Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

MASAILUL FIQHIYAH

“HUKUM MENUNDA HAID KARENA IBADAH HAJI”

OLEH:
KELOMPOK 12
NAMA NIM

ZINEDINE ZIDANE : 1911111032

MUHAMMAD JUMADI : 1911111026


BL

AAN INDAYANI : 1911111030

PROGRAM STUDI TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG


2022

2
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................3
C. Tujuan penulisan...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Pengertian..........................................................................................................................4
B. Haid menurut hukum islam...............................................................................................7
C. Hukum Menunda Haid dalam Pelaksanaan Ibadah Haji ..................................................9
D. Analisis implikasi hukum pemakaian obat siklus haid bagi jamaah haji indonesia.........11

BAB II PENUTUP......................................................................................................................14
Kesimpulan............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

i
KATA PENGANTAR
Bismullahirrahmanirrahim............

Assalamu’alaikum WR.WB

puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun

hingga selesai. Sholawat serta salam tidak  lupa pula kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW. 

Makalah ini kami susun guna memenuhi nilai tugas Mata Kuliah“masailul fiqhiyah”. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “menahan haid karena ibadah haji”ini

dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terrhadap pembaca.

Wassalamualaikum WR.WB.

Penulis

Kupang, Oktober 2022

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang telah banyak orang ketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW telah memberi

pengarahan-pengarahan yang khusus terhadap kaum Hawa, hal ini seiring Al-Quran dan Al-

Hadits yang mengkhususkan pembahasan bagi wanita yang berkaitan dengan fitrah wanita itu

sendiri yang tidak dimiliki oleh kaum Adam, masalah haid misalnya, yang secara fitrah akan

dimiliki oleh wanita normal serta subur dan boleh hamil.

Sebagaimana diungkapkan Rasullullah SAW. Juga, “syurga itu berada dibawah telapak kaki

ibu.” Pada hadits lain beliau mengatakan, “wanita adalah tiang negara. Jika wanitanya baik, baik

pula negaranya. Dan apabila buruk wanitanya, maka buruk pulalah negaranya”. Untuk itu

keutamaan sikap hidup menuju citra muslimah sejati harus selalu diusahakan melalui berbagai

cara. Dan salah satu jalan yang tidak diragukan adalah dengan pendekatan diri yang lebih tulus

kepada Allah. Yaitu lewat pengabdian dan ibadah sebaik-baiknya.

Lahan untuk mencapai cita-cita mulia itu antara lain  terhampar dalam pelaksanaan ibadah

haji. Banyak sekali penggambaran dalam Al-Qur’an dan Hadits mengenai keutamaan

melaksanakan ibadah haji. Dengan dasar ini banyak sekali wanita rela berkorban agar dapat

melaksanakan berbagai amalan dalam ibadah haji, dan agar dapat menunaikan ibadah puasa

ramadhan secara penuh dengan tujuan supaya memperoleh apa yang digambarkan dalam Al-

Qur’an dan Al-Hadits.

Pendarahan adalah salah satu larangan bagi wanita muslim untuk mengerjakan ibadah haji di

tanah suci, oleh karena itu, ibadah haji yang memerlukan waktu selama 40 hari itu menjadi

1
masalah bagi wanita muslim karna haid yang rata-rata memiliki siklus 21-35 hari itu tdak dapat

dihindari oleh setiap wanita yang sehat dan normal. Solusi untuk menangani masalah tersebut

adalah dengan cara mengatur siklus haid yaitu memajukan atau memundurkan haid

menggunakan preparat hormonal. Mekanisme pengatur haid dengan preparat hormonal adalah

dengan menekan produksi hormon esterogen dan progesteron endogen (ovarium) melalui

pemberian kombinasi hormon eksogen agar ovulasi tidak terjadi. Beberapa rejimen yang dapat

diberikan untuk mengatur siklus haid meliputi pemberian progestin ( turunan progesteron

ataupun testosteron), penggunaan kontasepsioral kombinasi hormon esterogen dan progestin

serta pemberian agonis gonadotropin releasing hormone(GnRH). Pemberian preparat hormonal

tersebut tidak mengakibatkan infertilitas permanen dan haid dapat kembali terjadi 2-3 hari

setelah rejimen pengaturan siklus haid.

Sebab umumnya mereka berusia subur dan tidak dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut

dikarenakan kedatangan tamu bulanan berupa menstruasi. Menstruasi atau haid terjadi secara

periodik pada semua perempuan sehat yang memiliki organ reproduksi sehat juga. Haid bahkan

bisa menjadi indikator kesuburan.

Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi wanita( sebagaimana pada kasus

menunaikan ibadah haji tadi) karean hukum islam melarang wanita yang sedang haid melakukan

ibadah. Teknologi terkini dibidang terapi hormonal telah memungkinkan pengaturan waktu

terjadinya haid secara tetap sesuai keinginan. Bisa dimajukan atau dimundurkan. hal tersebut

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat atau jamu penunda haid.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana hukum penunda haid dalam  pelaksanaan ibadah haji ?

2
2. Bagaimana haid menurut hukum islam?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui hukum penunda haid dalam  pelaksanaan ibadah haji!


2. Untuk mengetahui bagaimana haid menurut hukum islam!

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Pengertian

1. Haji

Haji berasal dari bahasa Arab ‘hajj’ yang dalam bahasa Indonesia mengunjungi atau menuju.

Namun banyak juga yang mengartikan kata haji sebagai ziarah islam tahunan. Ziarah tersebut

dilakukan di kota Mekah, Arab, kota paling suci bagi umat Islam. Kata ‘haji’ ini mirip dengan

bahasa ibrani yang memiliki bunyi sama dan memiliki arti ‘hari libur’.

Dari akar semiotika, memiliki arti ‘mengelilingi, berkeliling’. Dalam tradisi orang yahudi,

pengantin wanitanya akan mengelilingi pengantin pria selama upacara pernikahan. Demikian

dalam Islam, orang yang melakukan ibadah haji akan mengelilingi Ka’bah.

Pola haji saat ini ditetapkan oleh Nabi Muhammad. namun, berdasarkan Al-Quran. unsur haji

sudah mulai dikenal pada zaman Nabi Ibrahim.

Haji menurut bahasa artinya menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut syara’ haji adalah

menyengaja atau sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan

syarat-syarat tertentu. Ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang

mampu atau kuasa untuk melaksanakanya baik secara ekonomi, fisik, psikologi, keamanan,

perizinan dan lain sebagainya.

2. Haid

Secara lughot atau bahasa Arab haid artinya sesuatu yang mengalir. Sedangkan menurut

hukum syara’ atau hukum fiqih artinya adalah darah yang keluar mengalir dari rahim wanita

secara alami, tanpa sebab dan pada waktu tertentu saja. Haid adalah darah alami, tidak muncul

karena sebab penyakit, luka, keguguran, atau bersalin. Karena haid adalah darah alami, maka

texturnya juga berbeda. Sesuai kondisi, lingkungan, temperatur udara tempat wanita tersebut

4
hidup. Dari segi medis, haid adalah suatu keadaan dimana rahim (uterus) permukaanya

(endometrium) lepas disertai pendarahan(fertilisasi).

Kaum wanita apabila hendak menunaikan ibadah haji atau umrah sering mengalami

kecemasan. Hal tersebut ditemukan dalam peraktek sehari-hari, terutama saat menjelang musim

haji dan umrah. Kecemasan mereka apabila haid datang ketika sedang mengerjakan ibadah

tersebut. Wanita yang sedang haid atau nifas, tidak boleh melakukan aktivitas ibadah haji dan

umrah seperti sholat, masuk kedalam masjid maupun thawaf. Dengan banyaknya jamaah haji

yang sebagian adalah wanita, para dokter diharapkan dapat memfasilitasi dalam mengelolah

masalah haid. Hal tersebut perlu diperhatikan karena kebanyakan jamaah haji reguler ada di

tanah suci selama 40 hari. Untuk mendapatkan ibadah haji bagi wanita, perlu diketahui hukum

jenis darah yang keluar dari saluran reproduksi wanita, apakah darah haid atau termasuk Darah

istihadah.

Dipermukaan rahim yang penuh luka-luka,terjadi pelepasan permukaan yang selanjutnya

akan diikuti oleh pembaharuan permukaan rahim itu. Hal tersebut dapat terjadi antara lain karena

pengaruh hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kalenjer wanita. Dari uraian tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa haid adalah darah yang keluar dari rahim pada semua perempuan

yang sehat alat reproduksinya. Bukan karena penyakit atau benturan kecelakaan. Haid juga bisa

dijadikan indikator kesuburan. Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi

perempuan karena hukum islam melarang perempuan yang sedang haid melakukan ibadah.

Wanita yang sedang haid dilarang melakukan 6 kegiatan yaitu:

1. Thawaf,

2. Sholat, baik wajib maupun sunnah,

5
3. Berdiam diri didalam mesjid,

4. Memegang dan membaca Al-Qur’an,

5. berpuasa,

6. Bersenggama.

Sedangkan kegiatan- kegiatan dalam ibadah haji seperti Sa’i, wukuf, Mabid, melontar

jumrah, dan memotong rambut boleh dilakukan dalam keadaan haid.

3. Obat Penunda Haid

                        Obat siklus haid adalah obat obat yang bisa dipakai untuk mengatur saat datangnya haid

pada wanita tergantung pada keinginan dengan cara memajukan atau menunda saat haid tersebut.

Salah satu contoh obat yang biasa digunakan untuk mengatur siklus haid adalah Primolut

N. Obat ini sering digunakan calon jemaah haji wanita yang hendak menunaikan ibadah hajinya

di mekkah. Jenis obat ini mengandung hormon progestin dan hormon progesterone yang

digunakan untuk mempercepat atu memperlambat masa datangnya haid, baik secara terpisah

maupun kombinasi, karena siklus haid dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.

                        Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk  memakai obat

pengatur siklus haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar ibadah.

Penggunaan pil pengguna haid dibagi menjadi dua:

1.      Memajukan saat haid

Dengan cara meminum pil atau tablet yang hanya berisi hormon estrogen atau

kombinasi pada hari kelima pada siklus haid dari hari ke dua sampai hari ketiga sebelum

datangnya haid yang diinginkan karena haid yang biasa disebut  pendarahan putus obat

(Withdraw Bleeding) akan terjadi dua sampai tiga hari setelah obat habis

6
2.      Menunda saat haid

Dengan cara meminum pil yang hanya berisi progesteron atau kombinasi pada hari

sebelum haid berikutnya datang sampai pada hari ke dua sebelum haid yang diinginkan.

Karena biasanya haid itu akan datang setelah dua hari penghentian pil tersebut.   

B. haid menurut hukum islam

Haid sebenarnya sudah menjadi ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Oleh karena itu,

bagi wanita yang mengalami haid tentu saja tidak dikenakan hukum berdosa.

Haid atau menstruasi adalah darah yang keluar dari rahim seorang perempuan secara

alami dan normal tanpa ada peristiwa tertentu yang menyebabkannya. Setiap wanita mengalami

haid dengan siklus bulanan. Haid tidak disebabkan karena adanya luka atau penyakit pada tubuh

maupun akibat gugur kandungan.

Dalam Islam, pada Surah Al-Baqarah ayat 222 di dalam Al-Qur'an, haid dijelaskan

sebagai suatu jenis kotoran. Ayat ini juga menjelaskan perintah Allah kepada perempuan yang

haid untuk menyucikan dirinya ketika haid dan melarang laki-laki untuk menjauhkan diri selama

perempuan mengalami haid.

Wanita muslimah yang sedang haid juga dilarang untuk shalat sebelum melakukan mandi

wajib. Hal itu didasari dari hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa 'sallam: "Apabila

datang masa haidmu, tinggalkanlah shalat; dan jika telah berlalu, mandilah kemudian shalatlah."

(HR Bukhari).

Dalam Islam, perempuan berumur 9 tahun yang mengeluarkan darah haid menandakan

perempuan tersebut telah baligh. Jika umurnya kurang dari 9 tahun, dan mengeluarkan darah,

maka darah tersebut bukanlah darah haid tetapi darah penyakit. Perempuan yang baligh

7
kemudian disebut mukalaf (orang yang dibebani). Artinya, perempuan tersebut telah memiliki

kewajiban untuk melaksanakan salat, puasa, zakat, dan Haji jika mampu. Ketika masa haid,

perempuan muslim tidak diperbolehkan (haram) melakukan hal-hal berikut:

1. Salat

2. Tawaf

3. Memegang dan menyentuh mushaf (Al-Qur'an dan Tafsir)

4. Berdiam diri di masjid

5. Membaca Al-Qur'an

6. Puasa

7. Talak (cerai)

8. Berjalan di masjid, dikhawatirkan darah haid akan menetes ke lantai

9. Bersenang-senang diantara pusar dan paha (bersetubuh)

Ketika masa haid telah selesai, dia wajib melakukan mandi besar, tidak perlu meng-qada salat

yang ditinggalkan saat datangnya haid. Selain itu juga wajib mengganti puasa di bulan ramadan

yang belum dilaksanakan saat datangnya haid. Sedangkan mengganti puasa tersebut di bulan

lainnya yang bukan di bulan ramadan.

Darah haid adalah pendarahan yang terjadi akibat keluarnya endometrium yaitu sel-sel

yang membentuk lapisan dalam uterus. Haid normal akan terjadi pada wanita sehat siklusnya

sekitar 21-35 hari sekali, lamanya 3-6 hari, jumlahnya sekitar 2-6 pembalut perhari, dan tidak

disertai rasa nyeri. Sedangkan darah istihadah adalah pendarahan dari saluran reproduksi wanita

akibat penyakit seperti mioma, polip dan kelainan pembekuan. Pendarahan akibat pemberian

rejimen penundaan haid yang benar dapat digolongkan kedalam darah istihadah. Oleh karena itu

8
wanita yang mengalami pendarahan ini dapat mengerjakan semua ibadah dengan tetap menjaga

dan memelihara kebersihannya.

Solusi agar seluruh jamaah haji wanita usia reproduksi dapat menjalankan seluruh ibadah

haji adalah melalui pengaturan haid, yaitu dengan cara memajukan dan memundurkan haid

sesuai dengan jadwal dan kebutuhan selama menunaikan ibadah haji. Cara tersebut dapat

tercapai dengan memberikan beberapa obat hormonal yang menekan haid.

C. Hukum Menunda Haid dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Menunaikan ibadah haji bagi para calon jemaah haji  wanita usia subur,  terdapat halangan

haid yang dapat menyebabkan tertundanya rukun haji yaitu thawaf (mengelilingi ka’bah) tidak

bisa bersama muhrim, keluarga, atau bahkan kelompok terbangnya (kloter) nya, yang dapat

mengganggu psikologis calon jemaah haji sehingga dapat mengalami gangguan psikologis dan

menggangu kesempurnaan hajinya. Disamping itu karena mengalami haid dapat menyebabkan

calon jemaah haji tidak dapat melaksanakan sholat arba’in (40 waktu sholat) di mesjid nabawi

yang merupakan idaman setiaporang yang menunaikan ibadah haji.

                        Perkembangan ilmu kedokteran menawarkan obat menunda haid dalam berhaji. Sehingga

dapat melakukan thawaf dan rukun haji lainya bersama dimekkah, serta dapat sholat

arba’in  dimadinah sebagaimna yang diinginkan. Tanpa terhalang haid, sehingga calon jemaah

haji dapat menunaikan ibadah haji dengan sempurna.

                        Adapun aspek hukumnya terdapat berbagai pendapat para ulama. Syekh Mar’i Al Maqdisy

Al-Hanbali, Syaikh Ibrahim bin Muhammad (keduanya ahli fiqih madzhab Hanbali) dan yusuf

Al- Qardawy (Ahli fiqih Kontemporer) berpendapat bahwa wanita yang mengkhawatirkan

hajinya (dan umrah) tidak sempurna,maka dia boleh menggunakan obat menunda hainya. Alasan

9
mereka adalah karena wanita itu sulit menyempurnakan hajinya, sedangkan teks atau dalil yang

melarang menunda haid itu tidak ada. Selain itu Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam sidang

komosi fatwanya pada tahun 1984  menetapkan, bahwa untuk kesempurnaan dan kekhusukan

seorang wanita dalam melaksanakan ibadah haji hukunya adalah mubah (boleh) para fuqaha’

( ulama ahli fiqih) mayoritas sependapat menunda haid untuk berhaji dengan obat-obatan. Hal ini

sebagaimana dasar kaidah fiqiyyah yang menyatakan, pada dasarnya segala sesuatu hukumnya

mubah sampai ada dalil yang melarangnya.

               Namun demikian, ada banyak ulama yang berpendapat berbeda dengan pendapat diatas,

diantaranya adalah; Menyatakan boleh, dasar yang diambil menjadi pegangan berasal dari

alqur’an dan dan Hadits  misalnya surah Al-baqarah ayat 185;

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan atas kamu dan tidak menginginkan kesulitan

menimpamu”.

               Selain itu Ibnu Qudamah Al Hanbaly dalam kitabnya Al Mughni (madzhab Hambali) dan

Hutbah Al Maliki dalam kitabnya Mawahib Al jalil (Madzhab Maliki) serta Imam Ramli Asy

Syafi’i dalam An-Nihyahnya (madzhab Syafi’i) Mereka menyatakan bahwa menggunakan pil

pencegah haid dalam tujuan agar dapat melaksanakan puasa ramadhan dan ibadah lainya

hukumnya mubah dalam artian boleh boleh saja, selagi tidak menimbulkan bahaya bagi

kesehatan wanita.  

D. Analisis implikasi hukum pemakaian obat siklus haid bagi jamaah haji indonesia

10
Haid atau menstruasi terjadi secara periodik pada semua perempuan sehat yang memiliki

organ reproduksi sehat juga. Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi wanita

(misalanya ibadah haji) karena hukum Islam melarang wanita yang sedang haid melakukan

ibadah. Larangan tersebut didasarkan pada dalil sunnah, diharamkan bagi wanita yang sedang

haid melakukan tawaf di Ka’bah, baik yang wajib     maupun sunnah, dan tidak sah tawafnya,

berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa apa lakukan “ ‫افعلى ما يفعل الحاج غير أن ال تطوفى بالبيت‬

50 ‫رى‬hh‫تى تطه‬hh‫ح‬:Aisyah kepada sallam saja yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan

melakukan thawaf di ka’bah sebelum kamu suci”.

Tujuan utama istinbat hukum adalah untuk mewujudkan kemaslahat umat, baik didunia

maupu akhirat. Hal tersebut sejalan dengan misi syariat Islam secara keseluruhan yang rahmatan

lil’alamin sebagaimana firman Allah SWT; َّ ‫َ ”ا ِل نَا َك إ ْ ْر َسل َ َو َمآ أ ِ ْمي َن عَا َل ْ ِل ّ ل ًمة َح ْر‬Dan tiadalah

Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

Asy-Syatibi dalam al-Muwafaqati menegaskan; itu Islam hukum bahwa diketahui telah “‫و معلوم‬

‫الق‬hh‫ق باط‬hh‫الح الخل‬hh‫عت لمص‬hh‫ا وض‬hh‫ريعة انم‬hh‫ ان الش‬disyariatkan untuk mewujudkan kemaslahatan makhluk

secara mutlak”.

Senada dengan Asy-Syatiabi, dalam pendapatnya Mahmud Syaltut mengungkapkan, ‫فثم‬

‫ ”المصلحة وجدت إذا هللا شرع‬Jika terdapat maslahat, maka disanalah hukum Allah”. Dengan ungkapan

yang hampir serupa, Yusuf al-Qaradhawi menyatakan hal yang sama untuk menggambarkan

bagaimana eratnya hubungan antara Islam dengan kemaslahatan.

 Ibn Manzur dalam Lisan al-Arab, menyatakan, bahwa al-maslahah sama dengan al-salah

(Ibn Manzur, tt., 2/516). Maslahat juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang mendatangkan

kebaikan untuk individu dan secara umum (Luis Ma’luf 1987: 432; ‘Izz al-Din Ibn ‘Abd al-

Salam tt., 1/5).

11
Al-Fayumi dalam kitabnya al-Misbah al-Munir ( Ahmad bin Muhammad tt., 345),

menyatakan bahwa al-maslahah dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan

dan kebenaran, atau mengambil manfaat dan menolak mudarat (Husayn Hamid Hassan: 188).

Menurut al-Khawarizmi, maslahat merupakan pemeliharaan terhadap tujuan hukum Islam

dengan menolak kerusakan atau hal-hal yang merugikan dari makhluk (manusia). Definisi

tersebut lebih sempit, karena memandang al-maslahah hanya dari satu sisi, yaitu menghindarkan

mafsadah semata-mata, padahal kemaslahatan memunyai sisi lain yang lebig penting yaitu

meraih manfaat ( al-Shawkani tt., 242; Mustafa Zaid 1964: 20).

Kemajuan pengetahuan dan teknologi terkini di bidang terapi hormonal telah

memungkinkan pengaturan waktu terjadinya haid secara tetap sesuai keinginan, bisa dimajukan

atau dimundurkan. Berkaitan dengan perkara pemakaian obat siklus haid dalam pelaksanaan

ibadah haji, jelas tidak ada dalil khusus yang mengharamkannya. Sehingga, dengan dasar

tersebut hukum ke-mubah-han obat siklus haid dirumuskan. meskipun demikian, hal tersebut

masih menjadi diskursus diantara fuqaha. Pemakaian obat siklus haid bagi jamaah haji indonesia,

hal tersebut didasarkan dengan beberapa masyaqqah. Diantara masyaqqah tersebut, yaitu bahwa

jika tidak menggunakan obat siklus haid, dikhawatirkan muslimah akan kehilangan salah satu

rukun haji, yang menyebabkan tidak sahnya ibadah haji. Pelaksanaan ibadah haji Indonesia

membutuhkan biaya yang sangat besar. Daftar tunggu pelakanaan ibadah haji Indonesia

membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan lebih dari 15 tahun. Berdasarkan masyaqqah-

masyaqqah tersebut, maka pemakaian obat siklus haid bagi muslimah haji indonesia, sudah

sesuai dengan kaidah fiqhiyah Al-masyaqqah tajlibu altaysir, kesulitan mendatangan kemudahan.

Jika tidak menggunakan obat siklus haid, muslimah haji yang batal hajinya dikarenakan tidak

terpenuhi salah satu rukun hajinya, maka ia harus menunggu waktu yang lebih lama lagi untuk

12
mendapatkan daftar tunggu haji, serta membutuhkan biaya yang lebih besar lagi untuk

melaksanakan ibadah haji.

Dengan demikian, pemakaian obat siklus haid bagi muslimah dalam pelaksanaan ibadah haji

bisa dibenarkan, karena sudah sesuai dengan syariat yang didalamnya mencakup masyaqqah,

sehingga dengan dasar maslahat pemakaian obat tersebut diperbolehkan.

BAB III

PENUTUP

13
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. kebanyakan ulama sepakat bahwa menunda haid atau mengkonsumsi obat siklus

menstruasi agar dapat melaksanaan ibadah haji dan puasa ramadhan  hukumnya adalah

diperbolehkan dengan syarat jika jenis obat yang digunakan tersebut tidak menimbulkan

mudharat bagi seseorang yang menggunakan.

2. Pemakaian obat siklus haid secara umum diperbolehkan, dengan dasar tidak adanya nash

yang mengatur atau melarangnya, dan pemakaian tersebut berdasarkan konsep maslahah,

baik dalam masalah ibadah, muamalah, munakahat, dan lainnya.

3. Pemakaian obat siklus haid, dalam konteks pelaksanaan ibadah haji indonesia bisa

dibenarkan, karena sudah sesuai dengan syariat yang didasarkan pada kaidah ushulliyah

dan kaidah fiqhiyah, dimana pemakaian tersebut didasarkan pada masyaqqah, kesulitan

yang dapat menghilangkan salah satu rukun haji, dan jika harus mengulang ditahun-tahun

berikutnya, maka hal tersebut akan lebih menyulitkan bagi jamaah haji Indonesia,

dikarenakan lamanya daftar tunggu dan besarnya biaya pelaksanaan ibadah haji

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

14
Kawakib, Nurul. Menunda haid untuk berhaji. 2009.

         http://nurulkawakibblog.blogspot.com/2009/04/menununda-haid- (24 0ktober 2011)

Muslimna, Choirul. Hukum meminum pil penunda haid. 2009.

         http://moozes.multiply.com/journal (24 oktober 2011)

Rizkanaya. Pendidikan islam: Penundaan KB dan pil penunda haid dipandang dari    hukum


islam dan kesehatan. 2011. http:// Blogger ( 24 Oktober 2011)

Ahmad bin Abdul Rozaq ad-Duwaisy, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah Lil-Buhuts al- ‘Ilmiyah Wa
al-Ifta’, Majalah Al-Buhuts Al-Islmiyah.

Ali Baziad, Petunjuk Pemakaian Hormon Progesteron Untuk Penundaan Haid Selama
Menjalani Ibadah Haji, Jakarta : KSERI 1993.

Djuwantono, bayuaji, permadi. 2012. Step by step penangana kelainan endokrinologi reproduksi
dan fertilitas dalam praktik sehari-hari. Bandung, 2012 sugeng seto. (237-239).

15

Anda mungkin juga menyukai