Anda di halaman 1dari 2

Catatan

1. Al-Kindi menguasai berbagai disiplin ilmu; ilmu filsafat, ilmu alam seperti ilmiah, geometri,
astronomi, ilmu teknik arsitektur, sampai musik
2. Al-Kindi ilmuwan yang sangat produktif. Karya al-Kindi sangat banyak. Al-Kindi
menulis sedikitnya 260 buku, di antaranya 32 buku tentang geometri, 22 buku
tentang kedokteran, 22 buku tentang filsafat, 9 buku logika, dan 12 buku fisika,
3. Kindi menulis berbagai teori musik dan pemberian kunci nada Arab. Ia juga
mempelajari ilmu tentang gelombang bunyi. Dibidang kimia, al-Kindi dikenal
sebagai ahli kimia pertama yang berhasil memproses minyak wangi secara kimiawi.
4. Dalam bidang fisika, al-Kindi mampu menjelaskna warna biru langit. Menurutnya,
warna biru bukanlah warna langit itu sendiri melainkan warna dari pantulan cahaya
yang berasal dari penguapan air dan butir-butir debu yang ada di udara. Al-Kindi
sudah mencetus teori relativitas, jauh sebelum Einsten mengeluarkannya.
Meskipun teori relavitasnya belum semodern teori relativitas Einsten. Menurut al-
Kindi ,”Waktu, ruang gerakan, benda semuanya relatif, jika ada gerakan, di sana
perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.”
5. Dalam bidang arsitektur, ia merancang jembatan dan berbagai bangunan di
daerahnya.
6. Dalam bidang militer ia merancang alat pedang, dengan detail. Al-Kindi menjelaskan
teknologi pembuatan pedang dengan detail. Al-Kindi menjelaskan teknologi pembuatan
pedang dalam dua bukunya. Dan dalam bukunya dia menjelaskan macam-macam logam
dan ciri-cirinya. Ia juga menjelaskan pembuatannya dan pencampurannya.
7. al-Kindi juga menulis buku tentang kriptologi atau seni memecahkan kode. Dalam bukunya yang
berjudul Risalah fi Istikhraj al-Mu’amma atau Manuscript for the Deciphering Cryptographic
Messages itu, ia menjelaskan beberapa cara menguraikan kode rahasia.
8. Memperhatikan tahun lahirnya, dapat diketahui bahwa al-Kindi hidup pada masa keemasan
kekuasaan Bani ‘Abbas. Pada masa kecilnya, Al-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan
Khalifah  Harun Al-Rasyid yang terkenal sangat memperhatikan dan mendorong perkembangan
ilmu pengetahuan bagi kaum muslim. Pada masa pemerintahannya, Baghdad menjadi pusat
perdagangan sekaligus pusat ilmu pengetahuan. A. Rasyid mendirikan semacam akademi atau
lembaga, tempat  pertemuan para ilmuwan  yang disebut Bayt Al-Hikmah (balai ilmu pengetahuan).
Al-Rasyid wafat pada tahun 193 H (809 M) ketika al-Kindi masih berumur 9 tahun. Sepeninggal Al-
Rasyid, putranya, Al-Amin menggantikannya sebagai Khalifah, tetapi pada masanya tidak tercatat
ada usaha-usaha untuk mengembangkan lebih lanjut ilmu pengetahuan yang telah dirintis dengan
mengembangkan usaha susah payah ayahnya. Al-Amin wafat pada tahun 198 H (813 M), kemudian 
digantikan  oleh saudaranya  Al-Makmun. Pada masa pemerintahan Al-Makmun (198-228 H)
perkembangan ilmu pengetahuan amat pesat. Fungsi Bayt Al-Hikmah lebih ditingkatkan, sehingga
pada masanya berhasil dipertemukan antara  ilmu-ilmu ke-Islaman dengan ilmu-ilmu asing,
khususnya dari Yunani. Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan besar-besaran kitab-kitab
Yunani ke dalam bahasa Arab, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan kaum muslim
sangat pesat karena memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri. Dan pada waktu inilah
al-Kindi muncul sebagai salah seorang tokoh yang mendapat kepercayaan untuk menerjemahkan
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab, bahkan ia memberi komentar terhadap pikiran-pikiran
pada filosof Yunani.
9. Al-khindi mahir sekali dalam berbagai macam cabang ilmu yang ada pada waktu itu. Pendeknya 
ilmu-ilmu yang berasar dari Yunani juga ia pelajari, dan sekurang-kurangnya salah satu bahasa yang
menjadi bahasa ilmu pengetahuan kala itu ia kuasai dengan baik yaitu bahasa Suryani. Dari buku-
buku Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Suryani inilah al-Kindi menerjemahkannya
ke dalam bahasa Arab. Namun al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa pemerintahan
Al-Mu’tashim yang menggantikan Al-Makmun pada tahun 218 H (833 M) karena pada waktu itu  al-
Kindi dipercaya pihak istana menjadi guru pribadi pendidik puteranya, yaitu Ahmad bin Mu’tashim.
Pada masa inilah al-Kindi berkesempatan menulis karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun
menerjemahkan kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.

Anda mungkin juga menyukai