan kita.

2. Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menurut Lestari (2015) menstruasi merupakan keluarnya darah

dari dalam uterus yang diakibatkan oleh terlepasnya lapisan dinding

rahim disertai pelepasan endometrium dan terjadi setiap bulan.

Menstruasi ini dimulai berdasarkan tiga hal yaitu yang pertama siklus

berkisar antar 21 – 35 hari, kedua lamanya tidak lebih dari 15 hari, ketiga

jumlah darah 20 – 80 ml.

Menstruasi atauapun haid sebenarnya tidak ada perbedaan yang

signifikan. Penyebutan haid lebih populer dalam masyarakat indonesia.

Istilah haid juga populer dengan sebutan “datang bulan”. Datangnya haid

merupakan perubahan fisiologi dalam tubuh wanita yang terjadi secara

berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Sedangkan menstruasi

lebih populer digunakan untuk istilah medis (Lestari, 2015).

Dalam literartur fiqih, menstruasi dikenal dengan sebutan haid.

Secara etimologi haid berarti “ ‫ ” ن اليسال‬yang artinya sesuatu yang

mengalir, ‫داوال‬UUU‫ ى‬, ‫اح‬UUU‫“ ض‬lembah itu mengalir”, apabila air mengalir

padanya. dan ‫اح ةرجشال‬UU‫ تض‬artinya “pohon itu mengalir”, bila getah

pohon yang berwarna merah mengalir. Menstruasi juga biasa disebut

dengan al-wadi, al-tamas, al-dahak, al-isar dan lainnya.


19

Disebutkan pula dalam (Wardah Nuroniyah, 2019) bahwa

makhluk yang mengalami haid ada sembilan jenis , yaitu:

1) wanita.

2) kelinci.

3) serigala.

4) kelelawar.

5) unta betina.

6) anjing.

7) cecak.

8) kuda.

9) kecoak kipas.

Dari kesembilan macam makhluk yang akan mengalami darah haid

itu tidak sama dalam waktu dating dan berhentinya (sucinya). Tetapi bagi

manusia, darah haid itu akan datang pada waktu-waktu tertentu.

Sedangkan yang terjadi pada selain manusia, keluarnya darah haid itu

tidak pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Haid merupakan

sunatullah yang diberikan kepada wanita sebagai kodratnya yang

menjadikan wanita tersebut menjadi makhluk yang sempurna,

sebagaimana hadis Nabi Saw yang berbunyi:

.‫مدا تانب ىلع هللا هبتك ءيش اذه‬

Mazhab Maliki mendefinisikan menstruasi sebagai darah yang

mengalir secara spontan dari seorang wanita pada saat tertentu.

Sedangkan Mazhab Syafi'i mendefinisikan haid sebagai darah yang

keluar dari rahim wanita, darah yang keluar bukanlah penyakit.

Menstruasi dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak empat kali dalam dua

ayat, sekali dalam bentuk fi’l mudhari (yahid) dan tiga kali dalam bentuk

ism mashdar (al-mahidh)


20

Dari uraian di atas dapat diketahui definisi haid antara ulama satu

dengan yang lainnya hampir sama, hanya ada sifat-sifat tertentu saja yang

membedakan satu dengan yang lain, sehingga dapat disimpulkan

bahwasanya yang dimaksud haid adalah sesuatu yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1) Yang keluar berupa darah yang memiliki warna, sifat serta tingkatan

tertentu, jika tidak demikian berarti bukan termasuk darah haid

2) Darah tersebut keluar dari ujung rahim wanita dan tidak semua darah

yang keluar tersebut darah haid, sebab bisa jadi darah tersebut keluar

karena luka

3) Wanita yang mengeluarkan darah tidak dalam keadaan sakit ataupun

melahirkan

4) Darah yang keluar mempunyai kriteria umum baik dari segi warna,

sifat dan tingkatannya, batas usia wanita serta waktu yang telah

ditentukan

Dalam fiqih Islam (Wardah Nuroniyah, 2019), menstruasi dibagi

menjadi lima hukum, yaitu:

5) Menstruasi menandakan baligh bagi wanita, sebagaimana keluarnya

air mani bagi pria. Dengan datangnya tanda baligh tersebut, maka

bagi wanita ataupun pria tersebut telah sah menjadi mukallaf

(diwajibkan menjalankan aturan-aturan syari’ah/taklif.

6) Diwajibkan mandi apabila masa menstruasi sudah berhenti, untuk

melakukan kewajiban-kewajiban dan aktivitas-aktivitas yang

dilarang pada masa menstruasi.

7) Berbilangnya menstruasi terkait dengan bilangan masa iddah bagi

wanita (tidak hamil) yang ditalaq suaminya, sebagaimana yang

disebutkan dalam al-Qur’an, kata quru berarti haid menurut ulama


21

Hanafiyyah dan Hanabillah, sedangkan menurut ulama Syafiiyyah

dan Malikiyyah kata quru berarti suci.

8) Menstruasi mendandakan kosongnya rahim, sebagaimana

disyari’atkannya iddah dengan maksud untuk memastikan

kosongnya rahim.

Apabila melihat kondisi menstruasi dalam pandangan hukum fiqih

Islam, maka ada beberapa istilah lain dalam hukum fiqih yang perlu

diperhatikan, antara lain: najis, hadas, mandi dan junub. Selanjutnya

akan dijelaskan lebih mendalam sebagaimana berikut:

1) Najis

Dalam literatur fiqih disebutkan bahwa najis menurut bahasa

adalah lawan dari suci. Adapun menurut istilah adalah suatu benda

atau sifat yang hina dan kotor menurut syara yang melekat baik pada

badan, tempat maupun baju. Najis dibedakan menjadi an-najasah al-

hukmiyah dan an-najasah al-haqiqiyah. An-najasah alhaqiqiyah

secara bahasa adalah suatu zat yang kotor seperti darah, kencing, tahi

(dikhususkan dengan istilah al-khabas). Sedangkan menurut syara

adalah kotoran yang mencegah dari sahnya shalat, sehingga

shalatnya tidak berguna. An-najasah al-haqiqiyah dibedakan

menjadi najis mugalladah, mutawasitah dan mukhaffafah, yang

ketiganya cara mensucikannya pun berbeda-beda (banyak dijelaskan

dalam literatur fiqih bab taharah dan najis). Adapun an-najasah al-

hukmiyah adalah sesuatu (perkara) yang dianggap ada dengan

adanya hal-hal yang dapat mencegah sahnya shalat, sehingga

shalatnya tidak berarti (dikhususkan dengan istilah al-hadas).

Kelompok najis ini ada yang disebut dengan hadas kecil (al-hadas

al-asgar) yang cara menghilangkannya dengan wudhu dan ada yang


22

disebut dengan hadas besar (al-hadas al-akbar/junub) yang cara

menghilangkannya dengan mandi.

Najis-najis ada yang telah disepakati ulama empat mazhab dan

ada pula yang menjadi perdebatan di dalamnya. Najis yang telah

disepakati ulama empat mazhab seperti babi, darah, bangkai hewan

dengan darah yang mengalir, kencing, muntah, tinja, khamr (benda

cair yang memabukkan), nanah, sedangkan wadi (kecuali menurut

Hanabilah mazi hukumnya suci wadi hukumnya najis). Sedangkan

Najis yang diperdebatkan ulama adalah anjing, bangkai hewan yang

darahnya tidak mengalir, bagian/potongan-potongan (yang tidak ada

darahnya) dari bangkai yang tertinggal, seperti tulang, gigi dan

lainnya, kemudian juga kulit bangkai, air kencing bayi yang belum

memakan apapun selain ASI, sisa binatang, mani, getah bening (luka

seperti cacar), mayat manusia dan air liur yang keluar dari orang

yang tidur.

2) Hadas

Dalam keterangan masalah najis di atas, disebutkan bahwa hadas

dibedakan dengan khabas. Hadas termasuk dari an-najasah al-

hukmiyah sedangkan khabas termasuk dari an-najasah al-haqiqiyah.

Hadas diartikan dengan suatu sifat syara yang melekat pada anggota

badan yang dapat menghilangkan kesucian (suci yang dikaitkan

dengan ibadah). Sedangkan khabas adalah suatu zat yang kotor

secara syara. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hadas

lebih bersifat abstrak, yaitu berupa sifat yang melekat pada manusia

(sehingga disebut dengan orang yang berhadas), sedangkan khabas

lebih nampak sifat kotornya pada suatu benda.


23

Hadas dalam fiqih dibedakan menjadi dua yaitu hadas kecil yang

cara bersucinya dengan wudhu dan hadas besar yang cara bersucinya

dengan mandi. Adapun sesuatu yang dapat menyebabkan orang

berhadas kecil ulama berbeda pendapat, menurut mazhab Hanafi ada

dua belas, yaitu:

1. Sesuatu yang keluar dari dua jalan, kecuali angin dari qubul.

2. Melahirkan yang tidak mengeluarkan darah.

3. Najis-najis yang mengalir selain dari kedua jalan, seperti darah,

nanah dan lainnya.

4. Muntah baik dari makanan, air, darah dan lainnya.

5. Tidur yang bersandar dan berubah posisi ketika bangun.

6. Pingsan.

7. Gila.

8. Mabuk.

9. Tertawa terbahak-bahak.

10. Menyentuh, memegang kemaluan tanpa aling-aling.

11. Makan daging unta.

12. Memandikan mayat

Sedangkan menurut mazhab Malikiyah ada tiga, yaitu:

1. Sesuatu yang keluar dari dua jalan, jumlahnya ada delapan yaitu

kencing, tinja, angin kentut, wadi, mazi, hadi, istihadah dan

mani laki-laki yang keluar dari farji perempuan setelah mandi.

2. Ada tiga, hilang akal seperti pingsan, gila, mabuk dan tidur.

Kemudian menyentuh atau memegang selain mahram dengan

sahwat, dan memegang kemaluan dengan telapak tangan bagian

dalam atau pinggir dengan aling-aling.


24

3. Irtidad dan keraguan, apabila seseorang yakin atau menduga ia

suci kemudian ragu berhadas, maka ia wajib berwudhu lagi,

begitu juga jika seseorang yang yakin berhadas dan ragu suci

maka ia juga wajib berwudhu. Mereka beralasan dengan kaidah

Menurut mazhab Syafiiyyah ada empat, yaitu:

1. keluarnya sesuatu dari dua jalan kecuali mani karena diwajibkan

mandi.

2. Hilangnya akal seperti gila, pingsan, tidur dan lainnya.

3. Bersentuhan kulit antara dua orang yang bukan mahram dan

4. Memegang kemaluan.

Sedangkan menurut mazhab Hanabilah ada delapan, yaitu:

1. keluarnya sesuatu dari dua jalan,

2. keluarnya najis-najis dari badan,

3. hilang akal,

4. memegang dua jalan (qubul dan dubur),

5. bersentuhan kulit yang bukan mahram dengan sahwat,

6. memandikan mayat,

7. memakan daging sembelihan dan hal-hal yang mewajibkan

mandi.

Adapun hal-hal yang dilarang bagi orang berhadas, ulama

sepakat yaitu; salat, tawaf, memegang mushaf dan membawa

mushaf.

3. Mandi (al-Gaslu)

Mandi artinya meratakan air ke seluruh tubuh. Ulama

membedakan antara mandi biasa (sehari-hari) dan mandi besar, yang

dimaksudkan mandi besar adalah mandi yang bisa menghilangkan

hadas besar seperti yang telah dijelaskan di atas, oleh karena itu ada
25

syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam mandi besar diwajibkan

apa yang diwajibkan dalam wudhu, baik dari segi kemutlakan air,

yaitu air yang suci dan mensucikan, juga tidak ada sesuatu yang

dapat mencegahnya air sampai ke kulit, diwajibkan juga berniat,

kecuali mazhab Hanafi yang menolak niat ini sebagai syarat sah

mandi.

Empat mazhab tidak mewajibkan dalam mandi besar itu dengan

caracara khusus, hanya mereka mewajibkan untuk meratakan air ke

seluruh badan. Mereka tidak menjelaskan apakah harus dari atas atau

sebaliknya.

Mazhab Hanafi mengharuskan berkumur-kumur dan menghirup

air ke dalam hidung lalu dihembuskan. Kemudian mensunnahkan

bila pertama memulai dengan menyiram air dari kepala,

mendahulukan tubuh sebelah kanan dari pada kiri.

Mazhab Syafi’i dan Maliki, mensunnahkan untuk memulai dari

bagian atas badan sebelum pada bagian bawah selain faraj

(kemaluan), karena faraj disunnahkan paling didahulukan dari pada

anggota yang lainnya.

Sedangkan Mazhab Hambali lebih disunnahkan mendahulukan

yang kanan dari pada yang kiri. Bahkan Imamiyah membagi mandi

besar ke dalam dua bagian yaitu, pertama, tertib ialah orang yang

mandi harus menyiramkan air pada tubuhnya dengan satu siraman.

Kedua, irtimas ialah menceburkan semua tubuhnya ke dalam air satu

kali (dengan cara menyelam).

4. Junub

Junub sebagaimana dalam fiqih, diartikan dengan keluarnya

mani dan berhubungan seksual antara laik-laki dan perempuan.


26

Junub termasuk dari kategori hadas besar yang mewajibkan mandi.

Menstruasi, seperti juga nifas dalam literatur fiqih seringkali disebut

juga dengan kata junub, dengan kata lain menstruasi dan nifas

termasuk junub. Hali ini karena sebagian besar hal-hal yang

diharamkan dalam junub, juga diharamkan untuk keduanya.

2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulai menstruasi

terakhir dan awal menstruasi berikutnya. Tanggal mulai dan berakhirnya

siklus menstruasi ditentukan oleh hari pertama periode menstruasi yang

tercatat. Untuk memperkirakan panjang siklus menstruasi rata-rata 21

hingga 35 hari (Martha, 2017).

Di dalam kajian fiqih, terdapat kategorisasi dalam ketentuan masa

menstruasi, yaitu:

1) Masa minimal menstruasi

Masa minimal menstruasi menurut ulama Hanafi adalah 3 hari 3

malam, sedangkan menurut ulama Malikiyyah adalah cukup setetes,

namun keluarnya setetes ini tidak dihitung untuk masa ‘iddah.

Ulama Syafiyyah dan Hannafi’ menetapkan bahwa masa menstruasi

minimal sehari semalam yaitu 24 jam.

2) Masa kebiasaan menstruasi

Lazimnya, seorang wanita mengeluarkan darah menstruasi selama 6

atau 7 hari. Dasarnya adalah hadis Nabi dari Imam at-Turmuzi:


27

3) Masa maksimum menstruasi

Mazhab Hanafi memberi batasan maksimal menstruasi adalah

sepuluh hari sepuluh malam. Beliau memakai metode adah dalam

menetapkan batas . Misalnya, apabila biasanya ia menstruasi empat

hari, ketika ia menstruasi enam hari, maka yang dihitung menstruasi

adalah yang empat hari, sisanya dua hari tidak dihitung sebagai

menstruasi Sedangkan Imam Malik tidak memberi batasan maksimal

menstruasi karena setiap wanita mempunyai masa yang berbeda-

beda. Hanya saja beliau menetapkan 15 hari bagi wanita yang

pertama kali mengeluarkan darah menstruasi (mubtada’ah). Menurut

pandangan Ima m Syafi’iiyyah dan mazhab Hambali, batasan

maksimum lamanya menstruasi adalah 15 hari.

3. Larangan-larangan bagi Perempuan yang sedang menstruasi

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa menstruasi dianggap

sebagai hadas besar, sehingga perempuan yang mengalami menstruasi

adalah orang yang mempunyai hadas besar. Para ulama sepakat bahwa

orang yang berhadas tidak boleh melakukan ritual-ritual yang dianggap

suci sebelum ia bersuci (biasa disebut dengan taharah), karena taharah

merupakan satu syarat pokok sahnya ibadah. Apabila seorang perempuan

sedang menstruasi, maka ada larangan-larangan tertentu yang harus


28

dijauhi, baik larangan dalam aspek ibadah maupun munakahah yang

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Dalam aspek Ibadah

1) Shalat

Semua ulama mazhab sepakat perempuan yang sedang

menstruasi dilarang melakukan shalat, baik wajib maupun

sunnah. Karena suci merupakan syarat sah seseorang dalam

melaksanakan shalat, sedangkan wanita yang sedang dalam

kondisi menstruasi termasuk wanita yang tidak suci.

2) Puasa

Ulama sepakat bahwa perempuan yang sedang dalam masa

menstruasi dilarang puasa, tetapi ia wajib mengqadanya, karena

puasa ramadhan adalah perintah yang terjadi satu tahun sekali.

Oleh karena itu kewajiban puasanya tidak gugur karena tidak

ada kesukaran untuk mengqadanya di hari lain, larangan tersebut

juga berlaku untuk puasa sunnah, ada ataupun puasa qada.

3) Tawaf

Jumhur ulama berpendapat bahwa perempuan yang sedang

dalam masa menstruasi dilarang tawaf, karenat tawaf

membutuhkan kesucian, sedangkan perempuan yang sedang

dalam masa menstruasi tidak suci.

4) Menyentuh, membawa mushaf dan membaca Al-Qur’an

Ulama mazhab sepakat dalam hal melarang perempuan yang

sedang dalam masa menstruasi menyentuh al-Qur’an, larangan

tersebut bersandar pada firman Allah dalam surat al-Wa qi’ah

ayat 79 yang berbunyi:


29

dan juga berdasarkan hadis:

Ulama Syafi’iyyahh membolehkan jika dalam keadaan

darurat, misalnya mushaf tersebut dikhawatirkan tenggelam,

terbakar, terkena najis atau jatuh pada tangan orang-orang kafir,

maka perempuan yang sedang dalam masa menstruasi wajib

membawanya, seperti kebolehannya membawa kitab-kitab

tafsir, hadis, dan fiqih yang memuat kalimat lain lebih banyak

dari pada al-Qur’an.

Sedangkan dalam hal membaca mushaf ulama berbeda

pendapat, yang dimaksud dengan membaca al-Qur’an adalah

melafazkan bacaan sehingga bisa didengar minimal oleh dirinya

sendiri, maka tatkala membaca dalam hati atau melihat mushaf

atau menggerakkan lidah saja tanpa terdengar suara sama sekali

ditelinganya sendiri, hal itu bukan termasuk membaca maka

tidak diharamkan. Menurut mazhab Maliki bagi perempuan

yang sedang dalam masa menstruasi dilarang membaca sesuatu

ayat dari al-Qur’an, kecuali sebentar dengan maksud untuk

memelihara (menjaga) dan menjadikannya sebagai dalil (bukti).

Pendapat ini hampir sama dengan Hanabilah. Sedangkan

menurut Hanafiyyah tidak boleh membacanya kecuali kalau ia

jadi guru mengaji al-Qur’an yang menyampaikannya kata

perkata (talqin; mengajarnya). Bahkan menurut mazhab Syafi’i

satu huruf pun bagi perempuan yang sedang dalam masa

menstruasi tetap diharamkan membacanya tanpa terkecuali,


30

kecuali hanya untuk berzikir (mengingat), seperti menyebutnya

pada waktu makan

5) Melewati atau masuk Masjid dan Berdiam Diri di Masjid

(I’tikaf)

Semua ulama mazhab sepakat bahwa bagi orang junub,

perempuan yang sedang dalam masa menstruasi dan nifas tidak

boleh berdiam di masjid, hanya berbeda pendapat tentang boleh

tidaknya kalau ia lewat di dalamnya, sebagaimana kalau ia

masuk dari satu pintu ke pintu lainnya. Mazhab Hanafi

berpendapat tidak boleh kecuali karena sangat darurat (penting).

Sedangkan mazhab Syafi’I dan Hanabilah berpendapat boleh

kalau hanya lewat, apabila tidak mengotori masjid, karena

mengotori masjid dengan najis atau dengan sesuatu yang kotor

adalah haram. Sedangkan berdiam diri di masjid tidak boleh.

Ulama Hanabilah membolehkan bagi untuk berdiam diri di

masjid hanya dengan berwudu apabila darahnya sudah tidak

keluar, karena sudah tidak adanya lagi hal yang dilarang, yaitu

takut mengotori masjid.

Para ulama menggunakan dalil pada ayat 43 surat an-Nisa:

6) Larangan Bersuci (taharah)

Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah perempuan yang

sedang dalam masa menstruasi diharamkan bersuci (taharah)

baik dengan cara berwudhu, mandi ataupun tayammum. Syarat

sahnya taharah perempuan yang sedang dalam masa menstruasi


31

adalah terhentinya darah menstruasi, jadi apabila perempuan

yang sedang dalam masa menstruasi melakukan taharah, maka

taharah itu tidak sah.

2. Larangan dalam Aspek Munakahah

1) Larangan melakukan Hubungan Suami Isteri

perempuan yang sedang dalam masa menstruasi berdasarkan

dalil ayat 222 dari surat al-Baqarah, yang berbunyi:

Jadi bagi suami dan isteri yang sedang dalam masa

menstruasi dihalalkan semuanya kecuali bersenggama, suami

juga tidak dibenarkan memaksa isterinya yang sedang dalam

masa menstruasi untuk bersetubuh. Menurut mazhab Hambali

bila ada yang melanggar ketentuan ini maka ia dihukumi

melakukan dosa kecil, untuk itu dia wajib membayar kafarat

dengan mengeluarkan sedekah satu setengah dinar (seperti

kafarat pada melakukan pelanggaran wati pada saat ihram),

dengan catatan kalau mampu, jika tidak, maka kewajiban

tersebut gugur dan dia wajib bertaubat.

Ulama dari golongan Hanafiyyah menyatakan suami dan

isteri boleh melakukan hubungan seksual jika darah

menstruasinya berhenti dan telah berlalu waktu satu salat yang

sempurna misalnya dzuhur sampai asar dan telah berlalu masa

maksimal menstruasinya (menurut kebiasaan), meskipun

perempuan tersebut belum mandi. Menurut mazhab ini,

perempuan yang darahnya berhenti kurang dari sepuluh hari,


32

suaminya tidak boleh menggaulinya sebelum isterinya mandi,

bila darah menstruasi berhenti lebih dari sepuluh hari maka

suami isteri tersebut boleh melakukan jima tanpa harus mandi

terlebih dahulu.

Sedangkan menurut ulama Syafi’iyyah, Maliki, Hanabilah

tidak boleh menggauli isteri yang telah terhenti darah

menstruasinya sampai isteri tersebut mandi ataupun tayammum

(apabila tidak ditemukan air). Bahkan ulama Maanayyah dan

Malikiyyah berpendapat boleh menggauli perempuan yang

menstruasi asal darahnya berhenti, walaupun baru sebentar

dengan catatan perempuan tersebut sudah mandi. Golongan ini

juga menganggap bahwa perempuan yang menghentikan darah

menstruasi dengan obat boleh disetubuhi, jadi jika ada orang

yang dorongan libidonya kuat dia diperkenankan menghentikan

darah menstruasinya sebelum melakukan hubungan seksual.

Perbedaan pendapat dalam hal kebolehan menggauli isteri

sesudah mandi ataupun sebelum mandi setelah darah

mensturuasi itu tidak keluar, disebabkan ulama berbeda dalam

menafsirkan ayat 222 surat al-Baqarah yang berbunyi:

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa yang harus

dihindari dari perempuan yang menstrausi seluruh tubuhnya. Ini

diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ubaidah al-Salmani dengan

alasan dalam surat al-Baqarah ayat 222, Allah tidak

mengkhususkan bagian-bagian yang harus dihindari, jadi wajib


33

menjauhi seluruhnya. Namun pendapat ini oleh jumhur ulama

dinilai syaz.

2) Larangan Talaq terhadap Perempuan Menstruasi

Para ulama memberikan syarat jika seorang suami akan

mentalaq isterinya, maka hendaknya seorang isteri dalam

keadaan suci (tidak dalam masa menstruasi dan tidak pernah

dicampuri pada masa sucinya itu antara dua masa menstruasi).

Apabila seorang isteri yang ditalaq sedang dalam masa

menstruasi , maka akan terjadi masa iddah yang sangat panjang

bagi isteri tersebut, karena ketika ia talaq tidak dihitung dalam

masa iddah. Oleh sebab itu para ulama melarangnya untuk

menghilangkan kesukaran bagi perempuan tersebut

Dalam surat at-Talaq ayat 1 yang berbunyi:

Pada ayat di atas yang dimaksud pada saat mereka menjelang

masuk iddah, menurut kesepakatan para ulama adalah masa

suci, yaitu pada saat mereka dalam tidak dalam masa menstruasi

dan tidak dicampuri menjelang ditalaq. Apabila talaq tersebut

dijatuhkan pada perempuan dalam dua keadaan di atas talaq

dinamakan talaq bid’i (bid’ah) dan hukumnya haram.

Ulama sepakat dalam melarang menceraikan isteri dalam

keadaan tidak suci, atau dalam keadaan suci tetapi telah

dicampuri terlebih dahulu. Tetapi mereka berbeda pendapat jika

talaq tersebut terlanjur terjadi. Mazhab Sunni mengatakan

bahwa larangan itu menunjukkan keharaman dan bukan fasad

(ketidak-absahan) dan bahwasanya orang yang melakukan talaq


34

dengan tidak memenuhi syarat-syarat diatas, dinyatakan berdosa

tetapi talaqnya sendiri tetap sah. Sedangkan mazhab Syafi’i

mengatakan bahwa, larangan tersebut mengandung arti fasad

dan bukan pengharaman. Sebab, semata-mata mengucapkan

lafaz talaq sama sekali tidak diharamkan, sebab yang dimaksud

disitu adalah talaq pura-pura atau sama dengan tidak pernah

mengucapkannya. Hal ini sama persis seperti larangan terhadap

jual beli khamr dan babi. Sekadar mengucapkan jual beli khamr

dan babi sama sekali tidak dilarang, bahkan tidak

mengakibatkan perpindahan hak milik. Menjatuhkan talaq boleh

dilakukan pada perempuan yang masa menstruasinya selesai,

walaupun perempuan tersebut belum mandi.

4. Premenstrual Syndrome (PMS)

Menurut buku Manajemen Kebersihan Menstruasi dan Pencegahan

Perkawinan Anak 2020, Premenstrual syndrome (PMS) adalah gejala- gejala

yang dapat dirasakan tubuh perempuan sebelum mengalami menstruasi. Tidak

semua perempuan mengalami PMS, tetapi sebagian besar perempuan

mengalami hal ini beberapa hari sebelum menstruasi. PMS disebabkan oleh

perubahan tingkat hormon dalam tubuh perempuan yang berdampak pada mood

atau emosi. Ketika PMS, beberapa perempuan merasa sedih, sementara yang

lain merasa mudah marah atau marah tanpa alasan yang jelas, atau ada yang

merasa payudaranya mengeras dan sakit. Hal ini wajar dan tidak perlu

dikhawatirkan

5. Tanda dan Gejala

Menurut Price dan Wilson (2012) dalam Harahap (2020) tanda dan

gelaja awal menstruasi yaitu:


35

1) Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara

2) Timbul jerawat

3) Nafsu makan meningkat

4) Berat badan bertambah

5) Perut terasa mulas dan kembung

6) Konstipasi

7) Sakit kepala

8) Pegal linu, keram

9) Nyeri punggung

10) Lemas dan lesu

11) Mudah lelah

12) Mudah cemas dan tersinggung

13) Sulit berkonsentrasi

14) Gangguan tidur (insomnea)

6. Menjaga Kebersihan Menstruasi

Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) adalah pengelolaan

kebersihan dan kesehatan pada saat perempuan mengalami menstruasi.

1) Penggunaan pembalut

Pada saat perempuan menstruasi, perlu menggunakan pembalut

untuk menampung darah yang keluar dari vagina. Pembalut yang

digunakan dapat berupa pembalut sekali pakai atau pembalut yang

dapat dipakai ulang. Pembalut yang dijual di pasaran atau di toko-

toko biasanya merupakan pembalut sekali pakai yang tidak dapat

digunakan kembali dan harus dibuang setelah digunakan. Pembalut

yang dapat dipakai ulang biasanya terbuat dari kain, bisa dicuci, dan

dapat digunakan kembali.


36

Pembalut harus diganti secara regular, maksimal sekali setiap 4

jam, walapun darah yang keluar hanya sedikit. Seringkali anak

menunggu sampai darah penuh dalam pembalut atau sampai 6 jam

atau lebih, hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi,

saluran kencing, dan iritasi kulit. Darah yang keluar ketika

menstruasi mengandung bakteri yang dalam waktu 30 menit sudah

duplikasi, sehingga dalam waktu 1-2 jam bakterinya sudah banyak.

Ideal waktu ganti pembalut bila masih banyak darah yang keluar

adalah pagi, tengah pagi, siang, tengah siang, sore, tengah sore dan

malam. Jenis dan harga pembalut yang dipakai bukan menjadi

pertimbangan karena yang penting frekuensi mengganti pembalut

yang teratur. Remaja perlu menghindari penggunaan bahan-bahan

sebagai pengganti pembalut seperti koran karena dapat menyebabkan

infeksi. Selain itu yang harus selalu diperhatikan bahwa perlu untuk

selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut

2) Cara membuang pembalut

Cara membuang pembalut supaya tidak menularkan penyakit,

harus dibungkus. Kalau pembalut banyak darahnya lebih baik dicuci

dulu dengan air mengalir, baru dibungkus dan dibuang. Pada

keadaan susah mendapatkan air pembalut boleh langsung dibungkus

dan dibuang. Pada saat membuang pembalut harus dipisahkan

dengan sampah rumah tangga. Pembalut mengandung plastik bagian

luarnya sehingga tidak degradable/ tidak bisa hancur, jadi harus ada

tempat pembuangan khusus dan diangkut oleh tukang sampah yang

dikelola dengan resmi. Pada daerah yang tidak ada pembuangan

sampah secara khusus misalnya di kampung atau di desa sampah

pembalut bekas dapat dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibuang


37

di tempat pembuangan akhir. Misalnya diletakkan di tempat sampah

yang tertutup rapat.

7. Mitos Seputar Menstruasi

Banyak remaja yang percaya pada mitos-mitos seputar menstruasi

yang sebenarnya merugikan anak perempuan. Informasi yang salah ini

sering didapat dari keluarga terutama ibu. Mitos yang banyak

berkembang diantaranya makan daging dan ikan ketika sedang

menstruasi darahnya jadi bau, dan banyak kegiatan yang tidak boleh

dilakukan ketika sedang menstruasi seperti tidak boleh keramas, tidak

boleh potong kuku, dan lain-lain.14 Membersihkan diri, termasuk

mencuci rambut, saat menstruasi baik dilakukan karena membuat badan

terasa segar dan melindungi tubuh dari bakteri dan bau. Dalam agama

islam tidak ada larangan mandi dan cuci rambut selama menstruasi.

Mitos dilarang memakan daging atau ikan ketika menstruasi sangat

menyesatkan.5 Daging dan ikan mengandung banyak protein dan zat besi

yang dibutuhkan perempuan untuk mengganti sel-sel darah merah yang

hilang saat menstruasi

8. Peran Laki-laki

Pengetahuan tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi juga

penting untuk laki-laki karena berdampak bagi meningkatnya

pengetahuan tentang kesehatan sistem reproduksi manusia,

meningkatnya keterampilan pola pengasuhan orang tua, dan mendorong

kesetaraan gender.

Banyak terjadi kasus dimana perlakuan laki-laki yang mengejek

ketika mengetahui teman perempuannya sedang mengalami menstruasi.


38

Hal ini berdampak negatif bagi perempuan, terutama yang masih

bersekolah. Bullying merupakan salah satu alasan dari fakta masih

adanya anak perempuan membolos sekolah ketika mereka mengalami

menstruasi.

Untuk itu, laki-laki wajib melalui peran mereka sebagai suami, ayah,

saudara, teman sekolah, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

penentu kebijakan sangat perlu memberikan dukungan kepada kebutuhan

spesifik perempuan, yaitu dapat mengelola menstruasinya dengan bersih,

aman dan nyaman.

Sebagai orang tua, sangat penting untuk menanamkan nilai ini

kepada anak laki-laki agar menghormati perempuan yang sedang

menstruasi dengan cara tidak menggoda, mengolok-olok, mengejek,

merundung atau bullying

3. Remaja

Menurut Episentrum (2010) dalam Permata (2019) Masa remaja adalah

suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik

secara fisik, maupun psikologis. Berdasarkan tumbuh kembangnya menuju

dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan

melewati sebagai berikut:

3) Masa remaja awal/dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.

4) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16 tahun

5) Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.

Perubahan psikologis remaja dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Masa remaja awal/dini


39

Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya

perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk

tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ

seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan

peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat drastis, tidak berurutan

dan terjadi pada sistem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi

dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi

serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini

disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer

dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer

mencangkup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin

misalnya, pada remaja putrid ditandai dengan menarche (menstruasi

pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubes, pembesaran buah dada,

pinggul, dan sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan

mengikuti perkembangan kemtangan seksual remaja. Anak remaja putri

mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun dan

mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun (Permata, 2019).

2. Masa remaja pertengahan

Masa Pertengahan (Antara Usia 15 hingga 18 tahun). Dimasa ini,

individu mulai mempunyai pola pikir yang baru. Teman terdekat masih

memiliki peranan pening akan tetapi remaja sudah mampu selfdirected.

Penerimaan dari lawan jenis juga merupakan hal penting.

3. Masa remaja lanjut

Dimasa ini remaja merupakan akhir dari masa anak-anak dan mulai

memasuki peran menjadi remaja dewasa. Proses ini remaja mulai


40

meyakinkan identitas diri dan berpikir secara realistik. Dr. H. Yudo

Dwiyono, S.Pd., (2021)

B. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan

penelitian ini, diuraikan di bawah ini:

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. BUSAROH Gambaran Berdasarkan hasil Persamaannya Perbedaan
WAJI, 2020 Tingkat penelitian ada pada dalam
Pengetahuan didapatkan bahwa penelitian penelitian ini
Tentang yang termasuk terkait tingkat yaitu pada
Swamedikasi tingakat pemahaman waktu dan
Nyeri Haid pengetahuan responden lokus
Primer Pada tinggi sebanyak penelitian,
Mahasiswi 84,37%,sedangka serta pada
Baru n mahasiswi yang penelitian ini
Di Universitas termasuk kategori responden
Islam Negeri tingkat yang
Maulana pengetahuan dilibatkan
Malik Ibrahim sedang sebanyak adalah
41

Malang 14,58% dan mahasiswi


mahasiswi yang yang mana
termasuk kategori dari segi
tingkat tingkat
pengetahuan pemahaman
rendah sebanyak dan
1,04%. pengetahuan
Berdasarkan hasil lebih baik
penelitian dapat dibandingkan
disimpulkan dengan siswi
bahwa tingkat MTs.
pengetahuan
tentang
swamedikasi nyeri
primer mahasiswi
baru Universitas
Islam Negeri
Maulana Malik
Ibrahim Malang
termasuk dalam
kategori tingkat
pengetahuan
tinggi dengan
presentase
84,37%.
2. Zazilatun Pemahaman Pemahaman santri Persamaan Perbedaan
Nikmah, Santri Tentang tentang haid dengan dalam
2020 Haid Dalam setelah penelitian penelitian ini
Kajian Fiqih mengkajian Fiqih tersebut adalah yaitu pada
Wanita Karya Wanita di Pondok meneliti waktu dan
Anshori Umar Pesantren tentang tingkat lokus
Di Pondok Mahasiswa ini pemahaman penelitian.
Pesantren maka santri bisa repsonden Serta pada
Mahasiswa membedakan terhadap metode
Al-Amin sifatsifat darah menstruasi pengumpulan
Ronowijayan haid dan warna- dalam data,
Siman warna darah haid. pandangan penelitian ini
Ponorogo Selain itu, santri fiqih Islam. hanya
juga bisa menggunakan
memahami metode
tentang waktu wawancara,
keluarnya darah Observasi dan
haid, hal-hal yang Dokumentasi.
dilarang ketika
haid, dan mandi
junub. Dan Para
santri juga sangat
penting untuk
mempelajari
tentang haid
dalam kajian fiqih
wanita
3. Qothrunnad Tingkat pengetahuan siswi Persamaan Perbedaan
a, 2021 Pengetahuan Madrasah pada penelitian yang nyata
Siswi Sekolah Tsanawiyah Al ini adalah pada adalah pada
Menengah Tsaqafah klasifikasi usia waktu, lokus.
Pertama mengenai responden Pada
Tentang gangguan yang relatif penelitian ini
42

Menstruasi menstruasi dapat sama, serta dalam metode


Dan diketahui bahwa penelitian ini pengumpulan
Gangguannya 41 orang membahas datanya
responden tentang tingkat menggunakan
(34,2%) memiliki pegetahuan kuesioner
pengetahuan yang siswi terhadap yang
baik, 73 orang menstruasi. berbentuk
responden pernyataan.
(60,8%) memiliki Sedangkan
pengetahuan yang untuk
cukup, dan 6 mengetahui
orang responden tingkat
(5%) memiliki pengetahuan
pengetahuan yang responden,
kurang. metode
kuesioner
benar atau
salah, tahu
atau tidak tahu
akan lebih
akurat.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka yang memberikan gambaran antara variabel keseluruhan serta

lengkap dengan bagan dan alur yang mejelaskan hubungan sebab dan akibat dari

sebuah fenomena. Kerangka teori dibuat berdasarkan penjelesan yang didapat saat

dilakukan kajian pada pustaka.(Adiputra, 2021)

Menstruasi
dalam fiqih Pengetahuan
Islam
43

Keterangan:

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

: Variabel yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada penelitian ini adalah metode deskriptif, Sugiyono

(2019), pada metode penelitian deskriptif tergolong pada jenis penelitian

berdasarkan tingkat eksplanasi. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau nilai satu atau lebih variabel secara

mandiri.

Jenis penelitian yang dimaksud yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan

tujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan siswi tentang menstruasi dalam

fiqih Islam di MTs. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung 2023.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai orang, faktor,

perlakuan terhadap objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Siyoto & Sodik, 2015).

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas ini biasanya diamati, diukur untuk diketahui hubungan atau

pengaruh dengan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel independen pada

penelitian ini adalah pengetahuan siswi MTs. Solokan Jeruk.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang

42
43

dikenal stimulus (Nursalam, 2020). Variabel dependen pada penelitian ini adalah

menstruasi dalam hukum fiqih Islam .

C. Definisi Operasional

Defenisi operasional berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan

progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang

menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove, 2015).

Pengetahuan, yang dimaksud dengan pengetahuan responden mengenai

menstruasi dalam fiqih Islam, yakni perilaku yang mencerminkan hidup bersih

dan sehat yang diketahui melalui jawaban yang diisi oleh responden pada

kuisioner.

Penilaian pengetahuan diperoleh dari pertanyaan yang diajukan dalam

bentuk kuisioner. Masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 untuk jawaban yang

benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah.

Tahu : Apabila jawaban responden 11-8

Cukup tahu : Apabila jawaban responden 7-4

Tidak tahu Apabila jawaban responden 3-0

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus dimana seorang peneliti

tertarik, populasi tidak terbatas pada subjek manusia. Peneliti menentukan

karakteristik yang membatasi populasi penelitian melalui kriteria kelayakan

(Cresswell, 2009).

Populasi merupakan semua objek atau subjek yang menunjukkan kualitas

dan karakteristik tertentu yanng diidentifikasi oleh peneliti sebelumnya dan

ditarik kesimpulannya (Donsu, 2020). Pada penelitian ini populasi dari


44

penelitian ini adalah remaja siswi MTs. Solokan Jeruk yang berjumlah 151

orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian jumlah dari total populasi. Sampel ditentukan oleh

sampel kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang dapat digunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Donsu, 2020). Sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik yang menentukan sampel

terbatas sebanyak dengan orang-orang tertentu atau kriteria pengambilan

sampel tertentu (Notoatmodjo, 2014).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus untuk

menentukan besarnya sampel. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin ialah rumus untuk menghitung

jumlah minimal sampel ketika perilaku populasi tidak diketahui secara pasti

(Nursalam, 2020). Rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel adalah

sebagai berikut :

N
n=
1+(d )2

Keterangan:
n = Besar sampel
N = Popilasi sampel
d = Tingkat signifikansi (p) / (d = 0,1) dimana tingkat signifikasi 10%
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, maka:
150
n= 2
1+ 150(0,1)
150
n=
1+ 150(0,01)
150
n=
1+ 1,50
150
n=
2,50
n = 60
45

Jadi berdasarkan perhitungan sampel yang diperoleh, maka jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 60 orang.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunaka metode non probability

sampling. Teknik purposive sampling didasarkan pada sutau pertimbangan tertentu

oleh peneliti (Notoatmodjo, 2014). Kriteria pengambilan sampel pada penelitian

dibedakan menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian yang akan diteliti dari

populasi sasaran yang terjangkau (Nursalam, 2020). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

a. Remaja putri siswi MTs. Solokan Jeruk

b. Bersedia menjadi responden penelitian

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah mengecualikan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi (Nursalam, 2020). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswi MTs. Solokan Jeruk yang tidak bersedia menjadi responden

b. Responden berhalangan hadir karena sakit

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, informasi yang diperlukan didapatkan melalui data

primer. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi

penelitian dan membagikan kuesioner untuk diisi sendiri oleh responden. Kuesioner

yang dibagikan berupa pertanyaan yang menggali pengetahuan remaja putri tentang

menstruasi dalam fiqih Islam di MTs. Solokan Jeruk Tahun 2023.


46

G. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Pengetahuan

Berdasarkan Penelitian Wawan (2010) bahwa untuk dapat mengetahui tingkat

pengetahuan responden bisa menggunakan kuesioner, wawancara, dan angket.

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan

responden (sudjana 2002). Pertanyaan pada kuesioner ini berjumlah 11 butir.

Dimana pada setiap soal memberikan pertanyaan tentang menstruasi dalam

fiqih Islam. Setiap jawaban responden yang benar akan diberi nilai 1 dan yang

salah akan diberi nilai 0. Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah

skala ordinal, dimana skor dengan menggunakan rumus statistik menrut

sudjana (2002). Dengan rumus nilai tertinggi dikurangi nilai terendah di bagi

jumlah kelas atau kategori. Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yakni:

a. Baik, hasil presentase 11-8

b. Cukup, dengan hasil presentsae 7-4

c. Kurang, dengan hasil presentase 3-0

H. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukut itu benar –

benar mengukur apa yang diukur. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur akurasi

yang digunakan dalam penelitian. Pertanyaan yang tidak valid di validasi dengan

mengoreksi pertanyaan yang ambigu dengan membuat kalimat singkat dan jelas

tergantung pada isi atau makna pertanyaan (Notoatmodjo, 2018).


47

Jumlah subjek uji validitas berjumlah 30 orang yang didapatkan secara

acak. Jumlah soal yang diuji validitas terdapat 15, r tabel pada taraf signifikan

5% adalah 0,361. Jika r hitung lebih besar dari 0,361 maka pernyataan tersebut

dikatakan valid. Tapi jika r hitung lebih kecil daripada 0,361 maka butir soal

tersebut dikatakan tidak valid dan harus dihilangkan atau diganti. Pada

penelitian ini terdapat 15 soal pengetahuan tentang personal hygiene. Ketika

diuji validitas semua butir soal valid karena r hitung lebih besar dari 0,361 maka

semua soal digunakan.

2. Reabilitas

Menurut Notoatmodjo (2018) Reliabilitas merupakan indeks yang

menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten

atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

software computer (SPSS 26) menggunakan model Alpha Cronbach. Instrumen

dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach 0,676 > 0,60 (Notoatmodjo, 2018).

Dari jumlah soal 10 yang valid kemudian di uji reliabilitas hasilnya

semua soal reliabel . Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan melalui lembar

keasioner kepada siswi kelas VIII dan telah menstruasi dengan jumlah

responden 30 orang.

I. Teknik Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2014) teknik analisa data adalah cara mengolah

supaya dapat disimpulkan atau di interpretasikan sebagai informasi. Dalam

melakukan analisis data, terlebih dahulu data wajib diolah. Dalam proses
48

pengolahan data terdapat beberrapa langkang yang ditempuh, antara lain sebagai

berikut :

1. Pengolahan Data

a. Editting

Peneliti akan melakukan editting setelah mengumpulkan data.

Peneliti kembali meneliti responden yang telah selesai. Periksa kembali

jumlah responden yang sudang mengisi. Pada kuesioner penelitian

memberikan tanda wajib diisi yang meyakinkan untuk menghindari jawaban

yang tidak lengkap.

b. Scoring

Scoring adalah memberikan angka pada lembar jawaban angket

untuk setiap subjek skor setiap item atau pertanyaan dalam angket ditentukan

setelah dengan perangkat pilihan (option). Penulis akan melihat kuesioner

dan menghitung skor total setiap pertanyaan untuk setiap variabel dan skor

subvariabel.

c. Tabulating

Data di atas akan diringkas dalam bentuk tabel karena data lebih

mudah dibaca ketika data dihitung menggunakan tabel frekuensi pada

langkah ini.

2. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi,

seperti:
f
P= x100%
n

Keterangan :

P = Presentasi

f = Frekuensi variable
49

n = Jumlah sampel

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel

distribusi dan narasi

J. Prosedur Penelitian

Persyaratan penting untuk melakukan penelitian adalah kepatuhan yang

sistematis, terencana, dan ilmiah terhaddap konsep tersebut. Prosedur penelitian

yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret. Langkah pertama adalah

mencari permasalahhan yang diangkat sebagai bahan penelitian. Kemudian,

setelah menentukan topik permasalahan, peneliti melakukan survei pendahuluan

pada remaja putri di MTs. Solokanjeruk.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Sebelum peneliti akan melakukan penelitian, peneliti akan terlebih dahulu

melakukan uji etik oleh tim etik Universitas ‘Aisyiyah Bandung.

b. Peneliti melakukan pengolahan data secara langsung untuk mengumpulkan

responden.

c. Untuk responden dipilih dengan metode purposive sampling dengan

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

d. Peneliti melakukan pengumpulan responden yang sesuai dengan kriteria.

e. Peneliti melakukan perkenalan diri pada kelompok inklusi dan menjelaskan

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses penelitian yang akan

dilakukan.
50

f. Responden diberikan informed consent dan kuesioner.

g. Penelitian ini dilakukan secara langsung pada kelas pada pukul 10.00-11.00

WIB.

Tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut digambarkan dalam bagan sebagai

berikut:

Waktu

No Tahapan Hari

Senin Rabu Jum’at


Uji etik oleh tim etik
1 Universitas ‘Aisyiyah
Bandung      

Pengumpulan data
2
responden
     
Perkenalan diri dari
peneliti dan
3 menjelaskan tujuan
serta manfaat
penelitian      
Memberikan
4
kuesioner      
Gambar 3.1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian
Sumber: Penulis, 2023

K. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MTs Solokan Jeruk.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Maret 2023.

L. Etika Penelitian
51

Menurut Kemenkes RI (2017) penelitian kesehatan memiliki kekuatan moral

sehingga penelitian dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk etika penelitian,

yaitu:

1. Respect for autonomy

Pada tahap awal peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Menstruasi dalam Fiqih Islam Siswi

MTs. Solokan Jeruk Tahun 2023 kepada kode etik penelitian. Selanjutnya

dilakukan ethical clearance dari kode etik. Setelah peneliti mendapatkan surat

permohonan izin pelaksanaan penelitian dan ethical clearance dari kode etik,

maka peneliti mengajukan surat permohonan untuk diadakan penelitian kepada

Kepala Sekolah MTs. Solokan Jeruk. Setelah mendapat persetujuan dari lokasi

penelitian maka peneliti memulai penelitian di MTs. Solokan Jeruk kepada 60

responden.

Setelah itu, peneliti memberikan penjelasan kepada 60 responden

tersebut tentang penelitian ini. Setelah pengambilan sampel dilakukan, maka

peneliti memberikan lembar penjelasan kepada responden dan diberikan lembar

persetujuan dan melakukan pengisian lembar kuesioner yang berjumlah 11

butir, untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswi tentang menstruasi dalam

pandangan fiqih Islam.

2. Privacy

Kerahasiaan informasi ataupun identitas responden/confidentiality

dijamin oleh peneliti dan kelompok data tertentu saja yang akan digunakan

untuk kepentingan penelitian/hasil riset. Beneficience dilakukan peneliti

dimana peneliti sudah berupaya penelitian ini memiliki prinsip kebaikan

kepada responden untuk meningkatkan pengetahuan responden dalam


52

pemeliharaan personal hygiene saat menstruasi, dan tidak bersifat non-

maleficience ataupun bersifat merugikan kepada responden.

3. Anonymity

Peneliti telah menjelaskan secara jujur/veracity mengenai tujuan,

manfaat, dan apa yang diperoleh responden dari peneliti jika responden

dilibatkan dalam penelitian ini, dan juga telah memperkenalkan diri secara

detail kepada responden. Peneliti juga telah memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Nonmaleficence

Prinsip etika keadilan (justice), prinsip ini menekankan setiap orang

layak mendapatkan sesuatu sesuai dengan haknya menyangkut keadilan

distributif dan pembagian yang seimbang (equitable). Tidak dibiarkan

mengambil keuntungan/kesempatan dari ketidakmampuan dan penelitian ini

tidak menimbulkan dampak buruh kepada pihak yang terlibat. Penelitian ini

memberikan dampak positif terhadap siswi MTs. Solokan Jeruk dalam hal

pengetahuan tantang menstruasi dari pandangan fiqih Islam.


53

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra. I. M. S., dkk. (2021). Metode Penelitian Kesehatan. Medan: Yayasan Kita

Menulis.

Ahmad suryadi. (2020). Teknologi dan Media Pembelajaran Jilid I. Jawa Barat:Cv

Jejak, anggota IKAPI

Ardiani, N. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi Kader Dengan

Keikutsertaan Dalam Pelatihan Kader Posyandu Di Puskesmas Jatisrono I

Kabupaten Wonogiri. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Budiman dan Riyanto, A. (2019). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Cresswell, 2009. Research Design. (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed)

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dahlan, M. Sopiyudin. (2018) Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia

Dartiwen dkk,(2019), Asuhan kebidanan pada Kehamilan, Yogyakarta. CV Andi Offiset

Donsu, T. D. J. (2020). Metodologi Penelitian Keperawatan. PT. Pustaka Baru.

Dr. H. Yudo Dwiyono, S.Pd., 2021. Perkembangan Peserta Didik. CV. Budi Utama
54

ElMowafy, R. Moussa, M. dan ElEzaby, H. (2014). Effect of Health Education Program

on Knowledge and Practices about Menstrual Hygiene among Adolescents Girl at

Orphanage Home. IOSR Journal of Nursing and Health Science ( IOSRJNHS ).

Volume 3, Issue 6 Ver. I.

Ernawati S, Saribanon N, Suprihatin, et al. Manajemen Kesehatan Menstruasi.

Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. R. (2015). Understanding nursing research: Building

an evidence-based practice. Elsevier Health Sciences.

Gunawan, Heri. 2021. Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta.

Harahap, D. P. (2020). Hubungan perilaku personal hygiene saat menstruasi dengan

kejadian pruritus vulvae pada siswi di smp negeri 3 batang angkola kabupaten

tapanuli selatan tahun 2020. Skripsi, 71–72.

Hidayat, A. A. (2020). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Salemba

Medika.

Khatib A, Adnani SS, Sahputra RE. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Personal Hygiene dengan Gejala Vaginitis pada Siswi SMPN 1 Kota Padang dan

SMPN 23 Padang. J Kesehat Andalas. 2019;8(1):19.

Lailatul, K., & Mukhoirotin. (2018). Potensi Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Personal Hygiene Menstruasi. 2(1).

Lestari. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha

Medika.

Maharani, R. Dan W. Andriyani. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Santriwati di MTs Pondok Pesantren Dar

El Hikmah Kota Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(1) : 6977.


55

Martha, dkk. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang Kesehatan. Depok:

Rajawali Pers.

Mubarok, E. S. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Pengantar Keunggulan

Bersaing. Bogor: Penerbit In Media.

Muttaqin, A. I., & Supraptiningsih, E. (2017). Character Strength pada Atlet

Penyandang Tuna Daksa di NCPI Kota Bandung. SCHEMA - Journal of

Psychological Research, 3(1), 58 - 68.

Mustikawati, I. S. (2013). Perilaku Personal Hygiene Pada Pemulung Di Tpa. Forum

Ilmiah Volume, 10(1), 27–35.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Nursalam, (2012). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jilid I. Jakarta :

Salemba Medika.

Pasanda, A. (2016). Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penjamah Makanan

Sesudah Diberikan Penyuluhan Personal Hygiene di Hotel Patra Jasa Semarang.

Permata, D. D. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Vulva

Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Puteri Di Smp N 01 Pulau Beringin

Sumatera Selatan Tahun 2019. 1–89. http://repository.unas.ac.id/636/

Price, Sylvia. A, & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit.

Vol 6 [Internet]. 6th ed. Jakarta:

Purba Ramen A, dkk. (2021). Media dan Teknologi Pembelajaran. Medan: Yayasan
56

Kita Menulis.

Purnama, N.L. 2021. PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PERSONAL HYGIENE

SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA. Jurnal Keperawatan. 10, 1 (May 2021)

Radila, W. (2022). Hubungan Personal Hygiene Individu Dengan Kejadian Pityriasis

Versicolor : Sebuah Tinjauan Pustaka. Jurnal Medika Hutama, 03(02), 1758–1763.

Ramly, I. Q., Ndoen, H. I., & Ndoen, E. M. (2020). Gambaran Perilaku Kebersihan Diri

Saat Menstruasi pada Siswi Kelas VIII SMP Negeri 13 Kupang Tahun 2019.

Timorese Journal of Public Health, 2(1), 40-50.

RI, K. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Nasional. http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-

sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik.2015.Dasar Penelitian.Yogyakarta:Literasi Media

Publishing.

Setiawati, P., Setyawati, E., Palin, Y. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu

Nifas di Rs Dr.R.Hardjanto Balikpapan Tahun 2021. Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kaltim.

Suci, B. S. P. (2022). EFEKTIVITAS METODE EDUKASI TERHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS VII TENTANG MENSTRUAL

HYGIENE DI SMPN 25 MAKASSAR. In ‫( הארץ‬Vol. 2, Issue 8.5.2017).

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2019). ALFABETA Metode . Jurnal: logi Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Suryani dan Agung ( dalam Nunuk Suryani, 2018). Media Pembeljaarann Inovatif.
57

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syukrianti Syahda, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Peran Orang Tua (Ibu)

Dengan Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smpn 2 Ukui Kabupaten

Pelalawan. 4(1), 1–9.

Ummah. 2019. Pijat Perineum Selama Masa Kehamilan Terhadap Kejadian Ruptur

Perineum Spontan. Jakad Publishing : Surabaya.

Utomo, Muhajir; Sudarsono; Rusman , Bujang; Sabrina, Tengku; Lumranraja, Jamalam;

Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar- Dasar Pengelolaan. Jakarta: Prenedamedia

Group. 150-156hal.
53

Anda mungkin juga menyukai