Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM (600 SM-610 M)

Dosen Pengampu : KODIRAN, M.Pd

OLEH:

1. BETI WIDIASARI (1711060155)


2. DIANA PERMATA SARI (1711060166)
3. ELIS YULIANA (1711060175)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIAKN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan YME dan dengan rahmat dan
karunianya, Makalah Sejarah Peradaban Islam ini dapat kami buat sebagai tugas
kami. Sebagai bahan pembelajaran kami dengan harapan dapat di terima dan
dipahami secara bersama.

Dalam batas-batas tertentu makalah ini memuat tentang Peradaban Dunia


Sebelum Islam. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian makalah kami. Dengan Harapan dapat di terima
oleh bapak dan dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR............................................................................................................
..............1

DAFTAR
ISI.............................................................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................
..............3

A. Latar Belakang
Masalah................................................................................................4
B. Rumusan
Masalah..........................................................................................................
5
C. Tujuan
Penulisan........................................................................................................
....6

BAB II PENDAHULUAN

A. Peradaban Arab Pra


Islam.............................................................................................7
B. Tradisi Menulis dan Pendidikan Bangsa Arab Pra
Islam.............................................8
C. Pusat Kegiatan Intelektual di luar Arab Pra
Islam........................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................
...............10
B. Saran...............................................................................................................
..............11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah peradaban islam mempunyai dua konsep. Pertama, sejarah sebagai


pemahaman arti objektif tentang masa lampau. Peristiwa masa lampau yang
sampai kepada kita saat ini adalah peristiwa yang benar-benar terjadi, ia bukan
legenda atau cerita yang di karang (fiktif). Dalam hal ini Al-Quran menegaskan
kebenarannya dan menutupkan kisahnya walaupun tidak secara rinci dalam
penuturan kisahnya, di samping itu ada banyak bukti-bukti arkeologis yang bisa
menguatkan secara empiris bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Kedua,
sejarah menunjukkan maknanya yang subjektif, karena masa lampau tersebut
telah menjadi semua kisah atau cerita yang kebenarannya masih di pertanyakan.

Namun hal yang sangat penting dari dua konsep di atas adalah bahwa ia
memberikan gambaran kepada kita akan arti sejarah yang sesungguhnya dalam
kehidupan, terutama dalam membentuk pemahaman manusia tentang masa
lampau sehingga bisa dijadikan rujukan untuk gerak sejarah berikutnya,
karenanya dalam mempelajari sejarah kita perlu mengkajinya lebih mendasar.
Maka dari itu selain untuk memenuhi Tugas makalah ini bertujuan memberikan
Pengetahuan mendasar tentang Kondisi Dunia Sebelum Islam (Pra Islam) yang
kami dapatkan dari beberapa sumber-sumber Referensi yang ada terutama
mengenai Kondisi Dunia Pra Islam tetapi juga memberikan penjelasan tentang
kondisi-kondisi Jazirah Arab sebelum Islam. Dengan memahami makalah ini
setidaknya kita tahu kondisi pada masa peradaban sebelum Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Arab Pra Islam ?
2. Bagaimana pendidikan dan tradisi menulis Bangsa Arab Pra Islam ?
3. Jelaskan mengenai Pusat Intelektual di luar Arabiya sebelum Islam ?
C. Tujuan
1. Memahami lebih mendalam bagaimana kondisi Sebelum adanya agama
Islam di Dunia.
2. Mengkaji lebih mendasar sebelum kita mengkaji lebih mendalam
bagaimana Sejarah Peradaban Islam.
3. Mengambil beberapa Nilai-nilai sejarah yang baik yang terkandung
didalamnya, dan untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ARAB PRA ISLAM


Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi
kaum-kaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa
dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq dan
lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin
Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il,
yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Bentuk Jazirah Arab secara geografis adalah memanjang kesebelah utara,
berbatasan dengan Palestina dan Padang Syam. Jazirah Arab terletak di antara dua
kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. ke sebelah
timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan
Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi,
dari sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang
sahara serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah
melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Sistem sosial masyarakat Arab pra-Islam mengikuti garis bapak (patriakal)
dalam memperhitungkan keturunan, sehingga setiap nama selalu menyebut
bapaknya, kalau laki-laki dengan bin, kalau anak perempuan dengan binti. Orang
Arab akan bangga dengan rentetan nama dibelakangnya karena menunjukan
kabilah dan suku bangsa dari nenek moyang mereka yang sangat dihormati.
Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah. Sebagian ahli sejrah
menamai tanah Arab itu “Shibhul jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti
“Semenanjung”. Sebelum datang agama islam, bangsa arab telah mempunyai
berbagai macam agama, adat istiadat, akhlaq dan peraturan-peraturan hidup.
Sebelum datangnya Islam bangsa Arab memiliki kepercayaan yang kuat tehadap
penyembahan pohon, bintang, binatang, dan batu. Agama baru ini pun datang
membawa akhlaq, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama
baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama
Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-
peraturan bangsa arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah pertarungan yang
banyak memakan waktu.
Bangsa Arab terbagi atas dua bagian, yaitu: penduduk gurun pasir dan
penduduk negeri. Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak di
kenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai
dari kira-kira 150 tahun sebelum Islam. Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat
diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang pasir
itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang. Peperangan-
peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh keinginan memelihara hidup,
karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat-tempat yang
berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang ternak.
Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.
Bangsa Arab sebelum Islam hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah). Kabilah
adalah sebuah pemerintahan kecil yang eksisitensi politiknya adalah kesatuan
fanatisme, adanya kesatuan timbal dalam menjaga daerah, dan menghadang
musuh di luar kabilah karena masing-masing kabilah seing kali bermusuhan.
Peperangan-peperangan itu menghabiskan waktu dan tenaga; karena itu mereka
tidak mempunyai waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan kebudayaan. Dan
bilamana di antara mereka dapat bekerja,mencipta dan menegakkan suatu
kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan meruntuhkannya. Dan lagi,
mereka buta huruf. Oleh karena itu sejarah dan kehidupan mereka tiadalah
dituliskan. Jadi,tidak ada bangunan-bangunan yang dapat melukiskan sejarah itu.
Adapun yang sampai kepada kita tentang orang-orang zaman dahulu itu, adalah
yang diceritakan oleh kitab-kitab suci. Sejarah mereka, mulai dari masa 150 tahun
sebelum Islam, dapat kita ketahui dengan perantaraan syair-syair atau cerita-cerita
yang diterima dari perawi-perawi.
Adapun sejarah bangsa Arab penduduk negeri, adalah lebih jelas. Negeri-
negeri mereka ialah: Jazirah Arab sebagian selatan, kerajaan Hirah dan Ghassan,
dan beberapa kota di tanah Hejaz.
Sementara itu sumber ekonomi utama bangsa arab adalah perdagangan dan
pertanian. Barang yang di perjual belikan bangsa arab pada saat itu adalah kain,
pakaian, anggur, dan gandum. Orang Quraisy biasanya melakukan perjalanan
terutama ke negeri Syam pada musim panas dan Yaman pada musim dingin.

B. Tradisi Menulis dan Pendidikan Bangsa Arab Pra Islam


Bangsa Arab sebelum Islam biasanya disebut Arab Jahiliyah, bangsa yang
belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara. Sebutan itu pun tidak perlu
menyebabkan kita berkesimpulan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Jaziah
Arab yang mampu membaca dan menulis ; karena beberapa Sahabat Nabi
diketahui sudah mampu mebaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam. Baca
tulis ketika itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai hal yang penting, tidak
pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikian.
Akan tetapi, Bangsa Arab, terutama Arab bagian utara, dikenal sebagai orang-
orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengubah syair, dan syair syair itu
diperlombakan dan yang unggul diantaranya ditulis untuk digantung di Ka’bah.
Melalui tradisi sastera tersebut diatas diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar
dan penting secar faktual ikut memberi pengaruh pada dan mengarahkan
perjalanan sejarah mereka. Nilai-nilai yang menyertai peristiwa- peristiwa penting
itu mereka abadikan dengan berbagi cara, seperti kisah, dongen, nasab, nyanyian,
syair dan sebagainya.
Namun persoalannya, apakah bangsa Arab sebelum Islam itu meninggalkan
karya-karya tulis sastera atau yang semacamnya, yang menggambarkan secara
faktual masyarakatnya, baik masyarakat menetap maupun masyarakat Nomad
(Badui) ?
Orang Arab sebelum Islam dan pada awal kebangkitan Islam tidak atau belum
menulis sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah disimpan mereka dalam ingatan,
bukan (hanya) karena mereka buta aksara tetapi juga karena mereka beranggapan
bahwa kemampuan mengingat lebih terhormat. Semua peristiwa sejarah itu di
ingat dan diceritakan berulang-ulang. Demikian pula halnya dengan hadis-hadis
Nabi.
Pada masa Jahiliyyah, belum dikenal apa yang dinamakan dengan tulisan
sejarah dalam pengertian sebenarnya, termasuk kalangan penduduk negeri yang
dianggap sudah berperadaban yang diduga bahwa mereka cukup mempunyai
perhatian terhadap upaya mempertahankan dan menulis tentang kehidupan dan
kemajuan yangmereka capai. Negeri- negeri yang lebih maju, seperti Yaman,
Kerajaan Hirah, kerajaan Ghassan, juga tidak mewariskan tulisan-tulisan sejarah.
Oleh karena itu, ketika mereka berusaha menuliskannya pada Masa Islam,
yaitu ketika mereka mempunyai minat untuk menuliskan sejarah mereka yang
terlupakan itu, tulisan-tulisan itu banyak disusupi mithos dan dongeng . Tidak
mungkin mempercayainya sebagai kebanaran secara keseluruhan. Bahkan meurut
Muhammad Ahman tarhini, karena demikian dominanya legenda, tidak mungkin
ditemukan suatu kaidah yang dengannya orang dapat memisahkan yang faktual
dari yang khayal.
Sejarah Arab sebelum Islam yang paling dapat dipercaya adalah tinggalan-
tinggalan arkelogis yang masih dapat diketahui adalah penggalan-penggalan
sejarah yang terdapat di gereja-gereja Hirah, yang kemudian dikaji oleh Al-Kalbi,
sejarawan muslim kemudian. Degan demikian, data-data sejarah tentang masa
sebelum islam yang tercantum dalam karya-karya sejarah yang ditulis pada masa
Islam , menurut Husein Nashsarh, harus diterima dan keraguan yang mendalam.
Di samping itu, pengetahuan orang Arab terhadap negeri-negeri tetangga, seperti
Persia dan Romawi, juga merupakan cerita-cerita yang bercammpur legenda.
Namun disamping itu kuttab, kata jadian dari kataba (menulis) sudah dikenal
pada zaman pra-Islam. Menurut Hasan Asari jika kita mengambil
pengertian kuttab sebagaimana kemudian dipahami dalam Islam, maka kuttab
adalah lembaga pendidikan dasar untuk mengajarkan tulis baca, berhitung, dan
dasar-dasar agama, maka penggunaan kata ini pada bangsa Arab pra-Islam
menunjukkan bahwa adanya satu sistem pendidikan yang telah berfungsi di
kalangan bangsa Arab pra-Islam. Indikasi ini menurut Hasan Asari didukung oleh
terdapatnya dalam catatan sejarah beberapa nama yang dikenal sebagai guru
(mu’allim) yang hidu sebelum periode Islam seperti Bisyr b. ‘Abd al-Malik,
Sufyan b. Umayyah b. ‘Abd Syams, ‘Usman b. Zarrah, Abu Qays, dan
sebagainya. Catatan-catatan sejarah tentang kegiatan pendidikan di tengah
komonitas Yahudi dan Kristen yang hidup di Arab pra-Islam cendrung lebih
lengkap, jika dibandingkan dengan bangsa Arab pagan (penyembah berhala).
Komonitas Yahudi dan Kristen terkenal dengan perhatian yang tinggi terhadap
pendidikan. Sebelum datangnya Islam Arabia telah mengenal sekolah-sekolah
Yahudi dan Kristen yang mengajarkan kitab suci (Taurat dan Injil),
filsafat, jadal (debat) dan topic-topik lain yang berkaitan dengan agama mereka,
sehingga banyak orang-orang Arab pra-Islam yang memamfaatkan kehadiran
Yahudi dan Kristen untuk belajar tentang sejarah, nabi-nabi, maupun hal-hal
lainnya.
Ringkas kata, menjelang datangnya Islam, bangsa Arab pada dasarnya telah
mengembangkan satu kegiatan sastra, terutama dalam bentuk puisi. Meskipun
sistem ekpresi dan transmisi yang dominan adalah lisan, tulisan telah mulai
dikenal secara terbatas. Paling tidak untuk kalangan tertentu (Yahudi dan Kristen)
pendidikan.

C. Pusat Kegiatan Intelektual di luar Arab Pra Islam


Menurut Dr. Teungku Saifullah pusat-pusat kegiatan intelektual di luar
Arabiya sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai
jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat Islam generasi
awal, meliputi: Atena, Alexandria, India, Jundi Syapur.
1. India
Dibanding dengan pusat-pusat kegiatan intelektual yang terdapat di daerah-
daerah kekuasaan Kerajaan Romawi dan Sasaniayah, India jauh mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit dan tak langsung pada perkembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Hal ini terutama dikarenakan oleh letak geografisnya
yang lebih jauh dari Semenanjung Arabia. Namun demikian perlu kita ingat
bahwa daerah ini telah membuat beberapa kemajuan ilmiah sepanjang abad ke-6
M, yakni abad menjelang datangnya Islam. India membuat kemajuan berarti di
bidang matematika lewat ilmuan besarnya yang bernama Varahamihira.
Kemajuan di bidang ilmu bahasa ilmu kedokteran, astronomi, geografi,
historiografi, dan matematika. Pada abad yang sama, bangsa Jepang mulai
mepelajari ilmu-ilmu Cina melalui para ilmuan Korea.
2. Athena
Sebagai sebuah kota yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Romawi
Timur, Athena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya, serta menjadi
salah satu pusat kegiatan intelektual kerajaan Romawi. Sejumlah pusat pendidikan
berdiri dikota ini. Filsafat dan ilmu-ilmu lainnya berkembang dengan baik. Dikota
inilah lahir Plato yang hidup dan mendirikan sebuah akademi filsafat yang
belakangan berkembang menjadi Museum Athena, pada 387 SM. Di akademi
inilah sejumlah ilmuan dari berbagai bangsa dan agama mengembangkan ilmu
pengetahuan. Pada tahun 529 M, Kaisar Romawi Timur, Justinian I, menutup
Museum Athena bagi filosof dan ilmuan pagan yang sebelumnya bebas keluar
masuk atau menetap.

3. Alexandria
Alexandria (al-Iskandariyyah sekarang masuk wilayah Mesir) adalah sebuah
kota kuno dibangun sekitar abad ke- 13 SM dan terletak di pantai timur Laut
Tengah. Kota ini dulunya berada dibawah kekuasaan Romawi hingga menjelang
datangnya Islam. Sejak abad ke-1 M Alexandria telah menjadi pusat
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani bersamaan dengan
pengetahuan yang berasal dari Timur, utamanya India dan Cina. Dukungan yang
diberikan oleh kaisar konstantinopel melatarbelakangi kemajuan Alexandria yang
berlangsung hingga sekitar lima abad. Kejayaan intelektual ini didukung oleh
ilmuan-ilmuan besar sssssemacam Euclid dan Ptolemy serta sejumlah sarjana lain
yang berasal dari berbagai latar belakang dan agama.
Fanatisme agama tampaknya berperan besar dalam proses kemunduran
kegiatan intelektual di Alexandria. Sejak awal abad ke-5 M kegiatan intelektual di
kota ini terus mengalami kemunduran. Konflik-konflik keagamaan
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi para ilmuan pagan yang kemudian
mendorong mereka untuk eksodus, antara lain ke Athena, dimana keadaan masih
relatif baik. Dengan mundurnya Alexandria, ditambah dengan apreiasi yang
rendah terhadap kegiatan intelektual, sejumlah besar ilmuan meninggalkan
Alexandria dan pindah kedaerah yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan
Sasaniyah. Pada saat itu Kerajaan Sasaniyah menjamin kebebasan intelektual bagi
semua ilmuan, tanpa mempersoalkan etnissitas dan afiliasi keagamaan mereka.

4. Jundi Syapur
Posisi Jundi Syapur semakin penting pada masa kekuasaan Sasaniyah,
ketika Raja Shapur II (310-379 M) memperluas kota ini dan membangun sebuah
lembaga pendidikan tinggi yang kemudian membuat Jundi Syapur menjadi kota
intelektual terpenting di seluruh kekuasaan Sasaniyah (kota lainnya adalah Herat,
Marw, dan Samarkand), bahkan juga di seluruh teritori kerajaan Romawi. Perlu
diungkapkan bahwa sebelum masa Sasaniyah, bangsa Persia telah berusaha
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal dari Babilonia dan India
(terutama dalam bidang matematika dan musik).
Akumulasi pengetahuan dari kegiatan awal ini kemudian menjadi fondasi
intelektual dan Akademi Jundi Syapur yang mencapai puncak kejayaannya pada
abad ke-6 M. Sikap ini memusuhi ilmu pengetahuan yang tumbuh di daerah
kerajaan Romawi dengan akibat ditutupnya berbagai pusat kegiatan ilmiah, secara
langsung menguntungkan bagi Jundi Syapur. Banyak ilmuan Kristen dari Athena
yang pindah ke Jundi Syapur di mana kebebasan ilmiah dijamin, bahkan didorong
oleh para raja Sasaniyah. Hal yang sama menarik ilmuan-ilmuan dari berbagai
daerah lain.
Kejayaan Jundi Syapur berlangsung tanpa gangguan untuk waktu yang relatif
panjang, dan masih tetap merupakan sebuah kota inteletual terpenting ketika
ditaklukkan oleh pasukan Islam pada tahun 15/636. Signifikasi kota Jundi Syapur
tetap bertahan sampai tumbuhnya Baghdad sebagai kota intelektual baru yang
lebih besar. Khalifah-Khalifah pertama Kerajaan Abbasiyah memanfaatkan
dokter-dokter dari Jundi Syapur sebagai dokter istana mereka. Dalam konteks ini,
kejayaan Jundi Syapur berlanjut hingga akhir abad ke-4/10, dan berfungsi sebagai
jalur utama masuknya warisan pengetahuan dari peradaban kuno ke dalam
peradaban Islam.
Di samping kegiatan-kegiatan di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Jundi
Syapur juga berperan dalam proses penerjemahan sastra Hindu (Sansekerta) ke
dalam bahasa Pahlavi. Contoh paling terkenal dari hasil kegiatan ini adalah
Kulilah wa Dimnah, yang diterjemahkan oleh Ibn al-Muqaffa’ dari edisi
Pahlavinya yang semua diterjemahkan dari bahasa aslinya Sansekerta.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, peradaban dunia sebelum
Islam di daerah Arab yaitu dimana masyarakat telah mempunyai berbagai macam
agama, adat istiadat, akhlaq dan peraturan-peraturan hidup. Bangsa Arab terbagi
atas dua bagian, yaitu: penduduk gurun pasir dan penduduk negeri. Pada
penduduk gurun pasir sering terjadi peperangan sehingga kebudayaan mereka
sulit dilacak, berbeda dengan penduduk negeri. Sementara tradisi menulis dan
pendidikan pada masa itu sudah ada meskipun tebatas pada kalangan yang hidup
di kota, terutama kaum Yahudi dan Kristen yang menaruh perhatian cukup besar
terhadap dunia pendidikan. Selain itu bangsa Arab juga terkenal dengan
kemahiran dalam bidang bahasa dan syair. pusat-pusat kegiatan intelektual di luar
Arabiya sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai
jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan antara lain dikota Athena,
Alexandria, Jundi Syapur, dan India.
B. Saran
Dalam kaitannya dengan peradaban dunia pra Islam, hendaknya dapat
dijadikan cerminan untuk kehidupan di masa depan yang lebih baik sehingga hal
yang kurang baik tidak perlu terulang kembali. Kami sangat mengharapkan saran
dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah pada
masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

A. Syalabi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.

Badri Yatim. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sulasman, Suparman, 2013. Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung: Pustaka
Setia.

Anda mungkin juga menyukai