Anda di halaman 1dari 3

Mengokohkan keyakinan (akidah) yang telah ditanamkan pada usia dini dengan cara

mengajak anak untuk mengamati obyek yang ada di sekitarnya (manusia, alam semesta
dan kehidupan); bisa juga dengan bantuan CD yang berisi fenomena alam, binatang,
tanaman, keajaiban laut, dll); atau dengan cara mengajaknya ke alam terbuka.
Merangsang proses berpikir mereka pada pengakuan adanya Allah Swt. dan kebesaran-
Nya serta pengakuan akan kelemahan manusia dan ketidakkekalan segala makhluk
yang ada di dunia. Keimanan terhadap al-Quran dan kerasulan Muhammad saw. dengan
cara menjelaskan mukjizat al-Quran melalui shirah Rasulullah saw. dengan bahasa dan
retorika yang menarik, sekali waktu dengan cara bermain peran. Tujuannya agar terjadi
penjiwaan pada diri anak terhadap shirah Rasul dan pembenaran al-Quran sebagai kitab
yang diturunkan Allah Swt. untuk umat Islam.

2. Menanamkan konsekuensi beriman pada al-Quran, bahwa al-Quran berisi petunjuk dari
Allah Swt. untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.
Demikian pula bukti mengakui Nabi Muhammad saw. sebagai rasul adalah percaya
kepada hadits-hadits beliau. Carilah contoh syariah—baik dari al-Quran maupun as-
Sunnah—yang mudah dicerna oleh mereka, seperti perintah untuk berbakti kepada
orangtua, berinfak kepada fakir miskin, larangan mengadu-domba sesama Muslim,
menipu, dll. Jelaskanlah bahwa perintah Allah Swt. ada yang bersifat wajib atau sunnah,
sedangkan larangan-Nya ada yang bersifat haram atau makruh berikut konsekuensinya.
Tujuannya agar anak memiliki gambaran tentang syariah Islam dan merasa terikat
dengannya.

3. Hal-hal yang wajib ataupun sunnah sudah harus dibiasakan, khususnya shalat dan
shaum. Rasul saw. bersabda (yang artinya): Perintahkanlah anak-anakmu shalat jika
mereka telah menginjak usia 7 tahun, pukullah mereka (karena meninggalkan shalat)
jika telah menginjak usia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR Ahmad).
Pembiasaan shalat juga bisa dilakukan dengan cara mengajak shalat berjamaah seluruh
anggota keluarga. Khusus anak laki-laki dibiasakan untuk shalat di masjid. Menghapal
bacaan al-Quran dan tadarus dapat dilakukan bersama seluruh anggota keluarga setelah
selesai shalat magrib yang dilanjutkan dengan tawsiyah dari ayah atau ibu. Tujuannya
adalah agar ilmu yang telah didapatkan anak juga diamalkan dalam kesehariannya
sehingga bentukan nafsiyah Islam mereka semakin kuat.

4. Perbekalan tentang tsaqâfah Islam seperti bahasa Arab, ilmu hadis, fikih, shirah dll terus
diberikan dan sebaiknya dilakukan secara kolektif, baik melalui pendidikan formal atau
non-formal. Guru bisa berasal dari orangtua sendiri jika memungkinkan atau
mendatangkan guru dari luar.

5. Mengajarkan dan membiasakan adab-adab (akhlak islami) terhadap orangtua, saudara,


guru, teman, tetangga, dll. Misalnya dengan selalu mengucapkan salam, menampakkan
wajah yang berseri-seri, meminta izin jika memasuki rumah (kamar), khususnya pada
tiga waktu (sebelum shalat shubuh, di tengah hari dan sesudah shalat isya), dll.

6. Membentengi anak dari pengaruh tayangan, bacaan dan aktivitas yang dapat mengarah
pada hal-hal yang negatif serta memberi alternatif lain yang bersifat positif, seperti CD
ilmu pengetahuan, bacaan islami, kegiatan keislaman, dll.

7. Dalam hal pergaulan dengan lawan jenis, mulai dibiasakan terpisah antara anak laki-laki
dan perempuan, sambil dijelaskan akibat pergaulan yang bercampur-baur di dalam
kehidupan umum, yang bisa mengarah pada pandangan yang didasari naluri seksual
dan ketidakproduktifan berpikir, khususnya pada anak yang telah menginjak usia 10
tahun.

8. Pada saat usia menjelang balig mereka diajari tentang pengetahuan tanda-tanda balig
(menstruasi dan mimpi) serta bagaimana hukum-hukum fikih Islam mengaturnya.
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan anak secara fisik dan psikis sehingga pada saat
waktu balig datang mereka telah memahami hal-hal yang harus dilakukan dan siap
menjalankan konsekuensi balig (untuk terikat dengan hukum syariah) dalam
kehidupannya.

9. Membekali anak dengan keterampilan hidup yang dapat membuatnya mandiri dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti memasak sederhana, merapikan rumah,
mencuci pakaian, memperbaiki rumah, menggunakan perkakas sederhana, dll. Selain itu
adalah melatih mereka dalam olahraga yang dapat mengolah tubuh mereka untuk
memiliki fisik yang sehat dan kuat sehingga mereka siap dan memliki moda-modal dasar
dalam kancah perjuangan (jihad fi sabilillah).

10. Anak yang telah berumur 10 tahun ke atas mulai diajak berpikir untuk membaca
persoalan di masyarakat yang dikaitkan dengan informasi keislaman yang telah
didapatkannya. Analisis diarahkan pada solusi Islam berikut perbandingannya dengan
solusi-solusi yang diambil oleh masyarakat atau negara saat ini.
11. Pemanfaatan teknologi komputer dan internet diarahkan pada hal yang sifatnya
bermanfaat seperti mencari berita yang relevan dengan perkembangan proses
berpikirnya.

12. Dengan seringnya melatih proses berpikir anak, pemikiran anak sudah semakin meluas
hingga bisa menyimpulkan persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat saat ini, yaitu
tidak adanya penerapan syariah Islam di tengah kehidupan.

13. Melatih keberanian, kepemimpinan dan tanggung jawab pada anak dalam berbagai
aspek di dalam aktivitasnya yang senantiasa dikaitkan dengan pola pikir dan pola sikap
ideologi Islam. Tujuannya adalah untuk melatih anak secara berkelanjutan demi
mempersiapkan mereka menjadi pemimpin pada masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai