Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Hasil Penelitian Ibnu Jabir bin Hayyan

Jabir Ibnu Hayyan yang merupakan seorang ilmuwan


dan filsuf terkemuka memiliki nama lengkap  Abu Musa
Jabir Ibnu Hayyan Al Azdi yang di Barat dikenal dengan
nama Geber. Beliau lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun
721 M atau sekitar abad ke-7.  Jabir adalah seorang yang
berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan
bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan al-
Azdi berasal dari suku Arab Azd adalah seorang yang ahli di
bidang farmasi dari kabilah Yaman yang besar yaitu kabilah
Azad yang sebagian besar dari mereka berhijrah ke Kufah
setelah rubuhnya Bendungan Ma’rif. Disamping seorang
yang ahli di bidang farmasi, ayahnya juga merupakan seorang yang mendukung Dinsati
Abbasiyah dan ikut serta membantu meruntuhkan Dinasti Umayyah. Pada masa kekuasaan Bani
Umayyah, ia hijrah dari Yaman ke Kufah yang di mana merupakan salah satu kota pusat
pergerakan syi’ah di Iraq. Ketika ayahnya sedang melakukan pemberontakan, ia tertangkap oleh
pasukan Dinasti Umayyah di Khurasan, kemudian ia dieksekusi dan dihukum mati. Setelah
ayahnya meninggal, Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-
Qur’an dan berbagai ilmu lainnya dari seorang ilmuwan yang bernama Harbi al-Himyari.

Jabir kembali ke Kufah setelah Abbasiyah berhasil menumbangkan Umayyah dan mulai
merintis karirnya di bidang kimia. Ketertarikannya dalam bidang ini yang membuatnya terus
mendalaminya sehingga menjadi seorang ahli dalam kimia bisa jadi dikarenakan oleh profesi
ayahnya sebagai seorang peracik obat. Sejak saat itu Jabir menuntut ilmu dari seorang imam
mahsyur, dan sekaligus dia merupakan seorang pengikut dari imam ke-enam syiah tersebut, yaitu
Imam Ja’far as-Shadiq. Bahkan Jabir juga sempat belajar dari Pangeran Khalin Ibnu Yazid. Jabir
kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pimpinan
Harun Ar-Rasyid dari seorang guru yang bernama Barmaki Vizier. Jabir pun terus bekerja dan
bereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di
Damaskus dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara kuantitatif,
bahkan instrument-instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia buat sendiri dari bahan
logam, tumbuhan dan hewani.

B. Karya-karya Tulis Jabir Ibnu Hayyan

Sebenarnya mungkin terjadi adanya semacam “perkumpulan” atau persaudaraan” yang


menggunakan nama Jabir untuk karya tulis mereka sebagai suatu lambang bagi fungsi suatu
intelek dan suatu pandangan yang mengakibatkan banyaknya orang yang agak ragu  dalam
keotentikan karya-karya tersebut. Karya yang jumlahnya sangat besar dan dalam pustaka
Jabiriyah ini sebagian besar membahas hampir tentang semua hal mulai dari kosmologi,
astrologi, alkhemi bahkan sampai musik, huruf dan angka.

Jabir tak pernah puas dan terus mengembangkan penelitiannya di bidang kimia sampai
pada batas yang tak tertentu yang membuat Jabir memiliki karya dalam bidang kimia mencapai
500 studi kimia, namun hanya sebagian sajalah yang berhasil sampai pada zaman Renaisance.
Dan diantara bukunya yang terkenal diantaranya adalah:

1) Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan berjudul Summa
Perfecdonis. Dan berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel,
mengalihbahasakan karya Jabir ini dengan judul Summa of Perfection.
2) Kitab al Rahmah,
3) Kitab al Tajmi,
4) Al Zilaq al Sharqi,
5) Book of The Kingdom, (diterjemahkan oleh Berthelot).
6) Book of Eastern Mercury, (diterjemahkan oleh Berthelot).
7) Book of Balance (diterjemahkan oleh Berthelot).
8) Al Khowash,
9) Shifah al Kaun (kosmologi),
10) Al Hikmah al-Mashunah,
11) Ath-Thobi’ah,
12) Shunduq al-hikmah (Rongga Dada Kearifan), merupakan sebuah manuskrip.
13) Al-Lahut,
14) Ath-thobi’ah al Fa’ilah al-ula al-Mutaharrikah,
15) Kitab as-Sumum,
16) Asror al-Hikmah,
17) As-Sir al-Maknun,
18) At-Takhlish,
19) Al-Ihraq,
20) Al-Ibdah,
21) Shubh an-Nufus,
22) As-Sir al-Maktum,
23) Al-Ijaz,
24) Al-Juf al-Aswar,
25) Nihayah al-Itqan,
26) Istiqsha’at al-Mu’allim,
27) Al-Kimia al-Jabiriyyah,
28) Kitab as-Sab’in
29) Az-Zuhra. Pada abad pertengahan, orang-orang Barat mulai menerjemahkan karya-karya
Jabir Ibnu Hayyan ke dalam bahasa Latin, dan dari ke-tujuh puluh kitab yang
diterjemahkan itu salah satunya adalah kitab yang paling terkenal yaitu kitab ini yang
diterjemahkan menjadi Book of Venus dan,
30) Kitab Al-Ahjar yang diterjemahkan menjadi Book of Stones.
31) Al Kimya. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris,
Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy.
32) Mukhtâr Rasâ`il.
Volume 1 berisi berbagai pembahasan yang di antaranya berkaitan dengan filsafat, teologi,
ilmu kalam, logika, aspek-aspek teknis kebahasaan, anatomi, mineral, tumbuhan dan
hewan, serta pendidikan.  Dalam hal ini, berbagai topik tersebut diklasifikasikan pada dua
aspek penting, sesuai dengan orientasi bahasan, yaitu aspek kimia dan kependidikan. 
Pembahasan tentang kimia sendiri, dalam pengertian menyangkut konsep-kimia secara
umum, dan proses pembelajaran kimia juga banyak terdapat.
33) Kitab al-Bahts, di sini Jabir bin Hayyan menguraikan panjang lebar tentang pola interaksi
muta’allim dan ustadz dalam bentuk interaksi positif yang seimbang,
34) Al kabir asy-Syamil

Sebagian dari bukunya merupakan klarifikasi mengenai para ilmuwan dan pakar kimia
Yunani seperti  Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles. Bahkan beberapa istilah tehnik yang
ditemukan dan digunakan oleh Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia
internasional, seperti istilah “Alkali”.

C. Zat-zat Temuan Jabir Bin Hayyan

Diketahui bahwa Jabir Bin Hayyan telah menemukan 19 macam substansi. Substansi
dalam istilah modern  kita menyebutnya unsur.

Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang yang pertama kali menemukan
asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang
sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19
dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain.

Banyak zat-zat kimia lain yang telah dia temukan yaitu asam asetat dari cuka nitrat, asam
sitrat, asam asetat dan juga asam klorida. Kemudian dia mencoba menggabungkan asam klorida
dan asam nitrat. Dari itu dia pun menemukan asam super yang sangat keras, disebut juga air raja
(aqua regia). Dan ternyata air raja dapat melarutkan emas.  Penemuan ini sangat berarti bagi para
ahli kimia untuk mengekstrasi dan memurnikan emas, bahkan di tahun berikutnya ditemukan
bahwa temuan-temuan dari reaksi asam dapat digunakan pada logam lainnya.

D. Instrumen dan Teori Kimia

Jabir sudah lebih dulu menggunakan kaca sebagai bahan baku peralatan penelitian kimia.
Adapun instrumen kimia yang telah didisain oleh  Jabir diantaranya retort, pippet dan test tube.
Dan ketiga masih digunakan serta dikembangkan hingga saat ini. 
Jabir ibnu Hayyan telah dianggap sebagai orang pertama yang menemukan hukum
perbandingan tetap. Dan juga merupakan orang yang pertama menuliskan teori tentang
pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal ini yang kemudian menjadi
sebuah jalan bagi Al-Razi dalam menemukan etanol.

Serangkaian kinerja Jabir ibn Hayyan tentang woodcuts of chemical dan perangkat penyulingan,
(a)Sublimasi di Athanor, (b) Fiksasi dan sublimasi, (c) Descension furnace, (d) distilasi, (e)
kalsinasi, (f) tempat air (water bath), (g) penampungan, dan (h) fiksasi dan sublimasi

  Ibnu Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-
malleable (bahan campuran):
1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada
bahan camphor (kamper), arsenik, amonium klorida, dan sulfur.
2. Metal (benda logam), yang dapt ditempa, berkilat, menghasilkan suara. Seperti pada
emas, perak, timah, tembaga, besi.
3. Benda, bahan mineral yang tidak dapat ditempa dan dapat dikonversi menjadi semacam
bubuk. Contohnya batu dan arang.

Adapun saat ini zat terbagi menjadi metal dan non-metal.

Mengenai  kombinasi kimiawi, Jabir mendefinisikannya sebagai penyatuan elemen-


elemen dalam partikel yang kecil sekali dan tak kasat mata tanpa ada yang kehilangan karakter-
karakternya. Bila diamati teori ini tidak berbeda jauh dengan teori yang dikemukakan oleh John
Dalton (1844), ahli kimia dari Inggris, mengenai atom. Gagasan Dalton sebagai berikut:

4. Metode Ilmiah Eksperimen

Beralih pada metode penelitiannya, sebagai pakar sains, dia memperkenalkan metode
riset dan eksperimental untuk penelitian kimia secara kuntitatif dan bahannya diambil dari
logam, tumbuhan dan hewan. Hal ini terkait erat dengan persoalan epistemologi. Yang kita
ketahui saat ini metode eksperimentasi dipelopori oleh David Hume. Namun ternyata Jabir sudah
jauh lebih dulu menggunakan metode ini untuk kajian saintisnya. Jabir bin Hayyan menulis
dalam  Kitab Al- Sab’in halaman 464:

….‫ا‬bb‫ فمن كان دربا كان عالما حقا و من لم يكن درب‬ .‫ و الدربة تخرج ذلك‬,‫فمن عرف ميزانها عرف كل ما فيها و كيف تركبت‬
‫ إن الصنائع الدرب يحذق و غير الدرب يعطل‬,‫ و حسبك بالدربة فى جميع الصنائع‬ .‫لم يكن عالما‬

Barang siapa yang mengerti proporsi zat (mizan) nya, maka dia akan mengetahui setiap bagian
zat itu sendiri dan bagaimana pembentukannya. Dengan eksperimen, akan menghasilkan
kepastian akan hal itu.  Barang siapa yang melakukan eskperimen, dia akan menjadi ilmuwan
sejati. Adapun orang yang tidak melakukan eksperimen, dia tidak akan menjadi ilmuwan.  Proses
kimia harus dilakukan dengan eksperimen, karena dengan eksperimen orang akan menjadi
mahir, dan tanpa eksperimen ilmu seseorang tak berarti apa-apa.
5. Klasifikasi Ilmu

Jabir juga memiliki pemikiran tentang pengelompokan ilmu pengetahuan. Pandangannya


tentang klasifikasi ilmu pengetahuan cenderung dipengaruhi oleh prinsip dualitas, dan karenanya
juga terkesan dikotomis.  Dalam argumentasi yang panjang lebar, Jabir menuliskan bagian
khusus yang berbicara tentang klasifikasi ilmu pengetahuan, dan menjadikannya sebagai bagian
awal dari Kitâb al-Hudud dan juga terdapat dalam kitab Mukhtâr Rasâ`il, hal. 100-108. Jabir bin
Hayyan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian, yaitu ilmu Agama dan ilmu Dunia. 

6. Alkhemi, Bukan Kimia

Sepanjang kita mengkaji Jabir ibnu Hayyan di sini, banyak penemuan-penemuan ‘kimia’
yang didapatkan olehnya. Sekali lagi, perlu ditekankan bahwa kimia yang dari tadi dibahas,
bukan alkhemi. Dan sebetulnya Jabir Ibnu Hayyan itu tokoh alkhemi, bukan hanya kimia.

 
KESIMPULAN

Jabr Ibnu Hayyan adalah tokoh besar filsafat Islam yang banyak menaruh perhatian pada
kimia. Banyak penemuan-penemuan saintis yang ditemukan olehnya dan tidak sedikit yang
masih digunakan hingga saat ini, peralatannya maupun teori-teorinya sebagai dasar pemikiran.

Sebagai seorang muslim yang taat, dia tak pernah melepaskan pemikiran-pemikiran yang
dihasilkannya dengan unsur Illahi. Dia merupakan ilmuwan yang menjadikan kimia bukan hanya
sebagai bagian dari keluarga besar sains yang kering, dia mengharmoniskannya dengan unsur
esoteris, disebut dengan alkhemi.

Sebetulnya banyak sekali pengkajian kimia yang telah dilakukan Jabr. Namun sayangnya
belum banyak yang mengkaji pemikirannya. Padahal kimia Jabr dapat menjadi khazanah filsafat
Islam yang kaya bila terus dilanjutkan. Pemikirannya dapat menunjukan keeksisan Islam dalam
dunia ilmiah, menjelaskan bagaimana alam dan Tuhan berkorelasi.
DAFTAR PUSTAKA
Azzein. Biografi Jabir Ibnu Hayyan. http://azzein.wordpress.com/2011/10/19/biografi-jabir-ibn-
hayyan-penemu-ilmu-kimia/, diakses pada Rabu, 16 April 2013 puku 20.40.

Rahmatullah, Taufik. Mengenal Sosok Jabir Bin Hayyan.


http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2012/11/14/mengenal-sosok-jabir-bin-hayyan/,diakses
pada Rabu, 16 April 2013 pukul 20.20 WIB.

Tanpa Nama. Biografi Jabir Ibnu Hayyan Bapak


Kimia.http://serunaihati.blogspot.com/2012/08/biografi-jabir-ibnu-hayyan-bapak-kimia.html,
diakses pada Rabu, 16 April 2013 pukul 20.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai