Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpustakaan perguruan tinggi adalah salah satu komponen utama dalam

menunjang terlaksananya program Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu program

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini ditempuh melalui pelayanan

informasi yang meliputi lima aspek yaitu: pengumpulan informasi, pengolahan

informasi, pemanfaatan informasi, penyebaran informasi, pemeliharaan/pelestarian

informasi.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah pusat informasi yang dimanfaatkan untuk

memperoleh sumber informasi oleh mahasiswa, dosen, dan kalangan akademis.

B. Rumusan Masalah

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Bibliocrime

1. Pengertian Bibliocrime
Secara harfiah, istilah bibliocrime terdiri atas kata biblio dan crime.

Istilah kata biblio, tidak hanya istilah yang digunakan untuk buku saja, akan

tetapi juga merujuk pada hal-hal yang merujuk pada bahan pustaka. Istilah

pustaka juga, sering disebut sebagai koleksi perpustakaan. Koleksi di sini tidak

hanya koleksi yang berupa buku, melainkan juga termasuk majalah, koran, jurnal

dan seluruh koleksi lainnya yang ada di perpustakaan. Sedangkan crime berarti

criminal atau kejahatan (Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia offline;

Aplikasi Kamus Bahasa Inggris-Indonesia offline).

Bibliocrime adalah serangkaian tindakan yang tidak menyenangkan,

karena tindakan tersebut dapat merusak ketentraman di perpustakaan dan

merugikan berbagai pihak khususnya perpustakaan itu sendiri. Bibliocrime

merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan prilaku

penyalahgunaan koleksi di perpustakaan, di mana pemustaka tidak bertanggung

jawab dalam memanfaatkan layanan perpustakaan yang dilakukan secara tidak

sesuai dan akhirnya menyebabkan terjadinya penyelewengan dalam pemanfaatan

koleksi[ CITATION Nov18 \l 1033 ] . Bibliocrime juga dapat berarti sebagai tindakan

penyalahgunaan oleh pemustaka terhadap koleksi yang ada di perpustakaan..

2. Jenis-jenis Tindakan Bibliocrime

Terdapat empat jenis bibliocrime atau tindakan penyalahgunaan buku.

Hal ini dikemukakan oleh Obiagwu, 1992 dalam (Damayanti, Sukaesih, &

Rainathami, 2015:115), yaitu :


a) Pencurian (Thief)

Salah satu tindakan bibliocime yang kerap terjadi di perpustakaan adalah

pencurian. Pencurian yang dimaksud disini ialah mengambil koleksi

perpustakaan tanpa diketahui oleh pustakawan. Pencurian merupakan bentuk

kejahatan yang apabila dilakukan akan mendapatkan sanki bagi pelakunya.

Menurut Lincoln (1987) yang dikutip (Cromwell, Alxander, & Dotson,

2008:147), menyatakan list several factors that may account for the potential

for crime and incivilities in libararies:

1). “As the population increases with no comparable increase in the


number of libraries, each library must servea greater number of
patrons, increasing the potential for criminal behavior and
incivilities
2). Library serve large numbers of young people, especially school,
colleges and public libraries
3). Libraries are open long hours and on evening and weekeds. Some
university libraries are open 24 hours. These extended hours privide
a haven for street people
4). Most libraries have little if any security
5). Library staff are seldom trained in crime prevention or in how to
deal with difficult patrons
6). Libraries are not designed with security in mind. There are many
hidden areas (stacks), and staffing levels are often low, especially
during evenings and on weekends”.

Pernyataan diatas menerangkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mengakibatkan terjadinya kejahatan di perpustakaan, yaitu: (1) Peningkatan

jumlah populasi tidak sebanding dengan peningkatan perpustakaan, sehingga

perpustakaan melayani jumlah pemustaka yang sangat banyak, termasuk


pemustaka yang berpotensi melakukan kejahatan, (2) pemustaka melayani

pemustaka muda yang banyak, khususnya siswa, mahasiswa, serta

masyarakat, (3) Jam buka perpustakaan yang terlalu lama, (4) Banyak

perpustakaan yang tidak memiliki petugas keamanan yang memadai, (5)

Pegawai perpustakaan jarang dilatih dalam upaya pencegahan kejahatan, (6)

Perpustakaan tidak dirancang dengan keamanan yang kuat.

Pemustaka yang melakukan tindakan pencurian buku mempunyai cara

yang berbeda-beda untuk memiliki buku tersebut. Menurut Bean dalam Ihza

(1995) yang dikutip oleh Siddik (2015:13) menyatakan bahwa:

Pencurian buku di perpustakaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1). Pencurian sistematis, yaitu jenis pencurian yang direncanakan, dimana

pemustaka berkunjung ke perpustakaan dengan maksud untuk mencuri

koleksi perpustakaan. Seseorang yang melakukan pencurian jenis ini

mengambil koleksi tanpa sepengetahuan pustakawan, sehingga

pelakunya sulit untuk dilacak karena orang tersebut tidak

meninggalkan identitas seperti kartu anggota perpustakaan.

2). Pencurian tidak sistematis, yaitu pencurian yang tidak terencana

sebelumnya. Dimana seseorang meminjam buku di perpustakaan

sesuai dengan prosedur yang ada, dan bermaksud untuk

mengembalikan buku sesuai waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan


perpustakaan, namun pengembalian tersebut tidak pernah dilakukan

oleh pemustaka tersebut.

Dalam pendapat lain yang dikemukakan oleh Lincoln dalam (Siddik

2015:14) bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh American Library Crime

Research Project, menyatakan sebuah pencurian di perpustakaan dapat

digilongkan berdasarkan barang yang dicuri, yaitu:

1). “Theft of books


2). Theft of references material
3). Theft of equipment
4). A category which they called other theft, including theft og
magazines, or personal property of other readers or
membersof staff”.

Berdasarkan pernyataan diatas terdapat empat kategori barang yang

dicuri di perpustakaan, yaitu: pencurian buku, pencurian referensi, pencurian

sarana dan prasarana perpustakaan, dan pencurian barang-barang milik pribadi

pemustaka ataupun pustakawan.

b) Perobekan (Mutilation)

c) Mencoret (Vandalism)

d) Peminjaman tidak sah (Unauthorized borrowing)

3. Kerugian Akibat Tindakan Bibliocrime

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan berlangsung pada bulan Januari 2020.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Alauddin Makassar, JL. H. Yasin LIMPO No. 36 Samta, Gowa.

a. Gambaran Umum UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

didirkan pada 10 November 1965 bersamaan dengan diresmikannya IAIN

Alauddin Makassar. Sesuai dengan surat menteri Agama Republik Indonesia

74 tentang berdirinya IAIN Alauddin Makassar. Tujuan berdirinya

Perpustakaan IAIN Alauddin Makassar adalah untuk menunjang program Tri

Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, penelitian, dan Pengabdian

kepada masyarakat. Tenaga perpustakaan pada tahun 1965 sampai dengan

1973 berjumlah dua orang yaitu kepala perpustakaan adalah Syamsuddin AM,

BA dan satu staf yaitu Sahrir Aksan.


Ruangan perpustakaan pada tahun 1965 sampai dengan tahun 1967

bertempat dibagian selatan gedung Universitas Muslim Indonesia (UMI) jalan

Kakatua tepatnya satu ruangan kantor sekolah persiapan IAIN. Pertengahan

tahun 1967 IAIN Alauddin Makassar pindah ke jalan Timor Bioskop AA di

lanati tiga. Pada tahun 1973 IAIN Alauddin Makassar pindah ke jalan Sumba

dan menempati lantai dasar. Kemudian pada tahun 1974 IAIN Aluddin

Makassar pindah ke gunung sari dan kemudian berpindah ke Jalan Sultan

Alauddin Makassar.

Perpustakaan menempati gedung fakultas Syari’ah salah satu ruang

kuliah yang berad di lantai dua. Tenaga perpustakaan sudah berjumlah tiga

orang, yaitu seorang kepala perpustakaan dan dua orang staf. Akan tetapi pada

tahun 1975 perpustakaan mengalami kebakaran diakibatkan oleh hubungan

arus pendek listrik yang menyebabkan banyak koleksi perpustakaan terbakar.

Sedangkan koleksi yang berhasil diselamatkan, dipindahkan ke rumah jabatan

rektor, dan kemudian dipindahkan ke fakultas Tarbiyah. Gedung perpustakaan

bersambung dengan gedung lembaga pusat pengembangan bahasa. Pada tahun

1997 lembaga pusat pengembangan bahasa IAIN Alauddin Makassar dilebur

baru kemudain pada tahun 1998 diuka kembali.

Kemudian pada tahun 2004 perpustakaan IAIN Alauddin Makassar

pindah gedung dan memiliki gedung berlantai tiga , lantai pertama ruang

kepala perpustakaan, ruangan bagian administrasi, ruang pengolahan,


penitipan barang foto copy, Azhar corner, Iranian corner, laboratorium,

komputer dan tata usaha. Lantai dua bagian pelayanan, referensi, dan

cadangan. Untuk lantai tiga terdapat ruangan pertemuan, ruang skripsi

masing-masing fakultas, dan ruangan komputer digital.

Pada tahun 2003-2008 kepala perpustakaan dijabat oleh A. Ibrahim.

Perpustakaan IAIN Alauddin Makassar kemudian berubah nama menjadi

perpustakaan UIN Alauddin Makassar. Pada bulan November 2008, A.

Ibrahim menyerahkan kepada Nursiah Hamid sebagai caretaker hingga bulan

Mei 2010 sebelum dilakukan pemilihan ulang kepala perpustakaan baru.

Nursiah hamid melakukan beberapa perubahan seperti memindahkan letak

penitipan barang ke lantai dua.

Kemudian pada tanggal 10 November 2010 dilantiklah kepala

perpustakaan baru yaitu Irvan Muliyadi, s.Ag.,SS.,MA. Selama masa

kpemimpinannya dilakukan beberapa perubahan diantaranya mengembalikan

letak penitipan barang ke lantai satu, serta menempatkan staf perpustakaan

sesuai dengan latar belakang pendidikannya masing-masing. Hal ini dilakukan

karena mengingat kurangnya pustakawan yang berlatar belakang pendidikan

ilmu perpustakaan.

Dengan perkembangan ilmu perpustakaan dan teknologi yang semakin

cepat, perpustakaan UIN Alauddin Makassar dengan keterbatasan pegawai


yang berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan tetap berusaha

melakukan perubahan yang awalnya masih sangat konvensional menjadi

perpustakaan terotomasi karena adanya peningkatan jumlah koleksi dari tahun

ketahun yang semakin meningkat meningkat jumlahnya, begitu pula dengan

jumlah pemustaka yang juga semakin meningkat.

Pada tahun 2011 perpustakaan UIN Alauddin Makassar dipindahkan

ke kampus dua di Jln. H. M. Yasin Limpo No. 36 Samata Kab. Gowa, sejak

itulah perpustakaan perlahan mulai berbenah diri serta mengejar

ketertinggalan seperti suatu program yang bekerja sama dengan orang-orang

teknoligi informasi (TI) dan sekarang program tersebut mulai berjalan, akan

tetapi belum maksimal. Namun demikian suatu perpustakaan yang ideal itu

bukan hanya yang terlihat dari segi bangunan fisik saja, akan tetapi semua

bentuk yang ada kaitannya dengan perpustakaan semua harus maksimal. Salah

satu bentuknya yaitu dengan mengaplikasikan program yang sesuai, karena

dengan program inilah segala aktivitas yang ada di perpustakaan menjadi

semakin efektif dan efisien.

Pada tanggal 2 Januari 2013 kepala perpustakaan diganti dan

kemudian dijabat oleh Ibu Himayah, S.Ag.,S.S.,MIMS periode 2013 sampai

masa jabatan berakhir. Selama masa jabatannya terdapat beberapa perubahan

seperti bidang struktur organisasi, penempatan pegawai perpustakaan,

digitalisasi koleksi, dan pengadaan e-jurnal Oxford dan Emerald.


Kemudain pada tanggal 10 november 2015 hingga saat ni

perpustakaan UIN Alauddin mengalami renovasi bangunan yang merupakan

agenda pimpinan baru yaitu, Bapak Muh. Quraisy Mathar, untuk memberikan

kenyamanan bagi pemustaka yang dating. Perubahan sangat terlihat jelas

mulai dari adanya security gate, entry gate hingga terciptanya perpustakaan

digital, sehingga koleksi dapat diakses, kapan pun dan dimana pun.

b. Visi dan Misi UPT Pepustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin Makassar

1). Visi

Menjadikan perpustakaan UIN Alauddin Makassar sebagai pusta ilmu

pengetahuan informasi dan dokumentasi ilmiah berbasis teknologi dan

peradabn islam terdepan dengan teknologi modern serta mendukung

urtama tercapainya UIN Alauddin Makassar sebagai the center of

excellent.

2). Adapun misi perpustakaan UIN Alauddin Makassar, yaitu:

a) Melayani kebutuhan pengetahuan, informasi dan dokumentasi

ilmiah untuk cifitas akademika UIN Alauddin Makassar.

b) Menyediakan layanan informasi berbasis teknologi untuk kegiatan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c) Mendukung integrasi IPTEK dan ilmu keislaman menuju kampus

UIN Alauddin Makassar berbasis peradaban Islam.


c. Tujuan UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

Makassar

Setiap institusi tentunya mempunyai tujuan serta sasaran yang berbeda.

Perbedaan tersebut biasanya ditentukan berdasarkan visi dan misi institusi yang

ersangkutan, begitu pun dengan UPT Perpustakaan Univesitas Islam Negeri

(UIN) Alauddin Makassar mempunyai tujuan :

1). Meningkatkan efesiensi pengembangan dan pelayanan perpustakaan

2). Memberikan dukungan pengembangan untuk meningkatkan

pelaksanaa Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3). Mempertahankan posisi perpustakaan UIN Alauddin Makassar sebagai

jantungPerguruan Tinggi dengan mengikuti perkembangan baru.

4). Terwujudnya sarana dan prasarana untuk pengembangan jasa dan

layanan informasi serta system informasi di Perpustakaan UIN

Alauddin Makassar.

5). Menyediakan koleksi dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan

cifitas akademika di lingkungan UIN Alauddin Makassar.

d. Struktur Organisasi UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin Makassar

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai

karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:90). Maka dari itu peneliti

menetapkan populasi yang akan digunakan dalam penelitian untuk memudahkan

mendapatkan hasil yang ingin dicapai.

Dalam suatu penelitian, penentuan populasi mutlak dilakukan. Hal ini karena

populasi memberikan batasan terhadap objek yang diteliti serta memberikan

batasan-batasan bagi kesimpulan penelitian.

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi kriteria populasi dalam

penelitian ini adalah pemustaka perpustakaan UIN Alauddin Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh populasi tersebut

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random

sampling. Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel

(Darmawan, 2016:146). Simple random sampling dikatakan simple (sederhana)

karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan jika

anggota populasi dianggap homogen


D. Instrumen Penelitian

E. Metode Pengumpulan Data

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai