Anda di halaman 1dari 25

Biografi Al-Kindi

Oleh :
Avidia Sarasvati (4001412037)
Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA)
Progam Studi Pendidikan IPA
2012/2013
Biodata
Nama : Abu Yusuf Yaqub bin Ishak bin
Sabah bin Imran bin Ismail bin
Muhammad bin Al-Asyats bin Qais
Al-Kindi
Lahir : Kufah, 801 M
Meninggal : Bagdad, 873 M
Nama ayah: Ibnu As-Sabah
Perjalanan Hidup
Al-Kindi tak sekedar menerjemahkan karya-karya
filsafat Yunani, namun dia juga menyimpulkan karya-
karya filsafat Helenisme. Salah satu kontribusinya
yang besar adalah menyelaraskan filsafat dan
agama.Al-Kindi adalah salah satu dari 12 pemikir
terbesar di abad pertengahan, cetus sarjana Italia era
Renaissance, Geralomo Cardano (1501-1575). Di mata
sejarawan Ibnu Al-Nadim, Al-Kindi merupakan
manusia terbaik pada zamannya. Ia menguasai
beragam ilmu pengetahuan. Dunia pun mendapuknya
sebagai filosof Arab yang paling tangguh.
Perjalanan Hidup
Ilmuwan kelahiran Kufah, 185 H/801 M itu
bernama lengkap Abu Yusuf Yaqub bin Ishak bin
Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin
Al-Asyats bin Qais Al-Kindi. Ia berasal dari sebuah
keluarga pejabat. Keluarganya berasal dari suku
Kindah salah satu suku Arab yang besar di Yaman
sebelum Islam datang. Nenek moyangnya
kemudian hijrah ke Kufah.
Perjalanan Hidup
Ayahnya bernama Ibnu As-Sabah. Sang ayah
pernah menduduki jabatan Gubernur Kufah pada
era kepemimpinan Al-Mahdi (775-785) dan Harun
Arrasyid (786-809). Kakeknya Asyats bin Qais
kakeknya AL-Kindi dikenal sebagah salah seorang
sahabat Nabi Muhammad SAW. Bila ditelusuri
nasabnya, Al-Kindi merupakan keturunan Yarib
bin Qathan, raja di wilayah Qindah.
Perjalanan Hidup
Pendidikan dasar ditempuh Al-Kindi di tanah
kelahirannya. Kemudian, dia melanjutkan dan
menamatkan pendidikan di Baghdad. Sejak belia,
dia sudah dikenal berotak encer. Tiga bahasa
penting dikuasainya, yakni Yunani, Suryani, dan
Arab. Sebuah kelebihan yang jarang dimiliki orang
pada era itu.
Perjalanan Hidup
Al-Kindi hidup di era kejayaan Islam Baghdad di bawah
kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Tak kurang dari lima periode
khalifah dilaluinya yakni, Al-Amin (809-813), Al-Mamun (813-
833), Al-Mutasim, Al-Wasiq (842-847) dan Mutawakil (847-
861). Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai
berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat
menjadi guru dan tabib kerajaan. Khalifah juga mempercayainya
untuk berkiprah di Baitulhikmah (House of Wisdom) yang kala
itu gencar menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari
berbagai bahasa, seperti Yunani. Ketika Khalifah Al-Mamun
tutup usia dan digantikan puteranya, Al-Mutasim, posisi Al-
Kindi semakin diperhitungkan dan mendapatkan peran yang
besar. Dia secara khusus diangkat menjadi guru bagi puteranya.
Perjalanan Hidup
Al-Kindi mampu menghidupkan paham Muktazilah.
Berkat peran Al-Kindi pula, paham yang
mengutamakan rasionalitas itu ditetapkan sebagai
paham resmi kerajaan. Menurut Al-Nadhim, selama
berkutat dan bergelut dengan ilmu pengetahuan di
Baitulhikmah, Al-Kindi telah melahirkan 260 karya. Di
antara sederet buah pikirnya dituangkan dalam
risalah-risalah pendek yang tak lagi ditemukan. Karya-
karya yang dihasilkannya menunjukan bahwa Al-Kindi
adalah seorang yang berilmu pengetahuan yang luas
dan dalam.
Perjalanan Hidup
Ratusan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang,
seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik,
astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika,
psikologi, politik dan meteorologi. Bukunya yang
paling banyak adalah geometri sebanyak 32 judul.
Filsafat dan kedokteran masing-masing mencapai
22 judul. Logika sebanyak sembilan judul dan
fisika 12 judul.
Perjalanan Hidup
Buah pikir yang dihasilkannya begitu berpengaruh
terhadap perkembangan peradaban Barat pada
abad pertengahan. Karya-karyanya diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa. Buku-
buku itu tetap digunakan selama beberapa abad
setelah ia meninggal dunia.
Perjalanan Hidup
Al-Kindi dikenal sebagai filosof Muslim pertama,
karena dialah orang Islam pertama yang
mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7
M, filsafat masih didominasi orang Kristen Suriah.
Al-Kindi tak sekedar menerjemahkan karya-karya
filsafat Yunani, namun dia juga menyimpulkan
karya-karya filsafat Helenisme. Salah satu
kontribusinya yang besar adalah menyelaraskan
filsafat dan agama.
Perjalanan Hidup
Setelah era Khalifah AL-Mutasim berakhir dan tampuk
kepemimpin beralih ke Al-watiq dan Al-Mutawakkil, peran
Al-Kindi semakin dipersempit. Namun, tulisan kaligrafinya
yang menawan sempat membuat Khalifah kepincut.
Khalifah AL-Mutawakkil kemudian mendapuknya sebagai
ahli kaligrafi istana. Namun, itu tak berlangsung lama.
Ketika Khalifah Al-Mutawakkil tak lagi menggunakan
paham Muktazilah sebagai aliran pemikiran resmi
kerajaan, Al-Kindi tersingkir. Ia dipecat dari berbagai
jabatan yang sempat diembannya. Jabatannya sebagai guru
istana pun diambil alih ilmuwan lain yang tak sepopuler Al-
Kindi. Friksi pun sempat terjadi, perpustakaan pribadinya
sempat diambil alih putera-putera Musa. Namun akhirnya
Al-Kindiyah - perpustakaan pribadi itu dikembalikan lagi.
Perjalanan Hidup
Sebagai penggagas filsafat murni dalam dunia
Islam, Al-Kindi memandang filasafat sebagai ilmu
pengetahuan yang mulia. Sebab, melalui filsafat-
lah, manusia bisa belajar mengenai sebab dan
realitas Ilahi yang pertama da merupakan sebab
dari semua realitas lainnya. Baginya, filsafat
adalah ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari
segala kearifan. Filsafat, dalam pandangan Al-
Kindi bertujuan untuk memperkuat agama dan
merupakan bagian dari kebudayaan Islam.
Perjalanan Hidup
Salah seorang penulis buku tentang studi Islam,
Henry Corbin, menggambarkan akhir hayat dari
sang filosof Islam. Menurut Corbin, pada tahun
873, Al-Kindi tutup usia dalam kesendirian dan
kesepian. Saat itu, Baghdad tengah dikuasai rezim
Al-Mutamid. Begitu dia meninggal, buku- buku
filsafat yang dihasilkannya banyak yang hilang.
Perjalanan Hidup
Sejarawan Felix Klein-Franke menduga lenyapnya
sejumlah karya filsafat Al-Kindi akibat dimusnahkan
rezim Al-Mutawakkil yang tak senang dengan paham
Muktazilah. Selain itu, papar Klein-Franke, bisa juga
lenyapnya karya-karya AL-Kindi akibat ulah serangan
bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang
membumihanguskan kota Baghdad dan Baitulhikmah.
Hingga kini, Al-Kindi tetap dikenang sebagai ilmuwan
Islam yang banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan dan
peradaban manusia.
Kitab Pemecah Kode
Sebagai ilmuwan serba bisa, Al-Kindi tak cuma
melahirkan pemikiran di bidang filsafat saja. Salah
satu karyanya yang termasuk fenomenal adalah
Risalah Fi Istikhraj al-Muamma. Kitab itu
mengurai dan membahas kriptologi atau seni
memecahkan kode. Dalam kitabnya itu, Al-Kindi
memaparkan bagaimana kode-kode rahasia diurai.
Kitab Pemecah Kode
Teknik-teknik penguraian kode atau sandi-sandi
yang sulit dipecahkan dikupas tuntas dalam kitab
itu. Selain itu, ia juga mengklasifikasikan sandi-
sandi rahasia serta menjelaskan ilmu fonetik Arab
dan sintaksisnya. Yang paling penting lagi, dalam
buku tersebut, A-Kindi mengenalkan penggunaan
beberapa teknik statistika untuk memecahkan
kode-kode rahasia.
Kitab Pemecah Kode
Kriptografi dikuasainya, lantaran dia pakar di
bidang matematika. Di area ilmu ini, ia menulis
empat buku mengenai sistem penomoran dan
menjadi dasar bagi aritmatika modern. Al-Kindi
juga berkontribusi besar dalam bidang geometri
bola, bidang yang sangat mendukungnya dalam
studi astronomi.
Kitab Pemecah Kode
Bekerja di bidang sandi-sandi rahasia dan pesan-pesan
tersembunyi dalam naskah-naskah asli Yunani dan
Romawi mempertajam nalurinya dalam bidang
kriptoanalisa. Ia menjabarkannya dalam sebuah
makalah, yang setelah dibawa ke Barat beberapa abad
sesudahnya diterjemahkan sebagai Manuscript on
Deciphering Cryptographic Messages. Salah satu cara
untuk memecahkan kode rahasia, jika kita tahu
bahasannya adalah dengan menemukan satu naskah
asli yang berbeda dari bahasa yang sama, lalu kita
hitung kejadian-kejadian pada tiap naskah Pilah
menjadi naskah kejadian satu, kejadian dua, dan
seterusnya, kata Al-Kindi.
Kitab Pemecah Kode
Setelah itu, lanjut Al-Kindi, baru kemudian dilihat kepada
teks rahasia yang ingin dipecahkan. Setelah itu dilanjutkan
dengan melakukan klasifikasi simbol-simbolnya. Di situ
kita akan menemukan simbol yang paling sering muncul,
lalu ubahlah dengan catatan kejadian satu, dua, dan
seterusnya itu, sampai seluruh simbol itu terbaca. Teknik
itu, kemudian dikenal sebagai analisa frekuensi dalam
kriptografi, yaitu cara paling sederhana untuk menghitung
persentase bahasa khusus dalam naskah asli, persentase
huruf dalam kode rahasia, dan menggantikan simbol
dengan huruf.
Filsafat Al-Kindi

Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu pengetahuan


yang mulia. Filsafatnya tentang keesaan Tuhan
selain didasarkan pada wahyu juga proposisi
filosofis. Menurut dia, Tuhan tak mempunyai
hakikat, baik hakikat secara juziyah atau aniyah
(sebagian) maupun hakikat kulliyyah atau
mahiyah (keseluruhan).
Filsafat Al-Kindi

Dalam pandangan filsafat Al-Kindi, Tuhan tidak


merupakan genus atau species. Tuhan adalah
Pencipta. Tuhan adalah yang Benar Pertama (al-
Haqq al-Awwal) dan Yang Benar Tunggal. AL-
Kindi juga menolak pendapat yang menganggap
sifat-sifat Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan
haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan
keesaan metaforis yang hanya berlaku pada obyek-
obyek yang dapat ditangkap indera.
Filsafat Al-Kindi

Menurut Al-Kindi, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat


dan atribut-atribut lain yang terpisah dengan-Nya,
tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut tersebut
haruslah tak terpisahkan dengan Zat-Nya. Jiwa
atau roh adalah salah satu pembahasan Al-Kindi.
Ia juga merupakan filosof Muslim pertama yang
membahas hakikat roh secara terperinci.
Filsafat Al-Kindi

Al-Kindi membagi roh atau jiwa ke dalam tiga daya,


yakni daya nafsu, daya pemarah, dan daya berpikir.
Menurutnya, daya yang paling penting adalah daya
berpikir, karena bisa mengangkat eksistensi manusia
ke derajat yang lebih tinggi. Al-Kindi juga membagi
akal mejadi tiga, yakni akal yang bersifat potensial,
akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi
aktual, dan akal yang telah mencapai tingkat kedua
dari aktualitas.Akal yang bersifat potensial, papar Al-
Kindi, tak bisa mempunyai sifat aktual, jika tak ada
kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh
karena itu, menurut Al-Kindi, masih ada satu macam
akal lagi, yakni akal yang selamanya dalam aktualitas.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai