Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“AL-WAQI’IYYAH”
Makalah ini disusun sebagai bukti hasil tugas kelompok

DOSEN PEMBIMBING
Dr.Ahmad Mulyadi Kosim, M.Ag.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5


Aida Ainun Azizah
Dinda Amanda
Parhana
Yulia Amelia

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
EKONOMI SYARIAH
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Islamic World
View Semester ke-1 tahun 2019/2020.
Berkat rahmat dan karunianya, serta di dorong kemauan yang keras disertai kemampuan
yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang ” AL-
WAQI’IYYAH” dalam mata kuliah Islamic World View.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad
lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaanmaupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang karakteristik syariah
islamiyah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi,
dan berita. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselasaikan.

Bogor,02 Desember 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian al-waqi’iyyah.....................................................................................................5
B. Al-waqi’iyyah dalam akidah islamiyah...............................................................................5
C. Al-waqiyyah dalam ibadat islamiyah...................................................................................6
D. Al-waqi’iyyah dalam akhlak islamiyah...............................................................................7
E. Al-waqi-iyyah dalam tarbiyah islamiyah.............................................................................8
F. Al-waqi’iyyah dalam syariat islam......................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................................................13
B. SARAN..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Fiqih memiliki keistimewaan, yaitu bahwa ia mencakup tiga hubungan manusia;


hubungan manusia dengan Allah sebagai Tuhan satu-satunya, hubungan dengan dirinya sendiri,
dan hubungan dengan masyarakat. Sebab fiqih ini adalah untuk kepentingan dunia dan akhirat,
kepentingan agama dan negara, dan untuk semua manusia hingga hari kiamat.hukum-hukum
fiqih adalah perpaduan kekuatan antara akidah, ibadah, akhlak, dan muamalat. Dari kesadaran
jiwa, perasaan tanggung jawab, merasa diawasi Allah dalam segala kondisi, penghargaan atas
hak-hak maka lahirlah sikap ridha, ketenangan, keimanan, kebagiaan, dan kehidupan individu
social yang teratur. Keistimewaan fiqih islam waqi’iyyah (tentang realistis). Diantara
keistimewaan fiqih Islam -yang kita katakan sebagai hukum-hukum syari’at yang mengatur
perbuatan dan perkataan mukallaf- memiliki keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap
Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman
dengan hari akhir. Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang dapat
menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali
untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan orang yang tidak
beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun puasa dan tidak
memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau haram. Maka berpegang teguh
dengan hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang
menurunkan dan mensyari’atkannya terhadap para hambaNya.

 B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan al-waqi’iyyah?


2. Al-waqi’iyyah dalam akidah islamiyah?
3. Al-waqiyyah dalam ibadat islamiyah?
4. Al-waqi’iyyah dalam akhlak islamiyah?
5. Al-waqi-iyyah dalam tarbiyah islamiyah?
6. Al-waqi’iyyah dalam syariat islam?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Waqi’iyyah

Al-waqi’iyyah adalah mengakui realitas alam ini sebagai suatu hakikat yang faktual dan
memiliki eksistensi yang terlihat.Dengan pengertian bahwa hakikat disini menunjukan pada
sebuah hakikat yang jauh lebih besar,menunjukan wujud yang jauh lebih abadi daripada wujud
alam ini.Wujud itu adalah sebuah wujud yang ada dengan sendirinya.Yakni wujud ALLAH sang
pencipta segala sesuatu.Serta menentukan ukuran-ukurannya secara tepat.

Dialah yang paling mengetahui tentang apa yang dapat memperbaiki dan apa pula
perusak eksistensi manusia.Dia pula yang maha tahu bagaimana cara manusia mampu mencapai
ketinggian derajat diatas malaikat atau turun ke derajat terendah seperti binatang.

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan
rahasiakan);Dan dialah yang maha halus lagi maha mengetahui.”(Qs.Al-Mulk:14)

B. Al-Waqi’iyyah Dalam Akidah Islamiyah

Islam datang dengan sistem akidah waqi’iyyah.Karena akidah islamiyah mengungkap


serangkaian hakikat yang terbukti dalam alam wujud ini,bukan seperangkat khayalan yang masih
terbersit dalam benak dan pikiran.Akidah islamiyah menyuguhkan hakikat-hakikat yang dapat
diterima oleh akal dan membawa ketenangan jiwa serta tidak bertentangan dengan fitrah salimah
(bersih).

Maka akidah islamiyah mengajak untuk beriman kepada ilah yang satu yang telah
memaparkan keberadaannya dengan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan) dalam jiwa dan
alam raya ini,serta ayat-ayat kauliyah sebagaimana yang dia wahyukan kepada para rasulnya.Dia
bukanlah tuhan yang ada dalam kisah-kisah yunani atau hikayat-hikayat romawi atau yang
lainnya.

5
Sebagai akidah islamiyah juga mengajak untuk beriman kepada rasul yang diutus oleh
Allah guna mengakhiri nubuwwat dan menyempurnakan makarimul akhlak.Rasul yang
merupakan manusia seperti kita,tidak istimewa dari manusia lainnya perbedaanya hanya karena
beliau diberi wahyu.

“Katakan(muhammad):Sesungguhnya aku ini adalah manusia seperti kamu dan aku


diberi wahyu.”(Qs-Al-Kahfi:110).

C. Al-Waqi’iyyah Dalam Ibadat Islamiyah

Islam datang dengan sistem ibadat yang waqi’iyyah.Karena islam paham beutul akan
kondisi spiritualitas manusia yang memerlukan ittshal (melakukan kontak) dengan Allah.Maka
islampun mewajibkan amal-amal ibadat yang melegakan kehausan ruhani,memberikan kepuasan
fitrah dan mengisi kekosongan jiwa.Akan tetapi,islam juga menjaga kemampuan yang terbatas
yang dimiliki manusia.Sehingga islampun tidak membebaninya dengan sesuatu yang justru akan
memberatkan dan menyakitkan.

“Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu
kesempitan.”(Qs.Al-Hajj:78).

1. Islam menjaga dan sangat memperhatikan realitas manusia dan kondisi keluarga,sosial
dan ekonomi yang melingkupinya serta apa yang mengharuskan bagi dirinya untuk
mencari ma’isyah(penghasilan)dan berusaha untuk dunia.
2. Islam paham betul akan tabiat kebosanan yang ada pada diri manusia.Ibadat-ibadat
tersebut ada yang harian seperti shalat,ada yang tahunan seperti puasa,ada yang sekali
seumur hidup seperti haji.Islam juga membuka pintu lebar-lebar bagi siapa yang ingin
menambah kebaikan dan taqarrub ilallah,maka kemudian menginsyaratkan amalan-
amalan sunah dalam ibadat.”Maka barangsiapa yang dengan kerelaan mengerjakan
kebaikan,maka itulah yang lebih baik baginya.”(Qs Al-Baqarah:184).
3. Islam juga memperhatikan kondisi-kondisi yang tidak terduga,seperti suasana bepergian
atau sakit dan sejenisnya.Keringanan-keringanan lainnya misalnya mengqasar shalat bagi
musafir,menjamak antara dzuhur dan ashar atau magrib isya,syariat untuk tidak berpuasa
bagi yang muqim (bepergian) ketika bulan ramadhan.Keringanan-keringanan ini semua
merupakan perhatian akan realitas manusia dan kadar kondisi mereka yang tidak stabil ini
semua juga merupakan kemudahan dari Allah bagi manusia.Sebagaimana firman Allah

6
yang berkenaan dengan ibadat puasa.”Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.”(Qs Al-Baqarah:185).

D. Al-Waqi’iyyah Dalam Akhlak Islamiyah

Islam datang dengan akhlak waqi’iyyah,memperhatikan kemampuan pertengahan yang


dimiliki mayoritas manusia.Akhlak manusia mengakui kelemahan manusia,mengakui dorongan-
dorongan kemanusiaan.Kebutuhan-kebutuhannya baik material maupun psikis.

1. Islam tidak mewajibkan bagi orang yang hendak memeluk agama ini agar melepaskan
semua masalah ma’isyah dan kekayaannya.Islam bahkan sangat memperhatikan
kebutuhan individu dan masyarakat terhadap harta.Maka Ia pun mengategorikan bahwa
harta adalah tiang kehidupan dan memerintahkan untuk menginvestasikan serta
menjaganya dengan baik.Al-Qur’an pun memuji nikmat harta dalam banyak tempat.Allah
berfirman kepada Rasulnya:”Dia (Allah) mendapatimu sebagai orang yang
kekurangan(miskin),kemudian menjadikanmu berkecukupan
(kaya).”(Qs.Adh-Dhuha:8).
2. Al-Qur’an atau As-sunnah tidak pernah mengungkap seperti apa yang diungkap dalam
injil dari ucapan al-masih:”Cintailah musuh-musuhmu berkatilah orang-orang yang
melaknatimu.Barangsiapa yang memukul pipi kananmu,maka berikanlah pipi kirimu
untuk dipukul.Barangsiapa yang mencuri bajumu maka berikan juga sarungmu
kepadanya.”Mungkin hal ini boleh untuk pase tertentu,guna memerbaiki kondisi
khusus,tetapi tidak mungkin akan sesuai buat selamanya dan diperuntukkan kepada setiap
orang disetiap zaman dan lingkungan.Sebab,menuntut kepada orang yang biasa agar
mencintai musuhnya dan memberkati yang mencelanya dalam suatu yang diluar
kemampuannya.Oleh karena itulah islam mencukupkan agar berbuat adil kepada
musuh.”Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum,mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil.Berlaku adilah,karena berlaku adil itu lebih dekat pada
takwa.”(Qs.Al-Ma’idah:8).
3. Diantara waqi’iyyah islam dalam akhlak adalah bahwa akhlak islam menetapkan
sekaligus mengakui adanya perbedaan kemampuan nurani operasional antar
manusia.Maka dalam hal kekuatan iman seluruh manusia tidak berada dalam kadar yang
sama.Begitu juga dalam hal iltijam dengan apa yang diperintahkan Allah,menjauhi
larangannya dan berpegang tegung dengan nilai-nilai yang agung.

7
4. Untuk menyempurnakan waqi’iyyah dalam akhlak ini dapat kami tegaskan bahwa akhlak
islam tidak mengharuskan ahli takwa itu dapat suci dari segala noda,terpelihara bagi
segala dosa seperti malaikat karena manusia ditakdirkan dalam peciptaannya terdiri dari
tanah liat dan ruh.”(Diantara ciri-ciri orang yang bertakwa)adalah orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri,mereka mengingat kan
Allah,lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain Allah?dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
sedang mereka mengetahui.”(Qs.Ali-imran:135).

5. Dan diantara waqi’iyyah akhlak islam adalah bahwa akhlak islam memperhatikan situasi
dan kondisi khususnya seperti perang.

E. Al-Waqi’iyyah Dalam Tarbiyah Islamiyah

Tarbiyah islamiyah adalah tarbiyah yang waqi’iyyah.Ia berinteraksi dengan manusia


sesuai posisinya sebagai daging dan darah,pikiran dan perasaan,emosi dan
kecenderungan,spiritual dan material.Dengan kehidupan waqi’iyyah yang seimbang inilah islam
menarbiyah kaum muslimin.Islam tidak membiarkannya tenggelam dalam main-main,hingga
tidak ada yang tersisa buat rabbnya,begitu pula tidak membiarkan ghuluw (keterlaluan) dalam
ibadat,hingga tidak ada yang tersisa bagi jiwanya.

Kendati islam tidak mengakui adanya dosa warisan bagi bayi,namun islam mengakui
adanya pengaruh lingkungan dan bahayanya,khususnya lingkungan keluarga.Bahkan lingkungan
itu dapat membentuk ideologi anak dan kecenderungan pola pikirnya yang pertama.Dalam hadist
dikatakan:”Setiap bayi dilahirkan dalam fitrah,maka kedua orangtuanya lah yang akan dapat
menjadikannya yahudi atau nasrani atau majusi.”(H.R.BUKHARI).

8
F. Al-Waqi’iyyah Dalam Syariat Islam

demikian pula islam datang dengan syariat waqi’iyyah,tidak mengabaikan konteks yang
ada pada setiap perkara yang dihalakan ataupun diharamkan.

Dalam hal penghalalan dan pengharaman

Diantara penomena waqi’iyyah dalam perkara halal dan haram adalah apa yang
berhubungan dengan urusan-urusan individu baik laki-laki maupun wanita.

1. Islam tidak akan mengharamkan sesuatu yang memang betul-betul dibutuhkan oleh
manusia dalam realitas kehidupannya.contohnya perhisan.“Wahai anak adam,pakailah
pakaianmu yang indah ketika engkau memasuki mesjid,makan dan minumlah,serta
jangan berlebih-lebihan.sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
boros.Katakan(muhammad),siapa yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkannya bagi hamba-hambanya dan juga rizki yang baik.”(Qs.Al-A’raf:2).
2. Syariat islam juga memperhatikan fitrah manusia dalam hal kecenderungannya pada
main-main dan refreshing.Maka syariat islam memberikan keringanan pada bermacam-
macam permainan seperti lomba lari dan pacuan kuda (berkuda) serta yang sejenisnya
selama tidak diikuti dengan praktek perjudian dan tidak sampai menghalangi
dzikrullah.Khususnya dalam acara-acara pesta seperti walimah,pernikahan dan hari-hari
raya.
3. Diantara waqi’iyyah syariat islam adalah bahwa syariat islam sangat memperhitungkan
keadaan darurat yang sewaktu-waktu menimpa dan menekan keberadaan manusia.Oleh
karena itu,islam memberikan rukhsoh untuk memakan makanan haram sesuai kadar
kebutuhannya ketika dalam kondisi darurat.
“keadaan darurat itu dapat membolehkan seseorang untuk mengerjakan yang
terlarang.”hal ini bersandar pada ayat Al-Qur’an ketika menyebutkan makanan dan
minuman yang haram:”sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai,darah,daging babi dan binatang(yang ketika disembelihnya)disebut(nama)selain
Allah.Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya )sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,maka tidak ada dosa baginya
sesungguhnya Allah maha mengampuni lagi maha penyayang.”(Qs.Al-Baqarah:173).
4. Diantara waqi’iyyah syariat islam adalah bahwa syariat islam memahami betul ketidak
berdayaan manusia dihadapn hal-hal yang diharamkan.Oleh karena itu,syariat menutup
rapat semua pintu yang memungkinkan untuk membuka peluang ke arah sana.Juga

9
mengharamkan atas khamar baik sedikit ataupun banyak.Sebab yang sedikit itupun
nantinya mengarah pada yang banyak.

Dalam syariat pernikahan dan keluarga

5. Diantara waqi’iyyah dalam syariat islam adalah bahwa syariat islam sangat
memperhatikan dorongan seksual pada diri manusia.Maka,syariat tidak meninggalkan
begitu saja tidak memandang remeh dan juga tidak menganggap sebagai suatu
noda,sebagaimana yang dilakukan sekte-sekte yang lain.Syariat juga tidak rela kalau
manusia dipimpin oleh dorongan syahwatnya,sebagaimana hal itu dilakukan oleh
penganut filsafat-filsafat barat sehingga kemudian islam mengsyariatkan pemenuhan
kebutuhan seksual dengan cara yang suci,bertujuan untuk menjaga kelangsungan dan
kemuliaan manusia serta mengangkatnya dari derajat kebinatangan.Hal itu dengan
diisyaratkan”pernikahan”.Al-Qur’an mengisyaratkan hal ini setelah disebutkan pula siapa
saja wanita yang haram dinikahi dan siapa yang dihalalkan dengan syarat-syarat
tertentu.Allah berfirman:”Allah hendak menerangkan (hukum syariatnya) ini kepadamu
dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin)
dan (hendak) menerima tobatmu.Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.Allah
hendak menerima tobatmu,sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya
bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu dan manusia itu diciptakan dalam keadaan
lemah.”(Qs.An-Nisa:8).Tentang kelemahan manusia yang dimaksudkan pada ayat ini
adalah ketidak berdayaannya dihadapan nafsu seksualnya.

Poligami

6. Bertolak dari pandangan yang kontekstual dalam kehidupan dan kemanusiaan,maka


diisyaratkan poligami oleh dienul islam.Karenanya,ketoka sang istri dilanda “sakit”
berkepanjangan,atau haid terus menerus tidak pernah berhenti sampai 3 bulan lamanya
atau lebih dari itu,atau tidak melayani suami kecuali dengan susah payah.Dalam kondisi
seperti ini,jika sang suami tidak dapat menguasai nafsunya lagi,mengapa tidak kita buka
kesempatan untuk menikah secara halal dalam keadaan terang-terangan daripada harus
melakukan aktivitas seksual diluar secara sembunyi-sembunyi.

10
Talak

7. Diantara waqi’iyyah dalam syariat islam adalah bahwa islam membolehkan talak ketika
tidak mungkin lagi dicapai kerukunan (keharmonisan) suami-istri.Allah berfirman perihal
menghadapi istri yang meminta cerai:”Maka jika mereka menaatimu,janganlah sekali-
kali mencari jalan untuk meyusahkannya.sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha
besar.”(Qs.An-Nisa:34).Dan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW.Bersabsa:”perbuatan
halal yang dimurkai Allah adalah talak.”(H.R ABU DAUD).

Dalam syariat sosial,diperkenankan pemilikan pribadi

8. Termasuk didalam waqi’iyyah syariat dalam bidang sosial ekonomi adalah bahwa syariat
islam mengakui adanya dorongan naluri sejati dalam jiwa manusia,yakni realitas ”cinta
pada pemilikan”.Maka syariat menetapkan prinsip milkiyyah fardiyah (pemilikan
pribadi) dan apa saja yang berhubungan dengan pemilikan tadi.Dari hak menyalurkan apa
yang dimiliki dan hak waris.Namun syariat islam juga tidak mengabaikan realitas yang
laim,yaitu maslahat dan hak sosial kemasyarakatan serta kebutuhan-kebutuhan para fakir
miskin yang hidup dalam lingkup masyarakat tersebut.

Syariat Hudud,Qishash dan Ta’zir(pengasingan)

9. Diantara waqi’iyyah dalam syariat adalah bahwa syariat islam berusaha dengan segala
kekuatan yang ada untuk membersihkan masyarakat dari sebab-sebab kriminalitas dan
mendidik setiap individu agar beristiqomah dalam hidup dan kehidupan.Namun
demikian,hal ini tidak cukup dengan hanya dorongan moral,meski dorongan moral itu
dijaga dengan sebaik-baiknya juga tidak cukup dengan hanya tarbiyah,meski tarbiyah itu
merupakan kebutuhan yang bersifat religi dan syar’i.Dari sinilah islam menggariskan
berbagai hukuman,seperti hudud,qishash dan pengasingan,islam tidak terbuai oleh apa
yang digembar-gemborkan para penghayal yang sesumbar hendak menghapus bentuk
eksekusi mati,karena iba.Tanpa melihat musibah yang dialami oleh siterbunuh dan
keluarganya dari kepiluan dan kesedihan.Juga tidak melihat aspek keamanan sosial
masyakarakt pada sisi yang lain.Atau mereka-mereka yang menghapus hukum potong
tangan bagi pencuri dengan dalih belas kasih terhadapnya yang tidak menyayangi dirinya
sendiri dan orang lain,sehingga dia nekad melanggar kehormatan,merampas
harta,mengacau keamanan.Dalam hal qishash Allah berfirman:”Dan dalam qishash itu
ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,hai orang-orang yang berakal,supaya kamu
bertakwa.”(Qs.Al-Baqarah:179).

11
Bukti-bukti Al-Waqi’iyyah Dalam Syariat

Bukti-bukti waqi’iyyah dalam syariat islam amatlah banyak,diantaranya,kita dapat


melihatnya dalam ushul,kaidah dan pola-pola berpikirnya yang asasi.Dan diantara kaidah-kaidaH
dan prinsip-prinsip itu adalah:

1. Memudahkan dan menghilangkan kesulitan.


2. Memperhatikan tahapan masa.
3. Turun dari nilai idealita yang tinggi menuju realita yang rendah dalam situasi darurat.

12
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Al-Waqi’iyyah adalah mengakui realitas alam ini sebagai suatu hakikat yang faktual dan
memiliki eksistensi yang terlihat.al-waqi’iyyah termasuk kedalam karakteristik islam yang
merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dan menyempurnakan,memisahkan salah satunya
berarti menempatkan islam dalam ketidak sempurnaan.Akibatnya juga akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak sempurna dan boleh jadi menjadi suatu kesalahan.

B.Saran

Sebagai seorang penulis kami berharap ada kritik dan saran dari hasil makalah yang kami
buat. Mudah-mudahan bermanfaat bagi orang yang membacanya. Walaupun makalh ini dibuat
dengan sangat sederhana. Tetapi di dalam banyak mengandung perluasan makna dan arti. Dan
jika banyak kesalahan dalam makalh ini kami mohon maaf.

13
DAFTAR FUSTAKA

Al-Qardhawi Yusuf, Katrekteristik Islam, Surabaya:Risalah Gusti 1995

14

Anda mungkin juga menyukai