KEBIDANAN ISLAMI II
Oleh:
KOORDINATOR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan Modul Mata Kuliah Kebidanan Islami II ini. Modul ini merupakan
bagian dari media bahan ajar yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap materi perkuliahan yang disampaikan, khususnya mata kuliah Kebidanan Islami II.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
bahan penyempurnaan di masa mendatang. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat
kepada siapapun yang berminat untuk memperdalam Kebidanan Islami II khususnya dalam
bidang kebidanan.
Hormat
kami,
Penyusun
PENDAHULUAN
Dalam agama Islam kita pasti akan mengenal dengan yang namanya Fiqih. Fiqih
adalah ilmu mengenai hukum syara’ yang bersifat amaliyah (perbuatan) yang digali dari
dalil-dalil yang terperinci (sistematis, argumentatif). Kita akan sulit melakukan ibadah
tanpa kita mengetahui ilmu tentang Fiqih, karena dengan fiqih kita bisa mengetahui berbagi
hukum syra’.
Dalam ilmu Fiqih sendiri terdapat berbagai hukum yang mencangkup aspek-aspek
kehidupan, seperti tentang Thaharah yang artinya bersuci. Sehubungan dengan Thaharah,
saya disini ingin membahas tentang Haid, karena kita sebagai umat manusia tidak akan
lepas dengan yang namanya Haid ini. Jadi saya rasa ini penting untuk kita bahas, karena
mencangkup kehidupan manusia.
Haid itu merupakan keluranya darah dari wanita yang telah balig atau dewasa.
Waktunya pun akan terjadi setiab bulan sekalai pada wanita yang normal. Ketika wanita
sedang mengalami masa haid ada bebagai macam hal-hal yang dilarang dan ada pula yang
diperbolehkan. Untuk lebih jelasnya tentang haid akan di jelaskan lebih detail dalam bab
berikutnya.
KEGIATAN BELAJAR
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang haid.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang haid.
URAIAN MATERI
TINJAUAN ISLAM TENTANG HAID
1. Pengertian Haid
Haid secara bahasa adalah mengalirnya sesuatu. Dalam munjid fi al lugah kata haid –tanpa
menjelaskan asal usul dan padanannya- berasal dari kata ḥaḍa-ḥaiḍan yang diartikan dengan
keluarnya darah dalam waktu dan jenis tertentu. Berbeda dengan pernyataan di atas, menurut
al Lihyani dan Ibnu Sukait dalam Lisan al ‟Arab kata ḥaḍa dan ḥasya mempunyai arti yang
sama yaitu mengalir dan menempel. Sedangkan menurut Abū Sa‟id kata ḥaḍa mempunyai
arti yang sama dengan jaḍa.
Secara syara‟, haid adalah darah yang keluar dari rahim perempuan dalam keadaan sehat
dan tidak karena melahirkan atau sakit pada waktu tertentu. Dalam al-Qur'an lafad haid
disebutkan empat kali dalam dua ayat; sekali dalam bentuk fi'il muḍāri‟ present and future
(yaḥīḍ) dan tiga kali dalam bentuk ism maṣdar (al-maḥīḍ). Masalah haid dijelaskan dalam
firman Allah surat Al Baqarah ayat 222
” Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ”Haid itu adalah kotoran.” oleh sebab
itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid dan janganlah kamu
mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang telah ditentukan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang yang bertobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” Sebab turunnya ayat ini
dijelaskan dalam hadits riwayat Ahmad bin Hanbal dari Anas. Dalam hadits tersebut
diceritakan bahwa jika perempuan yahudi haid masakannya tidak dimakan dan tidak boleh
berkumpul bersama keluarga di rumahnya. Salah seorang sahabat menanyakan hal itu kepada
Nabi, kemudian Nabi berdiam sementara maka turunlah ayat tersebut di atas. Setelah ayat itu
turun, Rasulullah bersabda "lakukanlah segala sesuatu (kepada isteri yang sedang haid)
kecuali bersetubuh". Pernyataan Rasulullah ini sampai kepada orangorang Yahudi, lalu
orang-orang Yahudi dan mantan penganut Yahudi seperti shock mendengarkan pernyataan
tersebut. Apa yang selama ini dianggap tabu tiba-tiba dianggap sebagai "hal yang alami"
(adzan). Kalangan mereka bereaksi dengan mengatakan apa yang disampaikan oleh laki-laki
itu (Rasulullah) adalah suatu penyimpangan dari tradisi besar kita. Usayd bin Hudayr dan
Ubbad bin Basyr melaporkan reaksi tersebut kepada Rasulullah; lalu wajah Rasulullah
berubah karena merasa kurang enak terhadap reaksi tersebut dan kami (Usayd ibn Hudayr
dan Ubbad bin Basyr) mengira beliau marah kepada mereka berdua. Mereka berdua langsung
keluar (sebelumnya) beliau menerima air susu hadiah dari mereka berdua. Lalu Rasulullah
mengutus orang untuk mengejar mereka dan memberi mereka minum susu, sehingga mereka
berdua tahu bahwa rasulullah tidak marah kepada mereka.
Masalah haid juga diceritakan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan olah Bukhāri,
Aisyah berkata,” kami keluar bersama Nabi untuk melaksanakan haji. Ketika kami sampai di
Sarif, aku mengalami haid. Lalu Nabi menghampiriku, dan saat itu aku hanya menangis. Nabi
kemudian bertanya,” apa yang membuatmu menangis?” aku menjawab: ‟ sepertinya aku
tidak bisa berhaji tahun ini,‟ rasulullah bersabda,” apakah engkau sedang haid?” aku
menjawab,”ya” rasulullah bersabda
Itu adalah sesuatu yang telah allah tetapkan untuk anak- anak perempuan adam‟. Biasanya
perempuan pertama kali haid ketika berumur duabelas sampai lima belas tahun. Terkadang
ada juga perempuan yang sudah mengalami haid sebelum atau setelah umur tersebut.
Keadaan ini tergantung kondisi fisik dan psikisnya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan umur untuk perempuan haid,
sehingga ketika ada perempuan yang mengalami haid sebelum atau sesudah batasan usia
tersebut bisa dipastikan darah yang keluar dari rahim perempuan adalah darah penyakit dan
bukan darah haid. Perbedaan itu disebabkan tidak adanya penjelasan dari nash mengenai hal
itu. Para ulama menetapkan batasan itu dengan melihat kebiasaan dan keadaan perempuan.
Menurut Hanafi usia perempuan ketika pertama kali haid adalah sembilan tahun qamariah
atau tiga ratus lima puluh empat hari dan umur berhentinya haid adalah limapuluh lima tahun.
Sedangkan menurut maliki, perempuan itu mengalami haid dari umur sembilan tahun sampai
tujuhpuluh tahun.
Menurut Syafii tidak ada batasan umur bagi terhentinya masa haid, selama perempuan
itu hidup haid masih mungkin terjadi padanya. Tetapi biasanya sampai umur enampuluh dua.
Hambali batas akhir umur perempuan haid adalah limapuluh tahun, hal ini berdasarkan qaul
‟aisyah ”ketika perempuan sampai umur limapuluh tahun, dia sudah keluar dari batasan haid”
dan ia juga menambahkan :” perempuan tidak hamil setelah ia berumur limapuluh tahun”
Ad-Darimi berkata,” setelah melihat pendapat yang berbeda tentang hal tersebut, ia berkata,‟
semua pendapat itu menurutku salah. Karena semua pendapat itu didasarkan pada keluarnya
darah haid. Maka, jika sudah keluar darah dari rahim perempuan pada keadaan bagaimanapun
atau usia berapapun pastilah ia haid.” pendapat itu juga yang dipakai ibnu taimiyah, kapan
saja perempuan haid, walaupun usianya kurang dari sembilan tahun atau lebih dari limapuluh
tahun ia tetap dihukumi haid. Karena hukum haid itu dikaitkan dengan keluarnya darah
tersebut dan bukan pada usia tertentu.
Sesungguhnya haid disifati dengan sifat yang asli, salah satunya haid adalah darah
yang keluar dari rahim. Seperti firman allah dalam surat Al Baqarah:228”
.....tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada allah dan hari akhirat....
Menurut para mufassir, makna arhamihinna dalam ayat ini adalah haid atau hamil, sehingga
sifat asli haid adalah darah yang keluar dari rahim sedangkan istihaḍah adalah darah yang
keluar karena adanya pembuluh darah yang terputus.
Ciri- ciri darah haid menurut Nabi adalah sebagai berikut,
a) Warnanya hitam
b) Pekat
c) Mencolok dikarenakan sangat panas
d) Keluarnya darah tersebut untuk memberikan manfaat
e) Baunya berbeda dengan darah- darah yang lain
f) Warnanya sangat merah47
2. Perbedaan Haid, Nifas, dan Istihadhah
Ada tiga macam darah yang keluar dari kemaluan perempuan:
a) Darah haid
b) Darah nifas
c) Darah istihadhah
Haid adalah darah yang keluar dari rahim perempuan dalam keadaan sehat dan tidak karena
melahirkan atau sakit yang terjadi pada waktu tertentu.
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim dengan sebab melahirkan, baik itu keuarnya itu
bersamaan ketika melahirkan, setelahnya ataupun sebelumnya dua atau tiga hari disertai rasa
sakit. Istihadhah adalah darah yang tidak biasa dan bukan bersifat alamiah dari fisik
perempuan, melainkan karena adanya pembuluh darah yang terputus.
Hukum perempuan istihaḍah ada tiga, yaitu:
1. Seperti hukum perempuan suci dan tidak dikenai hukum perempuan haid ataupun nifas.
2. Disunahkan berwudhu setiap mau melaksanakan shalat
3.Penghitungan siklus haid dan istihadahah dengan beberapa cara: pertama, dengan
membedakan sifat darah haid dan darah istihadhah. kedua, dengan melihat kebiasaan haid
yang sebelumnya. ketiga dengan melihat kebiasaan haid perempuan pada umumnya.
Sedangkan hukum nifas sama dengan haid, segala sesuatu yang diharamkan bagi
perempuan haid juga haram bagi perempuan nifas. Tetapi ada beberapa hukum yang
berbeda antara haid dan nifas, yaitu:
a) Iddah
Masa iddah itu dihitung dari haid bukan nifas. Karena jika thalak terjadi sebelum
melahirkan, maka habisnya iddah setelah ia melahirkan bukan karena nifasnya. Dan jika
thalak terjadi setelah melahirkan, perempuan tersebut menunggu masa haidnya sebagai
masa iddahnya
b) Masa ila‟
Ila‟ itu dihitung selama masa haid dan tidak dihitung selama masa nifas. Yang dimaksud
dengan ila‟ adalah seorang suami bersumpah untuk tidak menggauli istrinya selamanya
atau lebih dari empat bulan. Maka, jika suami telah bersumpah kemudian istri memintanya
untuk berjima‟, dijadikanlah masa empat bulan sebagai masa sumpahnya.
Jika sudah habis masa empat bulan ia boleh berjima‟ atau berpisah karena permintaan
istrinya. Selama masa tersebut, jika istri mengalami nifas itu tidak dihitung bagi suami dan
ditambahkan selama empat bulan sesuai dengan hitungan masanya. Berbeda dengan haid,
maka masa haidnya dihitung bagi suami.
c) Tanda Baligh
Balighnya seorang perempuan ditandai dengan haid dan bukan dengan nifas. Karena
seorang perempuan tidak mungkin bisa hamil sampai ia haid. Maka tanda balighnya
perempuan itu dengan keluarnya darah haid dan itu pasti terjadi sebelum melahirkan.
3. Masa Haid dan Masa Suci
Para ulama berbeda pendapat mengenai lamanya masa haid, menurut syafii dan ahmad
paling sedikitnya haid adalah sehari semalam dan paling lama adalah limabelas hari.
Sedangkan menurut Abu Hanifah paling sedikit tiga hari tiga malam dan jika kurang dari itu
disbut darah fasad dan paling lama haid adalah sepuluh hari. Menurut Maliki tidak ada
batasan minimal dan batas maksimal bagi haid, walau hanya keluar satu tetes sudah terhitung
haid. Sedangkan sedikitnya masa suci diantara haid menurut jumhur ulama adalah limabelas
hari. Karena dalam satu bulan biasanya perempuan mengalami siklus haid dan suci,
sedangkan maksimal haid adalah limabelas hari sehingga minimal suci adalah limabelas hari
juga. Menurut hanabilah sedikitnya suci diantara haid adalah tigabelas hari. Seperti yang
diriwayatkan Ahmad dari ‟Ali,” sesengguhnya seorang perempuan yang ditalak suaminya
datang kepada Ali. Dia berkata bahwa sedang haid dihari yang ketigabelas.
B. Asal Usul Darah Haid
Kata haid adalah istilah khusus yang digunakan dalam al quran. Istilah ini tidak ditemukan
dalam teks taurat ataupun injil. Istilah sebelumnya adalah menstruasi, kata menstruasi (mens)
berasal dari bahasa indo-eropa. Akar katanya dalah manas, mana, atau men, yang sering juga
disingkat ma, artinya sesuatu yang berasal dari dunia gaib kemudian menjadi makanan suci
yang diberkahi lalu mengalir kedalam tubuh yang memberikan kekuatan bukan hanya pada
jiwa tapi juga fisik.
Mana juga berhubungan dengan kata mens(latin) yang kemudian menjadi kata mind
(pikiran) dan moon (bulan). Keduanya memiliki makna yang berkonotasi spiritual. Dalam
bahasa yunani men berarti month (bulan), sehingga perempuan yang mendapat menstruasi
sering kita sebut sedang datang bulan.
Menurut kepercayaan umat nasrani darah menstruasi muncul bersamaan dengan terjadinya
dosa asal (original sin). Seperti diceritakan dalam injil bahwa akibat rayuan hawa/ eva, adam
lengah dan memakan buah terlarang, akibatnya keduanya menerima kutukan.
Dalam injil ditegaskan bahwa:
”Manusia itu menjawab:‟ perempuan yang kamu tempatkan disisiku, dialah yang memberi
dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan‟. Dalam Kitab Talmud (Eruvin 100b)
disebutkan bahwa akibat pelanggaran Hawa/Eva di Sorga maka kaum perempuan secara
keseluruhan akan menanggung 10 beban penderitaan:
1. Perempuan akan mengalami siklus menstruasi, yang sebelumnya Hawa/ Eva tidak pernah
mengalaminya.
2. Perempuan yang pertama kali melakukan persetubuhan akan mengalami rasa sakit.
3. Perempuan akan mengalami penderitaan dalam mengasuh dan memelihara anak-anaknya.
Anak-anak membutuhkan perawatan, pakaian, kebersihan, dan pengasuhan sampai
dewasa. Ibu merasa risih manakala pertumbuhan anakanaknya tidak seperti yang
diharapkan.
4. Perempuan akan merasa malu terhadap tubuhnya sendiri.
5. Perempuan akan merasa tidak leluasa bergerak ketika kandungannya berumur tua.
6. Perempuan akan merasa sakit pada waktu melahirkan.
7. Perempuan tidak boleh mengawini lebih dari satu laki-laki.
8. Perempuan masih akan merasakan hubungan seks lebih lama sementara suaminya sudah
tidak kuat lagi.
9. Perempuan sangat berhasrat melakukan hubungan seks terhadap suaminya, tetapi amat
berat menyampaikan hasrat itu kepadanya.
10. Perempuan lebih suka tinggal di rumah.
Dalam ajaran Islam darah haid disebut al adzan karena darah tersebut adalah darah
yang tidak sehat dan tidak diperlukan lagi oleh organ tubuh wanita. Bahkan kalau darah itu
tinggal dalam perut perempuan akan menimbulkan masalah, karena itu disebut adzan. Jadi
darah haid tidak ada hubungannya dengan dosa bawaan ataupun sesuatu yang bersifat mistis.
Menstruasi merupakan salah satu ciri yang menandai masa peburtas perempuan. Menstruasi
pertama kali biasanya dialami oleh perempuan sekitar usian sepuluh tahun, namun bisa juga
lebih dini atau lebih lambat. Menstruasi merupakan fitrah perempuan yang menandakan
perempuan tersebut sehat dan sistem reproduksinya berjalan dengan baik. Menurut ilmu
kesehatan darah yang keluar saat menstruasi merupakan darah akibat peluruhan dinding
rahim(endotrium). Darah tersebut mengalir dari rahim menuju leher rahim, kemudian keluar
melalui vagina.
C. Hukum Perempuan Haid dan Larangan-Larangan Bagi Perempuan Haid
1. Hukum Perempuan Haid
Dalam tradisi fiqh, terdapat lima hukum yang berkaitan dengan perempuan haid,
sebagaimana yang dirumuskan oleh para ahli fikih. Yakni:
a) Perempuan yang haid wajib mandi setelah selesai masa haidnya
b) Haid sebagai pertanda baligh.
c) Penentuan kosongnya rahim seorang perempuan pada masa iddah dengan haid. Sebab,
pada dasarnya hikmah iddah adalah untuk mengetahui kosongnya rahim.
d) Penghitungan mulainya masa iddah dengan haid, menurut madzab Hanafi dan Hanbali.
Karena mereka memaknai lafadh tslasata quru‟ dengan haid. Iddahnya perempuan yang
tidak hamil otomatis selesai dengan selesainya haid yang ketiga dan haid yang terjadi
ketika talak tidak terhitung. Sedangkan menurut madzab maliki dan syafi‟i quru‟ berarti
at thuhru, maka penghitungan iddah dimulai dengan masa suci dan berakhirnya masa
iddah dengan mulainya haid yang ketiga. Masa suci saat jatuhnya talak terhitung dalam
hitungan tsalasata quru‟ walaupun cuma sebentar.
e) Ditetapkannya kafarah atau hukuman karena melakukan jima‟ pada masa haid
2. Larangan-Larangan Bagi Perempuan Haid
Ada delapan hal yang dilarang bagi perempuan haid, yakni sebagai berikut:
a) Shalat
b) Sujud tilawah
c) Menyentuh mushaf
d) Masuk masjid
e) Thawaf
f) I‟tikaf
g) Membaca al quran
h) Thalak
Dari beberapa larangan diatas tiga hal yang menjadi ikhtilaf para ulama yaitu,
1. Masuk Masjid
dalam hal ini ulama terbagi menjadi tiga pendapat, pendapat pertama yan melarag
perempuan haid memasuki masjid secara muthlak dan ini adalah pendapat madzab maliki.
Kedua, pendapat yang melarang melarang perempuan haid memasuki masjid dan
membolehkan jika sekedar lewat, dan ini adalah pendapat syafii. Ketiga, pendapat yang
membolehkan perempuan haid memasuki masjid dan ini adalah pendapat ẓahiri.
2. Menyentuh Mushaf
Jumhur ulama mengakui kemu‟jizatan al Quran sehingga melarang menyentuh al Quran
bila tidak mempunyai wudhu, berhadas kecil saja dilarang apalagi yang berhadas besar
seperti haid. Sedangkan bagi Ẓahiri tidak dilarang menyentuh mushaf walau tidak
mempunyai wudhu. Perbedaan ini disebebakan perbedaan memahami ayat dalam Qs. Al
waqi‟ah:79
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (Qs. Al waqi‟ah:79) Menurut Daud
al Ẓahiri al quran yang dimaksud oleh ayat diatas bukanlah al quran yang sekarang kita lihat,
tetapi al quran yang bukan makhluk dan tersembunyi di lauh al mahfudh. Sedangkan mushaf
yang kita pegang saat ini adalah makhluk, sehingga tak perlu dalam keadaan suci tuk
menyentuhnya dan orang haid maupun junub juga tidak dilarang menyentuhnya.
3. Membaca Al-Quran.
Para ulama yang mengharamkan perempuan haid membaca al quran berpedoman pada
hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmiżi dan Ibnu Mājah dari Ibnu Umar, yang berbunyi
“Janganlah perempuan yang haid dan orang junub membaca sesuatupun dari al Quran”
Menurut sebagian yang lain hadits itu ḍa‟īf, sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum.
Ibnu Taimiyah berkata: melarang perempuan haid membaca al Quran sama sekali bukanlah
sunnah dari Nabi.
D. Hadits Sebagai Hujjah Hukum
1. Kedudukan hadits ṣaḥīḥ dan hasan dalam berhujjah
Ulama hadits maupun fikih sepakat menggunakan hadits ṣaḥīḥ dan hasan sebagai hujjah.
Hadits ṣaḥīḥ dan hasan mempunyai sifat yang dapat diterima(maqbūl). Periwayat hadits
hasan hafalannya kurang sempurna dibandingkan dengan periwayat hadits ṣaḥīḥ, tetapi
periwayat hadits hasan masih dikenal sebagai orang yang jujur dan jauh dari perbuatan dusta.
Hadits maqbūl menurut sifatnya dibagi menjadi dua. Pertama, dapat diterima menjadi hujjah
dan diamalkan(hadits maqbūl ma‟mul bih). Kedua, hadits maqbūl yang tidak dapat dapat
diamalkan.
Hadits maqbūl yang ma‟mul bih, ialah:
a. Hadits muhkam adalah hadits yang tidak mempunyai pertntengan dengan hadits lain yang
dapat mempengaruhi artinya. Dikatakan muhkam karena dapat diamalkan dengan pasti
tanpa keraguan sedikitpun.
b. Hadits mukhtalif yang dapat dikompromikan
c. Hadits rajih adalah sebuah hadits yang terkuat diantara hadits yang berlawanan
d. Hadits nasikh adalah hadits yang datang lebih akhir, yang menghapuskan ketentuan hukum
hadits sebelumnya.64
Hadits maqbūl yang ghairu ma‟mul bih, ialah:
a. Hadits mutasyabih adalah hadits yang sukar dipahami maksudnya karena tidak dapat
diketahui ta‟wilnya.
b. Hadits mutawaqqaf fih adalah dua buah hadits maqbūl yang tidak dapat dikompromikan,
ditarjihkan, dan dinasakhkan sehingga hadits ini dibekukan untuk sementara.
c. Hadits marjuh adalah sebuah hadits yang ditenggang oleh hadits maqbūl lain yang lebih
kuat.
d. Hadits mansukh adalah hadits maqbūl yang dihapuskan oleh hadits maqbūl yang datang
kemudian.
e. Hadits maqbūl yang maknanya berlawanan dengan al quran, hadits mutawatir, akal sehat
dan ijma‟ ulama.
2. Kedudukan hadits ḍa‟īf dalam berhujjah
Ulama berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya hadits ḍa‟īf diriwayatkan untuk
berhujjah. Dalam hal ini terbagi menjadi tiga pendapat:
Pertama, melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits ḍa‟īf. Baik untuk
menetapkan hukum maupun untuk memberikan sugesti keutamaan amal. Ini adalah pendapat
Ibnu Bakar al ‟Arabi.
Kedua, membolehkan mengamalkan hadits ḍa‟īf dengan melepaskan sanadnya dan tidak
menerangkan sebab-sebab kelemahannya, untuk memberi sugesti, menerangkan keutamaan
amal(fadhail al a‟mal). Bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat. Ini adalah pendapat
Ahmad bin Hanbal, Abdur Rahman bin Mahdy dan Abdullah bin Mubarak.
Ketiga, membolehkan berhujjah dengan hadits ḍa‟īf untuk fadhail al a‟mal dengan beberapa
syarat, yaitu;
a. Hadits ḍa‟īf yang keḍa‟īfannya tidak tidak keterlaluan. Oleh karena itu hadits ḍa‟īf yang
disebabkan rawinya pendusta dan banyak salah tidak dapat dijadikan hujjah, kendatipun
untuk fadail al a‟mal.
b. Dasar a‟mal yang digunakan oleh hadits ḍa‟īf tersebut masih dibenarkan oleh hadits yang
maqbūl (hadits ṣaḥīḥ dan hasan). Artinya hadits ḍa‟īf tersebut memiliki muttabi‟ hadits
ṣaḥīḥ.
Hadits muttabi‟ adalah hadits yang mengikuti periwayatan rawi lain sejak pada gurunya
atau gurunya guru. Sedangkan periwayat yang mengikuti periwayatan seorang guru atau
gurunya guru dari rawi lain disebut muttabi‟. Apabila periwayat yang lebih dari satu orang
itu menerima hadits tersebut dari guru yang sama maka hadits itu disebut hadits mutabi‟
tamm, jika periwayat tersebut menerima hadits tersebut dari guru-guru yang berbeda maka
hadits yang dimaksud disebut dengan hadits mutabi‟ qashir. Dengan bahasa yang lebih
mudah muttabi‟ adalah periwayat yang menjadi pendukung sanad lain ditingkat selain
sahabat. Bila dukungan itu terletak ditingkat sahabat disebut dengan syahid. Menurut Ibnu
Katsir hadits syahid adalah jika sebuah hadits diriwayatkan secara makna dari jalur lain,
yang berasal dari sahabat yang berbeda.
Islam adalah agama yang amat mementingkan kesihatan. Melalui syariatnya, ia telah
mendidik umatnya supaya suka dan gemarkan kepada penjagaan kesihatan, selari dengan
naluri manusia yang menginginkan hidup yang sihat. Kesihatan pada umumnya berpunca
daripada kebersihan. Dengan itu, umat Islam disarankan agar sentiasa berada dalam keadaan
suci bersih terutamanya ketika beribadat kepada Allah. Peraturan-peraturan seperti istinjak,
wuduk, mandi junub, tayammum, samak dan lain-lain, adalah secara hakikinya membawa
kepada kebersihan dan kesucian lahiriah. Justeru artikel ini akan menonjolkan aspek
penjagaan kebersihan diri dari dimensi saintifik sebagai tambahan panduan yang
dikemukakan oleh al-Quran dan al-Sunnah.
KEGIATAN BELAJAR
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang kebersihan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang kebersihan.
URAIAN MATERI
Pengertian Bersih
Perbincangan tentang pengertian bersih akan dilihat dari segi aspek bahasa dan istilah. Oleh
kerana artikel ini tertumpu kepada nas-nas daripada al-Qur‟an dan hadith, maka ia lebih
merujuk kepada perkataan yang datangnya dari bahasa Arab.
Perkataan bersih dalam bahasa Melayu bermaksud tidak kotor, bebas daripada
pencemaran, jujur dan ikhlas, suci, murni, bebas daripada amalan yang tidak baik seperti
rasuah dan penyelewengan serta bebas daripada anasir yang tidak baik. Sementara perkataan
kebersihan pula, berupa kata nama daripada kata kerja bersih, yang menggunakan imbuhan
ke...an membawa maksud satu keadaan atau perihal bersih sama ada dari aspek fizikal
maupun mental.
Dalam bahasa Inggeris, perkataan yang memberikan makna bersih disebut sebagai clean
(bersih dan cuci), neat (kemas) dan tidy (elok, rapi dan kemas). Manakala dalam bahasa
Arab, perkataan yang digunakan untuk merujuk kepada makna kebersihan dalam bahasa
Melayu ialah al-Taharah dan al-Nazafah. Oleh itu, perkataan al-Taharah secara etimologinya
merujuk kepada makna bersih, bebas dan suci daripada najis (najis hissi seperti air kencing
dan macnawi seperti keaiban dan maksiat). Sementara perkataan al-Nazafah dari sudut
etimologi pula bermaksud penyucian. Dalam hal ini, kedua-dua perkataan al-Taharah dan al-
Nazafah telah digunakan bagi memberikan maksud kepada kebersihan dalam bahasa Melayu.
Maksudnya :
“Janganlah engkau sembahyang di masjid itu selama-lamanya, kerana sesungguhnya masjid
(Quba‟ yang engkau bina wahai Muhammad), yang telah didirikan di atas dasar takwa dari
mula (wujudnya), sudah sepatutnya engkau sembahyang padanya. Di dalam masjid itu ada
orang-orang lelaki yang suka (mengambil berat) membersihkan (menyucikan) dirinya; dan
Allah mengasihi orang-orang yang membersihkan diri mereka (zahir dan batin).”
Menurut al-Qurtubi,17 ayat ini diturunkan untuk menceritakan keadaan lelaki yang berada di
dalam masjid Quba‟. Mereka ini sentiasa bersuci dengan cara beristinjak dengan air,
sebagaimana hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah bahawa Rasulullah s.a.w.
bersabda:
. Maksudnya:
“Ayat ini diturunkan kerana menjelaskan keadaan ahli Quba‟ yang mana mereka telah
beristinjak dengan air maka turunlah ayat ini.”
Hukumnya wajib menurut pandangan al-Maliki, al-Shafici dan al-Hanabilah. Berdasarkan
dalil dari hadith-hadith Nabi s.a.w. iaitu antaranya: َ
Maksudnya:
“Nabi s.a.w. apabila keluar untuk qadak hajatnya, aku dan hamba sahaya akan mendatangkan
air untuk Nabi beristinjak dengannya.”
Maksudnya:
“Nabi s.a.w. merasa untuk membuang air besar lalu disuruh aku bawa kepadanya tiga biji
batu. Namun aku hanya mendapat dua sahaja, lalu aku cari yang ketiga tetapi tidak ada. Oleh
itu aku ambil tahi kering dan membawanya kepada Nabi. Maka ketika itu Nabi mengambil
dua batu tersebut dan membuang tahi kering dan berkata ini kotor.”
Padar dasarnya, hukum asal dalam menyucikan najis adalah dengan air. Walau
bagaimanapun, Imam al-Nawawi telah meletakkan tiga syarat apabila beristinjak dengan
selain daripada air. Pertamanya ialah ia bersih dan suci, kedua ia kering dan dapat membuang
najis seperti arang atau tanah yang keras; serta ketiga ialah benda yang bukan dihormati
seperti roti dan tulang. Ini sebagaimana yang telah dimaklumkan oleh Rasulullah s.a.w. di
dalam hadith sebelum ini. Oleh itu, pada pandangan penulis, istinjak juga boleh mengunakan
semua benda yang keras lagi kesat (tidak merbahaya) yang boleh menghilangkan najis seperti
batu, daun, kertas tisu, tembikar, tanah keras, rumput kering dan sebagainya.
Oleh itu, apabila seseorang itu ingin melepaskan hajat, adab-adab ketika beristinjak
hendaklah dipatuhi. Pertama, tidak beristinjak dengan tangan kanan, terlindung dari
pandangan manusia, tidak mengadap kiblat sekiranya dia berada di tempat yang lapang dan
ada pendinding yang tinggi yang dapat menutup auratnya, beristibrak, merenjis air pada
kemaluan atau pakaian untuk menghapuskan syak atau was-was syaitan serta tidak
membuang air di jalan orang ramai atau tempat berkumpul, atau pada lubang, atau di bawah
pokok yang berbuah atau pada air yang tenang dan bertakung.
Asal perkataan dari bara‟a dan maksudnya pada bahasa ialah terpelihara atau bebas.
Manakala pada istilah pula ialah bebas atau kosong dari tinggalan baki air kencing dan suci
tempat salirannya sama ada dengan cara mengerakkan zakar atau genggam dengan kuat dan
seumpama dengannya..
Dari segi perubatan, air kencing mengandungi bahan beracun yang dibebaskan oleh badan
manusia. Bahan beracun ini adalah bahan kimia yang mengandungi banyak kekotoran.
Justeru apabila badan manusia dan pakaian mereka tercemar dengan air kencing, maka
mereka juga turut terdedah dengan kuman-kuman dan bahan beracun yang dikeluarkannya.
Tegasnya melalui istinjak dan mengamalkan adab-adabnya akan menghindari seseorang dari
penyakit berjangkit, pencemaran kepada kuman-kuman dan parasit-parasit yang merbahaya.
Manakala pembuangan najis yang betul akan mencegah merebaknya penyakit-penyakit
berjangkit seperti taun, demam kuning, demam kepialu dan sebagainya.
Maksudnya :
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sembahyang (padahal
kamu berhadas kecil), maka (berwuduklah) iaitu basuhkanlah muka kamu, dan kedua belah
tangan kamu meliputi siku, dan sapulah sebahagian dari kepala kamu, dan basuhlah kedua
kedua belah kaki kamu meliputi buku lali...”
Menurut Ibn Kathir, ayat ini adalah suatu perintah supaya melakukan wuduk ketika ingin
menunaikan solat. Namun bagi orang yang berhadas, ia adalah wajib dan bagi orang yang
ingin bersuci ia adalah sunat serta amat digalakkan. Dikatakan perintah berwuduk setiap kali
solat adalah wajib pada permulaan Islam kemudian ia telah dinasakh. Ini kerana ia
membebankan lalu dibolehkan berwuduk sekali sahaja untuk semua solat selama mana
seseorang itu tidak berhadas.
Sementara itu, ulama juga telah menetapkan berwuduk wajib disertai dengan niat. Kemudian
digalakkan seseorang menyebut nama Allah sebelum membasuh muka dan membasuh dua
tapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam bekas air. Semua ini boleh didapati dalam
kebanyakan hadith tentang wuduk.
Dari itu, dapat difahami bahawa wuduk disyariatkan apabila setiap kali seseorang ingin
menunaikan solat. Seseorang boleh melaksanakan solat dengan sekali sahaja wuduk selama
mana dia tidak berhadas dan boleh menyapu kedua khufnya untuk memperbaharui wuduk.
Pensyariatan wuduk diperkukuhkan lagi menerusi hadith-hadith nabi s.a.w., antaranya apa
yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah: 34 َ
Maksudnya: “Tidak diterima solat seseorang yang berhadas sehingga dia berwuduk.” Lalu
berkata seorang lelaki dari Hadramaut apa yang dimaksudkan dengan hadas wahai Abu
Hurayrah? Maka Abu Hurayrah berkata ia adalah angin atau kentut.
Sementara dalam menerangkan cara berwuduk, sabda Nabi s.a.w.:
Maksudnya:
“Sesungguhnya Usthman bin Affan r.a. minta diambilkan air wuduk. Maka dia membasuh
kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Setelah itu dia berkumur dan memasuk dan
mengeluarkan air melalui lubang hidung. Kemudian usthman membasuh wajahnya sebanyak
tiga kali, membasuh tangan kanannya sampai ke siku sebanyak tiga kali, membasuh tangan
kirinya seperti itu, mengusap kepalanya, membasuh kaki kanannya sampai ke buku lali
sebanyak tiga kali dan setelah itu membasuh kaki kirinya juga seperti itu. Kemudian Uthman
bin Affan berkata, “Aku telah melihat Rasulullah s.a.w. berwuduk seperti wudukku ini”.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang berwuduk sepertiku, kemudian
melakukan rukuk sebanyak dua kali dan tidak bercakap maka dosanya yang lalu telah
diampuni Allah.”
Manakala hadith lain yang menerangkan cara berwuduk juga ialah apa yang diriwayatkan
oleh cAbdullah bin Zayd iaitu sabda Nabi s.a.w.:
Maksudnya :
“Seorang lelaki berkata kepada Abd Allah bin Zayd dan dia adalah datuk cAmru bin Yahya:
“Adakah boleh kamu perlihatkan kepadaku bagaimana cara Rasulullah s.a.w. berwuduk?”
Maka kata Abd Allah bin Zayd: “Ya”. Lantas dia meminta air dan meletakkan di atas kedua
tangannya dan membasuh sebanyak dua kali. Kemudian selepas itu dia berkumur-kumur,
menghirup air ke dalam hidung sebanyak tiga kali. Selepas itu, dia membasuh muka tiga kali,
kedua tangannya sampai ke siku dua kali dan menyapu kepala dengan tangannya dari depan
ke belakang hingga ke hujungnya dan kembali mengulangi seperti permulaan tadi. Akhirnya
dia membasuh kedua kakinya.”
Oleh yang demikian, daripada hadith-hadith tersebut dapatlah difahami bahawa fardu wuduk
ada enam perkara iaitu niat, membasuh muka, membasuh kedua-dua tangan hingga ke siku,
menyapu sebahagian kepala, membasuh kedua-dua kaki hingga ke buku lali dan tertib
sebagaimana yang kita fahami dari ayat sebelum ini.
Untuk mendapatkan wuduk yang lebih sempurna seseorang dikehendaki melakukan sunat-
sunat wuduk seperti membaca basmalah, membasuh dua tapak tangan sebanyak tiga kali,
menggunakan siwak, berkumur, memasukkan air ke dalam hidung, menyelati janggut yang
tebal, menyapu semua kepala, menyelati antara celah-celah jari kedua-dua belah tangan dan
kaki dengan air, menyapu kedua telinga luar dan dalam, mendahulukan bahagian tubuh yang
sebelah kanan, mengulangi membasuh setiap anggota wuduk sebanyak tiga kali, mengosok
iaitu melalukan tangan ke atas anggota ketika membasuhnya, berturut-turut dengan tidak
putus, melebihkan membasuh bahagian kepala, atas siku dan buku lali dan bersederhana
ketika menggunakan air, mengadap kiblat, tidak bercakap-cakap dan tashahhud setelah
selesai berwuduk dan berdoa. Wuduk yang dilakukan beberapa kali sebelum menjalankan
ibadah solat mempunyai kesan dan faedah-faedah kesihatan. Umpamanya menjaga dari
berlakunya pemindahan penyakit melalui tangan yang kotor, melancarkan perjalanan darah,
mencergaskan badan serta membebaskan bahagian tubuh yang terdedah dari kekotoran yang
sentiasa melekat di badan. Pengulangan sebanyak tiga kali dalam wuduk akan dapat
membersihkan anggotaanggota badan yang terdedah dengan habuk, debu malah kuman-
kuman yang membawa penyakit kepada manusia. Kenyataan ini disokong dengan kajian
yang telah dijalankan bahawa kebanyakan kanser kulit berlaku kerana terdedah kepada bahan
kimia yang pelbagai khasnya kepada pekerja di kilang petrol. Oleh yang demikian, cara yang
paling baik untuk mencegah kanser kulit ini adalah dengan menghilangkan bahan-bahan
kimia yang melekat di atas permukaan kulit dengan membasuhnya berulang-ulang kali
sehingga hilang dari sel-sel kulit tersebut.
Begitu juga di dalam wuduk, amalan berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung
turut disunatkan. Berkumur adalah memasukkan air ke dalam mulut untuk mengeluarkan
sisa-sisa makanan yang masih melekat di celah-celah gigi. Amalan ini akan dapat
menghindarkan bau busuk akibat tindakbalas kimia oleh bakteria-bakteria yang berkumpul di
dalam mulut dan menjaga kesegarannya. Manakala memasukkan air ke dalam hidung akan
mengeluarkan debu atau habuk yang melekat di dalamnya. Justeru, sistem pernafasan dapat
berjalan dengan lancar.
c. Kebersihan dengan mandi
Mandi pada bahasa adalah mengalirkan air pada seluruh badan. Pada syarak pula, mandi
bermaksud mengalirkan air pada seluruh badan dengan niat tertentu. Pensyariatan mandi ini
dapat dilihat dalam firman Allah S.W.T. yang berikut: َِ
Maksudnya:
Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad), mengenai (hukum) haid. Katakanlah:
“Darah haid itu satu benda yang (menjijikkan dan) mendatangkan mudarat”. Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan (jangan bersetubuh dengan isteri kamu)
dalam masa datang darah haid itu, dan janganlah kamu hampiri mereka (untuk bersetubuh)
sebelum mereka suci. Kemudian apabila mereka sudah bersuci maka datangilah mereka
menurut jalan yang diperintahkan oleh Allah kepada kamu. Sesungguhnya Allah mengasihi
orang yang bertaubat, dan mengasihi orang yang sentiasa mensucikan diri.
Dalam ayat tersebut, Allah menyuruh hamba-Nya mandi kerana haid. Menurut Ibn Kathir,
ulama bersepakat bahawa wanita yang telah suci dari haid boleh disetubuhi apabila dia mandi
dengan air atau bertayammum. Manakala al-Qurtubi juga berpendapat demikian namun turut
membawa pendapat Mujahid, cIkrimah dan Tawus iaitu apabila seorang wanita suci daripada
haid maka suami boleh bersetubuh dengannya namun hendaklah berwuduk terlebih dahulu.
Maksudnya: “...dan jika kamu berjunub (berhadas besar) maka bersucilah dengan mandi
wajib...”
Dalam ayat ini al-Qurtubi menerangkan ia adalah perintah agar mandi dengan air.
Sebagaimana pendapat cUmar dan Ibn Mascud r.a. Perkataan junub adalah lafaz yang
digunakan untuk mufrad, muthanna, jamak, muzakkar dan mu‟annath. Manakala janabah dari
segi makna syarak ialah menjauhi solat, tidak membaca al-Qur‟an, tidak menyentuh mashaf,
tidak masuk masjid sehingga seseorang itu mandi junub (wajib). Sebab-sebab janabah ada
dua iaitu keluarnya air mani dan bertemu dua alat kelamin. Firman Allah S.W.T:
Maksudnya:
Wahai orang yang beriman, janganlah kamu hampiri sembahyang (mengerjakannya) sedang
kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu sedar dan mengetahui akan apa yang kamu
katakan. Dan janganlah pula (hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub (berhadas
besar)- kecuali kamu hendak melintas sahaja- hingga kamu mandi bersuci...
Manakala ayat di atas pula menjelaskan, orang yang berjunub hendaklah mandi wajib atau
bertayammum sekiranya tidak terdapat air atau tidak dapat menggunakan air. Menurut Dr.
Wahbah al-Zuhayli, ayat ini melarang seseorang menghampiri solat dalam keadaan berjunub
kecuali jika dia ingin melintas di dalam masjid sahaja. Sementara bagi al-Qurtubi, maksud
cabiri sabil ialah musafir menurut Ali, Ibn Abbas, Ibn Jubayr, Mujahid dan alHakam.
Sesungguhnya tidak sah melakukan solat kecuali selepas seseorang itu mandi. Adapun orang
yang musafir, dia dibolehkan bertayammum sekiranya tidak ada air.
Dari itu dapat difahami daripada keterangan di atas, suruhan mandi pada ketiga-tiga ayat ini
adalah wajib kerana sebab haid dan berjunub. Selain itu, dapatlah disimpulkan
bahawa, mandi terbahagi kepada dua iaitu mandi yang diwajibkan dan mandi yang
disunatkan. Mandi yang diwajibkan adalah kerana janabah seperti bersetubuh, haid,
melahirkan anak (wiladah) dan mati. Sementara mandi yang disunatkan ialah mandi yang
solat tetap sah walaupun tanpanya seperti mandi hari jumaat, mandi pada dua hari raya,
mandi gerhana matahari dan bulan dan sebagainya.
Oleh itu, pensyariatan mandi sunat dan mandi wajib adalah sebagaimana hadith di bawah: َ
Maksudnya:
“Menjadi tanggungjawab ke atas setiap orang Islam untuk mandi sehari dalam tujuh hari.”
Sementara, hadith yang diriwayatkan oleh Umm al-Mu‟minin Maymunah r.a pula
menerangkan bagaimana cara mandi wajib
Maksudnya: Aku meletakkan air untuk Rasulullah s.a.w. mandi wajib. Baginda menyiram
kedua tangannya dan membasuh kedua tangannya dua atau tiga kali. Seterusnya baginda
menyiram air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dan membasuh kemaluannya
(dengan menggunakan tangan kiri). Selepas itu, baginda menyapu tangannya ke tanah,
kemudian baginda menyedut air ke dalam hidung dan mengumur mulut kemudian
mengeluarkannya. Seterusnya baginda membasuh mukanya dan kedua tangannya dan
menyapu kepalanya tiga kali. Selepas itu, baginda menyiram air ke atas tubuhnya, kemudian
baginda s.a.w. berpindah dari tempat tersebut dan mencuci kedua kakinya.
Justru, ringkasan cara mandi wajib berdasarkan dalil-dalil di atas ialah pertama niat.
Kedua membaca bismillah, ketiga mencuci tangan sebanyak tiga kali, keempat mencuci
kemaluan dengan tangan kiri, kelima menggosokkan tangan kiri ke tanah lalu mencucinya.
Boleh juga mencuci tangan kiri itu dengan sabun. Keenam berwuduk. Wuduk boleh
dilakukan seperti wuduk untuk solat ataupun menangguhkan mencuci kaki selepas selesai
mandi. Ketujuh menyela-nyela rambut secara merata lalu menyiramnya tiga kali dengan air
sepenuh dua telapak tangan. Kelapan memulakan dengan bahagian kanan tubuh, kesembilan
meratakan air ke seluruh tubuh dan ia meliputi lipatan tubuh seperti ketiak dan lain-lain. Ini
berdasarkan hadis A’isyah. Akhirnya beralih dari tempat mandi dan membasuh kaki.
Pakar sains perubatan telah menjalankan kajian bahawa di bawah kulit manusia
terdapat banyak mikroorganisma. Mikroorganisma akan keluar dan berada di hujung rambut
dan bulu roma apabila setiap kali manusia berpeluh atau selepas melakukan hubungan
dengan isterinya. Apabila seseorang itu keluar berurusan tanpa mandi janabah (wajib)
terlebih dahulu maka kekotoran dan mikroorganisma ini akan menjangkiti orang lain. Oleh
itu, hikmah diwajibkan mandi wajib ini adalah untuk tujuan pembersihan diri. Dari segi
sainsnya pula, bakteria yang terkena air akan mati, akibat tekanan osmosis di dalam badan
yang tinggi daripada tekanan osmosis di luar badan sehingga air boleh menyerap masuk ke
dalam badannya lalu bakteria mati kerana mengalami overhydration.
Selanjutnya pendedahan yang memeranjatkan telah dijalankan oleh Martin J. Blaser iaitu
profesor dalam bidang mikrobiologi di Universiti Perubatan, New York. Beliau menyatakan
bahawa kulit manusia adalah rumah zoo kepada mikroorganisma yang tidak dapat dilihat
dengan mata kasar. Lanjutan daripada hasil kajian beliau, didapati 182 spesis bakteria ditemui
di atas kulit.
Dengan menyedari hakikat ini, kepentingan mandi dilihat, dapat menghindarkan kulit terkena
jangkitan kuman. Sebagaimana yang diketahui, kulit adalah organ manusia yang paling besar
dan mempunyai tujuh fungsi. Antaranya kulit bertindak sebagai rintangan di antara
persekitaran luar dan dalam badan iaitu sebagai pemisah. Lapisan epidermis atau lapisan
terkematu merupakan lapisan perlindungan daripada kemasukan bakteria, ini merupakan
perlindungan tahap pertama. Lapisan berkematu yang sentiasa gugur, menyebabkan bakteria
sukar membiak dan bertapak tetap pada kulit. Malah menurut satu kajian yang telah
dijalankan, kulit yang kering kurang sesuai untuk pembiakan mikroorganisma berbanding
kulit yang lembap atau berpeluh. Ini kerana, ia menyediakan tempat yang sesuai untuk
mikroorganisma hidup.
Pengeluaran peluh, minyak, debu, habuk dan kekotoran yang terkumpul pada kulit akan
meracuni lapisan kulit tadi, lantas memudaratkan keseluruhan badan. Justeru, mandi dan
berulang-ulang melakukannya dapat membersihkan semua ini dan menghilangkan bau busuk
akibat berpeluh. Kajian terkini pula membuktikan bahawa, mandi selepas melakukan
persetubuhan akan dapat menyegarkan kembali fikiran, tubuh badan yang penat,
mencergaskan jaringan saraf reseptor, saraf tunjang dan mengembalikan keseimbangan aliran
darah badan. Lantaran itu, walaupun mandi bukan menjadi syarat atau kefarduan bagi umat
Islam menunaikan ibadat solat, namun ia membuktikan bahawa Islam amat menekankan
aspek kebersihan diri kerana ia melambangkan ketinggian dan keunggulan Islam dan
peradaban manusia.
Maksudnya:
…Dan jika kamu sakit, atau sedang dalam musafir, atau salah seorang di antara kamu datang
dari tempat buang air, atau kamu menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air
(untuk mandi atau berwuduk), maka hendaklah kamu bertayamum dengan tanah-debu, yang
suci, iaitu sapulah ke muka kamu dan kedua tangan kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Maksudnya:
“... Dan jika kamu junub (berhadas besar) maka bersucilah dengan mandi wajib; dan jika
kamu sakit (tidak boleh kena air), atau dalam pelayaran, atau salah seorang dari kamu datang
dari tempat buang air, atau menyentuh perempuan, sedang kamu tidak mendapat air (untuk
berwuduk dan mandi), maka hendaklah kamu bertayamum dengan tanah-debu yang bersih,
iaitu sapulah muka kamu dan kedua belah tangan kamu dengan tanah-debu itu, Allah tidak
mahu menjadikan kamu menanggung sesuatu kesusahan (kepayahan),...”
Melalui ayat pertama, Ibn Kathir menyebut bahawa fuqaha‟ telah berpendapat bahawa
tayammum kerana ketiadaan air hanya boleh dilakukan apabila seseorang itu sudah berusaha
mencari air terlebih dahulu. Sementaraَa l-Qurtubi menerangkan perkataan sacida adalah apa
yang naik di atas permukaan bumi dan ia termasuklah tanah, pasir, pokok, batu, galian, paya
dan tumbuhan sebagaimana yang dinukilkan dari Malik, Abu Hanifah al-Thawri dan al
Tabari. Manakala mazhab Hanafi berpendapat ia adalah jenis-jenis tanah khasnya debu, pasir,
arsenik dan batu kapur. Bagi Imam al-Shafici, beliau berpendapat ia adalah debu sahaja.
Sementara Dr. Wahbah al-Zuhayli menyatakan bahawa frasa fatayammam menunjukkan
pensyariatan bertayammum dan ia adalah keistimewaan umat Islam. Dalam surah al-Ma’idah
ayat enam pula, ia menerangkan Allah tidak mahu membebankan manusia dengan
mensyariatkan tayammum. Bahkan Dia meringankan, memudahkan, bermanfaat dan
memberi kebaikan pada manusia.
Di antara hadith-hadith Rasulullah s.a.w. yang membicarakan aspek tayammum ialah:
َ
. Maksudnya:
“Tanah debu yang bersih adalah air wuduk seorang muslim jika tidak mendapatkan air
sekalipun selama
Maksudnya:
Rasulullah s.a.w. nampak seorang lelaki duduk berasingan tidak solat bersama sekumpulan
manusia. Maka Nabi bertanya: “ Wahai fulan apakah yang menghalangnya kamu daripada
melakukan solat?”, lantas lelaki tersebut berkata: “Aku janabah dan tidak ada air untuk
mandi. Justeru Nabi berkata: “Tayammumlah dengan debu sesungguhnya ia mencukupi
bagimu.”
Sebab-sebab dibolehkan bertayammum ialah pertama, ketiadaan air sama ada secara hissi (zat
air itu sendiri) atau secara syarie iaitu air ada tetapi hanya cukup untuk diminum dan
seumpamanya. Kedua, air terlalu jauh jaraknya lebih daripada separuh farsakh menyamai 2
1/2km, maka tidak wajib berusaha mendapatkan air itu kerana ia membebankan. Ketiga, tidak
boleh menggunakan air secara hissi seperti air itu dikawal oleh musuh yang ditakuti atau
secara sharci seperti rasa bimbang dan takut terkena penyakit, atau bertambah lagi sakitnya
atau lambat sembuh jika menggunakan air. Keempat, cuaca terlalu sejuk dan seseorang itu
tidak mampu memanaskan air. Sementara rukun ada tiga iaitu niat, menyapu muka, menyapu
tangan hingga ke siku dengan dua kali tepuk.
Dari segi kesihatan, dengan bertayammum, manusia tidak akan ditimpa penyakit kerana
bakteria yang terdedah kepada keadaan yang terlalu kontang dengan sapuan debu tayammum
akan mati setelah air badannya keluar akibat tekanan osmosis lebih rendah daripada tekanan
osmosis di luar badan manusia. Atau dengan kata lain, bakteria mati akibat kekontangan
fisiologi badan.
Selain itu, sains perubatan telah membuktikan bahawa debu yang suci dan tidak tercemar
adalah selamat dari kuman yang kebanyakannya tidak boleh hidup di dalamnya. Ini
disebabkan debu tersebut dijaga oleh hidupan seni yang merupakan musuh bagi kuman yang
merbahaya. Sebagai contoh, badan mayat yang mengandungi berjuta-juta dan berbilion-bilion
kuman apabila dikebumikan di dalam tanah, hidupan seni yang ada pada debu itu akan segera
memulakan proses asimilasinya dan akan memusnahkan kuman yang ada pada mayat
tersebut. Oleh itu, amatlah penting bagi seseorang untuk memastikan debu yang digunakan
untuk tayammum tidak diambil dari kawasan yang tercemar dengan kekotoran dan menjadi
laluan jalan kerana pada kebiasaanya debu tersebut kekal berada dalam keadaan bersih dan
suci.
KESIMPULAN
Al-Qur‟an dan al-Sunnah menjadi panduan utama umat Islam dalam mengurus kehidupan
seharian. Ajaran yang dibawa di dalamnya merupakan keperluan untuk keseimbangan antara
fizikal, mental dan emosi. Aspek penjagaan kebersihan diri secara luar dan dalam, adalah
antara ajaran yang diberi penekanan supaya badan dan minda bebas dari penyakit.
Kebersihan di sisi Islam bukanlah sekadar slogan semata-mata. Tetapi kebersihan adalah
amalan yang mesti dipraktikkan oleh manusia sepanjang masa. Malah, kebersihan dalam
Islam memberi impak keimanan kepada Allah S.W.T. Dalam rangka inilah, Islam
menghubungkan kebersihan dengan amalan ibadah seperti istinjak, wuduk, tayammum dan
mandi. Hasilnya, kebersihan menerusi empat aspek ini terbukti menjadikan seseorang bersih,
suci dan terhindar dari serangan pelbagai penyakit yang merbahaya. Justeru dengan
memaparkan kajian-kajian sains terhadap aspek berikut, mengukuhkan lagi akan
kepentingannya dalam kesihatan fizikal manusia.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan
penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas
menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu
kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban
negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan
lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan
pekerjaan yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran,
kriminalitas yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat. Karena
berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan penghidupan yang
layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan serangkaian usaha
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih
besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program
keluarga berencana. Program keluarga berencana pertama kali dilaksanakan pada masa
pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui keluarga berencana masyarakat
diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal
dua anak. Tidak tanggung-tanggung, keluarga berencana diberlakukan kepada seluruh lapisan
masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam tatanan masyarakat. Meskipun
demikian masih ada disebagian kalangan yang menganggap keluarga berencana adalah hal
yang tabu dan dilarang oleh agama dengan alasan karena rasulullah menginginkan kelak
mendapatkan umat terbanyak di antara umat-umat yang lain dan berkeyakinan bahwa rezeki
seserorang sudah dijamin oleh Allah SWT. Menariknya adalah bagaimana sebenarnya hukum
keluarga berencana dalam konteks keindonesiaan melihat keadaan masyarakatnya yang
banyak dan masih berada di bawah garis kemiskinan serta kualitas yang rendah.
KEGIATAN BELAJAR
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang KB.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang KB.
URAIAN MATERI
.
Diharamkan menggunakan suatu alat yang dapat memutuskan kehamilan dari sumbernya.Hal
ini telah disarih oleh kebanyakan ulama. Imam Ramli, mengemukakan pendapatnya sebagai
komentar atas pendapat Ibn Hajar sebagai berikut:
Adapun suatu (alat) yang dapat menahan kehamilan untuk suatu masa tertentu, tanpa
memutus kehamilan dari sumbernya, hal itu tidaklah dilarang. Dari dua pandangan di atas
bila kita kompromikan maka dapat ditarik kesimpulan, penggunaan alat kontrasepsi apapun,
asal tidak menyebabkan terhentinya kehamilan secara abadi dari sumber pokoknya
(saluran/pembuluh testis bagi pria, dan pembuluh ovorium bagi waninta) hal tersebut tidak
dilarang.Maka usaha pencegahan kehamilan yang tidak dibenarkan dalam Islam adalah
melakukan kebiri. Dalam medis, cara ini disebut dengan vasektomi pada pria atau tubektomi
pada wanita dan pengguguran kandungan yang popular dengan istilah abortus. Abortus
dengan cara apapun dilarang oleh jiwa dan semangat Islam baik dikala janin sudah bernyawa
atau belum kecuali memiliki alasan yang kuat seperti membahayakan nyawa si Ibu. Lebih
lanjut Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam munasnya pada tahun 1983 tentang
kependudukan, kesehatan dan keluarga berencana memutuskan bahwa ber-KB tidaklah
dilarang, dan penggunaan berbagai alat kontrasepsi dapat dibenarkan dengan sedikit eksepsi
yaitu pemasangan/pengontroan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR/IUD) harus dipasang
oleh tenaga medis/ para medis wanita, atau tenaga medis pria, dengan syarat harus
didampingi oleh suami wanita akseptor tersebut atau wanita lain (untuk menghilangkan
fitnah). Adapun dengan vasektomi atau tubektomi, tidaklah dapat dibenarkan oleh hukum
Islam, kecuali karena alasan tertentu dan sangat darurat. Sebagai tambahan tentu saja harus
ditegaskan di sini bahwa alat-alat kontrasepsi tidak membahayakan dan mengancam
kesehatan sang istri atau suami.
E. Perspektif Ulama Tentang KB
Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan badan suami-istri
telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, dengan perbuatan „azal yang sekarang dikenal
dengan coitus-interuptus, yakni jima‟ terputus, yaitu melakukan ejakulasi (inzal al-mani) di
luar vagina (faraj) sehingga sperma tidak bertemu dengan indung telur istri.Dengan demikian
tidak mungkin terjadi kehamilan karena indung telur tidak dapat dibuahi oleh sperma suami.
„Azal pernah dilakukan oleh sebagian Sahabat Nabi yang menjimaki bundak-budaknya tetapi
mereka tidak menginginkannya hamil.Demikian pula terhadap istri mereka setelah mendapat
izin sebelumnya. Peristiwa „azal ini mereka ceritakan kepada Nabi seraya mengharapkan
petunjuk Nabi tentang hukumnya. Ternyata Nabi tidak menentukan hukumnya, sementara
wahyu yang masih turun juga tidak menentukan hukumnya. Mengenai „azal diungkapkan
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
Dari sahabat Jabir berkata: kami melakukan „azal pada masa Nabi SAW sedangkan ketika itu
al-Quran masih turun, kemudian berita peristiwa ini sampai kepada Rasulullah dan beliau
tidak melarang kami. Dalam riwayat yang lain disebutkan dan ketika itu al-Quran masih
turun.23 Dalam hadis lain dari sahabat Jabi>r yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan:
Dari sahabat Jabir berkata: salah seorang dari kalangan Anshar datang menemui Rasulullah
lalu ia berkata: sungguh aku memiliki seorang jariah sedang aku sendiri menggaulinya, akan
tetapi aku tidak menginginkannya hamil. Kemudian Rasulullah memerintahkan lakukanlah
„azal jika engkau menghendaki karena dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya saja.
Atas dasar itulah kemudian ia melakukan „azal. Kemudian ia mendatangi rasul dan berkata:
sungguh jariah itu telah hamil, maka rasullahpun berkata: aku telah beritahu kamu
bahwasanya sperma akan masuk sekedarnya (kerahimnya) dan akan membuahi. Kedua hadis
di atas merupakan hadis taqriri yang menunjukkan bahwa perbuatan „azal yang dilakukan
dalam rangka upaya menghindari kehamilan dapat dibenarkan (tidak ada larangan). Jika „azal
dilarang maka akan dijelaskan dalam al-Quran yang masih turun pada waktu itu atau
ditegaskan oleh nabi sendiri. Nabi hanya mengingatkan „azal hanya ikhtiar manusia untuk
mengindari kehamilan, sedangkan kepastiannya berada ditangan Tuhan.Demikian pula alat-
alat kontrasepsi atau cara-cara lainnya, tidak menjamin sepenuhnya berhasil. Secara ensensial
dan sarih , kedua hadis di atas inilah yang dijadikan dasar hukum dan nash tentang
dibolehkannya ber-KB menurut hukum Islam, sekaligus sebagai dalil untuk mengkiaskan
penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom dan sejenisnya sebagaimana akan dijelaskan
nantinya. Meskipun demikian dalil-dalil yang sharih tentang KB tidaklah ditemukan dalam
al-Quran, kecuali hanya terdapat dalam beberapa ayat yang dapat diambil pengertian secara
umum saja seperti, ketika Allah memberikan peringatan kepada manusia supaya tidak
meninggalkan cucucucu yang lemah sehingga dikhawatirkan kesejahteraan hidupnya
dikemudian hari, sama juga halnya ketika Allah menganjurkan bagi para ibu supaya
menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh yang diartikan sekaligus sebagai anjuran
menjarangkan kehamilan, tanggung jawab suamiistri dan menjaga resiko yang ditimbulkan
oleh anak-anak. Mengenai resiko dan kesusahan bagi seorang ibu akibat mengandung dan
melahirkan anak-anak ini, ditegaskan pula dalam surah al-Luqman ayat 14, surah alAhqaf
ayat 15 dan beberapa ayat lain tentang fitnah yang disebabkan oleh anak yang banyak.
Mengenai keluarga berencana atau setidak-tidaknya mencegah kehamilan “Keluarga
Berencana” dikenal sekarang, terjadi silang pendapat mengenai hukum ber-KB dikalangan
para ulama di antara mereka ada yang membolehkan dan ada pula yang melarangnya.Ulama
yang membolehkan seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya, “Ihya „Ulu muddin”
dinyatakan, bahwa „azal tidak dilarang, karena kesukaran yang dialami si ibu disebabkan
sering melahirkan. Motifnya antara lain: untuk menjaga kesehatan si ibu, untuk menghindari
kesulitan hidup, karena banyak anak, dan untuk menjaga kecantikan si ibu. Kemudian Syekh
al-Hariri (Mufti Besar mesir)28 beliau berpendapat bahwa menjalankan KB bagi perorangan
(individu) hukumnya boleh dengan beberapa ketentuan seperti: untuk menjarangkan anak.
Untuk menghindari suatu penyakit bila ia mengandung. Untuk menghindari kemudaratan bila
ia mengandung dan melahirkan dapat membawa kematiannya (secara medis). Untuk menjaga
kesehatan si ibu, karena setiap hamil selalu menderita suatu penyakit kandungan. Dan untuk
menghindari anak dari cacat fisik bila suami atau istri mengindap penyakit kotor. Selanjutnya
adalah Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa pembatasan keluarga ( ُان ) تحدي```̀د م س
bertentangan dengan syariat Islam. Umpamanya membatasi keluarga hanya 3 anak saja dalam
segala macam situasi dan kondisi. Atau dalam bahasa inggrisnya “Birth Control” Sedangkan
pengaturan kelahiran ( ُ ان) ظيى ُت م س, menurut beliau tidak bertentangan dengan ajaran Islam,
umpanya menjarangkan kelahiran karena situasi dan kondisi khusus, baik yang ada
hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan, maupun ada kaitannya dengan
kepentingan masyarakat dan negara. Alasan lain yang membolehkan adalah suami istri yang
mengindap penyakit berbahaya dan dikhawatikan menular kepada anaknya. Adapun beberapa
ulama-ulama yang melarang ber-KB adalah sebagai berikut: Madkour Guru Besar Hukum
Islam pada fakultas Hukum, dalam tulisannya: “Islam and Family Planning” dikemukakan
antara lain: “bahwa beliau tidak menyetujui KB jika tidak ada alasan yang membenarkan
perbuatan itu. Beliau berpegang pada prinsip: hal-hal yang mendesak membenarkan
perbuatan terlarang”. Abu „Ala al-Maududi ia adalah salah seorang ulama yang menentang
pendapat orang yang membolehkan pembatasan kelahiran.Menurut beliau Islam satu agama
yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia. Dikatakannya: “barangsiapa yang mengubah
perbuatan Tuhan dan menyalahi undang-undang fitrah, adalah memenuhi perintah setan”.
Menurut al-Maududi salah satu tujuan pernikahan adalah mengekalkan jenis manusia dan
mendirikan suatu kehidupan yang beradab. Di samping pendapat-pendapat di atas, ada juga
para ulama yang menggunakan dalil-dalil yang pada prinsipnya menolak KB, di antaranya
adalah: surah al-An„am: 151, surah al-Isra‟: Maksud dari dua ayat ini adalah tidak memberi
kesempatan untuk hidup, sama halnya dengan membunuh walaupun tidak secara langsung,
alasannya karena takut melarat (miskin). Padahal Allah telah menjamin rizki hamba-
hambaNya.Sebagaimana sabda Rasulnya:
" Kawinlah kalian dengan wanita yang mempunyai sifat kasih sayang dan banyak anak,
karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kamu dengan umat-umat yang lain”.
Dari hadis di atas dapat dipahami, bahwa Nabi Muhammad sangat merasa bangga apabila
umat beliau banyak.Menjalankan KB berarti memperkecil jumlah umat.secara lahiriyah
memang demikian tetapi tentu yang dikehendaki adalah umat yang banyak dan berkualitas,
sebagai pengikut setia beliau, bukan penentang ajaran Islam yang dibawanya.
F. Hukum KB dalam Konteks Keindonesiaan
Pelopor gerakan KB di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan diikuti sebagai badan
hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent operation. Dalam rangka
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, usaha KB terus meningkat
terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan KB
di Indonesia memasuki era peralihan jika selama orde lama program gerakan KB dilakukan
oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan negara
pada waktu itu anti kepada KB maka dalam masa orde baru gerakan KB diakui dan
dimasukkan dalam program pemerintah. Struktur organisasi program gerakan KB juga
mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga Keluarga
Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti
menjadi BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan
badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
program KBdi Indonesia. Terlepas dari perdebatan hukum yang telah dikemukakan di atas,
bagaimana hukum KB dalam konteks keindonesiaan. Hal ini dapat dilakukan karena adanya
latarbelakang ragam motivasi, adakalanya motivasi individual dan juga motivasi nasional
yaitu suatu progaram yang dicanangkan oleh pemerintah suatu negara. Beberapa negara di
dunia saat ini menghadapi masalah kependudukan yang serius, karena laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi tidak seimbang dengan laju pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor
kehidupan lainnya. Sehingga usaha pemerintah memakmurkan dan menjesahterakan
rakyatnya menghadapi kendala yang serius. Salah satu dari negara tersebut adalah Indonesia
yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Motivasi berKB secara individual, penulis
berpendapat ada empat hal pokok yang menjadi pertimbangan masing-masing individu dalam
melaksanakan KB:
a. Segi ekonomi. Suami, istri hendaknya mempertimbangkan, mengenai pendapatan dan
pengeluaran dalam rumah tangga.
b. Segi social. Suami istri hendaknya dapat memikirkan mengenai pendidikan anak,
kesehatan keluarga, perumahan dan keperluan rekseasi untuk keluarga.
c. Segi lingkungan hidup. Biasanya kalau penduduk banyak, sedang sarana tidak
memadai, maka akan terjadi kerusakan lingkungan, seperti sampah, limbah yang kotor,
air yang tidak bersih dan lain lain. Hal ini memang tidak hanya tertuju pada satu
keluarga, tetapi berlaku umum, dan menyangkut dengan kepadatan penduduk.
d. Segi kehidupan beragama. Ketenangan hidup beragama dalam satu keluarga, banyak
factor penentuannya, seperti fakor ekonomi, social, lingkungan tempat tinggal,
kemampuan ilmu yang dimiliki suami istri dalam mendidik anak dan keharmonisan
antara semua keluarga.
Kita semua mungkin mengetahu tujuan esensial perkawinan, yaitu mewujudkan rasa
sakinah, mawaddah dan rahmah bagi pasangan suami istri serta melanjutkan keturunan
sebagaimana firman Allah: Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.35Serta
hadis Nabi: Nikahlah, berketurunanlah banyak-banyak, sesungguhnya aku bangga dengan
jumlah kalian yang banyak pada hari kiamat.
Dalil-dalil di atas, khususnya pengertian harfiah hadis yang mengajurkan agar umat Islam
memiliki keturunan yang banyak. Apabila dihadapkan dengan problem kependudukan
yang dihadapi oleh sejumlah negara dewasa ini khususny di Indonesia, tentu melahirkan
problem yang serius. Masalah kependudukan yang dihadapi oleh Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk yang besar, yaitu urutan ke lima terbesar di dunia.
b. Laju pertumbuhan cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat darihasil sensus penduduk tahun
1930, penduduk Indonesia baru berjumlah 60,1 juta jiwa. Tiga puluh tahun kemudian
menjadi 97 juta jiwa, dan sepuluh tahun kemudian (hasil sensus penduduk tahun 1971)
jumlahnya melonjak dengan cepat menjadi 119,2 juta jiwa. Jika pertumbuhan
penduduk tetap dibiarkan pada tingkat yang tinggi (di atas 2% pertahun) dan tidak
diambil langkah-langkah menyeluruh untuk memperlambat laju pertumbuhan, maka
pada tahun 2011 penduduk indonesia diperkirakan akan berjumlah 281 juta, atau lebih
kurang tiga kali lipat dari jumlah pada tahun 1916.
c. Komposisi penduduk menurut umur yang tidak menguntungkan. Ditinjau dari segi
komposisi umur, tingkat kesuburan yang tinggi di Indonesia membawa akibat-akibat
yang cukup parah. Penduduk dari golongan umur 0-14 tahun terdapat 44, 1%, 15-64
tahun 53,4%, golongan umur 65 tahun ke atas 2,5%. Hal ini mengakibatkan beban
ketergantungan yang tinggi, yaitu 87,3 berarti setiap 100 orang yang potensial
produktif harus menanggung 87,3 orang yang tidak produktif.
d. Arus urbanisasi yang relatif tinggi. Kalau antara tahun 1920-1930 jumlah penduduk
secara keseluruhan meningkat 23 %, penduduk perkotaan meningkat 55%. Demikian
pula pada periode berikutnya, prosentase paningkatan adalah 60 berbanding 75,5 untuk
tahun 1930-1961 dan 21 berbanding 57 untuk tahun 1961-1971.
e. Penyebaran dan kepadatan penduduk yang tidak merata. Penyebaran penduduk antar
pulau dan daerah di Indonesia tidak seimbang, sehingga perbedaan kepadatan
penduduk sangat nyata. Berdasarkan sensus penduduk 1980, bahwa pulau Jawa yang
hanya seluas 132.187 km (6,89% dari luas seluruh Indonesia) berpenduduk 91.269.528
jiwa (61.88% dari jumlah penduduk Indonesia), yang berarti kepadatan jumlah
penduduknya 690 jiwa per km. Yang lebih kontras lagi adalah DKI Jakarta yang luas
wilayahnya hanya 0,03% dari luas Indonesia (590 km) didiami oleh 6.503.449 jiwa
(4,41% dari jumlah penduduk Indonesia) berarti kepadatan penduduknya 11.023 orang
per-km. Sementara wilayah propinsi lain seperti Iriyan Jaya yang berpenduduk
1.173.875 jiwa (0,79% dari jumlah penduduk Indonesia) mendiami wilayah seluas
421.981 km (21,99% dari luas Indonesia yang berarti kepadatan peduduknya hanya 3
jiwa per km).
Data-data di atas sangat beralasan untuk menjadi bahan pemikiran dan pengkajian
bagaimana cara dan usaha untuk mengatasinya agar tidak sampai menimbulkan
kerawanan-kerawanan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan negara. Menurut
hemat penulis, progra, KB dan transmigrasi adalah cara dan usaha yang tepat untuk
mengatasi masalah yang cukup besar ini. Ledakan pertumbuhan penduduk (explosion of
population growth) lebih berbahaya dari pada ledakan bom, demikian pandangan
beberapa tokoh kependudukan dunia yang merasa cemas melihat bagaimana cepatnya laju
pertmbuhan penduduk dunia setelah usai Perang Dunia II, sehingga digambarkan sebagai
suatu ledakan yang sangat membahayakan, karena akan terjadi persaingan yang keras
untuk mempertahankan hidup masing-masing. Bahkan lembaga demografi FE-UI
menyebutkan planet bumi semakin lama semakin sempit dan padat, karena dimana-mana
penghuni bumi bertambah dengan sangat pesat. Setiap detik empat bayi dilahirkan,
sedangkan yang meninggal dunia dua orang, dan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 2,3 persen pertahun. Kepala BKKBN
Surya Chandra Surapaty, berharap tiap negara di dunia mempunyai komitmen mengatur
kependudukan.Ini perlu dilakukan mengingat berbagai studi menunjukkan saat ini daya
dukung bumi telah melampaui satu setengah kali batas idealnya. Khususnya di Indonesia
kata para kependudukan setiap hari ratarata lahir 10.000 lebih bayi atau setiap tahunnya
pertambahan penduduk di Indonesia sama dengan total penduduk Singapura. Kepada
badan kependududkan keluarga berencana nasional tahun 2010 Sugiri Syarif mengatakan
pertumbuhan penduduk mengkhawatirkan. Pertambahan penduduk saat itu sekitar 1,3%
masih jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ideal untuk Indonesia 0,5 %. Salah seorang
yang pernah menjabat sebagai kepala BKBBN merangkap menko kesra pemerintahan
presiden Soeharto, Haryono Suyono mengatakan ancaman ledakan penduduk Indonesia
saat ini lebih besar dibandingkan tahun 1970-an.42 Dan sayangnya plaksanaan program
KB kita kuranng berdenyut seperti pada era 1980-an. Ditambah lagi masih adanya
sebagian masyarakat yang masih menganggap KB bertentangan dengan agama. Mereka
berargumen, anak adalah anugerah dan pemberian Allah, jadi tidak perlu membatasi
kelahiran.Di antaranya mereka menggunakan beberapa ayat untuk memperkuat
argumentnya seperti disebutkan di atas. Dalam polemik menentukan Hukum ber-KB
maka menurut Zaitunah dalam bukunya al-Quran dan Perempuan, ber-KB hukumnya
boleh untuk mengatur keturunan dan KB dalam pengertian ini sudah banyak difatwakan
oleh ulama nasional maupun internasional artinya sudah menjadi ijma‟ ulama. Melihat
penduduk Indonesia yang semakin pesat jumlahnya sehingga kesejahteraan hidup susah
untuk dicapai maka pemerintah sejak tahun 1970 menjadikan KB sebagai salah satu
program kenegaraan untuk menekan angka kelahiran dan membatasi masalah
bertambahnya jumlah penduduk. Penduduk Indonesia pada tahun 2000 mencapai 203,4
juta jiwa, menempati urutan keempat penduduk terbesar di dunia sesudah RRC, India,
dan Amerika Serikat. Bahkan Bappenas memprediksi pada tahun 2025 penduduk
Indonesia akan mencapai 263 juta jiwa. Meskipun Indonesia telah berhasil menurunkan
laju pertumbuhan penduduk dari 2,34 persen per tahun pada perode 1970-1980 menjadi
1,3 persen pada tahun 2006, namun karena penduduk Indonesia sudah mencapai 220 juta,
maka setiap tahun penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,2 juta jiwa. Jumlah
bertambah penduduk Indonesia tiap tahunnya sama dengan seluruh penduduk Singapura,
yang membedakan antara penduduk Indonesia dengan Singapura yaitu mereka lebih
berkualitas dengan diindikasikan melalui indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu
berada pada urutan ke-25, sedangkan posisi Indonesia menduduki peringkat 108 dari 177
negara yang disurvei.
Maka hadis yang membicarakan tentang Nabi berkeinginan memiliki banyak umat
“larangan ber-KB” harus dipahami secara kontekstual demi sebuah kemaslahatan dalam
bermasyarakat dan bernegara. Sebab apakah benar Rasulullah akan bangga ketika
melihat umatnya yang menjadi beban karena tidak berkualitas dalam berbagai
bidang.Maka dapat dipahami pula, sudah barang tentu yang diinginkan oleh rasulullah
adalah umat yang berkualitas sebagaimana sabdanya: orang mukmin yang kuat lebih baik
di sisi Allah daripada orang Mukmin yang lemah. Quraish Sihab menambahkan,
kebanggan yang dimaksud Rasul SAW.Itu, tentu saja, tidak dapat dilepaskan dari kualitas
yang dapat dibanggakan karena kualitas inilah yang harus diutamaan. Jika banyak tanpa
kualitas, hal tersebut tidak mungkin akan menjadi kebanggaan tetapi justru sebaliknyaa.
Kemajuan dan kesejahteraan bangsa-bangsa dewasa ini, tidak ditentukan oleh
kuantitasnya, tatapi ditentukan oleh kualitasnya, dan alangkahnya banyaknya kelompok
kecil yang berkualitas mampu mengalahkan kelompok besar yang tidak berkualitas. Atas
dasar inilah pengaturan kelahiran atau Ber-KB dapat dibenarkan demi kualitas pendidikan
anak. Berbeda halnya dengan beberapa negara di timur dan barat yang menggalakkan
lahirnya anak-anak pada saat ini karena aneka kebutuhan dan kemaslahatan mereka,
seperti Swis, Australia, dan Singapura, Syiria dan belahan bumi timur lainnya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang baru
Surya Chandra Surapaty mengatakan yang dikhawatirkan adalah penduduk Indonesia itu
tidak berkualitas, karena kembanyakan di daerahdaerah slum, di daerah miskin. Maka
Dengan terbitnya Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
lanjut Surya, maka program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga) menjadi hal yang wajib dilaksanakan bersama antara pemerintah
pusat, propinsi, dan kabupaten/kota. Di Srilanka misalnya, pasca-tsunami yang lalu
(Desember 2004), sekian banyak ibu, yang tadinya telah memasang alat-alat kontrasepsi
guna menghalngi kelahiran, berdatangan kepusat-pusat pelayanan kesehatan untuk
mencabut kembali alat-alat tersebut karena mereka menginginkan anak-anak sebagai
ganti dari anak-anak mereka yang meninggal akibat bencana tersebut, dan di Syiria,
Palestina juga mengalami hal serupa ketika anak mereka banyak terbunuh oleh serangan
Israel dan kawankawannya. Maka menurut penulis KB dalam konteks keindonesiaan itu
dibolehkan karena tujuannya adalah untuk mencapai kemaslahan dan kesejahteraan
penduduk. Sama halnya dengan Sahal Mahfuz yang menolak argumen tentang ayat
pelarang KB yang dipahami oleh sebagian orang. Menurutnya program KB sama sekali
tidak bertentangan dengan agama. Tetapi malah sejalan dengan ajaran yang terkandung
dalam al-Quran. Sahal Mahfuz tidak sependapat jika KB dikatakan bentuk lain dari
pembunuhan anak gaya modern. Sebab hakikat KB bukan untuk membatasi, tapi untuk
mengatur kelahiran dan usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami
istri karena situai kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga, masyarakat
maupun negara. Sahal Mahfuz menegaskan, praktek „azal ini sudah berlaku umum
dikalangan sahabat, dan Rasulullah tidak melarangnya.Ini berarti, bahwa praktek tersebut
dibenarkan.Karena itu Sahal berpendirian kuat bahwa program KB tidak bertentangan
dengan ajaran agama Islam. KB dan azal adalah dua istilah yang berberda, tapi tujuannya
sama yaitu untuk mengatur kehamilan. Di samping itu ormas-ormas keagamaan juga
sangat mendukung program tersebut, seperti para ulama dan tokoh agama dari berbagai
organisasi di Indonesia semisal NU dan Muhammadiyah yang memahami KB
mempunyai maksud dan tujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah
warahmah sehingga mampu disosialisasikan dengan saling bahu membahu, memberikan
pencerahan dan pemahaman.
Dukungan para ulama tersebut diwujudkan melalui berbagai keputusan organisasinya
masing-masing. Dan keputusan tersebut dijadikan payung hukum Islam terhadap program
KB di Indonesia. Kontribusi para ulama dan tokoh agama ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi sekitar 97 negara di dunia (sekitar 4.000 peserta) mempelajari keberhasilan
program KB di Indonesia sejak 1987 sampai saat ini.
Kesimpulan
Ditegaskan bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan. Keturunan
yang diinginkan ialah yang berkualitas baik secara jasmani, ekonomi, ilmu dan agama. Maka
dari itu jarak kelahiran dan jumlah anak harus serius dipikirkan oleh setiap keluarga dan
negara guna untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas. Ber-KB untuk tujuan
perencanaan dan penjarangan kelahiran anak, berdasarkan kondisi dan kemampuan keluarga
yang bersangkutan, dapat dibenarkan oleh hukum Islam. Islam memperboleh melakukan
penjarangan anak atau penundaan kehamilan atau pengaturan memperboleh keturunan
dengan „azal dengan syarat mendapatkan izin dari istri dan penggunaan alat-alat kontrasepsi
atau lebih dikenal dengan istilah keluarga berencana.namun ber-KB dengan cara sterisasi
yaitu vasektomi bagi pria dan tubektomi bagi wanita, pada prinsipnya tidak dapat dibenarkan
oleh hukum Islam karena telah merusak organ tubuh dan mempunya efek negative yang lebih
jauh apabila salah satu suami atau istri meninggal. Kecuali karena darurat, misalnya salah
seorang suami atau istri mempunyai penyakit yang dapat menurut kepada calon anak dalam
rahim sehingga mengakibatkan anak cacat.Termasuk sterilisasi ini adalah pemandulan dan
pengkebirian.dalam konteks keindonesian KB hukumnya boleh bagi setiap masyarakatnya
karena bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.
PENDAHULUAN
Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam yang di contohkan rasulullah SAW. Aqiqah
mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita petik di dalamnya. Di laksanakan
pada hari ke tujuh dalam kelahiran seorang bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah muakad
(mendekati wajib), bahkan sebagian ulama menyatakan wajib. Setiap orang tua
mendambahkan anak yang shaleh, berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua
orangnya. Aqiqah adalah salah satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah
kepada anak yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan,
kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya dengan nilai-
nilai ilahiyah.
Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang tergadai. Aqiqah juga
merupakan realisasi rasa syukur kita atas anugerah, sekaligus amanah yang di berikan allah
SWT terhadap kita. Aqiqah juga sebagai upaya kita menghidupkan sunnah rasul SAW, yang
merupakan perbuatan yang terpuji, mengingat saat ini sunnah tersebut mulai jarang di
laksanakan oleh kaum muslimin.
KEGIATAN BELAJAR
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang aqiqah dan penyapihan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang aqiqah dan penyapihan
URAIAN MATERI
TINJAUAN AQIQAH
Pengertian Aqiqah
Memiliki buah hati memang sangat menyenangkan bagi orang tua. Serta salah satu tujuan
dari berkeluarga adalah memiliki keturunan yang menyejukkan hati. Namun, dalam setiap
anak yang lahir didalam keluarga memiliki suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap
orang tua muslim yang harus dituanaikan.
Setiap orang tua yang memiliki anak didalam keluarga mereka memiliki kewajiban untuk
melakukan aqiqah terhadap anak – anak mereka. Didalam islam telah dijelaskan dengan jelas
dan lengkap baik dalam Al-qur’an, Hadits, serta penjelasan para ulama.
Bagi anda merupakan keluarga baru yang belum mengetahui terkait aqiqah dan penjelasan
didalamnya. Berikut ini adalah penjelasan terkait pengertian aqiqah, aqqiqah menurut islam,
pengertian aqiqah menurut bahasa dan istilah. syarat aqiqah, hukum aqiqah, hukum aqiqah
dalam islam, dalil aqiqah/akikah.
tujuan aqiqah, doa aqiqah, waktu pelaksanaan aqiqah, aqiqah setelah dewasa. kambing
aqiqah, syarat kambing aqiqah, tasyakuran aqiqah, ketentuan hewan aqiqah. aqiqah anak,
aqiqah anak laki laki, aqiqah anak perempuan, tata cara aqiqah, dan beda aqiqah dengan
qurban.
Pengertian Aqiqah
Pengertian aqiqah merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah atas lahirnya seorang
anak baik itu laki laki maupun perempuan. Dimana, aqiqah atau Al aqiqah sendiri merupakan
hewan yang dikurbankan hanya kepada Allah dengan cara menyembelih hewan tersebut.
Dengan melakukan aqiqah merupakan salah satu bentuk pendekatan diri dan ucapan rasa
syukur kepada kenikmatan Allah.
Aqiqah juga merupakan pengambilan rambut yang tumbuh dikepala bayi yang dimana,
hewan sembelihan bertepatan pada hari rambut bayi tersebut dipotong.
Pengertian Aqiqah Menurut Bahasa dan Istilah
ُّ ``َ )عyang
Menurut bahasa aqiqah berasal dari kata ’Aqiqah berasal dari kata ’aqqu (ق
mempunyai arti potong. Kata potong disini terdapat dua jenis yaitu memotong dalam artian
mencukur rambut bayi yang akan diaqiqah. Kemudian, makna kata potong yang kedua
adalah menyembelih hewan kurban untuk bayi yang diaqiqahkan.
Pengertian Aqiqah Menurut Islam
Aqiqah menurut islam dan sunnah terdapat beberapa penjelasan dari para sahabat dan ulama
ahlusunnah. Dimana, beberapa penjelasan tentang aqiqah menurut islam:
a. Ibnul-Qayyim menukil perkataan Abu ’Ubaid bahwasannya Al-Ashmaa’iy dan lain-lain
berkata :”Pada asalnya makna ’aqiqah itu adalah rambut bawaan yang ada di kepala bayi
ketika lahir.” Hanya saja, istilah ini disebutkan untuk kambing yang disembelih ketika
’aqiqah karena rambut bayi dicukur ketika kambing tersebut disembelih.
Sumber : Tuhfatul-Maudud bi-Ahkaamil-Maulud oleh Ibnul-Qayyim, hal. 33-34, tahqiq :
Abdul-Mun’im Al-‘Aaniy; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah; Cet. 1/1403, Beirut.
b. Al-Jauhari mengatakan : ”Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ketujuhnya, dan
mencukur rambutnya”. Selanjutnya Ibnul-Qayyim berkata : “Dari penjelasan ini jelaslah
bahwa aqiqah itu disebutkan demikian karena mengandung dua unsur di atas dan ini lebih
utama”.
Sumber : Tuhfatul-Maudud bi-Ahkaamil-Maulud oleh Ibnul-Qayyim, hal. 35-36, tahqiq :
Abdul-Mun’im Al-‘Aaniy; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah; Cet. 1/1403, Beirut.
c. Oleh karena itu, definisi ’aqiqah secara syar’iy yang paling tepat adalah binatang yang
disembelih karena kelahiran seorang bayi sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Allah ta’ala dengan niat dan syarat-syarat tertentu.
Sumber : Shahih Fiqhis-Sunnah oleh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, 2/380; Al-
Maktabah At-Taufiqiyyah, Cairo.
Hukum Aqiqah
Aqiqah menurut pendapat yang paling kuat, hukumnya dalah sunnah muakkadah, ini adalah
pendapat jumhur ulama. Hal ini berdasarkan anjuran dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihin
wasallam dan praktek langsung oleh Rasulullah,
Rasulullah bersabda: “Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkanlah (penebus)
darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (cukur rambutnya)”. (HR. Ahmad,
Al-Bukhori dan Ashhabus sunan).
Dalam hadits ini ada perintah dalam perkataan Rasulullah “maka tumpahkan (penebus)
darinya darah (sembelihan)”, perintah di sini bukan bersifat wajib, sebab ada sabda
Rasulullah yang memalingkan dari kewajiban tersebut.
Rasulullah bersabda: “Barang siapa di antara kalian yang ingin menyembelihkan bagi
anaknya, maka silahkan lakukan”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasai dengan sanad
yang hasan).
Dalam hadits ini rasulullah mengatakan “ingin menyembelihkan”, ini menjadi dalil yang
memalingkan perintah yang asalnya wajib menjadi sunnah.
Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Disunnah melakukan aqiqah pada hari ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah bersabda: “Setiap anak itu tergadai
dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dia dicukur dan diberi
nama”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dinyatakan shohih oleh
At-tirmidzi).
Bila aqiqah tidak bisa dilakukan pada hari ke tujuh, disunnah dilakukan pada hari ke empat
belas, dan bila tidak bisa, maka lakukan pada hari ke dua puluh satu.
Dari abdullah bin Buraidah dari ayahnya dari Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: “hewan aqiqah itu disembelih pada hari ke tujuh, ke empat belas, dan dua puluh
satu”. (hadits hasan riwayat Al-Baihaqi).
Setelah hari ke dua puluh satu masih belum sanggup melakukan aqiqah, maka
pelaksanaannya dikala sudah mampu. Pelaksanaan aqiqah pada hari ke tujuh, empat belas,
dan dua puluh satu, sifatnya adalah sunnah dan bukan wajib.
Aqiqah Setelah Dewasa
Kewajiban aqiqah merupakan tanggung jawab yang dibebankan kepada orang tua anak,
namun bila orang tuanya belum mampu menyembelihkan aqiqah untuknya sampai dia
dewasa, dia bisa menyembelih hewan aqiqah untuk dirinya sendirinya,
Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata: “Dan ia tidak diaqiqahi oleh ayahnya, lalu kemudia dia
mengaqiqahi dirinya sendiri, maka hal tidak masalah menurut saya, wallahu a’lam”.
Kambing Aqiqah
Syarat Kambing Aqiqah
Hewan yang boleh disembelih, syaratnya sama dengan hewan yang disembelih untuk qurban,
dari segi usia dan kriterianya.
Imam Malik berkata: “Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembelihan denda larangan haji)
dan udhhiyah (qurban), tidak diperbolehkan dalam hal ini hewan yang sakit, kurus, picak, dan
patah tulang”.
Imam Asy-Syafi’i berkata: “Dan cacat pada hewan untuk aqiqah harus dihindari sebagaimana
yang tidak diperbolehkan dalam halam hewan qurban”.
Ibnu Abdul Barr berkata: “Para ulama telah ijma’ bahwa pada hewan aqiqah ini tidak
diperbolehkan hal-hal atau apa-apa yang tidak diperbolehkan dalam udhhiyah, harus dari Al-
Azwaj Ats-Tsamaniyyah, yaitu domba, kambing, sapi, dan onta, kecuali pendapat yang ganjil
yang tidak dianggap”.
Namun tidak diperbolehkan dalam aqiqah berserikat sebagaimana dibolehkannya berserikat
dalam udhhiyah, baik domba/kambing, atau sapi atau unta. Sehingga apa ada yang aqiqah
dengan sapi ataupun unta, tidak boleh untuk untuk tujuh orang sebagaimana pada qurban,
hanya boleh untuk satu orang
Ketentuan Hewan Aqiqah
Bagi orang tua yang ingin mengakikah anaknya membutuhkan hewan aqiqah yang penting
sebagai syarat dalam melakukan aqiqah. Hewan aqiqah yang diperlukan untuk bayi laki-laki
berbeda dengan hean aqiqah untuk anak perempuan.
Aqiqah Anak Laki laki
Pada Aqiqah anak laki-laki dianjurka atau disunnah dengan dua ekor kambing, kalau tidak
sanggup, maka boleh cukup dengan satu ekor saja dan itu sudah dianggap sah
Aqiqah Anak Perempuan
Adapun anak perempuan, maka aqiqahnya hanya dengan satu ekor kambing atau domba yang
telah memenuhi syarat sebagai hewan aqiqah
Doa Aqiqah
Saat menyembelih hewan aqiqah, disyari’atkan membaca sebagaimana yang disyari’atkan
pada qurban. Ada tuntunan membaca, Bismillah, Takbir “Allahu akbar”, dan Aqiqah min
(menyebutkan nama anak yang diaqiqah).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Baihaqi, disebutkan:
رأس``ه األذى و ق``ال اذبح``وا أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عق الحسن و الحسين شاتين يوم السابع و أمر أن يم``اط عن
على اسمه وقولوا بسم هللا و هللا أكبر اللهم لك وإليك هذه عقيقة فالن
“Bahwa sanya Rasulullah Shallallahu ‘alihi wasallam mengaqiqah Al-Hasan dan Al-Husain
dengan dua ekor kambing pada hari ke tujuh, dan diperintahkan agar rambut kepalanya
dicukur. Lalu beliau berkata sembelihlah atas namanya, ucapkan ‘Bismillah wallahu akbar.
Allahumma laka wa ilaik. Hadzihi aqiqatu fulan’. (Dengan nama Allah, Allah yang maha
besar. Ya Allah, ini milikMu dan untukMu. Ini adalah aqiqah untuk si fulan”.
Pembagian Daging Aqiqah
Mengenai daging hewan aqiqah, sebagian ulama mengatakan bahwa pembagiannya hampir
sama dengan pembagian daging qurban, sebagiannya boleh dimakan oleh keluarga yang
diaqiqahkan dan sebagiannya lagi dibagikan kepada fakir miskin dan tetangga.
Apabila keluarga dari yang diaqiqahkan tidak memakan dan memberikan seluruhnya kepada
fakir miskin, itu tetap dibolehkan dan tidak halangan untuk itu.
Syaikh Utsaimin berkata: “Dan tidak apa-apa dia mensedeqahkan darinya dan
mengumpulkan kerabat dan tetanggannya untuk menyantap makanan daging aqiqah yang
sudah matang”.
Menurut Syaikh Jibrin, sunnahnya dia memakan sepertiga darinya, mengahdiahkan
seoertiganya, dan mensedeqahkan sepertiganya untuk kaum muslimin.
Adapun Syaikh bin Baz, beliau memberikan kebebasan antara mensedeqahkan seluruhnya
atau mensedqahkan sebagiannya dan memasaknya, lalu mengundang kerabat, teman-teman,
para tetangga, dan kaum muslimin yang lain untuk menyantapnya.
Daging aqiqah disunnah dibagikan dalam keadaan sudah matang atau sudah dimasak, ini
yang membedakan dengan pembagian daging qurban yang lebih dianjurkan dalam keadaan
mentah.
Penyapihan
1. Pengertian
Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur
atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu
pada ibunya atau bisa juga berhentinya sang ibu untuk menyusui anaknya atau bisa juga
keduanya dengan berbagai alasan. Masa menyapih merupakan pengalaman emosional bagi
sang ibu, anak juga sang ayah, dimana dari 3 pihak tadi (Ibu-Ayah-Anak) merupakan ikatan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang ayah juga berperan dan memberikan pengaruh
tersendiri dalam proses menyusui. Sebetulnya tidak ada ketentuan khusus atau batasan khusus
kapan dan waktu yang tepat untuk menyapih seorang anak, artinya tidak ada aturan bahwa
pada umur sekian anak harus disapih dari ibunya (Nadesul, 2007).
2. Waktu Penyapihan
Masa penyapihan selama umur 6 bulan sampai 2 tahun adalah masa berbahaya bagi
anak karena risiko tidak mendapat energi dan zat gizi cukup bila anak tidak mendapat cukup
makanan pendamping ASI, makanan keluarga, dan berhenti menyusui sebelum umur 2 tahun
misalnya karena ibunya hamil lagi, sering menderita diare bila makanan pendamping ASI
atau minuman terkontaminasi kuman, sering memasukkan benda-benda kotor ke mulut
sehingga menyebabkan diare atau cacingan, bertemu anak-anak atau orang dewasa lain
sebagai sumber infeksi yang dapat menularkan penyakit, kehilangan kekebalan yang berasal
dari ASI padahal belum mampu membentuk kekebalan sendiri. Pemberian makanan sapihan
sebaiknya berangsur-angsur mulai dari yang paling lembut sampai yang lebih keras.
Pemberian keaneka-ragaman bahan makanan, tekstur, rasa, dan bentuk dari menunya, dimana
semakin beragam bentuk tekstur, dan rasa, semakin menguntungkan anak serta dapat
menumbuhkan cita rasa anak dari perkenalan makanan yang lebih beragam. Pada saat
penyapihan yang terpenting adalah pemberian ASI masih terus diberikan yang dapat
diteruskan sampai umur anak 2 tahun, selain anak diuntungkan oleh pemberian susu
terbaiknya, sekaligus sebagai salah satu cara ikut Keluarga Berencana, karena selama masih
tetap menyusui bayi, sel telur tidak gampang terbentuk (Samsudin.1999). Keputusan
penyapihan yang dilakukan oleh ibu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kesibukan ibu yang bekerja, pengetahuan ibu, status kesehatan ibu dan bayi, status gizi anak,
anak dalam keadaan sakit, sedang tumbuh gigi, feeling saat yang tepat untuk penyapihan
Tetapi terkadang keputusan penyapihan dapat terjadi kesulitan, hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan anak menghadapi penyapihan, dimana kemampuan anak menghadapi amat
bervariasi, ada yang mudah dan ada pula yang sulit. Untuk itu perlu suatu stategi dalam
memutuskan penyapihan diantaranya lakukan secara berlahan, hindari penyapihan di saat
anak menyusu digantikan ke benda lain seperti empeng, hindari menyapih secara mendadak,
mengenali tingkat kemampuan anak menghadapi proses penyapihan, pastikan sang anak
mendapat perhatian eksklusif setiap hari serta batasi kegiatan menyusui dengan penunjuk
waktu, maka dapat disimpulkan bahwa jika proses penyapihan dilakukan dengan baik, maka
anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, dan berakhlak baik karena sang ibu
mendidiknya melalui masa menyusu dan masa menyapih dengan penuh perhatian dari kedua
orangtua dan keluarga (Uci, 2007)..
3. Tips-tips proses penyapihan berjalan dengan baik :
Dalam melaksanakan proses penyapihan perlu adanya beberapa tips yaitu penyapihan
dilakukan secara perlahan misalnya mengurangi secara bertahap frekuensi menyusui,
Biasakam 4 x sehari maka secara perlahan diubah 3 kali sehari terus hingga akhirnya
berhenti. Selain itu alihkan perhatian anak atau bentuk kesibukkan anak dengan hal yang lain
misalnya dibacakan buku cerita, bermain dengan anak sampai anak melupakan saat menyusu.
Binalah komunikasi yang baik dengan anak, karena walaupun masih kecil anak mengetahui
dan mempunyai kemampuan untuk mengerti kata-kata dari orang dilingkungannya. Hindari
menyapih ketika anak sedang tidak sehat, atau sedang sedih, kesal, menyapih secara
mendadak, tetapi lakukan komunikasi dan diskusi agar anak tidak sakit hati (luluk, 2006)
4. Petunjuk penyapihan
Petujuk penyapihan dapat dilakukan dengan cara pada saat jam makan dapar
memberikan anak makanan padat terlebih dahulu kemudian susu formula, sehingga anak
makan selagi lapar dan minum sebagai pelepas rasa hausnya. Memulai memperkenalkan
makanan baru dengan cara memberikan satu atau 2 sendok teh setiap makan. Tambahkan
sedikit demi sedikit menjadi 3-5 sendok teh. Memberikan makanan padat dari mangkuk atau
piring, jangan mencampur sereal dengan ASI atau susu formula dalam botol susu. Anak harus
selalu diajarkan perbedaan apa yang dimakan dan apa yang diminum. Perhatikan baik-baik
isyarat sang anak, bila masih lapar akan membuka mulut jika sudah kenyang akan mendorong
atau membelakangi makanan. Bersabarlah dengan anak anda pada saat memperkenalkan
makanan padat, kadang-kadang anak perlu waktu untuk membiasakan diri dengan makanan
atau cara makan yang baru.
5. Panduan pemberian makanan untuk penyapihan dalam tahun pertama khususnya anak
umur 6-12 bulan
ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi berupa makanan diberikan sedikit tapi
sering, 4-6 kali perhari atau 30-32 gram perhari 3-5 kali perhari atau 30-32 grm perhari.
Sereal bayi yang diperkaya zat besi diberikan 2-5 sendok makan perhari), dicampur ASI atau
susu formula. Sereal bayi atau sereal panas lain (5-8 sendok makan perhari) berupa potongan
kecil roti bagel atau biskuit. Pemberian jus buah diberikan 2-8 gram perhari. Sayur berwarna
kuning, orange dan hijau yang disaring atau dihaluskan, ½-1 botol berukuran 10 cc atau ½
cangkir perhari. Buah segar dan matang yang disaring atau dihaluskan, ½-1 botol berukuran
50 gram atau ½ cangkir perhari. Semua buah segar, dikupas dan dibuang bijinya ½ cangkir
perhari. Pilihlah buah yang sesuai dengan balita yaitu tidak berbau merangsang. Pemberian
protein berupa Yoghurt polos (bisa dicampur dengan buah atau saus apel) pure daging 3-4
sendok makan perhari. Daging tanpa lemak, ayam, ikan (disaring atau dalam potongan kecil
halus), kuning telur, yoghurt, keju lembut. Potongan kecil dan halus dari daging, ayam atau
ikan, telur, keju, mentega 4-5 sendok makan perhari
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi ditentukannya waktu penyapihan antara lain :
1. Faktor Ibu
a. Pekerjaan
Kegiatan menyusui bagi sebagian anak merupakan kegiatan sebagai bentuk perhatian
eksklusif paling penting yang didapat. Hal ini bisa terjadi apabila ibu tidak melakukan
pekerjaan yang menyita waktu, sehingga hanya punya waktu berduaan dengan anak saat
menyusui. Tetapi bagi seorang ibu yang sibuk bekerja yang berpengaruh pada kurangnya
waktu dalam menyusui anak cenderung akan cepat melakukan penyapihan lebih awal.
Kesibukan pada ibu yang sedang menyusui akan lebih cepat melakukan penyapihan lebih dini
dengan alasan untuk mempermudah sang ibu dalam bekerja serta tidak adanya waktu untuk
menyusui (Uci, 2007).
b. Pengetahuan ibu
Pengetahuan seorang ibu tentang ASI dan waktu yang tepat untuk menyapih anaknya
akan berpengaruh pada perilaku dalam penyapihan nantinya. Peningkatan jumlah wanita
menyusui biasanya dipengaruhi oleh gencarnya para tenaga kesehatan dalam memberikan
penyuluhan secara terus menerus di setiap kegiatan ibu - ibu misalnya di acara posyandu,
kegiatan PKK. Hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan seseorang,
dimana sebagian besar ibu yang menyusui anaknya lebih dari 18 bulan cenderung ibu yang
terpelajar. Pada ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI selama 2
tahun bagi sang anak, dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan pada anaknya.
c. Status kesehatan ibu
Status kesehatan ibu berpengaruh pada penyapihan seorang anak, dimana seorang ibu
yang sakit cenderung kesulitan memberikan ASI saja serta kualitas ASI ynag berkurang,
terpaksa sang ibu akan memberikan makanan selain ASI, atau jika perlu dilakukan
penyapihan secepatnya. Pada saat ibu mengalami sakit yang lama maka berdampak pada
penyapihan secara dini, jika hal ini berlanjut dapat mempengaruhi status gizi sang anak.
2. Faktor Anak
a. Status gizi anak
Penilaian status gizi secara antropometri yaitu pengukuran keadaan fisik dan
komposisi tubuh pada umur dan tingkat gizi yang baik. Baku antropometri yang digunakan
NCHS atau National Center of Healt Statistic USA adalah grafik perbandingan yang
merupakan data baru yang dikatakan lebih sesuai dengan perkembangan zaman (Depkes,
2001). Hasil pengukuran berat badan berdasarkan hasil dari NCHS (1) diatas normal:
(>120%), (2) Normal (80% - 120%), (3) Kurang normal (70%-79,9%)
b. Anak dalam keadaan sakit
Keadaan kesehatan anak yang mengalami sakit cenderung akan mempengaruhi
keadaan fisik sang anak, dimana sang anak yang menderita sakit terkadang mempunyai nafsu
makan yang kurang serta membutuhkan nutrisi yang lebih, maka jalan satu-satunya dengan
pemberian makanan selain ASI. Keadaan kesehatan anak yang sedang sakit terkadang
menjadi alasan ibu untuk melakukan penyapihan dini, hal ini dimungkinkan karena keadaan
anak yang rewel dan mempunyai nafsu makan yang berkurang.
c. Sedang tumbuh gigi
Sebagian besar seorang anak telah tumbuh gigi pada usia 6 bulan, bisanya anak
mengalami panas karena gigi yang tumbuh. Disisi lain dengan tumbuhnya gigi akan
mempengaruhi puting susu ibu akan menjadi sasaran untuk digigit oleh anak. Dengan
tumbuhnya gigi pada anak dapat menjadi alasan ibu melakukan penyapihan karena pada saat
menyusu terkadang mengigit dan membuat ibu menjadi tidak sabar untuk secepatnya
melakukan penyapihan.
3. Faktor Sikap
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya
pendidikan yang tinggi, pengalaman yang sesuai dengan umur yang semakin bertambah.
Sedangkan pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, dan pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis
(Notoatmodjo, 2003).
b. Orang lain
Faktor orang lain menentukan waktu ditentukannya penyapihan, dimana seseorang
yang memberikan informasi dengan benar tentang penyapihan akan berpengaruh pada ibu
dalam menentukan waktu penyapihan pada anaknya karena pengalaman.
c. Kebudayaan
Kegiatan budaya keluarga merupakan suatu kelompok masyarakat, Negara dan
bangsa yang mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan dan bagaimana
penduduk biasa makan. Kebudayaan tidak hanya menentukan pangan apa, tetapi untuk siapa
dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut, dan cara memilih bahan pangan yang
pengaruhi jenis pangan yang harus diproduksi, bagaimana diolah, disiapkan dan disajikan
(Soekirman, 1990). Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidak dengan budaya yang
ada, dan agama yang dianut di daerah tersebut.
d. Media massa
Banyaknya fasilitas media massa berupa majalah, radio maupun televisi dapat
memberikan informasi yang akurat dan bermutu bagi ibu, anak yang dapat dimanfaatkannya
untuk menentukan waktu penyapihan.
6. Faktor-faktor yang mempersulit masa penyapihan
a. Kesulitan dalam penyapihan
Terjadi dikarenakan ketidakmampuan sang anak menghadapi penyapihan.
Kemampuan anak menghadapi penyapihan sangat bervariasi, misalnya ada yang mudah
menyesuaikan pengurangan menyusui, sementara yang lain memprotes dengan penolakan
yang bervariasi.. Selain itu menyapih juga bisa amat sulit manakala anak menganggap
kegiatan menyusu sebagai suatu bentuk perhatian eksklusif paling penting yang didapat. Hal
ini terjadi jika ibu tidak sibuk dengan pekerjaannya, sehingga hanya punya waktu berduaan
dengan anak dalam melakukan kegiatan menyusui.
b. Akses ke payudara ibu mengalami masalah
Hal ini terjadi misalnya anak bisa membuka bagian depan baju ibu kapan saja atau
pada saat anak melihat baju ibunya terbuka (saat mandi atau berganti pakaian) Masih
dipertahankannya rutinitas tersebut yang terkait dengan menyusui dapat mempersulit
penyapihan
PENDAHULUAN
Menurut ayat suci yang termaktub dalam Al_Qur’an dijelaskan bahwa anak lahir
seperti kertas putih, anak tersebut akan menjadi anak Majusi atau Yahudi, tergantung oleh
pendidikan yang diperoleh. Pendidikan untuk anak usia dini juga sangat penting dalam
pembentukan karakter pada anak. Menurut Islam pendidikan anak dimulai sejak anak dalam
kandungan. Contohnya seorang ibu disarankan banyak membaca ayat suci, Al_Qur’an, dan
dinasehatkan banyak berbuat kebajikan. Pada waktu ibu mengandung dianjurkan bayi yang
masih dalam kandungan di dengarkan lagu-lagu yang Islami, hal itu akan mempengaruhi
karakter anak jika kelak ia dewasa nanti itu merupakan bukti, bayi dalam kandungan terdidik
dengan baik.
Pada saat lahir, oleh ayahnya dikumandangkan suara adzan suara ini adalah suara
pertama kali yang dia dengar dan diharapkan kelak dia dewasa anak tergerak jika
mendengar adzan dan melaksanakan sholat.
Pada usia dini merupakan masa-masa Golden Age, pada masa golden age berumur 0-
6 tahun pada masa ini otak anak berkembang 80%. Pada masa ini pula anak-anak mudah
dibentuk oleh karena itu Anak perlu dibimbing dengan cara yang baik dan sesuai dengan
usianya, agar nantinya dia menjadi anak yang unggul dalam agama maupun intelektualnya.
Oleh Karena itu peran pendidik dan orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Orang
tua dan pendidik harus melihat potensi anak yang dimilikinya dan orang tua maupun pendidik
harus membantu mengembangkan potensi yang dia miliki, dan jangan sampai orang tua
memaksa kehendak pada anaknya.
I. DESKRIPSI DAN RELEVANSI
Materi ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mendeskripsikan
dan menjelaskan tinjauan islam tentang pendidikan usia dini.
KEGIATAN BELAJAR
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang pendidikan usia dini.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang pendidikan usia dini
URAIAN MATERI
AL Qur’an sebagai pedoman utama bagi umat islam Al Qur’an berisikan firman-firman Allah
SWT. Sedangkan Hadist adalah pedoman kedua setelah Al Qur’an yang berfungi
menjelaskan Al Qur’an supaya lebih rinci Al Qur’an sebagai dasar hukum yang pertama.
Tidak diragukan lagi oleh umat islam bahwa Al Qur’an adalah sumber asasi bagi umat islam.
Dari Al Qur’an inilah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-cabangnya digali . Agama
islam adalah agama yang dianut oleh manusia diseluruh dunia merupakan way of life yang
menjamin kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak agama islam datang dengan alam
membuka lebar-lebar mata manusia agar mereka menyadari jati diri dan hakekat keberadaan
manusia dimuka bumi ini. Juga agar manusia tidak terlena dengan kehidupan ini sehingga
manusia tidak menduga bahwa hidup mereka hanya dimulai dari kelahiran dan berakhir
dengan kematian saja. Banyak sekali manfaat Al Qur’an dan hadist bagi kehidupan umat
manusia. Karena semua ilmu pengatahuan,ilmu alam ,ilmu dunia dan akhirat maupun ilmu
kesehatan dibahas secara universal dalam Al Qur’an.
Namun, dewasa ini banyak orang yang tidak tau bahwa Al Qur’an adalah sumber hukum
yang membahas masalah kehidupan dan bahkan kematian Kebanyakan orang hanya
membaca Al Qur’an tanpa memperhatian isi alqur’an tersebut. Padahal bila kita cermati Al
Qur’an memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dan jika hidup kita sesuai Al
Qur’an maka Allah menjanjikan syurga untuknya Al Qur’an juga bisa digunakan dalam
bidang kesehatan atau pengobatan baik penyakit jasmani maupun penyakit rohani . Yang
paling berbahaya adalah penyakit rohani dan cara yang paling ampuh untuk mengobatinya
adalah sering-seringlah membaca Al Qur’an sebagai penyejuk jiwa dan raga.
KEGIATAN BELAJAR
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang terapi Al Quran.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
Mendiskripsikan dan menjelaskan tinjauan islam tentang terapi Al Quran
URAIAN MATERI
Louis Ma‟luf, Al Munjid Fi Al Lughah, (Beirut: Dar al Masyriq, 1987), hlm. 164
Abu al Fadl Jamaluddin Muhammad bin Makram, Lisan al „Arab, (Beirut: Dar Shard, t.th),
hlm.142 39 Wahbah al Zuhaili, Al Fiqh al Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al Fikr,
2008), Hlm.524
Yayasan Penyelenggara Penterjamah Pentafsir Al Quran, Al Quran dan Terjemahnya,
(Departemen Agama: 2004) hlm. 36 41 Abū Al Fida‟ Ismail Ibnu Katsir, Tafsir al Quran
al „Adzim,(Beirut: dar al fikr, 1986) hlm.259, lihat juga Abu Hasan „Ali bin Hamid al
Wahdi al Naisaburi, Asbabun Nuzul, (Beirut: Dar al Fikr, 1986) hlm.46
Abu Abdullah Mehammad Bin Isma‟il al Bukhari, Matan al Bukhari, ( Singapura: Matba‟ah
„Usman Mar‟i, t.th), juz.1, hlm. 490
Wahbah al Zuhaili, op. cit, hlm.524 44 Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad al Jamal,
Shahih Fiqih Wanita,(Surakarta: Insan Kamil, 2010), hlm. 33-34 45 Yayasan
Penyelenggara Penterjamah Pentafsir Al Quran, Op.Cit, hlm.37 46 Fakhrur Razi, Tafsir
al Kabir,(Beirut: Dar al Kutub al Alamiah, t.th) hlm. 62, menurut mufasir lain seeperti
Thabari dan Ibnu Katsir maknanya juga haid dan hamil.
Abu Ubaidah Usamah bin Muhammad al Jamal, Shahih Fiqih Wanita,(Surakarta: Insan
Kamil, 2010), hlm. 62 49 Wahbah al Zuhaili, op. cit, hlm. 527. lihat juga, Abdurrahman
al Jaziri, Kitab al Fiqh ‟ala al Madzahib al Arba‟ah(Beirut: dar al kutub al „alamiah,
1990) hlm.119 50 Wahbah Zuhaili, ibid. 529, Abdurrahman al Jaziri, ibid. 119 51 Ibid,
hlm.529
Kamus Dewan, ed. 3, cet. 3, Dewan Bahasa dan Pustaka: Kuala Lumpur, 1994, hlm.146-147.
Oxford dictionary of english, hlm. 320, 1175 dan 1844.
Asal perkataan dari tahara rujuk Ibn Manzur, Lis a n al-carab, jil. 5, hlm. 652; Ibrahim
Mustafa etal., Al-Mucjam al-was it , jil. 2, hlm. 568.
Ibn Manzur, Lis a n al-carab, jil.8, hlm. 608. 5 al-Qadi Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad bin Ahmad bin Rushd al-Qurtubi alAndalusi Ibn Rushd, Bid a yat al-
mujta h id wa nih a yat al-muqtasid, Dar al-Fikr, t.tp., t.th., juz. 1, hlm. 5; Abu Zakariya
Yahya bin Sharf al-Nawawi al-Dimashqiyyi al-Nawawi, Rawdat al-t a libin, Dar al-
Kutub al-cIlmiyyah, Beirut, 1992, juz. 1, hlm. 115; Abdul Karim Zaidan, Ensaiklopedia
fiqh wanita, As-Syabab Media, Bandar Baru Bangi, 1997, jil. 1, hlm. 27.
Muhammad bin cAli bin Muhammad al-Shawkani, Nayl al-aw ta r shar h muntaq a al-akhb a
r min a ha dith sayyid al-akhy a r, Tahqiq Anwar al-Baz, Dar al-Wafa‟, Mansurah, 2003,
cet. 2, juz. 1, hlm. 35; Mustafa
al-Khin, Mustafa al-Bugha & cAli al-Sharbaji, Al-Fiqh al-Manhaj i cal a madhhab al-Im a m
al-Sh a fic i , Dar alQalam, Dimashq, cet. 3, 1419H/1998, jil. 1, hlm. 27.
Qasim Suwaydani, AlT ibb minbar al-isl a m, Dar al-Albab, Beirut, 1419H/1999, hlm.186-
187. 8 ibid., hlm.192.
Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, I hya ’ cul u m al-d i n, Dar al-Tawzic
wa al-Nahsr al-Islamiyyah, Kaherah, 1426H/2005, juz. 1, hlm. 186.
Iaitu iaitu di dalam surah al-Baqarah 2: 25, 222, 232, Ali cImran 3: 15, 42, 55, ; al-Nisa‟ 4:
43, 57; al-Ma’idah 5: 6, 41; al-Acraf 7: 82; al-Anfal 8:11; al-Tawbah 9: 103, 108 ; Hud
11: 78; al-Furqan 25: 48; alNaml 27: 56; al-Ahzab 33: 33; al-Waqicah 56: 79; al-
Mujadalah 58:12; al-Mudaththir 74: 4; al-Insan 76: 21; cAbasa 80: 14; al-Bayyinah 98:
2. Rujuk al-Himsi, Muhammad Hasan, Qur’ a n Kar i m fah a ris k a milah lil maw a dic
wa al-Alf az , Dar al-Rashid, Beirut, t.th., hlm. 137-138.
Asal perkataan dari naja‟a rujuk Ibn Manzur, Lis a n al-carab, jil. 8, hlm. 475.
Mustafa etal., Al-Mucjam al-was it , juz. 2, hlm. 905.
cAbd al-Halim cUways, Maws u cah al-fiqh al-isl a m i al-muc as ir, Dar al-Wafa‟,
Mansurah, juz.1, 1426H/2005, hlm. 227.
Rujuk juga al-cAli, Husayn cAbd Allah, Khis a l al-fi t rah f i al-fiqh al-isl a m i dir a sah
muq a ranah maca alt ibb alh ad i th, Dar al-Diya‟, Kuwait, 1425H/2004, hlm. 62. 14 al-
Nawawi, Raw d ah alt a lib i n, juz. 1, hlm. 175.
Mustafa al-Khin, Mustafa al-Bugha & cAli al-Sharbaji, Al-Fiqh al-manhaj i cal a madhhab
al-im a m al-sh a fic i , jil. 1, hlm. 45.
Ahmad cAbd al-Rahim al-Sayih & Ahmad cAbduh cIwad, Qa da y a al-b i ’ah min man z ur
isl a m i , Markaz al-Kitab li al-Nashr, Kaherah, 1425H/2004, hlm. 216.
Muhammad Nazar al-Daqar, Raw a ic al-islam i - ala d a b al-isl a m i wa atharuh a f is i h
hah al-fard wa almujtamac, Dar al-Macajim, Dimashq, 1419H/1999, juz. 4, hlm. 97.
Danial Zainal Abidin, Konsep Perubatan Islam, Pustaka Nahnu, Pulau Pinang,1988, hlm
Fauzi Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Volume 3, Nomor
1, Maret 2017 | 24
Shihab,Quraish, Perempuan, Jakarta: Lentera Hati, 2005. As-Suyu>ti>}>, Al-Ashbah wa An-
Nadha>ir, Beirut: Da>r al-Kutub alIlmiyah, 1403. Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmizi, Beirut:
Da>r Ihya>‟ al-Turath al-„Arabi>, tt Subhan,Zaitunah, al-Quran dan Perempuan,
Jakarta: Kencana, 2015.
Yusuf Madan,Sex Education For Children, Panduan Islam bagi Orangtua dalam Pendidikan
Seks Untuk Anak ( Jakarta : Mizan Media Utama,2004),hlm.34
Alya Andika, Bicara Seks Bersama Anak, (Yogyakarta: Pustaka Anggrek, 2009),hlm.21
Maria Tretsakis,Seks Dan Anak - Anak,( Bandung: CV. Pionir Jaya,2003 ), hlm.2
Dewi Sartika, Pentingnya Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks Anak, Skripsi IKIP PGRI
Semarang,2007,hlm.45
Nina Surtiretna,Bimbingan Seks Bagi Remaja, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ),
Cet. III, hlm. 2 7 Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, (Bairut: Darussalam,
1983), hlm. 503
Ayip Syarifuddin, Islam dan Pendidikan Seks Anak, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1991),hlm.
33.
Rahmat Rosyadi, Islam Problema Sex Kehamilan dan Melahirkan,(Bandung: Angkasa,
1993), hlm. 28
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2004)hlm. 67
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), hal. 1101. 25 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris –
Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 2007), hal. 541.
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia (Jakarta: PT Gramedia,
2007), hal. 293.
Abdul Daem Alkaheel, Al-Qur’an The Healing Book (Jakarta: Tarbawi Press, 2010), hal. 16.
Abdul Daem Alkaheel, Pengobatan Qur’ani Manjurnya Berobat dengan Al-Qur’an (Jakarta:
Amzah, 2012), hal. 13.
Abdul Daem Alkaheel, Pengobatan Qur’ani Manjurnya Berobat dengan Al-Qur’an (Jakarta:
Amzah, 2012), hal. 14.