a. Fungsi Administratif
Secara administrative pemberian nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap
peserta didiknya itu memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Menentukan, apakah seorang peserta didik dapat dinaikkan ke tingkatan yang
lebih tinggi, dapat dinyatakan lulus, dapat dinyatakan tamat belajar, ataukah
tidak.
2) Memindahkan atau menempatkan peserta didik pada kelompok atau bidang
yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
3) Menentukan, apakah seorang peserta didik layak atau dipandang telah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu untuk diberikan beasiswa,
pembebasan SPP, ataukah tidak.
4) Menentukan, apakah kepada peserta didik dapat diberikan rekomendasi
ataukah tidak, guna menempuh program pendidikan tertentu, atau program
pendidikan lanjutan.
5) Memberikan gambaran tentang prestasi belajar para peserta didik, kepada para
calon pemakai tenaga kerja.
b. Fungsi Informatif
Pemberian nilai akhir oleh pendidikan kepada para peserta didiknya juga memiliki
fungsi informatif. Hal ini mengandung pengertian bahwa pemberian nilai akhir itu
berfungsi memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait, seperti: para orang
tua atau wali murid, wali kelas, penasehat akademik dan lain-lain, tentang prestasi
belajar murid, siswa atau mahasiswa yang berada dalam asuhannya atau menjadi
tanggung jawabnya.
c. Fungsi Bimbingan
Dengan memperhatikan nilai-nilai akhir yang dicapai oleh peserta didik, maka
guru yang diserahi tugas menangani kegiatan bimbingan dan penyuluhanakan
dapat bekerja dengan lebih terarah dalam rangka memberikan bimbingan dan
bantuan psikologis kepada para peserta didik yang memang menghajatkannya,
seperti: peserta didik yang nilai-nilainya selalu rendah untuk matapelajaran-
matapelajaran tertentu, siswa yang selalu mengganggu jalannya proses belajar
mengajar, dan sebagainya.
d. Fungsi Instruksional
Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses pembelajaran kecuali
mengusahakan agar perkembangan dan kegiatan belajar para peserta didik dapat
mencapai tingkat yang optimal. Dalam hubungan ini secara instruksional
pemberian nilai akhir berfungsi memberikan umpan balik (feed back) yang
mencerminkan seberapa jauh peserta didik telah dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan dalam program pengajaran, atau dalam sistem instruksional. Jika
pemberian nilai akhir itu dapat dilaksanakan dengan tepat dan obyektif, maka
akan dapat diketahui pula keberhasilan atau ketidakberhassilah peserta didik pada
setiap bagian dari tujuan pengajaran tersebut.
Penilaian yang diberikan oleh pendidik dalam bentuk tes-tes formatif sebenarnya
dimaksudkan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan untuk mengetahui sampai
di mana tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan instruksional yang telah
dirumuskan dalam setiap satuan pelajaran. Adapun tes sumatif bertujuan untuk menilai
prestasi peserta didik terhadap penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan kepada
mereka selama jangka waktu tertentu. Akan tetapi oleh karena tes sumatif itu pada
umumnya tidak sering dilakukan, maka untuk dapat menjaga kesinambungan penilaian
dan hasil penilaian yang dipandang lebih mantap bagi setiap peserta didik, maka
penentuan nilai akhir pada umumnya dilaksanakan dengan jalan menggabungkan nilai-
nilai hasil tes formatif dengan nilai hasil tes sumatif.
Dalam pelaksanaannya, dicarilah nilai rata-rata hitung dari nilai-nilai hasil tes
formatif dan nilai-nilai hasil tes sumatif, nilai-nilai mana sebelum dicari rata-rata
hitungnya terlebih dahulu diubah atau dikonversikan ke dalam nilai standar berskala
sepuluh.
Penentuan nilai akhir pada umumnya dilakukan pada saat guru akan mengisi buku
laporan pendidikan (rapor), atau mengisi ijazah (Surat Tanda Tamat Belajar). Dalam
praktek mereka telah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang ditetapkan oleh
pihak yang berwenang. Karena itu, dalam praktek kita jumpai berbagai macam cara yang
biasa digunakan oleh guru dalam menentukan nilai akhir tersebut.
Berikut ini dikemukakan tiga macam contoh cara yang sering dipergunakan dalam
penentuan nilai akhir.
a. Nilai akhir diperoleh dengan jalan memperhitungkan nilai hasil tes formatif, yaitu
nilai rata-rata hasil ulangan harian, dengan nilai hasil tes sumatif, yaitu nilai hasil
ulangan umum atau UAS, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NA =
3
Di mana:
NA = Nilai akhir
F1 = Nilai hasil tes formatif ke-1
F2 = Nilai hasil tes formatif ke-2
F3 = Nilai hasil tes formatif ke-3
F4 = Nilai hasil tes formatif ke-n
n = Banyaknya kali tes formatif dilaksanakan
2 dan 3 = Bilangan konstan (2= bobot tes formatif, 3= bobot tes secara
keseluruhan)
Contoh :
Tes formatif (ulangan harian) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dilaksanakan 4 kali dalam satu catur wulan dan ulangan umum bersama (tes
sumatif) dilaksanakan 1 kali. Kustilah, murid sekolah Dasar kelas V berhasil
memperoleh nilai-nilai sebagai berikut:
NA =
3
= 7.75
= 8 (dibulatkan ke atas)
Contoh 2:
Nilai akhir diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai tugas (T), nilai ulangan
harian (tes sumatif) dan nilai ulangan umum (U) / tes sumatif, yang masing-
masing diberi bobot 2, 3 dan 5, lalu dibagi 10 (jumlah bobot = 2 + 3 + 5 = 10).
Jika dituangkan dalam bentuk rumus:
= 70.5
b. Cara kedua ini dipergunakan untuk keperluan pengisian nilai dalam ijazah atau
Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Di sini nilai akhir diperoleh dari: nilai rata-
rata hasil ulangan harian (H), diberi bobot 1, ditambah dengan nilai hasil Evaluasi
Tahap Akhir (EBTA), diberi bobot 2. Jika dituangkan dalam bentuk rumus:
NA =
3
Contoh :
Mardhiyah, siswa kelas VI Sekolah Dasar, untuk ulangan harian I mendapat nilai
7, ulangan harian II mendapat nilai 8, ulangan harian III mendapat nilai 9.
Sedangkan nilai UAS = 6. Dengan demikian nilai yang diberikan kepada
Mardhiyah adalah:
NA =
3
= = 6.666
= 7 dibulatkan keatas
Catatan:
Dalam pembulatan nilai-nilai akan dicantumkan dalam buku rapor atau surat
tanda tamat belajar, umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut:
1) Jika di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang lebih kecil dari 50,
dianggap = 0 (dibulatkan ke bawah).
Contoh: nilai 5,43 dibulatkan ke bawah menjadi 5
2) Jika di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang besarnya = 50, maka
nilai akhir tidak dibulatkan. Jadi ditulis apa adanya.
Contoh: 6,50 tetap dicantumkan 6,5
3) Jika di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang lebih besar atau di atas
0,50 dibulatkan ke atas.
Contoh: nilai 5,75 dibulatkan ke atas menjadi 6
B. TEKNIK PENYUSUNAN URUTAN KEDUDUKAN (RANKING)
1. Pengertian Rangking
Ranking adalah suatu tingkat atau kedudukan yang diraih oleh siswa dalam suatu
pencapaian hasil belajar dikelasnya. Dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar guru atau dosen
sebagai seorang pendidik dihadapkan pada tugas untuk melaporkan atau menyampaikan
informasi, baik kepada atasan, maupun kepada wali murid, mengenai dimanakah letak urutan
kedudukan seseorang peserta didik jika dibandingkan dengan peserta didik yang lainnya.
Dengan disampaikan informasi tersebut maka pihak-pihak yang bersangkutan akan dapat
mengetahui, apakah peserta didik itu berada pada urutan atas, sehinga dapat disebut sebagai
siswa yang pandai, ataukah berada pada urutan bawah, sehingga peserta didik tersebut dapat
dikatakan kurang pintar. Denga kata lain, pihak-pihak yang bersangkutan akan dapat mengetahui
standing position masing-masing peserta didik dari waktu-kewaktu, apakah posisinya stabil,
semakin meningkat, atau sebaliknya.
Simple rank adalah urutan yang menunujukkan posisi atau kedudukan seseorang
peserta didik ditengah-tengah kelompoknya yang dinyatakan dengan nomor atau angka-
angka biasa.
Contoh :
Misalkan dari 20 orang murid Madrasah Ibtidaiyah yang mengikuti UAS
diperoleh nilai hasil UAS sebagai berikut :
Untuk dapat menyusun urutan kedudukan dari 20 orang murid tersebut berdasarkan
Nilai NEM yang dimilikinya, terlebih dahulu kita susun NEM tersebut mulai dari yang
tertinggi sampai dengan yang terendah.
Cara menulis ranking di dalam buku rapor umumnya adalah sebagai berikut :
Apabila terdapat urutan kedudukan yang sama atau kembar, maka dalam penentuan
rankingnya digunakan rata-rata hiyung yaitu :
1. Siswa bernama Boy Anggi Pratama dan Andi Triandoko sama-sama memiliki NEM
sebesar 44.17. kedua siswa tersebut menurut urutan kedudukannya seharusnya
berada pada urutan ke-5 dan ke-6. Karena terjadi kekembaran dua, maka urutan
kedudukan bagi kedua siswa tersebut ditentukan dengan = ( 5+6 ) : 2 = 5.5
2. Siwa bernama Bowo, Agus, dan Thomas masing-masing memiliki NEM sebesar
43.17. ketiga siswa tersebut seharusnya menduduki urutan ke-7, 8, dan 9. Karena
terjadi kekembaran tiga, maka ranking bagi ketiga siswa tersebut ditentukan =
(7+8+9) : 3 = 8.
PR
Contoh :
Nomor Nomor Simple PR Percentile
urut Siswa Rank
1 16 1 PR 95
2 8 2 PR 90
3 5 3 PR 85
4 3 4 PR 80
5 12 5 PR 75
6 15 6 PR 70
7 14 7 PR 65
8 13 8 PR 60
9 2 9.5 PR 52.5
10 9 9.5 PR 52.5
11 17 11 PR 45
12 20 12 PR 40
13 19 13 PR 35
14 4 14 PR 30
15 18 15 PR 25
16 1 16 PR 20
17 7 17 PR 15
18 6 18 PR 10
19 11 19 PR 5
20 10 20 PR 0
Berbeda dengan simple rank dan percentile rank, maka disini penyusun urutan
kedudukan siswa didasarkan pada atau dilakukan dengan menggunakan ukuran-ukuran
statistik. Ada 5 (Lima) jenis ranking yang disusun menggunakan ukuran mean dan
deviasi standar, yaitu :
Mean – 1 SD
Mean + 1 SD
A s
t Tengah
a Bawah
M- 1SD M M+1SD
Mx =
= 41.5445
SDx = √
N N
=√
20 20
=√
=√
= 4.02558
= 4.026
Baik Sekali
M + 1,5 SD
Baik
M + 0,5 SD
Cukup
M – 0,5 SD
Kurang
M – 1,5 SD
Kurang Sekali
Jika dilukiskan dalam bentuk kurva simetrik adalah sebagai berikut:
5 4 3 2 1
kurang cukup baik baik sekali
Kurang sekali
M-1,5SD M-0,5SD M M+0,5SD M+1,5SD
Contoh:
Telah diperoleh mean sebesar 43,0625 dengan SD sebesar 10,2985 itu kita tentukan
ranking limanya, maka dengan menggunakan patokan tersebut diatas, penentuan ranking limanya
adalah sebagai berikut:
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
38 – 48 3(Cukup)
28 – 37 4(Kurang)
Dengan menggunakan tabel konversi tersebut maka dapat kita tentukan ranking limanya sebagai
berikut:
No.urut Mhs skor Mentah Ranking No.Urt Mhsw s kor mentah Ranking
1 40 3/cukup 41 50 2/Baik
3 31 4/Kurang 43 45 3/Cukup
5 40 3/Cukup 45 42 3/Cukup
6 36 4/Kurang 46 36 4/Kurang
7 52 2/Baik 47 46 3/Cukup
8 43 3/Cukup 48 44 3/Cukup
9 38 3/Cukup 49 44 3/Cukup
12 40 3/Cukup 52 34 4/Kurang
13 35 4/Kurang 53 57 2/Baik
15 36 4/Kurang 55 37 4/Kurang
16 50 2/Baik 56 31 4/Kurang
17 15 5/Kurang 57 38 3/Cukup
18 52 2/Baik 58 42 3/Cukup
19 29 4/Kurang 59 32 4/Kurang
20 39 3/Cukup 60 44 3/Cukup
21 35 4/Kurang 61 30 4/Kurang
22 45 3/Cukup 62 41 3/Cukup
23 51 2/Baik 63 35 4/Kurang
25 41 3/Cukup 65 43 3/Cukup
26 32 4/Kurang 66 37 4/Kurang
27 47 3/Cukup 67 42 3/Cukup
28 40 3/Cukup 68 48 3/Cukup
29 33 4/Kurang 69 47 3/Cukup
30 56 2/Baik 70 39 3/Cukup
32 49 2/Baik 72 45 3/Cukup
34 28 4/Kurang 74 58 2/Baik
35 41 3/Cukup 75 30 4/Kurang
36 37 4/Kurang 76 51 2/Baik
38 41 3/Cukup 78 48 3/Cukup
39 42 3/Cukup 79 49 2/Baik
40 43 3/Cukup 80 53 2/Baik
10
Mean + 2,25 SD
9
Mean + 1,75 SD
8
Mean + 1,25 SD
7
Mean + 0,75 SD
6
Mean + 0,25 SD
5
Mean – 0,25 SD
4
Mean – 0,75 SD
3
Mean – 1,25 SD
2
Mean – 1,75 SD
1
Mean – 2,25 SD
0
Data diatas kita jadikan menjadi 11 ranking, maka dengan mempergunakan patokan
tersebut dapat kita tentukan rankingnya sebagai berikut:
10
Mean + 2,25 SD = 43,0625 + (2,25) (10,2985) = 66,234125
9
Mean + 1,75 SD = 43,0625 + (1,75) (10,2985) = 61,084875
8
Mean + 1,25 SD = 43,0625 + (1,25) (10,2985) = 55,935625
7
Mean + 0,75 SD = 43,0625 + (0,75) (10,2985) = 50,786375
6
Mean + 0,25 SD = 43,0625 + (0,25) (10,2985) = 45,637125
5
Mean – 0,25 SD = 43,0625 – (0,25) (10,2985) = 40,487875
4
Mean – 0,75 SD = 43,0625 – (0,75) (10,2985) = 35,338625
3
Mean – 1,25 SD = 43,0625 – (1,25) (10,2985) = 31,439375
2
Mean – 1,75 SD = 43,0625 – (1,75) (10,2985) = 25,040125
1
Mean – 2,25 SD = 43,0625 – (2,25) (10,2985) = 19,890875
0
67 ke atas 10 1
62 – 66 9 2
56 – 61 8 3
51 – 55 7 4
46 – 50 6 5
41 – 45 5 6
36 – 40 4 7
32 – 35 3 8
26 – 31 2 9
20 – 25 1 10
19 ke bawah 0 11
Dengan menggunakan tabel konversi tersebut, ubah ranking menjadi ranking sebelas,
mahasiswa dengan nomor urut 1,2,3,4,5 urtan kedudukannya adalah sebagai berikut:
1 40 4
2 64 2
3 31 9
4 55 4
5 40 7
.........................................dan seterusnya................................................
Skor mentah yang diperoleh dari 5 jenis tes cara pengukuran dan penilaian yang
berbeda itu adalah sangat bervariasi.untuk menentukan 10 orang testee yang dipandang
lebih unggul diperlukan adanya skor atau nilai yang bersifat baku di mana dengan nilai
standar itu dapat mengetahui kedudukan relatif dari 10 orang testee. Rumusnya adalah
dimana z = z score
x = deviasi skor x yaitu selisih antara skor X dengan
Mx
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengkonversi skor mentah menjadi nilai
standar z diantaranya :
dst.
f. Mencari z score, dengan rumus
dst.
g. Z score yang dimiliki oleh masing-masing testee dijumlahkan dari kiri ke kanan, dan
dari sini akan terlihat testee yang mendapatkan total z score positif dan z score
negatif.
Contoh :
testee Skor Mentah (X) Deviasi (x)
X1 X2 X3 X4 X5 x1 x2 x3 x4 x5
A 72 114 48 172 221 2 3 -2 1 -4
B 65 105 51 163 205 -5 -6 1 -8 -10
C 75 115 44 169 224 6 4 -6 -2 9
D 64 107 42 179 198 -6 4 -8 8 -17
E 71 101 55 181 207 1 -10 5 10 -8
F 73 120 56 175 219 3 9 6 4 4
G 75 125 57 183 225 5 14 7 12 10
H 68 109 49 168 216 -2 -2 -1 -3 1
I 70 103 51 167 224 0 -8 1 -4 9
J 66 111 47 153 211 -4 0 -3 -18 6
Dari tabel di atas yang urutan nilainya dimulai dari yang bernilai positif tertinggi kemudian
dibawahnya dan seterusnya. Jika dalam tes tersebut hanya ingin meluluskan satu orang saja
maka yang di ambil adalah yang memiliki nilai positif tertinggi.
z Score
Series 1
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00 Series 1
PMP Agama IslamBahasa IPS Matematika IPA
-1.00 Indonesia
-2.00
-3.00
-4.00
Keterangan:
Profil prestasi belajar murid bernama Arifin dilukiskan dalam satuan z score. Tanda
positif (+) menunjukkan bahwa standing position Arifin dalam mata pelajaran tertentu berada di
atas murid-murid lain dalm kelompoknya (dalam hal ini adalah mata pelajaran PMP, Agama
Islam, Bahasa Indonesia dan IPS). Tanda negative (-) menunjukkan bahwa standing position
Arifin dalam matapelajaran tertentu berada di bawah murid-murid lain dalam kelompoknya
(dalam hal ini adalah prestasi belajar matapelajaran Matematika da IPA).
Profil ini menunnjukkan bahwa untuk matapelajaran yang bersifat eksak Arifin termasuk
murid yang kemampuannya rendah. Adapun untuk mata pelajran-mata pelajaran non-eksakta
Arifin termasuk murid yang memiliki keunggulan jika di bandingkan dengan murid-murid
lainnya.
b. Contoh cara membuat profil prestasi belajar dari sekelompok peserta didik
(secara kolektif) dalam beberapa jenis matapelajaran.
Nilai rata-rata (Mean)
10.0
9.0
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
PMP
Keterangan:
Profil prestasi siswa kelas I dari seluruh siswa SMP Negri di wilayah Kabupaten
Sleman itu di likiskan dalam satuan nilai rata-rata (mean), mencakup tujuh jenis mata
pelajaran.
Profil prestasi belajar kolektif dalam beberapa jenis mata pelajaran itu
mencerminkan bahwa dalam mata pelajaran PMP, pendidikan Agama islam, Bahasa
Indonesia dan IPS, pada umumnya siswa kelas I SMP negri di kabupaten Sleman cukup
menggembirakan. Namun sebaliknya, dalma mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika
dan IPA, mereka pada umumnya kurang menggembirakan, sebab nilai rata-rata untuk
ketiga jenis mata pelajran tersebut pada umumnya rendah
Misalkan kita ingin membuat profil prestasi belajar siswa kelas I dari
seluruh SMP Negeri di seluruh Kabupaten Sleman. Setelah dilakukan
pengumpulan data mengenai prestasi belajar mereka dalm tujuh jenis mata
pelajaran, dapat di lukiskan profilnya berdasar nilai rata-rata rapor mereka yang
terlihat pada gambar grafik diatas.
Misalkan kita ingin membuat prestasi belajar dalam mata kuliah Statistik
Pendidikan dari Seorang mahasiswa bernama Badrudin dalam enam kali
evaluasi hasil belajar, yaitu: Tgas I, Tes Formatif I, Ujian Mid Smester, Tugas
II, Tes Formatif II dan Ujian Akhir Smester. Berdasarkan data yang ada dapat
dilukiskan profilnya sebagai berikut
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tugas I Tes Formatif I Ujian Mid Tugas IITes Formatif Ujian Akhir
Smester II Smester
Keterangan :
Dari lukisan grafis di atas ini tergambarlah profil prestasi belajar mahasiswa
bernama Badrudin dalam enam kali evaluasi hasil belajar dalam mata kuliah Statistik
Pendidikan.