Anda di halaman 1dari 10

Patah hati?

Ya mungkin inilah yang sedang di alami Sam dengan nama panjang Samsudin orang orang
memanggilnya dengan sebutan Udin. Udin duduk termenung di sebuah taman dengan kaki
yang menendang kerikil sesuka hatinya.Ia sedang patah hati karena Jamilah, pacarnya
memutuskan dirinya sepihak. Padahal Udin berharap mereka bisa selamanya sampai maut
nanti, namun Udin tertampar kenyataan yang bari ia terima saat ini. Hubungan yang ia jalani
selama dua belas bulan , lima puluh dua minggu, dan tiga ratus enam puluh hari,lima ratus
dua puluh lima ribu enam ratus menit, tiga puluh satu juta lima ratus tiga puluh enam ribu
detik itu langsung kandas seketika. Jamilah memutuskan Udin karena mereka berbeda.
Bukan, bukan karena mereka berbeda jenis, harta, tahta ataupun derajat. Tapi karena mereka
berbeda agama. Udin dan Jamilah seaamiin tapi tidak dengan seiman.

"Ya Allah gusti,sakit banget hati ku di putusin Jamilah"

"Aku gak kuat Ya Allah"

"Aku lemah tak berdaya"

"Sungguh aku it-" Ucapan Udin terhenti karena tiba tiba ada sandal jepit yang mendarat di
atas kepalanya. Udin pun naik pitam dan menoleh ke belakang yang ternyata ada sahabatnya
yaitu Syaif ,bukan Syaiful Jamil. Karena arti Syaif adalah pedang sedangkan Syaiful Jamil itu
pedangdut.

"Eh Syaif! Kenapa kamu lempar sandal ke kepalaku. Kamu gak tau hah kalo aku lagi curhat
sama Allah, lagi mengeluarkan keluh kesahku karena abis di putusin Jamilah!" Kesal Udin.

Syaif pun mendekat pada Udin dan memberikan surat lalu pergi menjauh meninggalkan Udin
sendiri.

"Itu orang kenapa sih? Dateng dateng main lempar sandal aja terus di kasih surat beginian"
Heran Udin sembari berkacak pinggang.

"Jangan jangan ini surat dari Jamilah yang mau balikan sama aku" Udin pun tersenyum malu
malu dan mengambil sepedanya karena tadi ekor matanya tak sengaja melihat perempuan
cantik, berambut panjang dan tinggi lalu tengahnya bolong yang berdiri di ujung taman.

***
"Emak, Udin pulang membawa surat dari mantan" Teriak Udin saat sudah sampai di halaman
rumahnya.

"Mak, emak? Emak dimana?" Tanya Udin saat sudah sampai di ruang keluarga.

"Udah pulang Din?" Tanya Emak sambil tergopoh gopoh dan membawa sepiring singkong
goreng lalu di taruh pada meja.

"Udah, emak habis ngapain?" Udin pun salim dan duduk sambil memakan singkong goreng.

"Lagi goreng singkong,untuk cemilan" Jelas Emak yang membuat Udin menganggukan
kepalanya mengerti.

"Ya udah deh Mak, Udin mau mandi dulu ya. Udah mau maghrib" Pamit Udin.

Kringgg kringgg telolet takdung tak

Dering ponsel Udin yang keras di atas meja keluaga membuat Udin keluar dengan sampo
yang masih di atas kepalanya.

"Siapa sih yang nelpon!? Ganggu aja!" Gerutu Udin lalu mengangkat telponnya.

"Halo"

"Assalamualaikum" Sapa sang penelpon yang tak lain adalah Syaif.

"Waalaikumsalam kenapa"

"Nanti malem ada acara gak?"

"Ada,nangisin kenanganku sama Jamilah!"

"Udah gak usah,mending kamu ikut aku aja"

"Kemana?"

"Aku tunggu habis Isya" Lalu telepon pun di putuskan sepihak oleh Syaif.

"Kebiasaan!" Gerutu Udin lalu masuk ke kamarnya dan melempar ponsel nya di atas kasur.
Lalu ia pun mengambil baju di lemari dan memakai nya.

"Astaghfirullah! Kan samponya belum di bilas!" Panik Udin lalu pergi ke kamar mandi.
***

Adzan maghrib pun berkumandang, membuat Udin mengambil air wudhu dan melaksanakan
shalatnya.

"Assalamualaikum warahmatullah,assalamualaikum warahmatullah"

"Cepet amat shalatnya" Seru seseorang dari belakang yang membuat Udin terkejut.

"Loh kok kamu udah disini?" Tanya Udin dengan sedikit shock yang dibalas hendikan bahu
acuh.

"Ya udah aku berdoa dulu"

"Ya Allah jadikanlah Jamilah sebagai jodohku kelak dan kembali berpacaran bersamaku
aamiin"

"Heh Udin!"

"Apalagi Syaif!?"

"Berdoa kok biar balikan sama mantan terus pacaran, emang kamu gak tau hah kalo pacaran
itu dilarang dalam agama Islam"

"Hah? Iyakah? Tapi kalau aku sama Jamilah gak pacaran nanti Jamilah di ambil orang lain"

"Halah untuk apa pacaran kalau putus di tengah jalan, mending diem dieman terus sampai ke
pelaminan. Lagian percumah kalau kamu pacaran sama Jamilah,liat sekarang kamu di putusin
kan" Ujar Syaif dengan nada ketus.

"Kamu itu loh kalau ngomong tajem banget. Sebenernya kamu sahabat baikku apa bukan
sih!? Gerutu Udin.

"Sahabat yang baik itu membawa dalam ketaatan dan kebaikan, bukan kemaksiatan. Aku
kayak gini itu ngingetin kamu biar gak terjerumus ke setan. Karena aku gak mau kita cuma
sahabatan di dunia aja, namun juga di syurga-Nya" Jawab Syaif yang membuat Udin terharu.

"Aaa aku terharu, sini peluk dulu" Ujar Udin sambil berlari lari kecil yang langsung dipukul
oleh Syaif.
"Gak usah banyak drama, ayo kita ke masjid Al Ikhlas. Shalat isya disana sekalian ikut
kajiannya Ustadz Fadli" Lalu Syaif pun menghilang dari balik pintu kamar Udin.

"Benar benar sahabat sejati" Gumam Udin sambil mengelus dadanya dan segera menyusul
Syaif.

Allahuakbar Allahuakbar

Kumandang adzan yang merdu dari Syaif membuat Udin terkagum. Selang beberapa menit
iqamah pun mulai di kumandangkan dan mereka segera melaksanakan shalat Isya.

"Assalamualaikum warahmatullah,assalamualaikum warahmatullah"

"Jangan berdoa biar minta balikan sama Jamilah lagi" Bisik Syaif yang membuat Udin
mendengus kesal.

"Enggak"

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, alhamdulillahirobbil'alamin pertama tama


marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena kita dapat
berkumpul di masjid Al Ikhlas tanpa ada halangan apapun. Shalawat serta salam kita
haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW mudah mudahan kita mendapatkan
syafaatnya di akhirat kelak, aamiin ya rabbal alamin" Ujar Ustad Fadli membuka pembukaan.

"Kali ini saya akan membahas tentang CINTA yang umumnya remaja remaja sekarang ini
menyalurkan cintanya lewat PACARAN. Hayoo ngaku siapa yang begini?" Tanya Ustadz
Fadli membuat jamaah tertawa karena memang karena memang benar seperti itu.

"Setiap orang pasti dipernah merasakan jatuh cinta. Orang yang jatuh cinta itu hidupnya
indah banget,seolah olah gak ada beban. Selalu tersenyum bahagia saat memandang lawan
jenis yang di sukainya. Sampai tidak sadar mereka menyalurkan fitrah cinta nya itu dengan
istilah pacaran."

"Padahal pacaran itu di larang dalam agama Islam. Pada Qur'an surat Al Isra' ayat 32 di
jelaskan dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu termasuk perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk."

"Zina itu bermacam macam, mulai dari zina mata, zina hati, zina fikiran dan zina yang
lainnya. Nah pacaran itu termasuk zina karena apa? Mulai dari berpegangan tangan,
berpelukan, tatap tatapan mata bahkan banyak berita jaman sekarang ada perempuan yang
hamil karena pacarnya,nauudzubillahimindzalik"

"Tapi Ustadz kita kan pacaran nya gak ngapa ngapain" Ujar salah satu jamaah.

"Loh kalau gak ngapa ngapain,ngapain pacaran? Memang awal pacaran itu bikin kita seneng
bahkan rasanya berbunga bunga. Namun juga perlu kalian ingat bahwa akhir dari pacaran
adalah putus menjadi mantan. Dan yang lebih menyakitkan nya lagi di putusin pas lagi
sayang sayang nya!"

"Wah jleb banget nih ceramahnya" Gumam Udin yang membuat Syaif tersenyum.

"Rasain!" Batin Syaif sambil menahan tawanya.

"Coba kalian berfikir. Apa kalian tega sama orang tua kalian kalau masih pacaran?"

"Loh tega kenapa Ustadz?" Tanya Udin penasaran.

"Nih kalian ini masih menjadi tanggung jawab orang tua kalian. Mereka susah susah
membanting tulang demi anak nya namun balasan kalian untuk mereka apa?"

"Apa kalian tega jika nanti orang tua kalian menjerit kesakitan akan panasnya api neraka
karena harus menanggung dosa anaknya?"

"Apa kalian tidak malu masih bisa menghirup udara segar di muka bumi ini atas ijin Allah
SWT namun kalian melanggarnya?"

"Mau sampai kapan kalian terus terusan dalam kemaksiatan?"

Seketika ucapan yang terlontar dari Ustadz Fadli membuat Udin tersadar.

Ya benar apa yang di ucapkan oleh Ustadz Fadli sangat sangat benar.

Seketika bayangan Emak dan Bapak Udin yang bekerja keras di tengah cuaca yang panas
membuat Udin menyesal.

Bayangan saat Udin tidak melaksanakan shalat lima waktu karena asyik berduaan dengan
Jamilah saat masih pacaran membuat Udin menyesali perbuatannya.
"Aku harus berubah menjadi yang lebih baik lagi! Aku gak mau terus terusan berbuat dosa
dan bikin Emak Bapak masuk ke neraka! Aku harus berubah!" Tekad Udin sudah bulat dan
tidak ada yang bisa mengalahkannya.

"Kalau kamu butuh bantuan bisa minta tolong ke aku" Ujar Syaif membuat Udin tersenyum.

"Makasih bro!" Udin menepuk pundak Syaif sambil tersenyum yang di balas acungan jempol
oleh Syaif.

"Jadi mulai sekarang perbaiki diri masing masing. Soal jodoh sudah Allah atur sejak 1.600
tahun yang lalu. Gak usah khawatir, yang perlu kita khawatirkan adalah saat kita meninggal
nanti amal ibadah apa yang akan kita bawa?"

"Pesan saya adalah perbaiki diri dan terus istiqamah dalam menjalankan perintah Allah.
Jangan bersedih jika seseorang meninggalkan kita karena pada dasarnya mamusia pasti akan
pulang dan hanya Allah lah yang kekal selamanya dan tidak akan meninggalkan kita.

"Cukup sekian ceramah saya malam ini,mari kita tutup dengan hamdalah bersama sama"

"Alhamdulillahirobbil'alamin"

"Saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Lalu para jamaah pun mulai meninggalkan


diri masing masing termasuk Udin dan Syaif.

Di perjalanan hanya keheningan yang menemani mereka, selang beberapa menit Udin pun
membuka suara.

"Syaif, besok kamu nyamper aku ya"

"Lah kan emang kita samper samperan"

"Maksudnya pas shubuh, aku mau belajar shalat lima waktu dan shalat di masjid terdekat"

"Masya Allah,mantap Din! Pastinya nanti aku samper" Balas Syaif semangat.

"Yaa udah aku masuk dulu assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Lalu Syaif pun juga masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan Udin.

Allahuakbar Allahuakbar
Adzan Shubuh mulai terdengar di telinga Udin. Ia sudah bersiap siap dan menunggu
kehadiran Syaif di ruang tamu.

"Loh loh? Tumben kamu udah bangun?" Kaget Emak.

"I-iya mak, Udin mau belajar jadi anak yang sholeh" Jawab Udin dengan kikuk membuat
Emak mendekat dan tersenyum.

"Bagus itu, Emak selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu"

"Maaf ya mak, Udin sering berbuat salah sama Emak dan Bapak.Udin janji bakal berubah
menjadi yang lebih baik lagi."

"Iyaa gapapa, yang terpenting sekarang kamu udah ada niatan untum berubah"

"Assalamualaikum, Udinnn Udin"

"Mak, Syaif udah nyamper. Udin berangkat dulu yaa assalamualaikum"

"Iyaa hati hati, waalaikumsalam"

Sesampainya di masjid Al Ikhlas mereka pun melaksanakan shalat shubuh berjama'ah.


Beberapa menit kemudian shalat pun sudah selesai. Beberapa jamaah sudah pulang ke rumah
masing masing dan tak sengaja Udin melihat bapak bapak yang sedang mengaji. Keinginan
untuk belajar mengaji pun timbul di hati Udin.

"Syaif,ajarin aku ngaji ya" Pinta Udin membuat Syaif menganggukan kepalanya.

Setiap hari Udin pun belajar ngaji dan tak terasa selama dua bulan Udin sudah bisa membaca
Al Qur'an.

"Wahh Alhamdulillah, makasih ya Syaif kamu udah ngajarin aku dari nol. Kamu emang
bener bener sahabat sejatiku."

"Iya sama sama lagian kan fungsi sahabat emang begitu" Balas Syaif yang membuat
keduanya terkekeh. Saat di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Jamilah.

"Udin" Panggil Jamilah membuat Udin menoleh ke belakang yang di ikuti oleh Syaif.

"Kenapa?" Tanya Udin tanpa basa basi.


"A-aku nyesel udah mutusin kamu. Pas waktu itu aku disuruh Syaif untuk mutusin kamu.
Padahal sebenernya aku masih sayang banget sama kamu" Ujar Jamilah memberi penjelasan.

"Emang iya If?" Tanya Udin yang di balas anggukan mantap oleh Syaif. Bukannya marah
atau kesal pada Syaif justru Udin menepuk pundak Syaif dan tersenyum.

"Makasih ya If" Ujar Udin yang di balas senyuman oleh Syaif.

"Kok kamu makasih ke Syaif sih!?" Kesal Jamilah.

"Maaf yaa Jamilah, aku gak mau pacaran lagi apalagi balikan sama kamu. Maaf aku udah
hijrah, dan keputusan kamu untuk mutusin aku itu keputusan yang terbaik. Karena dengan ini
aku tau mana yang benar dan salah. Jadi kita udah gak ada hubungan apa apa lagi bye" Lalu
Udin pergi meninggalkan Jamilah dan Syaif yang tersenyum penuh kemenangan.

Mereka pun menuju masjid Al Ikhlas untuk melaksanakan shalat Isya. Dan setelah selesai
mereka pulang

"Syaif,nanti pas shubuh kamu nyamper aku lagi ya"

"Maaf Din, aku gak bisa"

"Loh kenapa?"

"Aku habis ini mau pergi"

"Yahh ya udah deh gapapa, nanti aku berangkat sendiri"

"Iyaa, eh kamu duluan aja aku lupa belum ambil fotocopy yang tadi siang"

"Ya udah oke, aku duluan ya If assalamualaikum"

"Iyaa waalaikumsalam"

***

"Udin nak bangun nak" tidur Udin pun terusik karena ada seseorang yang membangunkan
nya.

"Ergh ada apa mak?" Tanya Udin dengan mata terpejam.

"Udin, Syaif Din" Emak berkata lirih membuat Udin langsung terbangun.
"Syaif kenapa mak!?" Tanya Udin panik.

"S-Syaif kecelakaan tadi malam dan jam tiga pagi di nyatakan meninggal dunia"

Degg

Seketika jantung Udin berdetak lebih cepat, bahkan tatapan matanya pun kosong.

Syaif? Sahabat terbaiknya meninggal? Tadi malam kecelakaan? Masuk rumah sakit?

"M-mak ayo kita ke rumah sakit sekarang" Panik Udin lalu mereka pun menuju ke rumah
sakit

Sesampainya di rumah sakit.

Udin melihat sahabatnya yang di tutupin kain bewarna putih, kulit puctih pucat dan bibir
kering namun melengkung indah membuat Udin tak bisa menahan air matanya.

"Udin kapan di kebumikan nya Bu?" Tanya Udin pada Ibu Syaif.

Sambil mengusap air mata, Ibu berkata "nanti jam tujuh jenazah Syaif akan di kebumikan"

Udin duduk di kursi rumah sakit dan menelungkupkan wajahnya pada telapak tangannya. Ia
tak menyangka jika sahabatnya pergi meninggalkan dirinya saat ini. Ternyata makna kata
pergi dari Syaif semalam adalah meninggalkan dia sendiri untuk selamanya. Lantas
bagaimana jika Udin berbuat dosa? Siapa yang mengingatkannya? Siapa yang akan
menegurnya jika ia berada di jalan yang salah?

Udin mengusap air matanya dan beranjak pergi ke mushola di rumah sakit. Disana Udin
shalat dan berdoa sambil meneteskan air matanya. Sahabat terbaiknya sudah pergi untuk
selama lamanya. Sahabat terbaiknya sudah di panggil oleh yang maha kuasa. Dan sahabat
terbaiknya akan tetap menjadi sahabat terbaik untuk Udin.

"Ya Allah Ya Rabbi, sahabat hamba, Syaif sudah di ambil olehmu. Sahabat hamba sudah
pergi meninggalkan hamba sendiri. Sahabat hamba yang selalu mengingatkan hamba dalam
hal kebaikan dan kebajikan sudah tidak ada ya Allah. Tempatkanlah Syaif di tempat yang
terbaik di sisimu. Ringankanlah siksa kuburnya,perluaslah kuburnya, terangilah kuburnya,
mudahkan dia untuk menjawab pertanyaan malaikat munkar dan nakir, dan berilah dia
hamparan syurgamu Ya Allah aamiin" Doa Udin dengan khusyuk dan berlinang air mata.
Jam enam pagi, orang - orang sudah berkumpul di kediaman rumah Syaif, termasuk Udin.
Syaif pun di mandikan ,di kafankan, dan di shalatkan. Tepatnya jam tujuh pas Syaif segera di
kebumikan. Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di pemakaman. Syaif pun segera di
taruh pada tanah yang sudah di gali dan menghadap kiblat lalu di tutupi oleh kayu dan tanah.
Ustadz Fadli pun ikut datang dan menjadi pemimpin doa. Satu persatu semua orang sudah
pergi kecuali Udin.

Udin mendekati kuburan Syaif dan menangis, teringat akan kenangan mereka dari kecil
hingga dewasa.

"Aku gak nyangka If kamu ninggalin aku. Kemarin Bapak yang ninggalin aku terus di
tinggalin Jamilah kalo yang ini sih di tinggalin gapapa" Ujar Udin sambil terkekeh pelan.

"Sekarang kamu yang ninggalin aku. Kamu yang tenang disana, aku bakal selalu doain kamu.
Emang bener ya kata Ustadz Fadli kalau semua orang itu pasti bakal pergi satu persatu
kecuali Allah. Makasih Syaif atas perlakuanmu selama ini sama aku, ya walaupun
perkataanmu itu tajem kaya pedang hehe maklum soalnya kan arti namamu pedang"

"Ya udah ya Syaif, aku pulang dulu. Aku bakal ziarah dan bersihin makam kamu seminggu
dua kali. Assalamualaikum" Lalu Udin berjalan meninggalkan pemakaman di awan langit
yang cerah .

"Jika kita berpisah bukan melupakan yang membuat kita menjauh, namun keadaan. Keadaan
yang membuat kita berpisah, entah itu sementara ataupun selamanya"

~Hati

Anda mungkin juga menyukai