dikatakan kembali ke Kufah setelah terjadi tragedi Baramikah dikarenakan sikap dari
para Menteri Abbasiyah yang menduduki jabatan sejak tahun 705 M telah berubah
kepadanya dikarenakan kesombongan mereka dan banyaknya sumber sejarah yang
diselewengkan. Sekembalinya ke Kufah tak banyak lagi yang mengetahui tentang
keberadaannya,
namun
dua
abad
setelah
kematiannya
barulah
ditemukan
diterjemahkan dalam bahasa Latin pada jaman pertengahan. Terjemahan Kitab al-Kimiya
diterbitkan oleh orang inggris bernama Robert dari Chester tahun 1144 M dengan judul
The Book of the Composition of Alchemy. Buku kedua diterjemahkan oleh Gerard dari
Cremona dan terkenal pada tahun 1187 M. Berthelot menerjemahkan beberapa buku Jabir
denga judul Book of Kingdom, Book of the Balance, Book of Eastern Mercury, hal
tersebut membuktikan bahwa dia tidak menggunakan judul yang asli dari buku-buku
Jabir. Orang Inggris yang bernama Richard Russel telah menerjemahkan dan menerbitkan
karya Jabir yang lain berjudul Sum of Perfection. Dia menggambarkan Jabir sebagai
Geber, pangeran dan ahli filsafat Arab yang paling terkenal.
Sebagai ilmuwan dan dokter beliau seorang yang bermurah hati, sayang terhadap
pasien-pasiennya, dermawan, karena itu beliau memberikan obat secar gratis kepada
mereka yang tidak mampu( materi). Beliau wafat pada tanggal 5 Syaban 313 H/ 7
Oktober 925 M. sampai meninggal beliau belum dapat disembuhkan kebutaan matanya.
o
Karya-karya Ar-Razi
Ar-Razi termasuk orang yang aktif berkarya. Buku-bukunya sangat banyak,
bahkan beliau sendiri mempersiapkan sebuah katalog yang kemudian diprediksi oleh Ibn
An-Nadhim. Adapun buku-buku yang ditulisnya mencakup ilmu kedokteran, ilmu fisika,
logika, matematika, dan astronomi. Komentar-komentar, ringkasan, ikhtisar, filsafat, dan
ilmu pengetahuan hipotesis dan atheisme. Untubk jumlah karya-karyanya yang dikarang
banyak perbedaan pendapat ada yang mengatakan 250 judul, 148 buah, dan ada yang
mengatakan 309 judul, adapun buku-buku itu diantaranya adalah:
a. At-Thibb al-ruhani
b. Al-Shirath al-dawlah
c. Amarah al-Iqbal al-Dawlah
d. Kitab al-Ladzdzah
e. Kitab al-Ilm al-Ilahi
f. Maqalah fi ma bad al-Thabiiyyah; dan
g. Al-Shukuk ala Proclus
Demikian diantara karya-karyanya yang dapat kita jumpai sampai sekarang, meski
diantara buku-buku tersebut hanya terhimbun dalam satu kitab yang dikarang oleh orang
lain. Yang banyak berperan dalam masalah ini adalah:
Lima keabadian yaitu Allah, roh semesta, materi pertama, ruang muthlak, dan waktu
muthlak.
Materi
Waktu dan ruang
Dikuasainya
Mesir
oleh
Ke-khalifahan
Fatimiyah
dimulai
setelah
keberhasilannya menguasi lembah Nil pada tahun 969 M, yang akhirnya Mesir dijadikan
ibukota baru ke-Khalifahan Fatimiyah.
Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen memulai pendidikan
awalnya di Basrah. Pada awalnya, Alhazen menempuh pendidikan di Basrah untuk
menjadi seorang pegawai negeri. dan Akhirnya, beliau pun diangkat menjadi menteri
Basrah dan sekitarnya. Namun, saat menjadi menteri inilah beliau tidak senang dan
akhirnya setelah melalui beberapa waktu untuk berfikir, beliau pun memutuskan untuk
mengabdikan sisa hidupnya untuk matematika, fisika, dan ilmu-ilmu lainnya.
Alhazen pun akhirnya meninggalkan jabatannya sebagai menteri di Basrah dan
akhirnya pergi ke Mesir untuk memperdalam ilmu-ilmunya. Disana Alhazen atau Ibnu
Haitham melakukan penelitian-penelitian ilmiah diabawah naungan Al-Hakim. Al-Hakim
adalah raja Ke-kahalifahan Fatimiyah. Namun, saat Alhazen diperintahkan mengatur
aliran Nil beliau gagal dan akhirnya dipindahkan oleh Al-Hakim untuk jabatan
Administratif. Tapi Alhazen berpura-pura gila karena beliau tidak percaya kepada AlHakim dan menurutnya Al-Hakim adalah orang yang berbahaya.
Setelah
kematian
Al-Hakim,
Ali
Muhammad
Al-Hassan
Al-Haitham
membuktikan dirinya bahwa selama ini beliau hanya berpura-pura gila. Menurut Al-Qifti,
Ibnu Haitham menghabiskan sisa hidupnya di dekat Masjid Al-Azhar. Disana Alhazen
menulis buku tentang matematika, mengajar, dan menghasilkan uang melalui menyalin
buku.
Sebenarnya, ada berbagai versi mengenai biografi Ali Muhammad Al-Hassan AlHaitham atau Alhazen. Seperti ada yang mengatakan beliau berpura-pura gila sejak di
Basrah.
Untuk menghargai kontribusinya terhadap astronomi, nama beliau akhirnya di
abadikan sebagai nama salah satu kawah di Bulan serta wajah beliaupun di abadikan
sebagai gambar di salah satu mata uang Iraq.
o
dituangkan dalam bentuk buku. Beliau telah menulis buku hasil buah pikirannya sekitar
200 Buku. Maka tak heran dan tak salah jika beliau disebut sebagai "Bapak Optik
Modern, Bapak Fisika Modern, dan Bapak Metodologi Ilmiah". Namun, dari 200 buku
karangannya, hanya 55 buku yang berhasil diselamatkan.
Salah satu karangan beliau yang terkenal adalah Bukunya yang berjudil AlManazir. Buku Al-Manazir ini disebut-sebut sebagai "Book of Optics". Ini dikarenakan
buku ini merupakan kontributor terbesar dan data penelitian pertama yang menyangkut
dengan bidang optik. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa latin pada tahun 1270
M. Buku ini juga merupakan pedoman dasar ilmuwan-ilmuwan barat dalam membuat
peneitian-penelitian tentang optik. Hingga muncllah nama-nama besar seperti Kepler dan
Roger Bacon yang menemukan teleskop dan mikroskop.
Ibnu Haitham merupakan orang yang pertama kali yang memberikan gambaran
akurat tentang bagian-bagian mata dan cara kerjanya terhadap rangsangan cahaya. Selain
itu, Ibnu Haytham juga disebut sebagai Bapak Metodolodi Ilmiah karena beliau
merupakan orang pertama yang membuat sebuah hipotesis berdasarkan penelitian yang
benar dan sesuai dilapangan. Dia adalah orang pertama yang menyadari bahwa hipotesis
perlu diuji melalui eksperimen diverifikasi atau bukti matematika, sehingga
mengembangkan metode ilmiah 200 tahun sebelum diadopsi oleh para ilmuwan Eropa.
Dalam teori
metametik penganalisaannya;
Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi
semua tempat;
Maqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum
syarak dan Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi
penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak
menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.
Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di
kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia.
Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.
Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali AlHussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu
Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas
Ma'mun Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara ke India dengan
Mahmud dari Ghazni dan menemani dia dalam ketenteraannya di sana, mempelajari
bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Dia juga menguasai
beberapa bahasa diantaranya bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber, bahasa
Sanskerta.
Berikut karya-karya Al-Biruni ialah:
Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan
menggunakan altitude maksima matahari. Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil
kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi
untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar. Ketika berusia 27, dia telah
menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan
oleh dia (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku
tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
Dia membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat
pada abad ke 16).
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya pada bidang matematika yakni:
-
penjumlahan seri
Analisis kombinatorial
kaidah angka 3
Bilangan irasional
teori perbandingan
definisi aljabar
Geometri
Teorema Archimedes
Sudut segitiga
Kajian kritis tentang ucapan orang India, apakah menerima dengan alasan atau
menolak (bahasa Arab ) - sebuah
ringkasan tentang agama dan filosofi India
Tanda yang Tersisa dari Abad Lampau (bahasa Arab ) kajian komparatif tentang kalender dari berbagai budaya dan peradaban yang
berbeda, dihubungkan dengan informasi mengenai matematika, astronomi, dan
sejarah.
Astrolab
Sejarah Khawarazm
mengenai saluran pernapasan, juga interaksi antara saluran udara dengan darah dalam
tubuh manusia. Ibnu Nafis dikenal sebagai seorang dokter muslim yang mempunyai
pendapat dan pemikiran yang masih murni, terbebas dari berbagai pengaruh Barat.
Dalam studinya, Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi,
survei, dan percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap
sejumlah gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu Nafis, selain
melakukan pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab munculnya penyakit juga
perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai fungsi pembuluh arteri dalam jantung
sebagai pemasok darah bagi otot jantung (Cardiac Musculature). Penemuannya mengenai
peredaran darah di paru-paru ini merupakan penemuan yang menarik. Sehubungan
dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar bagi perkembangan
ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat penemuannya tersebut, para ilmuwan
menganggapnya sebagai tokoh pertama dalam ilmu sirkulasi darah.
Karyanya
Salah satu karya terbaik Ibnu Nafis adalah Commentary on the Anatomy of Canon
of Avicenna. Buku ini merupakan rangkuman hasil pemikiran Ibnu Nafis mengenai
anatomi, patologi, dan fisiologi. Karya tersebut berhasil mengungkap sebuah fakta ilmiah
penting, yang kemudian diabaikan begitu saja, yaitu gambaran tentang peredaran darah
paru-paru. Salah satu ilmuwan Barat yang mempelajari pengobatan Arab di Jerman
menyatakan bahwa catatan tersebut merupakan salah satu karya ilmiah terbaik, meskipun
sebelumnya telah ada teori yang hampir sama yang dilontarkan oleh Galen pada abad II.
Teori tersebut menerangkan bahwa darah mengalir dari bilik kanan jantung ke bilik kiri
jantung melalui pori-pori yang terdapat pada katup jantung.
Dalam teorinya, Galen juga menyebutkan bahwa sistem pembuluh vena terpisah
dari sistem pembuluh arteri, kecuali terjadi kontak antara keduanya melalui pori-pori.
Sebaliknya, Ibnu Nafis meyakini bahwa darah yang berasal dari bilik kanan jantung pasti
mengalir ke bilik kiri jantung, namun tidak ada penghubung antara kedua bilik tersebut.
Katup jantung tidak berlubang dan berpori sama sekali. Selain itu, Ibnu Nafis juga
menambahkan bahwa darah dari bilik kanan jantung mengalir melalui pembuluh arteri ke
paru-paru. Proses selanjutnya adalah darah tersebut bercampur dengan udara dan
mengalir melalui pembuluh vena ke bilik kiri jantung.
Ibnu Nafis juga menyatakan bahwa nutrisi untuk jantung diekstrak dari pembuluh
darah yang melalui dinding jantung. Ibnu Nafis mengomentari Qanun fi al-Thibb, karya
Ibnu Sina yang dituangkannya dalam sejumlah manuskrip yang ditulis terpisah.
Komentar tersebut dilengkapinya pula dengan sejumlah perbaikan dan disusun
berdasarkan pengelompokkan. Pada bagian ini, Ibnu Nafis juga menambahkan teori
ciptaannya tentang sirkulasi darah, yakni The Lesser of Pulmonary Circulation of the
Blood. Di kemudian hari, sejumlah komentar Ibnu Nafis diterjemahkan dalam bahasa
Latin.
Karya tulisnya dibidang kedokteran berjumlah empat belas judul buku. Dari
sekian banyak karya Ibnu Nafis, teori The Lesser of Pulmonary Circulation of the Blood
dianggap sebagai prestasinya yang paling penting dalam bidang kedokteran. Karyanya
yang paling populer lain adalah sebagai berikut:
1.
Syarh Tasyrih Al-Qanun Sebuah buku yang berisi kumpulan dari buku pertama
dan ketiga dari buku"Al-Qanun" karya Ibnu Sina yang membahas tentang
anatomi. Dalam buku "Syarh Tasyrih Al-Qanun" ini, Ibnu An-Nafis menguraikan
apa yang ditulis oleh Ibnu Sina di dalam buku "Al-Qanun" serta menyebutkan
beberapa kesalahan Ibnu Sina. Buku ini telah menguatkan penemuan Ibnu AnNafis tentang sirkulasi darah kecil sebagaimana yang kita paparkan sebelumnya.
2.
3.
4.
Al-Muhdzib Fi Al-Kuhl
5.
6.
7.
Mausu'ah Asy-Syamil Fi Ath-Thib Ketika hendak menulis buku ini, Ibnu AnNafis berniat untuk menjadikannya sebagai buku referensi besar yang mencakup
delapan ratus juz. Namun belum lagi buku tersebut rampung dan hanya tinggal
delapan puluh juz lagi, dia telah menemui ajalnya. Meskipun demikian, apa yang
ditulisnya menujukkan kedalaman ilmu dan kecemerlangan pemikirannya.
Pada waktu itu kota Kufah merupakan pusat pertemuan ulama ilmu fiqh yang
cenderung rasional, sehingga iapun menekuninya. Di kota ini terdapat madrasah Kufah
yang dirintis oleh Abdullah Ibn Mas'ud (wafat 63 H / 682 M). Kemudian berlanjut di
bawah kepemimpinan Ibrahim al-Nakha'i lalu Hammad bin Sulaiman al-Asy'ari (wafat
120). Dan dari Imam Hammad inilah Abu Hanifah belajar fiqh dan hadits. Imam
Hammad sering mewakilkan kepada beliau dalam mengajarkan agama dan memberi
fatwa. Kepercayaan ini diberikan karena keluasan wawasan dan pandangan beliau dalam
mengupas masalah fiqih.
Abu Hanifah adalah seorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi dan wawasan
yang luas tentang ilmu agama, sehingga sangatlah tidak heran jika banyak kalangan yang
memujinya dan mengakuinya. Hal ini bisa dilihat dari Pernyatan dan pengakuan para
ilmuwan lainnya. Imam Ibn al - Mubarak mengatakan: "aku belum pernah melihat
seorang laki-laki lebih cerdik dan pandai dari pada Imam Abu Hanifah." Imam Ali bin
Ashimpun berkata: "jika sekitranya ditimbang akal Abu Hanifah dengan akal penduduk
kota ini, tentu akal mereka itu terkalahkan ". Seorang raja, Harun kala itu juga
menyatakan: "Abu Hanifah adalah seorang yang dapat melihat dengan akalnya pada
barang apa yang tidak dapat ia lihat dengan mata kepalanya".
Imam Malik pernah ditanya oleh seseorang: "pernahkah Anda melihat Abu
Hanifah? Ya, saya melihatnya, ia adalah seorang laki-laki, jika Anda bertanya pada tiang
ini supaya ia jadikan emas, niscaya dia akan memberikan alasan-alasannya ". Bahkan
Imam Syafi'i pernah mengatakan: "manusia seluruhnya adalah keluarga dalam ilmu fiqh
dan menjadi anak buah Imam Abu Hanifah".
Pengakuan dan pernyataan yang disampaikan oleh Imam Malik dan Imam Syafi'i
cukuplah membuktikan betapa luasnya pandangan dalam berkomentar hukum-hukum
islam. Bahkan tidak hanya dalam masalah fikih, tentang haditspun beliau juga memiliki
kepandaian dan kecerdasan. Menurut Imam Abu Yusuf sahabatnya Imam Syafi'i: "saya
belum pernah melihat orang yang lebih mengerti tentang hadits dan tafsirnya selain dari
pada Abu Hanifah, ia tahu akan illat-illat hadits, mengerti tentang ta'dil dan tarjih,
mengerti tentang tingkatan hadits yang sah atau tidak.
kepada murid-muridnya, baik ilmu fiqh, ilmu kalam ataupun yang lainnya. Ini
dikarenakan ia adalah seorang yang memiliki kepandaian dan kecerdasan yang luar biasa
pada zamannya.
Diantara para ulama terkenal yang memnjadi sahabat beliau dan berjasa dalam
pengkodifikasian fatwa-fatwa beliau adalah:
a. Abu Yusuf Ya'kub bin Ibrahin al-Anshary (113-182 h)
b. Muhammad ibn Hasan al-Syaibany (132-189 H)
c. Zufar ibn Huzailibn al-Kufy (110-158 H)
d. al-Hasan ibn Ziyad al-Lu'lu'iy (133-204 H).
Pada saat beliau masih hidup, fatwa-fatwa dan hasil ijtihad beliau belum
dikodifikasikan, setelah beliau meninggal, barulah buah pikirannya itu dikodifikasikan
oleh murid-murid dan para sahabatnya sehinggah menjadi mazhab ahli ra'yi yang hidup
dan berkembang. Sebagian dari para muridnya, pada masalah hukum keagamaan ada
yang melanggar, ada yang berlawanan dan ada pula yang berbeda pendapat atas gagasan
beliau, tetapi sebagian besar mereka itu telah menyepakati dan sesuai dengan jalan yang
ditempuh oleh beliau.
Dalam melakukan pengkodifikasian kata-kata dan buah pikiran Imam Abu
Hanifah tentang masalah-masalah hukum agama, para sahabat beliau mencampurnya
dengan kata-kata atau pendapat mereka masing-masing dengan pendapat Imam Hanafi.
Karena aliran beliau itulah yang asli, sehinggah hal-hal yang melanggar dengan pendapat
atau berlawanan dengan kata beliau adalah sedikit sekali.
Dari keempat sahabat dan murid beliau yang banyak menyusun buah pikiran Abu
Hanifah adalah Muhammad al-Syaibany yang terkenal dengan "al-Kutub al - Sittah
"(enam kitab) yaitu:
1. Kitab al - Mabsuth
2. Kitab al - Ziyadat
3. Kitab al - Jami 'al - Shaghir
4. Kitab al - Jami 'al - Kabir
5. Kitab al - sair al - Shaghir
6. Kitab al - sair al - Kabir
Secara hierarkis pokok-pokok pikiran mazhab Hanafi adalah:
1. Al-Kitab (al-Qur'anul Karim), adalah pilar utama syari'at, semua hukum kembali
kepadanya dan ini sumber dari segala sumber hukum.
2. Al-sunnah Rasullah SAW dan atsar-atsar yang shahih dan telah masyhur (tersiar)
diantara para ulama yang ahli, dan merupakan penjelasan dari al-Qur'an dan perinci
dari yang mujmal (global). Siapa yang tidak mau berpegang pada al Sunnah
tersebut , berarti ia tidak mengakui kebenaran risalah Allah yang disampaikan
melalui RosulNya.
bin akabah bin Shaab bin Ali bin bakar bin Muhammad bin Wail bin Qasith bin Afshy
bin Damy bin Jadlah bin Asad bin Rabiah bin Nizar bin Maad bin Adnan. Jadi beliau
serumpun dengan Nabi karena yang menurunkan Nabi adalah Muzhar bin Nizar. Menurut
sejarah beliau lebih dikenal dengan Ibnu Hanbal (nisbah bagi kakeknya).
Dan setelah mempunyai beberapa orang putra yang diantaranya bernama
Abdullah, beliau lebih sering dipanggil Abu Abdullah. Akan tetapi, berkenaan dengan
madzabnya, maka kaum muslimin lebih menyebutnya sebagai madzab Hambali dan sama
sekali tidak menisbahkannya dengan kunyah tersebut.
Sejak kecil, Imam Ahmad kendati dalam keadaan yatim dan miskin, namun berkat
bimbingan ibunya yang shalihah beliau mampu menjadi manusia yang teramat cinta pada
ilmu, kebaikan dan kebenaran. Dalam suasana serba kekurangan, tekad beliau dalam
menuntut ilmu tidak pernah berkurang. Bahkan sekalipun beliau sudah menjadi imam,
pekerjaan menuntut ilmu dan mendatangi guru-guru yang lebih alim tidak pernah
berhenti. Melihat hal tersebut, ada orang bertanya, Sampai kapan engkau berhenti dari
mencari ilmu, padahal engkau sekarang sudah mencapai kedudukan yang tinggi dan telah
pula menjadi imam bagi kaum muslimin ? Maka beliau menjawab, Beserta tinta sampai
liang lahat.
Beliau menuntut ilmu dari banyak guru yang terkenal dan ahli di bidangnya.
Misalnya dari kalangan ahli hadits adalah Yahya bin Said al Qathan, Abdurrahman bin
Mahdi, Yazid bin Harun, sufyan bin Uyainah dan Abu Dawud ath Thayalisi. Dari
kalangan ahli fiqh adalah Waki bin Jarah, Muhammad bin Idris asy Syafii dan Abu
Yusuf (sahabat Abu Hanifah ) dll. dalam ilmu hadits, beliau mampu menghafal sejuta
hadits bersama sanad dan hal ikhwal perawinya.
Meskipun Imam Ahmad seorang yang kekurangan, namun beliau sangat
memelihara kehormatan dirinya. Bahkan dalam keadaan tersebut, beliau senantiasa
berusaha menolong dan tangannya selalu di atas. Beliau tidak pernah gusar hatinya untuk
mendermakan sesuatu yang dimiliki satu-satunya pada hari itu. Di samping itu, beliau
terkenal sebagai seorang yang zuhud dan wara. Bersih hatinya dari segala macam
pengaruh kebendaan serta menyibukkan diri dengan dzikir dan membaca Al Quran atau
menghabiskn seluruh usianya untuk membersihkan agama dan mengikisnya dari kotorankotoran bidah dan pikiran-pikiran yang sesat.
Salah satu karya besar beliau adalah Al Musnad yang memuat empat puluh ribu
hadits. Di samping beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadits-hadits shahih dan
layak dijadikan hujjah, karya tersebut juga mendapat pengakuan yang hebat dari para ahli
hadits. Selain al Musnad karya beliau yang lain adalah : Tafsir al Quran, An Nasikh wa
al Mansukh, Al Muqaddam wa Al Muakhar fi al Quran, Jawabat al Quran, At Tarih, Al
Manasik Al Kabir, Al Manasik Ash Shaghir, Thaatu Rasul, Al Ilal, Al Wara dan Ash
Shalah.
Ujian dan tantangan yang dihadapi Imam Ahmad adalah hempasan badai filsafat
atau paham-paham Mutazilah yang sudah merasuk di kalangan penguasa, tepatnya di
masa al Makmun dengan idenya atas kemakhlukan al Quran. Sekalipun Imam Ahmad
sadar akan bahaya yang segera menimpanya, namun beliau tetap gigih mempertahankan
pendirian dan mematahkan hujjah kaum Mutazilah serta mengingatkan akan bahaya
filsafat terhadap kemurnian agama. Beliau berkata tegas pada sultan bahwa al Quran
bukanlah makhluk, sehingga beliau diseret ke penjara. Beliau berada di penjara selama
tiga periode kekhlifahan yaitu al Makmun, al Mutashim dan terakhir al Watsiq. Setelah
al Watsiq tiada, diganti oleh al Mutawakkil yang arif dan bijaksana dan Imam Ahmad pun
dibebaskan.
Imam Ahmad lama mendekam dalam penjara dan dikucilkan dari masyarakat,
namun berkat keteguhan dan kesabarannya selain mendapat penghargaan dari sultan juga
memperoleh keharuman atas namanya. Ajarannya makin banyak diikuti orang dan
madzabnya tersebar di seputar Irak dan Syam. Tidak lama kemudian beliau meninggal
karena rasa sakit dan luka yang dibawanya dari penjara semakin parah dan memburuk.
Beliau wafat pada 12 Rabiul Awwal 241 H (855). Pada hari itu tidak kurang dari 130.000
Muslimin yang hendak menshalatkannya dan 10.000 orang Yahudi dan Nashrani yang
masuk Islam.
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin al-Abas bin Utsman bin
Syafi bin as-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi
Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Abu
Abdillah al-Qurasyi asy-Syafii al-Makki. Beliau di lahirkan pada tahun 150 H di kota
Ghazzah.
Adapun gelar beliau adalah Nashirul Hadits (pembela hadits). Beliau mendapat
gelar ini karena dikenal sebagai pembela hadits Rasulullah, dan komitmennya untuk
mengikuti sunnah.
Imam asy-SyafiI tumbuh di negeri Ghazzah sebagai seorang yatim setelah
ayahnya meninggal, sehingga berkumpullah pada dirinya kefaqiran, keyatiman dan
keterasingan dari keluarga. Namun, kondisi ini tidak menjadikannya lemah dalam
menghadapi kehidupan, setelah Allah memberinya taufiq untuk menempuh jalan yang
benar. Setelah sang ibu membawanya ke tanah Hijaz, maka mulailah Imam asy-SyafiI
menghafal al-Quran sehingga ia berhasil merampungkan pada usia 7 tahun. Karena
ketekunan dalam belajar beliau itulah sehingga beliau juga mampu menghafal kitab alMuwaththa (karya Imam Malik) dalam usia 10 tahun. Kemudian pada saat berusia 15
tahun Imam asy-SyafiI berfatwa setelah mendapat izin dari syaikhnya yang bernama
Muslim bin Khalid az-Zanji. Beliau menaruh perhatian yang besar terhadap syair dan
bahasa, sehingga ia hafal syair dari suku Hudzail, bahkan beliau hidup bergaul bersama
mereka selama 10 tahun atau 20 tahun menurut satu riwayat. Pengembaraan beliau dalam
mencari ilmu juga sampai dimadinah, yaman, irak, dan mesir.
Di akhir hayatnya, Imam asy-SyafiI sibuk berdakwah, menyebarkan ilmu dan
mengarang di mesir, sampai hal itu memberikan mudharat pada tubuhnya, maka ia pun
terkena
penyakit
wasir
yang
menyebabkan
keluarnya
darah.
Tetapi,
karena
kitab Al-Umm
berisi 128 masalah yang meliputi masalah thaharah dan masalah shalat.
2.
Imam Malik tidak hanya meninggalkan warisan karya tulisnya berupa kitab,
beliau juga mewariskan madzhab fiqhnya di kalangan sunni yang disebut sebagai
Madzhab Maliki.