Anda di halaman 1dari 10

Pembahasan

Soal Objektif
1. Soal Nomor 4
Pada soal nomor empat, soal dikerjakan oleh partisipan dengan teknik membaca
tulisan. Teknik ini memungkinkan partisipan untuk mmembaca berulang soal yang sama
hingga siswa paham pertanyaan dan isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang
pernyataan benar atau salah (Arikunto, 2021), dan selanjutnya siswa diperintahkan untuk
menggambarkan bentuk bangun datar tersebut. Walaupun soal tersebut dijawab oleh siswa
dengan benar, tetapi dalam segi pembacaan soal siswa tersebut sangat kesulitan, bahkan
untuk melafalkan satu kata sangat susah dan harus diulang beberapa kali.
Pada soal nomor empat terdapat kata “menggambar”, dimana siswa tersebut
kesulitan untuk melafalkannya. Dalam satu kata “menggambar” siswa tersebut harus
mengulang beberapa kali agar bisa dilafalkan dengan benar. Partisipan mencoba untuk
mengeja penulisian dari “menggambar” menjadi “me-meng-mengg-ga-mbar menggambar”
menjadi “meng abar”. Selanjutnya pada kata “kertas, ukuran, setiap, sedangkan,
merupakan, gambarkan, bentuknya”, siswa tersebut juga demikian mengalami kesulitan
dalam melafalkannya.
Pada jawaban menggambar bentuk bangun datar, siswa tersebut menggambar
dengan benar, dan gambar yang benar sesuai dengan kunci jawaban adalah persegi
panjang. Walaupun gambar ukuran panjang kedua sisinya agak berbeda, begitu juga
dengan ukuran lebarnya.
Selama pengerjaan soal nomor empat, partisipan penelitian banyak diarahkan
dalam pelafalan setiap kata per kata, bahkan rata-rata setiap dua kata, peneliti membantu
meluruskan pelafalannya. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia menganggap
bahwa soal tersebut cenderung mudah untuk dikerjakan dibandingkan jenis soal lainnya.
Walaupun jawaban dari siswa benar, tetapi dalam pelafalan membaca setiap kata pada soal
siswa tersebut sangat kesulitan. Hal ini menjadi tidak sejalan antara wawancara dengan apa
yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab benar atau salah
lebih utama dalam pengerjaan soal cerita tipe ini.
Mengacu pada indikator konsep yaitu classifying yang didalamnya terdapat aspek
mengkategorikan informasi berdasarkan konsep maka, siswa tersebut belum memenuhi
indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa
siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek mengkategorikan
informasi dengan membaca soal siswa tersebut masih kesulitan.
2. Soal Nomor 5
Pada soal nomor lima, soal dikerjakan oleh partisipan dengan teknik membaca
tulisan. Teknik ini memungkinkan partisipan untuk membaca berulang soal yang sama
hingga siswa paham pertanyaan dan isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang
pernyataan benar atau salah (Arikunto, 2021), dan selanjutnya siswa diperintahkan untuk
menggambarkan bentuk bangun datar tersebut. Pada soal nomor 5 (lima), siswa menjawab
pertanyaan dengan jawaban yang salah, dan dalam segi pembacaan soal siswa tersebut
sangat kesulitan, bahkan untuk melafalkan satu kata sangat susah dan harus diulang
beberapa kali. Jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban adalah benar.
Pada soal nomor 5 (lima) terdapat kata “memiliki”, dimana siswa tersebut kesulitan
untuk melafalkannya, bahkan dalam satu kata “memiliki”, siswa tersebut harus mengulang
beberapa kali agar bisa dilafalkan dengan baik dan benar. Partisipan mencoba untuk
mengeja penulisian dari “memiliki” menjadi “me-mem-mi-mil-miliki memiliki” menjadi
“memliki”. Selanjutnya pada kata “mempunyai, ukurannya, yaitu, bentuk, segitiga,
gambarkan, bentuknya”, siswa tersebut juga mengalami kesulitan dalam melafalkannya.
Pada jawaban menggambar bentuk bangun datar, siswa tersebut menggambar
dengan gambar yang salah, dan gambar yang benar sesuai dengan kunci jawaban adalah
persegi dan siswa terebut menggambar dalam bentuk persegi panjang.
Selama pengerjaan soal nomor 5 (lima), siswa banyak diarahkan dalam pelafalan setiap
kata per kata, bahkan rata-rata setiap dua kata, peneliti membantu meluruskan
pelafalannya. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia menganggap bahwa soal
tersebut cenderung mudah untuk dikerjakan dibandingkan jenis soal lainnya. Tetapi
jawaban dari siswa salah, dan dalam pelafalan membaca setiap kata pada soal siswa
tersebut sangat kesulitan. Hal ini menjadi tidak sejalan antara wawancara dengan apa yang
dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab benar atau salah lebih
utama dalam pengerjaan soal cerita tipe ini.
Mengacu pada indikator konsep yaitu classifying yang didalamnya terdapat aspek
mengkategorikan informasi berdasarkan konsep maka, siswa tersebut belum memenuhi
indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa
siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek mengkategorikan
informasi dengan membaca soal siswa tersebut masih kesulitan.
3. Soal Nomor 6
Pada soal nomor enam, soal dikerjakan oleh partisipan dengan teknik membaca
tulisan. Teknik ini memungkinkan partisipan untuk mmembaca berulang soal yang sama
hingga siswa paham pertanyaan dan isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang
pernyataan benar atau salah (Arikunto, 2021), dan selanjutnya siswa diperintahkan untuk
menggambarkan bentuk bangun datar tersebut. Walaupun soal tersebut dijawab oleh siswa
dengan benar, tetapi dalam segi pembacaan soal siswa tersebut sangat kesulitan, bahkan
untuk melafalkan satu kata sangat susah dan harus diulang beberapa kali.
Pada soal nomor enam terdapat kata “memiliki”, dimana siswa tersebut kesulitan
untuk melafalkannya, bahkan dalam satu kata “memiliki”, siswa tersebut harus mengulang
sampai 4 kali agar bisa dilafalkan dengan benar. Partisipan mencoba untuk mengeja
penulisian dari “menggambar” menjadi “me-meng-mengg-ga-mbar mengabar” menjadi
“meng abar”. Selanjutnya pada kata “ukuran, yaitu, lebar, sedangkan, dengan, persegi
panjang, gambarkan, bentuknya”, pada kata tersebut siswa juga mengalami kesulitan
dalam melafalkannya.
Pada jawaban menggambar bentuk bangun datar, siswa tersebut menggambar
dengan benar, dan gambar yang benar sesuai dengan kunci jawaban adalah persegi
panjang. Walaupun gambar ukuran panjang kedua sisinya agak berbeda, begitu juga
dengan ukuran lebarnya.
Selama pengerjaan soal nomor enam, partisipan penelitian banyak diarahkan dalam
pelafalan setiap kata per kata, bahkan rata-rata setiap dua kata, peneliti membantu
meluruskan pelafalannya. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia menganggap
bahwa soal tersebut cenderung mudah untuk dikerjakan dibandingkan jenis soal lainnya.
Walaupun jawaban dari siswa benar, tetapi dalam pelafalan membaca setiap kata pada soal
siswa tersebut sangat kesulitan. Hal ini menjadi tidak sejalan antara wawancara dengan apa
yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab pertanyaan
benar atau salah lebih utama dalam pengerjaan soal cerita tipe ini.
Mengacu pada indikator konsep yaitu classifying yang didalamnya terdapat aspek
mengkategorikan informasi berdasarkan konsep maka, siswa tersebut belum memenuhi
indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa
siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek mengkategorikan
informasi dengan membaca soal siswa tersebut masih kesulitan.
4. Soal Nomor 7
Soal nomor 7 dikerjakan oleh partisipan dengan teknik menyimak secara lisan
Iskandarwassid (2013). Teknik ini memungkinkan partisipan untuk memahami dengan
bantuan peneliti dibacakan berulang soal yang sama hingga siswa paham pertanyaan dan
isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang pertanyaan dengan metode pilihan
ganda (Djiwandono, 1996), yang selanjutnya siswa diperintahkan untuk memilih antara 3
pilihan. Walaupun soal tersebut dijawab oleh siswa dengan benar, tetapi dalam segi
penulisan dan penentuan rumus keliling segitiga siswa tersebut sangat kesulitan.
Pada soal nomor tujuh terdapat soal tentang rumus keliling segitiga, dimana siswa
tersebut kesulitan untuk menentukan rumus tersebut.
Selama pengerjaan soal nomor tujuh, partisipan penelitian banyak diarahkan dalam
menentukan rumus keliling segitiga, bahkan untuk penulisan konsep matematisnya dibantu
oleh peneliti. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia menganggap bahwa soal
tersebut cenderung susah untuk dikerjakan. Walaupun jawaban dari siswa benar, tetapi
dalam penentuan rumus dan penulisan konsep matematisnya, siswa dibantu oleh peneliti.
Hal ini sejalan antara wawancara dengan apa yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa
menganggap bahwa menjawab pertanyaan mengenai penentuan rumus dan penulisan
konsep matematis dirasa cukup kesulitan.
Mengacu pada indikator konsep yaitu inferring yang didalamnya terdapat aspek
membuat keputusan / kesimpulan berdasarkan informasi yang disajikan dengan
perhitungan matematis maka, siswa tersebut belum memenuhi indikator konsep yang
sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa siswa belum memenuhi
indikator konsep, dikarenakan pada aspek membuat keputusan / kesimpulan berdasarkan
inforamsi siswa tersebut masih kesulitan.
5. Soal Nomor 8
Soal nomor 8 dikerjakan oleh partisipan dengan teknik menyimak secara lisan
Iskandarwassid (2013). Teknik ini memungkinkan partisipan untuk memahami dengan
bantuan peneliti dibacakan berulang soal yang sama hingga siswa paham pertanyaan dan
isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang pertanyaan dengan metode pilihan
ganda (Djiwandono, 1996), yang selanjutnya siswa diperintahkan untuk memilih antara 3
pilihan. Walaupun soal tersebut dijawab oleh siswa dengan benar, tetapi dalam segi
penulisan dan penentuan rumus luas persegi siswa tersebut sangat kesulitan.
Pada soal nomor delapan terdapat soal tentang rumus luas persegi, dimana siswa
tersebut kesulitan untuk menentukan rumus tersebut.
Selama pengerjaan soal nomor depalan, partisipan penelitian banyak diarahkan
dalam menentukan rumus luas persegi, bahkan untuk penulisan konsep matematisnya
dibantu oleh peneliti. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia menganggap bahwa
soal tersebut cenderung susah untuk dikerjakan. Walaupun jawaban dari siswa benar,
tetapi dalam penentuan rumus dan penulisan konsep matematisnya, siswa dibantu oleh
peneliti. Hal ini sejalan antara wawancara dengan apa yang dikerjakan oleh siswa tersebut.
Siswa menganggap bahwa menjawab pertanyaan mengenai penentuan rumus dan
penulisan konsep matematis dirasa cukup kesulitan.
Mengacu pada indikator konsep yaitu inferring yang didalamnya terdapat aspek
membuat keputusan / kesimpulan berdasarkan informasi yang disajikan dengan
perhitungan matematis maka, siswa tersebut belum memenuhi indikator konsep yang
sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa siswa belum memenuhi
indikator konsep, dikarenakan pada aspek membuat keputusan / kesimpulan berdasarkan
inforamsi siswa tersebut masih kesulitan.
6. Soal Nomor 9
Soal nomor 9 dikerjakan oleh partisipan dengan teknik menyimak secara lisan
Iskandarwassid (2013). Teknik ini memungkinkan partisipan untuk memahami dengan
bantuan peneliti dibacakan berulang soal yang sama hingga siswa paham pertanyaan dan
isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang pertanyaan dengan metode pilihan
ganda (Djiwandono, 1996), yang selanjutnya siswa diperintahkan untuk memilih antara 3
pilihan. Walaupun soal tersebut dijawab oleh siswa dengan benar, tetapi dalam segi
penulisan dan penentuan rumus luas persegi panjang siswa tersebut sangat kesulitan.
Pada soal nomor tujuh terdapat soal tentang rumus keliling segitiga, dimana siswa
tersebut kesulitan untuk menentukan rumus tersebut.
Selama pengerjaan soal nomor sembilan, partisipan penelitian banyak diarahkan
dalam menentukan rumus luas persegi panjang, bahkan untuk penulisan konsep
matematisnya dibantu oleh peneliti. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia
menganggap bahwa soal tersebut cenderung susah untuk dikerjakan. Walaupun jawaban
dari siswa benar, tetapi dalam penentuan rumus dan penulisan konsep matematisnya, siswa
dibantu oleh peneliti. Hal ini sejalan antara wawancara dengan apa yang dikerjakan oleh
siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab pertanyaan mengenai penentuan
rumus dan penulisan konsep matematis dirasa cukup kesulitan.
Mengacu pada indikator konsep yaitu inferring yang didalamnya terdapat aspek
membuat keputusan / kesimpulan berdasarkan informasi yang disajikan dengan
perhitungan matematis maka, siswa tersebut belum memenuhi indikator konsep yang
sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa siswa belum memenuhi
indikator konsep, dikarenakan pada aspek membuat keputusan / kesimpulan berdasarkan
inforamsi siswa tersebut masih kesulitan.

Soal subjektif
Soal Nomor 1
Pada soal nomor satu, partisipan membaca soal terlebih dahulu lalu peneliti
membantu mmembacakan. Teknik tersebut dilakukan berulang hingga partisipan anak
dengan disleksia dapat memahami pertanyaan dari soal cerita tersebut (Arikunto, 2021).
Soal ini membahas tentang informasi bentuk bangun datar dalam kehidupan sehari-hari
dan bagaimana menggambarkannya dalam bentuk bangun datar. Soal tersebut dijawab
oleh siswa dengan tepat. Namun dalam segi penulisan terdapat kesalahan eja dimana siswa
tidak menulis sesuai dengan ejaan. Jika penilaian disesuaikan pada kunci jawaban, maka
jawaban siswa dinyatakan SALAH. Hal ini dikarenakan pada lembar jawaban, siswa
menulis:
“ Sisi sissama sisi “
Sementara dalam kunci jawaban pengejaan yang benar adalah “Segitiga sama sisi”.
Pada ejaan partisipan menulis “sisi” di awal tulisannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
siswa belum memahami bentuk dan cara penulisan “segitiga”. Secara lisan siswa
menjawab hal yang serupa. Tidak ada kata “segitiga” dalam lisan siswa sebelum dibimbing
oleh peneliti.
Kesalahan penulisan juga terjadi pada kata kedua yang ditulis oleh partisipan anak
dengan disleksia. Partisipan menulis “sissama” yang seharusnya adalah “sama” jika sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Penambahan suku kata “sis” pada kata “sama” tidak dilafalkan
oleh siswa. Dalam kata tersebut, kesalahan hanya terjadi pada penulisan yang dilakukan
oleh partisipan. Meskipun pada dua kata awal partisipan salah menulis ejaannya, pada kata
ketiga, siswa menulis dengan tepat. Partisipan menulis “sisi” sebagai jawaban yang tepat.
Gambar yang dibuat oleh siswa tidaklah keliru, namun penilaian tetap dilakukan sesuai
aspek ejaan. Secara visual-spasial, siswa dapat menggambarkan bangun datar dengan tepat
meskipun tanpa alat bantu penggaris. Dalam hal ini, siswa terlihat tidak bertanya kepada
peneliti terkait dengan boleh tidaknya siswa tersebut menggunakan alat bantu berupa
penggaris.
Selama pengerjaan soal nomor satu, partisipan penelitian banyak terbantu dengan
soal yang dibacakan oleh peneliti sebanyak 3 kali. Ditinjau dari hasil wawancara dengan
siswa, ia menganggap bahwa soal tersebut cenderung mudah untuk dikerjakan
dibandingkan jenis soal lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikerjakan oleh
siswa tersebut ternyata dinyatakan salah. Siswa menganggap menggambar lebih utama
dalam pengerjaan soal cerita tipe ini.
Merujuk pada indikator konsep yaitu interpretting yang didalamnya terdapat aspek
menerjemahkan informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya maka, siswa tersebut belum
memenuhi indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap
bahwa siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek menerjemahkan
informasi dengan menuliskan jawaban siswa tersebut masih cukup kesulitan.
Soal Nomor 2
Pada soal nomor satu, partisipan membaca soal terlebih dahulu lalu peneliti
membantu mmembacakan. Teknik tersebut dilakukan berulang hingga partisipan anak
dengan disleksia dapat memahami pertanyaan dari soal cerita tersebut (Arikunto, 2021).
Soal tersebut dijawab oleh siswa dengan tepat. Namun dalam ejaan pada penulisan
terdapat kesalahan eja dimana siswa tidak menulis sesuai dengan aturan ejaan. Jika
penilaian disesuaikan pada kunci jawaban, maka jawaban siswa dinyatakan SALAH. Hal
ini dikarenakan pada lembar jawaban, siswa menulis :
“ Peri sesbib“
Sementara dalam kunci jawaban pengejaan yang benar adalah “Persegi”. Pada
ejaan partisipan menulis “Peri” di awal tulisannya. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa
belum memahami bentuk dan cara penulisan “Persegi”. Secara lisan siswa menjawab hal
yang serupa. Partisipan anak dengan disleksia melafalkan persegi dengan benar.
Kesalahan penulisan juga terjadi pada kata kedua yang ditulis oleh partisipan anak
dengan disleksia. Partisipan menulis “sesbib” yang seharusnya hanya ada satu kata yakni
“persegi” jika sesuai dengan ejaan yang berlaku. Kesalahan penulisan menjadi “sesbib”
dari kunci jawaban “persegi” tidak dilafalkan oleh siswa. Dalam kata tersebut, kesalahan
hanya terjadi pada penulisan yang dilakukan oleh partisipan. Partisipan salah mengartikan
huruf “g” menjadi huruf “b”. Partisipan mencoba untuk mengeja penulisian dari “persegi”
menjadi “pe-e-pe r es-e-se ge-i-gi Persegi” menjadi “Peri sesbib”
Meskipun gambar yang dibuat oleh siswa tidak keliru, penilaian tetap dilakukan
sesuai aspek ejaan. Secara visual-spasial, siswa dapat menggambarkan bangun datar
dengan tepat meskipun tanpa alat bantu penggaris. Dalam soal ini, siswa juga terlihat tidak
bertanya kepada peneliti terkait dengan boleh tidaknya siswa tersebut menggunakan alat
bantu berupa penggaris.
Selama pengerjaan soal nomor dua, partisipan penelitian banyak terbantu dengan
soal yang dibacakan oleh peneliti sebanyak 4 kali. Ditinjau dari hasil wawancara dengan
siswa, ia menganggap bahwa soal tersebut cenderung mudah untuk dikerjakan
dibandingkan jenis soal lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikerjakan oleh
siswa tersebut ternyata dinyatakan salah. Siswa menganggap menggambar lebih utama
dalam pengerjaan soal cerita tipe ini.
Merujuk pada indikator konsep yaitu interpretting yang didalamnya terdapat aspek
menerjemahkan informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya maka, siswa tersebut belum
memenuhi indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap
bahwa siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek menerjemahkan
informasi dengan memahami soal dan menuliskan jawaban siswa tersebut masih cukup
kesulitan.
Soal Nomor 3
Pada soal nomor satu, partisipan membaca soal terlebih dahulu lalu peneliti
membantu mmembacakan. Teknik tersebut dilakukan berulang hingga partisipan anak
dengan disleksia dapat memahami pertanyaan dari soal cerita tersebut (Arikunto, 2021).
Soal tersebut dijawab oleh siswa dengan tepat. Namun dalam penulisan terdapat kesalahan
eja dimana siswa tidak menulis sesuai dengan ejaan. Jika penilaian disesuaikan pada kunci
jawaban, maka jawaban siswa dinyatakan SALAH. Hal ini dikarenakan pada lembar
jawaban, siswa menulis :
“ Peer sesbib panjanb“
Sementara dalam kunci jawaban pengejaan yang benar adalah “Persegi panjang”.
Pada ejaan partisipan menulis “Peer” di awal tulisannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
siswa belum memahami bentuk dan cara penulisan “Persegi”. Namun secara lisan siswa
langsung tanggap mengenali soal cerita tersebut sebagai soal tentang persegi panjang.
Meskipun begitu, soal tetap dibantu dibacakan sebanyak lebih dari satu kali.
Kesalahan penulisan juga terjadi pada kata kedua yang ditulis oleh partisipan anak
dengan disleksia. Partisipan menulis “sesbib” yang seharusnya adalah “persegi” jika sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Kekeliruan ini terjadi sama seperti pada pengerjaan nomor
dua.
Pada kata ketiga, siswa menulis “panjanb” yang seharusnya adalah “panjang”. Pada hal ini,
siswa keliru membedakan huruf “b” dan huruf “g” sehingga menggunakan huruf “b” alih-
alih menggunakan huruf “g”.
Meskipun gambar yang dibuat oleh siswa tidak keliru, penilaian tetap dilakukan
sesuai aspek ejaan. Secara visual-spasial, siswa dapat menggambarkan bangun datar
dengan tepat meskipun tanpa alat bantu penggaris. Dalam hal ini, siswa terlihat tidak
bertanya kepada peneliti terkait dengan boleh tidaknya siswa tersebut menggunakan alat
bantu berupa penggaris.
Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia menganggap bahwa soal tersebut
cenderung mudah untuk dikerjakan dibandingkan jenis soal lainnya. Hal ini tidak sejalan
dengan apa yang dikerjakan oleh siswa tersebut ternyata dinyatakan salah. Siswa
menganggap menggambar lebih utama dalam pengerjaan soal cerita tipe ini.
Merujuk pada indikator konsep yaitu interpretting yang didalamnya terdapat aspek
menerjemahkan informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya maka, siswa tersebut belum
memenuhi indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap
bahwa siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek menerjemahkan
informasi dengan memahami soal dan menuliskan jawaban siswa tersebut masih cukup
kesulitan.
Soal Nomor 10
Soal nomor 10 dikerjakan oleh partisipan dengan teknik menyimak secara lisan
Iskandarwassid (2013). Teknik ini memungkinkan partisipan untuk memahami dengan
bantuan peneliti dibacakan berulang soal yang sama hingga siswa paham pertanyaan dan
isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang pertanyaan dengan metode uraian
yang selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal a dan b. Walaupun soal
tersebut dijawab oleh siswa dengan benar, tetapi dalam segi penulisan dan penentuan
rumus luas persegi panjang siswa tersebut sangat kesulitan.
Pada soal nomor sepuluh terdapat soal tentang rumus keliling dan luas segitiga,
dimana siswa tersebut sangat kesulitan untuk menentukan rumus tersebut dan
memecahkan masalah pada soal.
Selama pengerjaan soal nomor sepuluh, partisipan penelitian banyak diarahkan
dalam menentukan rumus keliling dan luas segitiga, bahkan untuk penulisan konsep
matematisnya dibantu oleh peneliti. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia
menganggap bahwa soal tersebut cenderung sangat susah untuk dikerjakan. Walaupun
jawaban dari siswa benar, tetapi dalam penentuan rumus dan penulisan konsep
matematisnya, siswa dibantu oleh peneliti. Hal ini sejalan antara wawancara dengan apa
yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab pertanyaan
mengenai penentuan rumus dan penulisan konsep matematis dirasa sangat sulit.
Mengacu pada indikator konsep yaitu comparing yang didalamnya terdapat aspek
membandingkan dua atau lebih konseo/objek maka, siswa tersebut belum memenuhi
indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa
siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek membandingkan dua
atau lebih konseo/objek siswa tersebut sangat kesulitan.

Soal Nomor 11
Soal nomor 11 dikerjakan oleh partisipan dengan teknik menyimak secara lisan
Iskandarwassid (2013). Teknik ini memungkinkan partisipan untuk memahami dengan
bantuan peneliti dibacakan berulang soal yang sama hingga siswa paham pertanyaan dan
isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang pertanyaan dengan metode uraian
yang selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal a dan b. Walaupun soal
tersebut dijawab oleh siswa dengan benar, tetapi dalam segi penulisan dan penentuan
rumus keliling dan luas persegi panjang siswa tersebut sangat kesulitan.
Pada soal nomor sebelas terdapat soal tentang rumus keliling dan luas persegi
panjang, dimana siswa tersebut sangat kesulitan untuk menentukan rumus tersebut dan
memecahkan masalah pada soal.
Selama pengerjaan soal nomor sepuluh, partisipan penelitian banyak diarahkan
dalam menentukan rumus keliling dan luas segitiga, bahkan untuk penulisan konsep
matematisnya dibantu oleh peneliti. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia
menganggap bahwa soal tersebut cenderung sangat susah untuk dikerjakan. Walaupun
jawaban dari siswa benar, tetapi dalam penentuan rumus dan penulisan konsep
matematisnya, siswa dibantu oleh peneliti. Hal ini sejalan antara wawancara dengan apa
yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab pertanyaan
mengenai penentuan rumus dan penulisan konsep matematis dirasa sangat sulit.
Mengacu pada indikator konsep yaitu comparing yang didalamnya terdapat aspek
membandingkan dua atau lebih konseo/objek maka, siswa tersebut belum memenuhi
indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa
siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek membandingkan dua
atau lebih konseo/objek siswa tersebut sangat kesulitan.
Soal Nomor 12
Soal nomor 12 dikerjakan oleh partisipan dengan teknik menyimak secara lisan
Iskandarwassid (2013). Teknik ini memungkinkan partisipan untuk memahami dengan
bantuan peneliti dibacakan berulang soal yang sama hingga siswa paham pertanyaan dan
isi dari soal cerita tersebut. Soal ini membahas tentang pertanyaan dengan metode uraian
yang selanjutnya siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal a dan b. Walaupun soal
tersebut dijawab oleh siswa dengan benar, tetapi dalam segi penulisan dan penentuan
rumus keliling dan luas persegi panjang siswa tersebut sangat kesulitan.
Pada soal nomor sebelas terdapat soal tentang rumus keliling dan luas persegi
panjang, dimana siswa tersebut sangat kesulitan untuk menentukan rumus tersebut dan
memecahkan masalah pada soal.
Selama pengerjaan soal nomor sepuluh, partisipan penelitian banyak diarahkan
dalam menentukan rumus keliling dan luas segitiga, bahkan untuk penulisan konsep
matematisnya dibantu oleh peneliti. Ditinjau dari hasil wawancara dengan siswa, ia
menganggap bahwa soal tersebut cenderung sangat susah untuk dikerjakan. Walaupun
jawaban dari siswa benar, tetapi dalam penentuan rumus dan penulisan konsep
matematisnya, siswa dibantu oleh peneliti. Hal ini sejalan antara wawancara dengan apa
yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Siswa menganggap bahwa menjawab pertanyaan
mengenai penentuan rumus dan penulisan konsep matematis dirasa sangat sulit.
Mengacu pada indikator konsep yaitu comparing yang didalamnya terdapat aspek
membandingkan dua atau lebih konseo/objek maka, siswa tersebut belum memenuhi
indikator konsep yang sudah disebutkan. Alasan mengapa peneliti menganggap bahwa
siswa belum memenuhi indikator konsep, dikarenakan pada aspek membandingkan dua
atau lebih konseo/objek siswa tersebut sangat kesulitan.

Teori tambahan
Iskandarwassid (2013). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja.

Anda mungkin juga menyukai