TUGAS PAI
Al-Zahrawi
Al-Zahrawi memiliki nama lengkap Abu al-Qasim ibn al-Abbas Al-Zahrawi yang lahir pada tahun 936
M di kota Al-Zahra yang merupakan sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Alzahrawi
adalah seorang pria berketurunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di Kota Cordoba tersebutlah
beliau menimba ilmu kedokteran , mengobati masyarakat , serta mengembangkan ilmu bedah bahakan
samapai beliau wafat.Riwayat Masa Kecil Al-Zahrawi dimasa kecil beliau banyak tidak terungkap .
karena , tanah kelahiran beliau yaitu Al-Zahra di jarah dan di hancurkan. Sosok dan kiprah Al-Zahrawi
baru terungkap ke permukaan setelah seorang ilmuan yang berasal dari Andalusia Abu Muhammad bin
Hazm ( 993 – 1064 M ) Menempatkannya sebagai salah seorang dokter bedah yang terkemuka di
Spanyol. Biografinya baru muncul dalam Al – Humaydi’s Jadhwat al Muqtabis yang baru selesai setelah
enam dasa warsa wafatnya Al – Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan
mengajarkan ilmu kedokteran.
Abu Al-Qasim Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah yang belum pernah ada di masa-masa
sebelumnya. Salah satunya adalah catgut atau benang bedah yang mulai dikenal pada pertengahan abad
ke-10 atas peran besar Al-Zahrawi. Al-Zahrawi membuat benang bedah dari jaringan hewan, biasanya
dari usus kambing atau sapi, sehingga dapat diterima oleh tubuh manusia dan halal untuk orang Islam.
Sebelum catgut ditemukan, untuk menutup luka digunakan dedaunan tertentu yang ditempelkan di luka
tersebut agar lekas mengering. Selain catgut, tulis Robert Kretsinger dalam History and Philosophy of
Biology (2015), Abu Al-Qasim Al-Zahrawi juga memperkenalkan alat-alat baru lainnya, seperti pisau
bedah, sendok bedah, retractor, pengait, surgical rod, specula, bone saw, plaster, dan masih banyak lagi
mulai dikenal pada pertengahan abad ke-10 atas peran besar Al-Zahrawi.
c. Sejarah
Abu Marwan Abd al-Malik ibn Habib (w. 238/852), seorang penyair yang juga ahli dalam ilmu Nahwu
dan Arudl. Mula-mula ia tinggal di Elvira dan cordova, kemudian mempelajari Hadits dan Fiqh Maliki di
timur. ia menulis dalam berbagai bidang ilmu, di antaranya sejarah yang salah satu bukunya berjudul al-
Tarikh. Buku ini menyerupai model Tarikh al-Thabari. Isi buku ini dimulai dengan pembicaraan
mengenai permulaan bumi dan langit diciptakan, sampai kepada penaklukan Andalusia oleh umat Islam.
Tampak sekali pengaruh Israiliyat terhadap isi ceritera buku tersebut.
Abu Bakar Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz bin Ibrahim bin Isa bin Muzahim al-Qurthubi atau
lebih dikenal dengan Ibnu al-Quthiyyah (lahir di Cordoba, wafat di Cordoba pada 23 Rabiul awal 367 H/8
November 977) adalah seorang sejarawan, sastrawan dan ilmuwan dibidang bahasa Arab dan nahwu) Ia
merupakan keturunan Sarah dari suku Goth yang menikah dengan kakeknya Isa bin Muzahim, hamba
sahaya yang dimerdekakan oleh Umar bin Abdul-Aziz. Sarah merupakan cucu dari Raja Visigoth yang
menjadi utusan bagi Hisyam bin Abdul-Malik yang berlindung dari pamannya dan menikah dengan Ibnu
Muzahim kemudian pindah ke Al-Andalus. Maka anak-anaknya dinamakan sebagai Bani al-Quthiyyah
atau Dinasti Goth. Ayahnya adalah seorang Qadi Sevilla pada masa kekhalifahan Abdurrahman III. Ibnu
al-Quthiyyah mempelajari fikih, hadis dan sastra di Sevilla dan Cordoba. namun ia lebih menguasai ilmu
bahasa Arab, ilmu riwayat hadis dan sejarah..
Abu Bakar Muhammad bin Umar dikenal sebagai orang yang paling pandai dalam bidang bahasa Arab
di Al-Andalus. Ibnu al-Hidza` dan Ibnu Abdi al-Barr memujinya dan menyebutnya sebagai orang yang
paling pandai dalam bidang bahasa Arab, nawadir al-Lughah dan syair pada zamannya. Ketika Khalifah
Al-Hakam II bertanya kepada Abu 'Ali al-Qali, seorang utusan dari timur, mengenai orang yang paling
pandai dibidang bahasa Arab di Al-Andalus, maka ia menjawabnya ia adalah Ibnu al-Quthiyyah. Ia pun
berhasil menuliskan buku yang berjudul Tarikh Iftitah al-Andalus
Hayyan Bin Khallaf Bin Hayyan
Hayyan Bin Khallaf Bin Hayyan Di kalangan orang Barat, beliau lebih dikenali sebagai
Gaber bin Hayyan. Ada pendapat mengatakan beliau dinamakan Gaber (penampung) kerana memperbaiki
ilmu kimia iaitu memindahkan ilmu kimia tua kepada bentuk ilmu kimia moden. Beliau digelar mahaguru
kimia Arab dan Gaidaki berpendapat bahawa Gaber telah berjaya membongkar rahsia yang
Karya Jabir bin Hayyan Jabir bin Hayyam merupakan penulis aktif dan banyak buku yang dikarangnya.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa dia menulis sebanyak 500 makalah dalam bidang kimia. Dia juga
menulis buku kedokteran, matematika, filsafat, logika dan puisi. Muhammad bin Sa’id As-Sarqasti yang
dikenal dengan nama Ibnu Al-Musyath Al-Astharlabi
Ali al-Qali
Ismail ibn Qasim bin Aidhun Abu Ali, atau lebih dikenal dengan Al-Qali (901-967) adalah seorang
lelaki kelahiran Manazgrid, Armenia yang dikenal sebagai ahli atau pakar bahasa pada masa kalifah
Bani Umayyah. Sebagai ilmuwan muslim beliau menguasai hampir seluruh aspek kajian bahasa.
Dari gramatika, sastra, tata bahasa, serta dua ilmu baru, yakni filologi dan leksikografi atau teknik
penyusunan kamus.
Ali al Qali.merupakan seorang tokoh islam yang sangat terkenal dibidang sastra. Ia dibesarkan
dengan mencari dan belajar ilmu Hadits, bahasa, sastra, Nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal
di Baghdad. Pada masa tahun tahun 330/941 al Nashir mengundang beliau untuk menetap di Cordova
dan sejak saat itu Ali mengembangkan ilmu Islam sampai wafatnya (358/696). Banyak karya tulisnya
mengenai sastra arab salah satunya yang bernilai tinggi, diantaranya adalah al Amalî dan al Nawâdir.
Abu Bakar Muhammad bin Umar
Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih
Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih ( Ahmad ibn Muhammad ibn `Abd Rabbih )
(860–940) adalah seorang penulis dan penyair yang dikenal luas sebagai penulis Al-ʿIqd al-Farīd.
Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih merupakan salah satu sastrawan pada masa Bani
Umayyah di andalusia.
Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih lahir tahun 246/860 di Cordova, sekarang di
Spanyol. Beliau merupakan keturunan budak Hisyam I yang telah dibebaskan, amir Umayyah
Spanyol kedua. Ia menikmati reputasi yang luar biasa dalam belajar dan fasih berbicara.
Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungannya lebih banyak kepada sastra dan
sejarah. ia berhasil menggubah syari-syair pujian (madah) bagi empat khilafah Umawiyah, sehingga
ia mendapat kedudukan terhormat di istana.
Pada masa al Nashir ia menggubah 440 bait syair dengan menggunakan bahan acuan sejarah. Pada
masa tuanya, Abu Amr menyesali kehidupan masa mudanya, kemudian ia berzuhud. Oleh karenanya
ia menggubah syair-syair zuhdiyyat yang ia himpun dalam al Mumhishât. Sebagian besar karya
syairnya sudah hilang, sedangkan yang berupa prosa ia tuangkan dalam karyanya yang diberi nama al
‘Aqd al Fârid. Ia pada tahun 328/940 dalam keadaan lumpuh.
Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid
Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid dilahirkan di Cordoba pada tahun 382 H, beliau lahir di Minyatil
Mughiroh di rumah Abu Nu’man. Keluarga bani shuhaid adalah keluarga yang agung, temashur di
Andalusia di masa kedaulatan kordoba, hampir semua anggota keluarga shuhaid mempunyai
kedudukan dan pengabdian terhadap kedaulatan umayyah dalam alur sunniyah, ada yang menjadi
amir, perdana mentri hingga sekretaris, sampai berakhirnya kedaulatan umayah di Andalusia.
Ibnu shuhaid mewarisi sifat yang baik dari nasabnya, akan tetapi beliau tidak mampu mengikuti
jejak para pendahulunya, baik dari segi harta, jabatan, dan kekuasaan. Sehingga beliau mendalami
sastra dan menjadikannya penyair yang paling diperhatikan di Kordoba. Selain sifatnya tersebut,
ibnu shuhaid juga merupakan orang yang suka bermewah-mewahan, karena beliau bergelimang harta
Abu Amir adalah Seorang ahli ilmu bahasa dan sastra Pada masa kejayaan dinasti Bani Umayyah.
Beliau lahir di Cordova pada tahun 382 H / 992 dan wafat pada tahun 1035 M. Karyanya dalam
bentuk prosa adalah Risalah Al-Awabi' Wa Al-Zawabig, Kasyf Al-Dakk Wa Afar Al-Syakk dan
Hanut 'Athar.
Pada masa dinasti Umayyah seni arsitektur bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota dan bangunan
agama berupa masjid-masjid. Corak bangunan yang ada pada masa ini merupakan gaya perpaduan Persia,
Romawi, dan Arab yang dijiwai semangat Islam.
Pembangunan yang dilakukan meliputi perbaikan kota lama dan membangun beberapa kota baru.
Damaskus yang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Romawi Timur di Syam pada masa sebelum
Islam, merupakan kota lama yang dibangun kembali serta dijadikan ibukota Daulah ini. Di kota ini
dibangun gedung-gedung indah, jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Pada masa
kekhalifahan Walid dibangun masjid agung yang terkenal dengan nama “Masjid Damaskus”. Arsitek
pembangunan masjid ini adalah Abu Ubaidah ibn Jarrah.
Kota Kairawan merupakan salah satu kota baru yang dibangun pada masa ini oleh Uqbah ibn Nafi ketika
ia menjabat sebagai gubernur di wilayah ini pada masa Khalifah Mu’awiyah. Kota Kairawan dibangun
dengan gaya arsitektur Islam dan dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan
militer, dsb.
Pada masa Umawiyah ini juga dilakukan perbaikan-perbaikan masjid tua yang ada sejak zaman
Rasulullah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan menyediakan dana sebesar 10.000 dinar emas untuk
memperluas Masjid al-Haram yang disempurnakan pada masa khalifah Walid.
Demikian juga dengan Masjid Nabawi, diperluas dan diperindah dengan konstruksi Syiria di bawah
pengawasan Umar ibn Abd Al- Aziz, yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah. Dinding
masjid ini dihiasi mozaik dan batu permata. Tiangnya dari batu marmer, lantainya dari batu pualam,
plafonnya bertahtakan emas murni, ditambah empat buah menara.
2. Organisasi Militer
Organisasi militer pada masa Bani Umayyah terdiri dari angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-
bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-syurthah). Bala tentara pada masa ini muncul atas dasar paksaan.
Angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang arab. Setelah wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika
Utara orang luar pun terutama bangsa Barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini. Pada masa Abd
al-Malik ibn Marwan diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nidam at-Tajdid al-Ijbari).
3. Perdagangan
Daerah kekuasaan daulah Bani Umayyah yang semakin luas menjadikan lalu lintas perdagangan
mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok meliputi
perdagangan sutera, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Sedangkan lalu lintas laut ke arah
negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, kasturi, permata, logam
mulia, gading, dan bulu-buluan. Keadaan ini membawa ibukota Basrah di teluk Persi menjadi
pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula Kota Aden. Perkembangan perdagangan
ini mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Bani Umayyah.
4. Kerajinan
Pada masa khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran), yaitu cap resmi yang
dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Abdul Aziz (gubernur Mesir), mengganti
format tiraz yang semula merupakan terjemahan dari rumus Kristen menjadi rumus Islam dengan lafaz
“la illaha illa Allah”.
Begitu juga seni lukis, sejak khalifah Mu’awiyah sudah mendapat perhatian masyarakat. Sebuah lukisan
yang ditorehkan oleh khalifah Walid I adalah lukisan berbagai gambar binatang, tetapi corak dan warna
masih bersifat Hellenisme (budaya Yunani) yang kemudian dimodifikasi menrut cara-cara Islam. Hal ini
menarik para penulis Eropa.