KINDI
Nov 24
Posted by nurfajry
A. Biografi al-Kindi
Nama Al-Kindi merupakan nama yang diambil dari suku yang menjadi asal cikal bakalnya, yaitu
Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah yang sejak dulu menempati daerah
selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan
banyak dikagumi orang.
Sedangkan nama lengkapAl-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq As-Shabbah bin imron
bin Isma’ilal-Asy’ad bin Qays al-Kindi. Lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kuffah.
Ayahnya Ishaq As-Shabbah adalah gubernur Kuffah pada masa pemerintahan al-Mahdidan
Harun ar-Rasyid dari bani Abbas. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah al-Kindi lahir.
Pada masa kecilnyaal-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan khalifah Harun ar-Rasyid
yang terkenal kepeduliannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan bagi kaum muslim.Ilmu
pengetahuan berpusat di Baghdad yang sekaligus menjadi pusat perdagangan.
Pada masa pemerintahan ar-Rasyid sempat didirikan lembaga yang disebut bayt al-Hikmah
(Balai Ilmu Pengetahuan). pada waktu al-Kindi berusia 9 tahun ar-Rasyid wafat dan
pemerintahan diambil alih oleh putranya al-Amin yang tidak melanjutkan usaha ayahnya ar-
Rasyid untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Namun setelah beliau wafat pada tahun 185 H
(813 H) kemudian saudaranya al-Makmun menggantikan kedudukannya sebagai khalifah (198-
228 H) ilmu pengetahuan berkembang pesat. Fungsi Bayt al-hikmah lebih ditingkatkan, sehingga
pada masa pemerintahan al-Makmun berhasil dipadukannya antara ilmu-ilmu keislaman
dan ilmu-ilmu asing khususnya dari Yunani. Dan pada waktu inilah al-Kindi menjadi sebagai
salah seorang tokoh yang mendapat kepercayaan untuk menterjemahkan kitab-kitab Yunani ke
dalam bahasa Arab, bahkan dia memberi komentar terhadap pikiran-pikiran pada filosuf
Yunani. Masa kecil al-Kindimendapat pendidikan di Bashrah. Kemudian, dia melanjutkan dan
menamatkan pendidikan di Baghdad. Sejak belia, dia sudah dikenal berotak encer. Tiga bahasa
penting dikuasainya, yakni Yunani, Suryani, dan Arab. Sebuah kelebihan yang jarang dimiliki
orang pada era itu.
Tentang siapa guru-gurunya tidak dikenal,karena tidak terekam dalam sejarah hidupnya. Setelah
menyelesaikan pendidikannyadi Bashrah ia melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, ia banyak
mengusai berbagaimacam ilmu yang berkembang pada masa itu seperti ilmu ketabiban
(kedokteran),filsafat, ilmu hitung, manthiq (logika), geometri, astronomi dan lain-lain.Pendeknya
ilmu-ilmu yang berasal dari Yunani juga ia pelajari dansekurang-kurangnya salah satu bahasa
ilmu pengetahuan kala itu ia kuasai dengan baik yaitu bahasa Suryani. Dari buku-buku Yunani
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Suryani inilah Al-Kindi menterjemahkan ke dalam
bahasa Arab.
Pada masa pemerintahanal-Mu’tashim yang menggantikan al-Makmun pada tahun 218 H (833
M) nama al-Kindisemakin menanjak karena pada waktu itu al-Kindi dipercaya pihak istana
menjadiguru pribadi pendidik putranya yaitu Ahmad bin Mu’tashim. Pada masa inilahal-Kindi
mempunyai kesempatan untuk menulis karya-karyanya, setelah pada masaal-Ma’mun
menterjemahkan kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.
Al-Kindi mampu menghidupkan paham Muktazilah. Berkat peran Al-Kindi pula, paham yang
mengutamakan rasionalitas itu ditetapkan sebagai paham resmi kerajaan. Menurut Al-Nadhim,
selama berkutat dan bergelut dengan ilmu pengetahuan di Baitulhikmah, Al-Kindi telah
melahirkan 260 karya. Di antara sederet buah pikirnya dituangkan dalam risalah-risalah pendek
yang tak lagi ditemukan. Karya-karya yang dihasilkannya menunjukan bahwa Al-Kindi adalah
seorang yang berilmu pengetahuan yang luas dan dalam.
Ratusan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik,
astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi. Bukunya
yang paling banyak adalah geometri sebanyak 32 judul. Filsafat dan kedokteran masing-masing
mencapai 22 judul. Logika sebanyak sembilan judul dan fisika 12 judul.
Buah pikir yang dihasilkannya begitu berpengaruh terhadap perkembangan peradaban Barat pada
abad pertengahan. Karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa.
Buku-buku itu tetap digunakan selama beberapa abad setelah ia meninggal dunia.
Al-Kindi dikenal sebagai filosof Muslim pertama, karena dialah orang Islam pertama yang
mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, filsafat masih didominasi orang Kristen
Suriah. Al-Kindi tak sekedar menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani, namun dia juga
menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Salah satu kontribusinya yang besar adalah
menyelaraskan filsafat dan agama.
Setelah era Khalifah AL-Mu’tasim berakhir dan tampuk kepemimpin beralih ke Al-watiq dan
Al-Mutawakkil, peran Al-Kindi semakin dipersempit. Namun, tulisan kaligrafinya yang
menawan sempat membuat Khalifah kepincut. Khalifah AL-Mutawakkil kemudian
mendapuknya sebagai ahli kaligrafi istana. Namun, itu tak berlangsung lama.
Ketika Khalifah Al-Mutawakkil tak lagi menggunakan paham Muktazilah sebagai aliran
pemikiran resmi kerajaan, Al-Kindi tersingkir. Ia dipecat dari berbagai jabatan yang sempat
diembannya. Jabatannya sebagai guru istana pun diambil alih ilmuwan lain yang tak sepopuler
Al-Kindi. Friksi pun sempat terjadi, perpustakaan pribadinya sempat diambil alih putera-putera
Musa. Namun akhirnya Al-Kindiyah – perpustakaan pribadi itu – dikembalikan lagi.
Sebagai penggagas filsafat murni dalam dunia Islam, Al-Kindi memandang filasafat sebagai ilmu
pengetahuan yang mulia. Sebab, melalui filsafat-lah, manusia bisa belajar mengenai sebab dan
realitas Ilahi yang pertama da merupakan sebab dari semua realitas lainnya.
Baginya, filsafat adalah ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat, dalam
pandangan Al-Kindi bertujuan untuk memperkuat agama dan merupakan bagian dari kebudayaan
Islam.
Salah seorang penulis buku tentang studi Islam, Henry Corbin, menggambarkan akhir hayat dari
sang filosof Islam. Menurut Corbin, pada tahun 873, Al-Kindi tutup usia dalam kesendirian dan
kesepian. Saat itu, Baghdad tengah dikuasai rezim Al-Mu’tamid. Begitu dia meninggal, buku-
buku filsafat yang dihasilkannya banyak yang hilang.
Sejarawan Felix Klein-Franke menduga lenyapnya sejumlah karya filsafat Al-Kindi akibat
dimusnahkan rezim Al-Mutawakkil yang tak senang dengan paham Muktazilah. Selain itu, papar
Klein-Franke, bisa juga lenyapnya karya-karya AL-Kindi akibat ulah serangan bangsa Mongol di
bawah pimpinan Hulagu Khan yang membumi hanguskan kota Baghdad dan Baitulhikmah.
Hingga kini, Al-Kindi tetap dikenang sebagai ilmuwan Islam yang banyak berjasa bagi ilmu
pengetahuan dan peradaban manusia.
B. Kiprah Al-Kindi
Al-Kindi adalah seorang filsuf, matematikawan, fisikawan, astronom, dokter, geografi dan
bahkan seorang ahli dalam musik.
Dalam matematika, ia menulis empat buku tentang sistem bilangan dan meletakkan dasar dari
sebagian besar aritmatika modern. Tidak diragukan sistem angka Arab sebagian besar
dikembangkan oleh al-khawarizmi, tetapi al-Kindi juga membuat kontribusi yang kaya untuk itu.
Dia juga memberikan kontribusi untuk geometri bola untuk membantu dirinya dalam studi
astronomi.
Dalam kimia, ia menentang gagasan bahwa logam dasar bisa diubah menjadi logam mulia.
Berbeda dengan pandangan alkimia yang berlaku, ia tegas bahwa reaksi kimia tidak bisa
membawa transformasi elemen. Dalam fisika, ia membuat kontribusi kaya untuk optik geometri
dan menulis buku tentang itu. Buku ini kemudian dengan pedoman yang disediakan dan inspirasi
bagi ilmuwan terkemuka seperti Roger Bacon.
Dalam pengobatan, kontribusi utamanya terdiri dari fakta bahwa ia adalah orang pertama yang
secara sistematis menentukan dosis untuk administrasi yang terdaftar dari semua obat yang
dikenal pada waktu itu. Hal ini diselesaikan pandangan benturan-ting yang berlaku di antara
dokter pada dosis yang menyebabkan kesulitan dalam menulis resep.
Sangat sedikit yang diketahui pada aspek ilmiah musik di zamannya. Ia menunjukkan bahwa
berbagai catatan yang bergabung untuk menghasilkan harmoni, memiliki lapangan khusus
masing-masing. Dengan demikian, catatan dengan terlalu rendah atau terlalu tinggi pitch yang
adalah non-pleatant. Tingkat harmoni tergantung pada frekuensi catatan, dll Ia juga
menunjukkan kenyataan bahwa ketika suara diproduksi, itu menghasilkan gelombang di udara
yang menyerang telinga-drum. Karyanya berisi notasi dalam menentukan pitch.
Dia adalah seorang penulis yang produktif, jumlah buku yang ditulis oleh dia adalah 241, yang
menonjol antara yang dibagi sebagai berikut: Astronomi 16, Aritmatika 11, Geometri 32,
Kedokteran 22, Fisika 12, Filsafat 22, Logic 9, Psikologi 5, Music 7.
Selain itu, berbagai monografi yang ditulis oleh dia pasang surut perhatian, instrumen astronomi,
batu, batu mulia, dll Dia juga seorang penerjemah awal karya-karya Yunani ke dalam bahasa
Arab, tetapi fakta ini sebagian besar telah over-dibayangi oleh tulisan-tulisan banyak nya asli.
Sangat disayangkan bahwa sebagian besar buku-bukunya tidak lagi masih ada, tetapi mereka ada
berbicara sangat tinggi standar tentang beasiswa dan kontribusi. Dia dikenal sebagai Alkindus
dalam bahasa Latin dan sejumlah besar buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin oleh Gherard dari Cremona. Buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
pada abad pertengahan terdiri Risalah dar Tanjim, Ikhtiyarat al-Ayyam, Ilahyat-e-Aristu, al-
Mosiqa, Mad-o-Jazr, dan Aduiyah Murakkaba.
Pengaruh Al-Kindi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat signifikan dalam
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam periode tersebut. Pada Abad Pertengahan, Cardano
menganggapnya sebagai salah satu dari dua belas pikiran terbesar. Karya-karyanya, pada
kenyataannya, menyebabkan perkembangan lebih lanjut dari berbagai subjek selama berabad-
abad, terutama fisika, matematika, kedokteran dan musik.
C. Filsafat al-Kindi
Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mulia. Filsafatnya tentang keesaan Tuhan
selain didasarkan pada wahyu juga proposisi filosofis. Menurut dia, Tuhan tak mempunyai
hakikat, baik hakikat secara juz’iyah atau aniyah (sebagian) maupun hakikat kulliyyah atau
mahiyah (keseluruhan).
Dalam pandangan filsafat Al-Kindi, Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan adalah
Pencipta. Tuhan adalah yang Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal) dan Yang Benar Tunggal. AL-
Kindi juga menolak pendapat yang menganggap sifat-sifat Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan
haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan keesaan metaforis yang hanya berlaku pada obyek-
obyek yang dapat ditangkap indera.
Menurut Al-Kindi, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut lain yang terpisah dengan-
Nya, tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut tersebut haruslah tak terpisahkan dengan Zat-Nya. Jiwa
atau roh adalah salah satu pembahasan Al-Kindi. Ia juga merupakan filosof Muslim pertama
yang membahas hakikat roh secara terperinci.
Al-Kindi membagi roh atau jiwa ke dalam tiga daya, yakni daya nafsu, daya pemarah, dan daya
berpikir. Menurutnya, daya yang paling penting adalah daya berpikir, karena bisa mengangkat
eksistensi manusia ke derajat yang lebih tinggi.
Al-Kindi juga membagi akal mejadi tiga, yakni akal yang bersifat potensial, akal yang telah
keluar dari sifat potensial menjadi aktual, dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari
aktualitas.
Akal yang bersifat potensial, papar Al-Kindi, tak bisa mempunyai sifat aktual, jika tak ada
kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, menurut Al-Kindi, masih ada satu
macam akal lagi, yakni akal yang selamanya dalam aktualitas.
D. Epistemologi Al-Kindi
Al-Kinditelah mengadopsi ilmu-ilmu filsafat dari pemikiran tokoh filsafat Yunani, namunsebagai
seorang filosuf Muslim, ia mempunyai kepribadian seorang Muslim sejati
yang tak tergoda dan tetap mayakini prinsip-prinsip di dalam Islam. Al-Kindi
mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan, menunrutnya pengetahuan
manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu : (a)
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut pengetahuan inderawi,
(b) Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut pengetahuan rasional,
dan (c) Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan
pengetahuan isyraqi atau iluminatif.
a. Pengetahuan Inderawi
c. Pengetahuan Isyraqi
E. Karya-karya al-Kindi
Sebagai seorang filosuf yang mempelopori mempertemukan agama dengan filsafat Yunani, al-
Kindi menghadapi banyak tantangan para ahli agama. Ia dianggap telah meremehkan bahkan
membodoh-bodohi ulama’ yang tidak mengetahui filsafat Yunani. Fitnah-fitnah yang ditujukan
kepadanya semakin deras dan keras, terutama pada masa pemirantahan Mutawakkil. Al-Kindi
mengatakan bahwa filsafat adalah semulia-mulianya ilmu dan yang tertinggi martabatnya, dan
filsafat menjadi kewajiban setiap ahli pikir (ulul albab) untuk memiliki filsafat itu. Pernyataan ini
terutama tertuju kepada ahli-ahli agama yang mengingkari filsafat dengan dalih sebagai ilmu
syirik, jalan menuju kekafiran dan keluar dari agama. Menurut al-Kindi, berfilsafat tidaklah
berakibat mengaburkan dan mengorbankan keyakinan agama. Filsafat sejalan dan dapat
mengabdi kepada agama.