Anda di halaman 1dari 22

KAIDAH PENULISAN SOAL

BENTUK JAWABAN SINGKAT


DAN BENTUK ISIAN YANG SAH DAN VALID

Penulisan Bentuk Soal Jawaban Singkat


Dalam menulis soal bentuk jawaban singkat, penulis soal harus
mengetahui konsep dasar bentuk jawaban singkat. Bentuk ini
merupakan salah satun bentuk soal obyejtif yang jawabannya
menuntut siswa menjawab soal dengan singkat yaitu jawabannya
dapat berupa satu kata, kelompk kata/frase, simbol matematika,
atau angka.
Adapun wujud soal bentuk jawaban singkat adalah terdiri atas :
 Dasar pertanyaan (stimulus) bila diperlukan
 Pertanyaan
 Tempat jawaban
 Kunci jawaban
 Pedoman penskoran
Adapun kaidah penulisan soal bentuk jawaban singkat adalah :
• Materi
1. soal harus sesuai dengan indikator
2. materi yang diukur sesuai dengan tuntutan jawaban singkat.
• Konstruksi
1. Pertanyaan disusun dengan bentuk pertanyaan langsung agar siswa lebih mudah
merumuskan jawaban singkat.
Contoh soal yang kurang baik :  
Preiden RI yang keempat adalah____________________________ 
Contoh soal yang lebih baik : 
Siapakah nama presiden RI yang keempat? _________________________________
2. Pernyataan disusun dengan bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban
singkat/pendek yang berupa sebuah kata, angka, simbol, atau kelompok kata.
3. Tempat jawaban hendaknya berupa garis lurus (bukan titik-titik). Tanda titik-titik
dapat mengaburkan pengertian pemeriksanya. Misalnya karena ada tanda titik
dapat mengaburkan pandangan pemeriksa, sehingga dikira huruf i atau lainnya.
4. Hindarilah pernyataan yang menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari
uraian materi buku pelajaran.
5. Pertanyaan hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini perlu diperhatikan karena
seringkali siswa memberikan interprestasi pertanyaan yang sama sekali tidak diduga dan
dimaksudkan oleh penulis soal. Cara mengatasi semua kemungkinan jawaban harus
didaftar dicantumkan dalam kunci pemeriksaan.
Contoh soal yang kurang baik : 
Di manakah Ibu Kartini dilahirkan ? (negaranya, provinsinya, atau kotanya?).
Contoh soal yang lebih baik : 
Di kota manakah Ibu Kartini dilahirkan?
6. Tempat jawaban yang dikosongkan harus sama panjangnya dan ditempatkan setelah
pertanyaan.
7. Jika jawaban yang dikehendaki adalah menuntut satuan urutan, maka ungkapkanlah
secara rinci di dsalam pertanyaan.
• Bahasa / Budaya
Gunakanlah pertanyaan yang menuntut jawaban singkat, misalnya menggunakan kata
tanya siapa, kapan, berapa, di mana.
Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
Gunakan bahasa Indonesia baku.
Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
Penulisan Soal Bentuk Isian
Dalam penulisan soal bentuk isian, penulis harus mengetahui konsep dasar bentuk isian.
Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal yang jawabannya menuntu siswa untuk
melengkapi atau mengisi kata-kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Soalnya disusun
seperti kalimat lengkap, kemudian dihilangkan pada bagian tertentu yang harus diisi oleh
siswa.
Adapun kaidah penulisan soal bentuk isian adalah :
A. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator.
Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk isian.
B. Konstruksi
1. Pernyataan disusun sedemikian rupa, sehingga jelas jawaban yang diharapkan.
2. Hindarkan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
3. Susunlah pertanyaan yang dapat mempermudah penskorannya.
4. Hindarkan pernyataan-pernyataan yang kurang tegas.
5. Susunlah soal dengan pernyataan berita.
6. Usahakan hanya satu jawaban yang benar.
7. Hindarkan pernyataan yang terlalu banyak dihilangkan. Sebuah soal yang terlalu
banyak dihilangkan sukar diketahui apakah sebenarnya hal yang diukur.
8. Pernyataan yang dihilangkan adalah benar-benar bentuk kata atau frase yang
merupakan kunci jawaban dan bukan hal-hal yang memang tidak penting.
9. Hindarkan pernyataan yang diambil langsung persis sama dengan di dalam buku
pelajaran.
10. Tempat jawaban yang disediakan untuk setiap soal harus sama panjangnya. Jika
tempat jawaban tidak sama panjangnya, siswa cenderung untuk mengira-ira
jawabannya sesuai dengan panjangnya tempat kosong itu.
11. Dalam menyusun soal yang memerlukan jawaban rincian perlu disusun secara
berurutan (alfabet jawabannya). Hal ini untuk memudahkan pemeriksanya.
12. Daftarla semua kemungkinan jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan jawaban benar yang tidak terduga dari siswa.
13. Berilah nomor pada tiap-tiap tempat jawaban. Hal ini untuk memudahkan
penilaiannya.

C. Bahasa / Budaya
14. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
15. Gunakan bahasa Indonesia baku.
16. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
Teknik Penulisan Soal Bentuk Uraian
TEKNIK PENULISAN SOAL BENTUK URAIAN
 Pengertian:
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat
dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis.
Selain mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas,
juga menyangkut pengukuran kemampuan siswa dalam hal menguraikan atau memadukan
gagasan-gagasan, atau menyelesaikan hitungan-hitungan terhadap materi atau konsep
tertentu seperti terdapat dalam mata pelajaran Matematika dan IPA secara tertulis.
Berdasarkan penyekorannya, soal bentuk uraian diklasifikasikan atas uraian objektif dan
uraian nonobjektif. Soal bentuk uaraian objektif (BUO) adalah suatu soal atau pertanyaan
yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tetrtentu sehingga
penyekorannya dapat dilakukan secara objektif. Sedangkan soal bentuk uraian nonobjektif
(BUNO) adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian atau
konsep menurut pendapat masing-masing siswa sehingga penyekorannya mengandung
unsur subjektifitas (sukar dilakukan secara objektif).
Perbandingan antara Soal BUO dan BUNO

Perbedaan antara soal BUO dan BUNO terletak pada kepastian penyekorannya.
Pada soal BUO kunci jawaban dan pedoman penyekorannya lebih pasti
(diuraikan secara jelashal-hal komponen yang diskor dan berapa besarnya skor
untuk setiap komponen). Pada soal BUNO pengaruh unsur subjektifitas dalam
penyekoran dapat dikurangi dengan cara membuat rentang skor untuk setiap
kriteria. Dengan kata lain, pedoman yang rinci dan jelas dapat digunakan oleh
orang yang berbeda untuk menyekor jawaban masing-masing siswa sehingga
hasil penyekorannya relatif sama.
Skor soal BUNO dinyatakan dalam bentuk rentangan karena hal-hal atau
komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis besar dan berupa krteria
tertentu.
Keunggulan dan Keterbatasan
Secara umum keunggulan soal bentuk uraian adalah dapat
mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan
pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan
gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat
sendiri.
Sedangkan beberapa kelemahannya, antara lain adalah jumlah
materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan sangat terbatas,
waktu untuk memeriksa jawaban siswa cukup lama, pensekorannya
relatif subjektif, khususnya untuk soal BUNO, dan tingkat
reliabilitasnya relatif renda dibanding dengan soal-soal bentuk
ilihan ganda. 
Kaidah-kaidah Penulisan Soal Bentuk Uraian
Pada dasarnya setiap penulisan soal bentuk uaraian harus selalu berpedoman pada
langkah-langkah atau kaidah-kaidah penulisan soal secara mum, misalnya
mengacu pada kisi-kisi tes yang telah dibuat dan tujuan soalnya jelas.
Dalam menulis bentuk uraian, seorang penulis soal harus sudah mempunyai
gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban
yang diharapkan, kedalaman, dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang
mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini merupakan
kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Hal ini harus tegas dan jelas
tergambar dalam rumusan soalnya. Dengan adanya batasan ruang lingkup tersebut,
kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup
tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman
penyekoran.           
Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soaol
bentuk uraian adalah; a) materi, b) konstruksi, dan c) bahasa. Secara
rinci kaidah tersebut diuraikan di bawah ini.
 A. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal arus
mananyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai
dengan tuntutan indikator.
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang
ingkup) harus jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, dan tingkat kelas.
B. Konstruksi
1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa uraikan, jelaskan,
bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan
kata tanya yang tidak menuntut uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan.
Demikian juga kalimat tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
2. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3. Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penyekoranya,
besarnya skor bagi setiap komponen, serta rentangan skor yang dapat
diperoleh untuk soal yang bersangkutan.
4. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, rafk, peta, atau yang
sejenisnya, harus disajikan dengan jelas dan terbaca sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda.
C. Bahasa
1. Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan
bahasa yang sederhana dan menggunakan kata-kata yang
sudah dikenal siswa.
2. Butir soal menngunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
3. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
4. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal
akan digunakan untuk tingkat daerah atau nasional.
5. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyingung
perasaan siswa.
Penyusunan Pedoman Penyekoran
Pedoman penyekoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan
tentang:
1. batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penyekoran terhadap soal-soal
BUO.
2. kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penyekoran
terhadap soal-soal BUNO.
Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera
setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut. Banyak penulis soal yang
memiliki kebiasaan kurang baik seperti menuliskan pedoman pemberian skor soal
bentuk uraian ketika akan memeriksapekerjaan siswa. Cara ini kurang baik an
kurang dapat dipertanggungjawabakankarena dapat mempengaruhi objektifitas
penyekoran dan penilaian. Bila cara ini digunakan guru, maka objektifitas yang
diinginkan dalam tes bentuk araian tidak akan dapat tercapai.
Perbandingan antara Bentuk Soal Pilihan Ganda dan Uraian
Karakteristik Uraian Pilihan Ganda
Penulisan Soal Relatif mudah Relatif sukar
Jumlah Pokok Bahasan
Terbatas Lebih banyak
yang Ditanyakan
Aspek yang Diukur Dapat lebih ari satu Hanya satu
Penekanannya pada Lebih menekankan pada
Persiapan Siswa
kedalaman materi keluasan materi
Jawaban Siswa Mengorganisasikan jawaban Memilih jawaban
Kecenderungan menebak Tidak ada Ada
Sukar, lama, kurang
Mudah, cepat, sangat
Penyekoran konsisten (reliabel) dan
konsisten dan objektif
subjektif
Contoh-contoh pedoman penyekoran serta cara-cara melakukan penyekoran untuk kedua
jenis soal uraian (BUO dan BUNO) adalah sebagai berikut:
A. Uraian Objektif
Jenis Sekolah     : SD
Mata Pelajaran   : Matematika
Kelas/Cawu       : 6/II
PB/SPB             : 9.1
Indikator           : Siswa dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah
satuan ukurannya.
Butir Soal          : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar
80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut?
(Untuk mengerjakannya tuliskan langkah-langkahnya).

Pedoman Penyekoran

LANGKAH KUNCI JAWABAN SKOR


1 Isi balok  = panjang x lebar x tinggi 1
2                 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3                 = 900.000 cm3 1
4 Isi Bak mandi dalam liter =  900.000  
                                                               liter 1
                                                    1.000  
5                 = 900 liter 1
Skor maksimum 5
B. Uraian Nonobjektif
Jenis Sekolah     : SD
Mata Pelajaran   : PPKn
Kelas/Semester     : 6/I
Indikator           : Siswa dapat menjelaskan tentang rasa bangganya sebagai
bangsa
Indonesia.
Butir Soal          : Jelaskan alasan apa saja yang membuat kita perlu berbangga
sebagai bangsa Indonesia! 
Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya jawaban dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

  RENTAN
KRITERIA JAWABAN G SKOR
Kebanggan yang berkaitan dengan alam Indonesia 0–2
Kebanggan yang berkaitan dengan keindahan tanah air 0–2
Indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dsb.)
Kebanggan yang berkaitan dengan kenekaragaman budaya, 0–2
suku, adat istiadat, tetapi dapat bersatu
Kebanggan yang berkaitan dengan keramahtamahan 0–2
masyarakat Indonesia
Skor mkasimum 8
Pembobotan Soal Uraian
Pembobotan soal adalah pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara membandingkannya dengan
soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Dengan demikian, pembobotan soal uraian hanya
dapat dilakukan dalam penyusunan perangkat tes. Apabila suatu soal uraian berdiri sendiri maka tidak
dapat dihitung atau ditetapkan bobotnya.
Bobot setiap soal uraian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan mempetimbangkan
faktor-faktor yang berkaitan dengan materinya dan karakteristik soal itu sendiri, seperti luas lingkup
materi yang hendak dibuatkan soalnya, esensialitas dan tingkat kedalaman materi yang ditanyakan,
dan tingkat kesukaran soal tersebut.
Di samping faktor-faktor tersebut, hal-hal lain yang perlu pula dipertimbangkan dalam pembobotan
soal uraian adalah skala penskoran yang hendak digunakan, misalnya skala 10, skala 100. Apabila
digunakan skala 10, misalnya, maka jumlah bobot semua soal itu harus 10 dan terbagi dalam semua
soal yang ditanyakan. Dengan demikian, andaikata ada tiga soal. Mungkin saja soal No. 1 bobotnya 5,
soal No. 2 bobotnya 2, dan soal No. 3 bobotnya 3. Apabila digunakan skala 100, maka jumlah bobot
semua soal yang ditanyakan dalam perangkat tes itu harus 100, yang dirincikan dalam setiap soal
yang ditanyakan. Hal ini semata-mata untuk memudahkan penghitungan skor.
Sebagaimana telah dikatakan di atas, tiap soal uraian, Baik BUO maupun BUNO, mempunyai skor
mentah maksimum sendiri. Skor mentah maksimum suatu butir soal uraian tidak ada hubungannya
dengan bobot soal tersebut. Dengan demikian, suatu soal dengan skor mentah maksimum 6, misalnya,
dapat mempunyai bobot soal yang sama dengan skor mentah maksimum itu, dapat pula lebih rendah
atau lebih tinggi daripada skor mentah maksimum itu.
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian
ditetapkan dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan
skor mentah maksimum soal dan kemudian dikalikan dengan bobot soal
tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS)
adalah:
             A
SBS =           x   C
             B
Catatan:  SBS  = Skor Butir Soal
                    A =  skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal itu
                    B =  skor mentah maksimum soal tersebut.
                    C =  bobot soal
Setelah diperoleh skor pada setiap soal (SBS), maka dapat dihitung total
skor butir soal sebagai skor total siswa (STS) untuk serangkaian soal dalam tes
itu, dengan menggunakan rumus:
STS  =  å  SBS
Contoh:
 A. STS = Total bobot soal
* Dengan skala 10

Skor Mentah Skor Mentah


Bobot Soal Skor Butir Soal
  Perolehan Maksimum
No. Soal
(A) (B) (C) (SBS)

1. 60 60 20 20,00

2. 40 40 30 30,00

3. 20 20 30 30,00

4. 20 20 20 20,00

Jumlah 140 140 100 100,00(STS)


B. STS  ¹  Total bobot soal
* Dengan skala 100

Skor Mentah Skor Butir


Skor Mentah Bobot Soal
  Maksimum Soal
No. Soal
(A) (B) (C) (SBS)

1. 30 60 20 10,00
2. 40 40 30 30,00
3. 20 20 30 30,00
4. 10 20 20 10,00
Jumlah 100 140 100 80,00(STS)

Dalam penghitungan skor untuk satu butir soal (SBS) dan dalam
penghitungan skor total siswa (STS) untuk suatu perangkat tes, tidak
terdapat perbedaan antara soal uaraian objektif dan soal uraian
nonobjektif.

Anda mungkin juga menyukai