Anda di halaman 1dari 7

JABIR IBNU HAYYAN

Ditulis Oleh:
Susilawati Budi Utami

16/398459/PA/17420

Dewi Yuanita

16/398469/PA/17430

Rafida Salma Rahmawati

16/398483/PA/17444

Wakhidatun Nisa

16/398489/PA/17450

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Gadjah Mada


Sekip Utara, Bulaksumur, Daerah Istimewa Yogyakarta

Jabir Ibnu Hayyan

Kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, tentu tak lepas dari peran ilmuwan-ilmuwan
hebat terdahulu. Banyak kontribusi yang mereka sumbangkan untuk dunia ilmu pengetahuan.
Salah satu ilmu pengetahuan yang sering atau bahkan selalu kita pelajari adalah kimia. Ilmu
kimia selalu berkembang dan dikenal banyak orang. Salah satu ilmuwan Islam yang banyak
memberi penaruh dalam dunia ilmu pengetahuan kimia adalah Jabir Ibn Hayyan. Beliau
dijuluki sebagai The Father of Modern Chemistry.
Jabir Ibnu Hayyan adalah ahli kimia, farmasi, fisika, filosofi, dan astronomi yang
hidup pada abad ke-7. Beliau lahir pada tahun 750 (Kekhalifahan Umayyah) di Kuffah, Irak.
Lahir di kota peradaban Islam klasik, ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu
Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayah beliau berasal dari
Suriah (Bilad al-Sham). Beliau telah mampu mengubah presepsi berbagai kejadian alam yang
pada saat itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi menjadi sains yang dapat
mengerti dan dipelajari oleh manusia. Penemuan-penemuan di bidang kimia menjadi
landasan bagi perkembangan ilu kimia dan teknik kimia modern saat ini.
Salah satu pernyataannya yang paling terkenal adalah: The first essential in
chemistry, is that you should perform practical work and conduct experiments, for he who
performs not practical work nor makes experiments will never attain the least degree of
mastery.
Sejak kecil beliau sudah akrab dengan dunia empiris dan medis karena beliau terlahir
dari keluarga yang bekerja di bidang medis. Ia berhasil mengklasifikasikan beragam benda
berdasarkan unsur kimia yang menyusunnya. Atas jasa karyanya di bidang kimia, Jabir Ibnu
Hayyan mendapat gelar Bapak Kimia Islam Pertama. Ia tidak hanya terkenal di negeri

kelahirannya, tetapi juga di wilayah lain, seperti Eropa. Beliau adalah ilmuwan pertama yang
menggunakan metode ilmiah dalam aktivitasnya dibidang alkemi, yang kemudian
dikembangkan menjadi ilmu kimia seperti yang dikenal sekarang. Beliau juga di kenal
sebagai orang pertama yang mendirikan laboratorium dang menggunakan tungku sebagai
tempat mengolah mineral, mengekstraksi zat-zat sebelum kemudian mengklarifikasikannya.
Dalam penelitiannya, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen
yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir
mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen.
Antara lain dengan penjelasan : Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan
otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang
mungkin masih terpendam .
Tidak hanya ahli di bidang kimia, akan tetapi beliau juga ahli di bidang farmasi,
fisika, filosofi dan astronomi. Jabir Ibnu Hayyan terbukti telah mampu mengubah persepsi
tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia.
Banyak sekali penemuan-penemuan baru yang terlahir dari berbagai eksperimen yang
beliau lakukan. Beliau merupakan peletak dasar metode ilmiah untuk penelitian
eksperimental dan menurut beliau eksperimen merupakan suatu hal yang wajib ada dalam
sebuah pengetahuan. Berkat eksperimen yang beliau lakukan, sekarang ini kita mengenal
adanya asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, teknik destilasi dan teknik
kristalisasi. Beliau juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam
klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Selanjutnya, beliau menciptakan instrumen
pemotong, pelebur, dan pengkristalan. Beliau juga melakukan penyempurnaan pada proes
dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan,
pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan redoks. Selain itu Jabir Ibnu
Hayyan dapat membedakan antara penyulingan langsung menggunakan bejana basah dan tak
langsung menggunakan bejana kering. Jabir juga mengembangkan teknik eksperimentasi
sistematis dalam penelitian kimia yang menekankan bahwa kuantitas zat sangat berhubungan
dengan reaksi kimia yang terjadi. Beliau juga melakukan penyempurnaan pada proes dasar
sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan,
pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan redoks. Selain itu Jabir Ibnu Hayyan dapat
membedakan antara penyulingan langsung menggunakan bejana basah dan tak langsung
menggunakan bejana kering. Jabir juga mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis
dalam penelitian kimia yang menekankan bahwa kuantitas zat sangat berhubungan dengan

reaksi kimia yang terjadi. Dengan pengembangan inilah Jabir Ibnu Hayyan diangggap telah
mengawali adanya penemuan hukum perbandingan tetap.
Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zatzat berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya
atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk
memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem
ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu penulisan
jalannya reaksi kimia.
Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah
memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas,
amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada
kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa
proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya
berjudul Sandaqal-Hikmah
Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah menjadi landasan dasar dalam
berkembangnya ilmu kimia dan teknik kimia modern saat ini. Jabir Ibnu Hayyan juga mampu
mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam
lainnya, serta pencegahan karat. Beliau adalah orang pertama yang mengaplikasikan
penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Beliau juga orang pertama kali
yang mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal
inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.
Selain ia banyak mengarang buku di bidang ilmu kimia, beliau juga mengarang buku
di bidang farmasi. Jabir telah menorehkan sederet karyanya kurang lebih dalam dua ratus
(200) kitab. Sebanyak delapan puluh kitab yang ditulisnya mengkaji dan mengupas selukbeluk ilmu kimia. Sebuah pencapaian yang terbilang amat prestisius. Sebanyak seratus dua
belas (112) buku karya Jabir secara khusus ditulis untuk dipersembahkan kepada Barmakid
selaku gurunya, yang juga pembantu atau wazir Khalifah Harun Ar- Rasyid. Buku-buku itu
ditulis dalam bahasa Arab. Di antaranya, Sirr Al-Asrar (Rahasianya Rahasia), Al-Mawazin
(Timbangan/Kesetimbangan), Al-Khawwash (Khasiat-Khasiat), dan lain sebagainya. Sudah
banyak bukunya yang diterjemakan dalam berbagai bahasa di Eropa dan menjadi literatur
referensi selama beberapa abad di berbagai universitas di Eropa.
Jabir menjelaskan bahwa dalam mengembangkan ilmu kalsinasi dan reduksi
diperlukan adanya pendataan kembali dengan metode-metode yang lebih sempurna, berupa
metode penguapan, sublimasi, destilasi, pelarutan, dan penghabluran. Hasil dari sebuah

eksperimennya

mengenai

kombinasi

kimiawi

saat

ini

digunakan

sebagai

dasar

mengklasifikasikan unsur-unsur kimia.


Dengan dasar eksperimen tersebut kemudian zat kimia dikelompokkan menjadi tiga
tipe berdasarkan unsur-unsurnya, yaitu air (spirits), yang mengalami penguapan apabila
dipanaskan, seperti arseni, camphor, merkuri, sulfur, dan lain sebagainya; metal, seperti emas,
perak, timah, dan lain sebagainya; zat Non-malleable, yang dapat dihaluskan menjadi serbuk.
Selain penemuan-penemuan diatas, Jabir Ibnu Hayyan juga menciptakan berbagai macam
karya berupa kitab-kitab yang beliau tulis sendiri serta masih digunakan dan eksis hingga saat
ini.
Beberapa dari kitab-kitab yang beliau tulis tersebut diantaranya ialah Al Hikmah Al
Falsafiyah. Buku Al Hikmah Al Falsafiyah ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul Summa Perfecdonis. Di dalam buku ini dituliskan bahwasannya air raksa dan
belerang bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi salah apabila menganggap bahwa
produk ini merupakan produk baru dan air raksa serta belerang berubah secara keseluruhan.
Dan yang sebenarnya adalah bahwa air raksa dan belerang saling mempertahankan
karakteristik alamiahnya masing-masing, dan satu produk tuggal tersebut merupakan hasil
dari interaksi dan pencampuran antara air raksa dan belerang sedemikian rupa sehingga tak
bisa dibedakan secara seksama.
Ada juga kitab Al-Kimya. Kitab Al- Kimya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan diterbitkan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Robert Chester pada tahun 1144
berjudul The Book of The Composition of Alchemy. Selain itu, ia juga menulis kitab
berjudul Al Sabeen yang telah diterjemahkan oleh Gerard Cremoa
Pada abad ke-17 M, Russel menerjemahkan buku yang ditulis Jabir ke dalam bahasa
Inggris berjudul Sum of Perfection. Dalam buku itu, Russel memperkenalkan Jabir dengan
nama Geber seorang pangeran Arab terkenal yang juga seorang filsuf. Sum of Perfection
selama beberapa abad begitu populer dan berpengaruh. Buku itu telah mendorong terjadinya
evolusi kimia modern. Begitu berpengaruhnya buku karya Jabir di Eropa dan Barat yang pada
umumnya telah dibuktikan dengan munculnya beberapa istilah teknis yang ditemukan dalam
kamus kimia Barat dan menjadi kosakata ilmiah yang sebelumnya digunakan Jabir seperti
istilah alkali.
Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan
di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia
Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran), diseminasi dan proliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa the Dark Ages

mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. Melalui


dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan modern.
Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala
dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang
dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya
berterima kasih kepada umat Islam. Oleh karena itu, pada hari ini umat Islam perlu kembali
menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat
besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam
dan umatnya.

REFERENSI
Administrator, 2009. [Online]
Available at: http://www.rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan-muslim/595--jabir-ibnu-hayyan-penemuilmu-kimia.html
[Accessed 8 september 2016].
Rahman, Z., 2015. Kompasiana. [Online]
Available

at:

http://www.kompasiana.com/zaenuzlah93/menelisik-temuan-jabir-ibnu-hayyan-di-

bidang-kimia-dalam-meningkatkan-perdaban-dunia_550e8b65813311bf2cbc652c
[Accessed 8 September 2016].
Siswantoro, M. H., 2015. [Online]
Available

at:

http://www.pesantrenglobal.com/jabir-ibnu-hayyan-penemu-dan-pengembang-ilmu-

kimia/
[Accessed 7 September 2016].

Anda mungkin juga menyukai