Islam memiliki beberapa tokoh yang menjadi pelopor perkembangan ilmuan yang terkenal
sampai saat ini tokoh ilmuan sebagai berikut
Albertus Magnus
Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini
adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga
bentuk alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan
senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida,
insektisida, dan dalam berbagai aloy (Wikipedia). Konon, unsur
Arsen ditemukan oleh seorang biarawan Bavaria bernama
Albertus Magnus. Albertus Magnus dipercaya sebagai orang
pertama yang memisahkan unsur ini.
Roger Bacon
Dia adalah orang Eropa pertama yang mendeskripsikan secara rinci
proses pembuatan mesiu , dan dia mengusulkan mesin terbang serta
kapal dan gerbong bermotor. Bacon (sebagaimana dia sendiri dengan
puas berkomentar) menunjukkan energi dan semangat yang luar biasa
dalam mengejar sains eksperimental; memang, studinya dibicarakan di
mana-mana dan akhirnya memberinya tempat dalam literatur populer
sebagai pekerja yang luar biasa. Oleh karena itu bacon
mewakili ekspresi empiris yang secara historis dewasa sebelum
waktunya semangat ilmu eksperimental, meskipun praktiknya yang
sebenarnya tampaknya telah dilebih-lebihkan.
Hingga saat ini ilmu Kimia sangat berkembang seperti kimia inti,kimia organic,kimia
fisik,kimia lingkungan,dan kimia2 lainya.
Paracelsus
Paracelsus (Einsiedeln, Swiss, 11 November atau 17 Desember 1493 -
24 September 1541) yaitu alkimiawan, dokter, astrologer, dan mahir
okultisme dari Swiss. Terlahir dengan nama Phillip von Hohenheim,
beliau mengubah namanya dijadikan Philippus Theophrastus Aureolus
Bombastus von Hohenheim dan belakangan dijadikan Paracelsus, yang
berfaedah "sama atau semakin hebat dari Celsus", seorang dokter
Romawi dari zaman ke-1. Paracelsus yaitu pionir penggunaan zat kimia
dan mineral dalam kedokteran. Beliau sering pula dianggap sbg bapak
toksikologi.
Joseph Priestley
para ahli menyadari bahwa udara terdiri lebih dari satu komponen.
Sifat oksigen dan nitrogen sebagai komponen udara mengarah pada
pengembangan teori flogiston pada proses pembakaran, yang sering
terpikir oleh para ahli kimia selama satu abad.
Tepat pada hari ini 1 Agustus tahun 1774 silam, seorang
ilmuwan bernama Joseph Priestley berhasil menemukan unsur
oksigen. Kala itu ia mampu menjawab mengapa dan bagaimana segala sesuatu dapat terbakar.
Sedikit banyak penemuan tersebut berhasil mengubah pandangan manusia dalam melihat
lingkungan.
Kita semua tahu bahwa kini kegunaan oksigen begitu penting tak hanya untuk
perawatan kesehatan, oksigen juga memiliki sifat pengoksidasi kuat yang dapat bermanfaat bagi
banyak industri yang meningkatkan hasil, mengoptimalkan kinerja, dan mengurangi biaya.
Paracelsus
(Einsiedeln, Swiss, 11 November atau 17 Desember 1493 - 24
September 1541) adalah alkimiawan, dokter, astrologer, dan ahli
okultisme dari Swiss. Terlahir dengan nama Phillip von Hohenheim,
beliau mengubah namanya menjadi Philippus Theophrastus
Aureolus Bombastus von Hohenheim dan belakangan menjadi
Paracelsus, yang berarti "sama atau semakin hebat dari Celsus",
seorang dokter Romawi dari abad ke-1. Paracelsus adalah pionir
penggunaan zat kimia dan mineral dalam kedokteran. Beliau sering
pula diasumsikan sebagai bapak toksikologi.
Joseph Priestley
adalah seorang filsuf, rohaniawan, teolog, pengajar, ahli ilmu
politik dan ahli kimia berkebangsaan Inggris yang telah
menerbitkan lebih dari 150 buku.
Ia dikenal luas sebagai penemu oksigen,[3] yang diisolasi
dalam keadaan gas, meskipun Carl Wilhelm Scheele dan Antoine
Lavoisier turut memiliki klaim yang kuat terhadap penemuan
tersebut.[4]Semasa hidupnya, Priestley telah membangun reputasi
ilmiah berkat temuan air sodanya, tulisan-tulisannya mengenai
kelistrikan, serta penemuannya atas beberapa "udara" (gas),
termasuk salah satu yang dikenal adalah udara yang disebut
Priestley sebagai "udara tak berflogiston" (oksigen).
Namun, keteguhan Priestley untuk mempertahankan teori
flogiston dan menolak apa yang kemudian menjadi revolusi kimia membuatnya terisolasi dari
komunitas ilmiah.
Keilmuan Priestley selaras dengan teologinya, dan ia secara konsisten mencoba untuk
menggabungkan rasionalisme Pencerahan dengan teisme Kekristenan.[5] Dalam naskah
metafisiknya, Priestley mencoba untuk menggabungkan teisme, materialisme, dan
determinisme, suatu usaha yang disebut-sebut "berani dan orisinal".[6] Ia percaya bahwa
pemahaman yang baik terhadap dunia alam mampu mendorong kemajuan manusia dan pada
akhirnya membawanya pada Kekristenan milenium.[6] Priestley, yang sangat percaya akan
pertukaran ide yang bebas dan terbuka, menyuarakan toleransi dan persamaan hak bagi
kelompok Pengingkar, yang mengarahkannya dalam mempelopori Unitarianisme di Inggris.
Terbitan-terbitan Priestley yang penuh dengan kontroversi, ditambah dengan dukungannya
terhadap Revolusi Perancis, menimbulkan kecurigaan masyarakat dan pemerintah; ia kemudian
dipaksa meninggalkan kediamannya pada tahun 1791, mula-mula ke London lalu kemudian ke
Amerika Serikat, setelah sekumpulan perusuh membakar habis rumah serta gerejanya di
Birmingham. Ia menghabiskan sepuluh tahun terakhir masa hidupnya di Northumberland
County, Pennsylvania
John Dalton
John Dalton, pria yang lahir pada tanggal 6
September 248 tahun yang lalu tersebut berhasil
menjadi salah satu ahli kimia termasyur
yang buah pikirannya menjadi landasan
pengembangan ilmu pengetahuan modern, termasuk
teknologi nuklir.
Semasa hidupnya, Dalton tidak pernah lepas
dari alat-alat pengukur cuaca dan hampir selalu
mencatatkan detail-detail yang terjadi setiap hari. Meski kemudian dirinya telah menjadi
ilmuwan dan guru terkemuka di salah satu universitas di Manchester. Kesungguhannya
mengabdikan diri untuk dunia pengetahuan tak lepas dari masa lalu Dalton yang cukup
menyedihkan. Dalton dan saudara laki-lakinya lahir di sebuah keluarga yang sangat miskin
dan 'dianugerahi' buta warna turunan. Dalton kecil tidak dapat melihat warna merah dan hijau
dan kesulitan mengenyam pendidikan yang layak. Berkat ketekunannya, Dalton dapat
bersekolah dan terus mengembangkan minatnya di dunia geofisika, termasuk cuaca
Sejarah mencatat jika Dalton menjadi orang pertama yang dapat menjelaskan
keberadaan bagian terkecil dari suatu zat atau yang lebih sering dikenal dengan atom. Setelah
mempelajari dan melakukan berbagai penelitian berbahaya serta mendapat inspirasi dari filsuf
Yunani, Demokritus, Dalton akhirnya dapat menyimpulkan bila semua zat baik padat, cair, dan
gas terdiri dari partikel-partikel super kecil yang disebut atom.
Pada tahun 1808, Dalton menerbitkan sebuah buku judul A new System of
Chemical Philosophy yang berisiskan teori tentang klasifikasi unsur dari berat atom yang
menyusunnya. Teori Dalton lain yang sangat terkenal adalah fakta dimana sebuah atom tidak
dapat diciptakan dan dihancurkan, mirip dengan teori kekekalan energi.
Di akhir hayat tahun 1817, Dalton masih 'sempat' menyumbangkan
matanya untuk dianalisis. Tindakan terakhirnya ini untuk memutuskan apakah memang benar
buta warna yang dialaminya adalah faktor keturunan atau bukan.
Eugen goldstein