A. Pendahuluan
Kalaupun Islam muncul sebagai sistem peradaban yang mandiri,
maka hal itu merupakan realitas sejarah yang tentu saja bukan untuk arah
utama Islam sebagai agama yang hadir. Dalam arti, Allah mengutus
Muhammad membawa Islam tentulah “tidak direncanakan” untuk muncul
sebagai sebuah peradaban. Islam muncul sebagai sebuah agama dengan
membawa aneka sistem keagamaan. Oleh karenanya, harus dipahami
perbedaan Islam sebagai agama dengan Islam sebagai peradaban.
Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang
berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa
disebut filsafat Islam. Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam
memang didorong oleh pemikiran filsafat Yunani yang masuk ke Islam.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah nukilan dari filsafat
Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani dan yang
lainnya.hal itu dikarenakan pemikiran rasional umat islam telah mapan
sebelum terjadinya transmisi filsafat yunanike dalam islam.
Filsafat Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur telah
mengembangkan sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dimulai
dari al-Kindi sebagai filosof Islam pertama kali, kemudian disusul oleh para
filosof yang lainnya. Karena merupakan filosof yang pertama kali, maka al-
Kindi dijuluki sebagai bapak filsafat Islam. Setelah masa al-Kindi, kemudian
dilanjutkan oleh berbagai filosof yang masing-masing mengembangkan
karakternya masing-masing. Setelah itu, filsafat dilanjutkan oleh al-Razi yang
menolak perpaduan antara agama dengan filsafat. Karena menurutnya
kebenaran yang sejati ini adalah kebenaran yang diperoleh dari filsafat.
Sedangkan agama saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.
Maka dari itu, untuk memperbaiki masyarakat, maka harus mengamalkan
filsafat.
1
Ada beberapa nama tokoh yang juga disebut Ar-Razi, yakni Abu
Hatim Ar-Razi , Fakhruddin Ar-Razi dan Najmuddin Ar-Razi. Untuk
membedakan Ar-Razi yang merupakan sang filosof dari tokoh lain yang juga
bernama Ar-Razi, maka digunakan nama kunyahnya, yaitu Abu Bakar.
2 Filsafat Islam Al Razi
Rhazes2. Ia dilahirkan di Rayy, subuah kota tua yang masa lalu bernama
Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251
M/865 M.3
Pada masa mudanya, ia menjadi tukang intan dan suka pada musik
(kecapi). Ia cukup respek terhadap ilmu kimia, sehingga tidak mengherankan
apabila kedua matanya buta akibat dari eksperimen yang dilakukannya.
Namun, para sarjana berpendapat bahawa al-Razi mengalami sakit mata dan
kemudiannya buta pada penghujung hayat-nya. Al-Razi menderita akibat
ketekunannya menulis dan membaca yang terlalu banyak. Ia juga belajar ilmu
kedoktoran (obat-obatan) dengan sangat tekun pada seorang dokter dan
filosof yang lahir di Merv pada Tahun 192 H/808 M yang bernama Ali Ibnu
Robban al-Thabari. Kemungkinan guru ini pula yang menumbuhkan minat Al
Razi untuk bergulat dengan filsafat agama, karena ayah guru tersebut adalah
seorang pendeta Yahudi yang ahli dalam kitab-kitab suci.4
Sebenarnya ayahnya berharap agar Al-Razi mengikuti profesinya
sebagai pedagang. oleh karena itu, ayahnya telah membekali diri Al-Razi
dengan ilmi-ilmu perdagangan. Namun, ternyata Al-Razi lebih memilih
bidang intelektual dari pada pedagang. Hal ini, menurutAbdul Latif
Muhammad Al-‘Abd, merupakan indikasi bahwa ia memilih perkara-perkara
yang lebih besar ketimbang hanya mementingkan materi belaka. Akan tetapi,
ayahnya tidak pernah menghalangi bakat Al-Razi menjadi seorang
intelektual. Hal ini juga dapat dijadikan bukti bahwa ayahnya sangat arif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.5
Perlu pula diingat tentang lingkungan Al-Razi tempat ia berdomisili.
Telah dimaklumi bahwa Iran, yang sebelumnya terkenal dengan sebutan
persia, sejak lama sudah terkenal dengan sejarah peradaban manusia. kota ini
merupakan tempat pertemuan barbagai peradaban, terutama peradaban
yunani dan persia. dalam bidang penyatuan kebudayaan persia dan yunani
inilah terletaknya salah satu jasa dari Alexander yang Agung pada tahun 331
SM. Oleh karena itu, peradaban yang tinggi jauh sebelum bangsa arab
mengenalnya. agaknya suasana lingkungan ini termasuk yang mendorong
bakat Al-Razi tampil sebagai seorang intelektual.
A-Razi terkenal sebagai seorang dokte r yang dermawan, penyayang
kepada pasien-pasiennya, karena itu ia sering memberikan pengobatan
Cuma-Cuma kepada orang-orang miskin. Namun, ungkapan Abdul Latif
Muhammad Al-‘Abd terlalu berlebihan yang mengatakan bahwa Al-Razi
2
Yunasir Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991),.35
3 M.M. Syarif, The History Of Muslim Philosophy, (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),.31
4 A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 1997),.115
5 Sirajuddin Zar, Filsafat IslamFilosof dan Filsafatnya, (Jakarta:Raja
6
Menurut T.J. De Boer Al-Razi wafat tahun 923 M. Lihat bukunya:
Tarikh al-Falsafat fi al-islam, diterjemahkan. ke dalam bahasa arab oleh
Muhammad ‘Abd Al-Hady Abu Zaidah, (Kairo: Mathba’ah Lajnat al-Ta’lif wa
al-Tarjamat wal al-Nasyar, 1954),115
7 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Penerbit Gaya Media
Madju).73.
9 M.M. Syarif, The History Of Muslim Philosophy, (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),436
4 Filsafat Islam Al Razi
yang tersebar luas dan menjadi buku pegangan utama di kalangan kedokteran
Eropa sampai abad ke 17 M. Bukunya dibidang kedokteran juga ialah al-
Mansuri Liber al-Mansoris 10 jilid disalin ke dalam berbagai bahasa barat sampai
akhir abad XV M. Kitab al-Judar wa al-Hasbab tulisannya yang berisikan analisis
tentang penyakit cacar dan campak beserta pencegahannya, diterjemahkan
orang ke dalam berbagai bahasa barat dan terakhir ke dalam bahasa inggris
tahun 1847 M, dan dianggap buku bacaan wajib ilmu kedokteran barat.
kemudian buku-bukunya yang lain ialah al-Thibb al-Ruhani, al-Sirah al-Falsafiah,
dan lainnya. Sebagian karya tulisnya telah dikumpulkan menjadi satu kitab
yang bernama al-Rasa’il falsafiyyat yang banyak dikutip dalam buku ini.
Amat disayangkan karya tulis Al-Razi lebih banyak yang hilang dari
pada yang masih ada sehingga sulit mencantumkan nama buku dan isinya
satu per satu.
12
Seyyed Hosen Nasser & Oliver Leaman (edt), Ensiklopedi Tematis
Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2003), . 669
13 H. A. Mustofa, Filsafat Islam.118
6 Filsafat Islam Al Razi
14
Ahmad Aziz Dahlan, Kitab Al-Razi, Al-Thibb al-Ruhani, dalam
Lajnah Ihya’Al-Thurats al-Arabi (ed) Rasa’il Falsafiyah, (Beirut: Dar al-Falaq
al-Jadidah, 1982), 95-96
15 Ahmad Aziz Dahlan, Kitab Al-Razi, Al-Thibb al-Ruhani, dalam
1. Bahwa akal sudah memadai untuk mcmbcdakan antara yang baik dan
yang buruk, yang bcnar dan yang jahat yang berguna dan yang tak
berguna, Melalui akal manusia dapat mengetahui Tuhan dan mengatur
kchidupan kita scbaik-baiknya, Kemudian mengapa masih dibutuhkan
nabi?
2. Tidak ada keistimewaan bàgi beberapa orang untuk membimbing semua
orang, sebab setiap orang lahir dengan kecerdasan yang sama
perbedaannya bukanlah karena pembawaan alamiah, tetapi karena
pengembangan dan pendidikan (eksperimen).
3. Para nabi saling bertentangan, Apabila mereka berbicara atas nama satu
Tuhan mengapa implementasi mereka terhadap pertentangan? Setelah
menolak kenabian kemudian Al-Razi mengkritik agama secara umum. la
menjelaskan kontradiksi-kontradiksi kaum Yahudi Kristen atau pun
Majusi. Pengikatan manusia terhadap agama adalah karena meniru dan
kebiasaan, kekuasaan ulama yang mengabdi negara dan manifestasi
lahiriah agama, upacara-upacara, dan peribadatan yang mempengaruhi
mereka yang sederhana dan naif.
Al-Razi mengkritik secara sistematis kitab-kitab wahyu Al-Quran
dan injil. la mencoba mengkritik yang satu dengan menggunakan yang
lainnya, Misalnya ia mengkritik agama Yahudi dengan paham-paham Kristen
dan Islam. Kemudian ia mengkritik Al-Quran dengan Injil.
Pertama ia menolak mu'jizatnya Al-uran baik karena gayanyq maupun isinya
dan menegaskan adanya kemungkinan menulis kitab yang lebih baik dalam
gaya yang lebih baik.
Al-Razi lebih suka terhadap buku-buku ilmiah dari pada kitab suci,
sebab buku-buku ilmiah lebih berguna bagi kehidupan manusia dari pada
kitab-kitab suci. Buku-buku kedokteran, astronomi, geometri dan logika
lebih berguna dari pada Injil dan Al-Quran. Penulis-penulis buku ilmiah ini
telah menemukan kenyataan dan kebenaran melalui kecerdasan mereka
sendiri tanpa bantuan para nabi:
Ilmu pengetahuan berasal dari tiga sumber yaitu: pemikiran yang
didasarkan pada logika, tradisi dari para pendahulu kepada para.
pengganti yang didasarkan pada bukti menyakinkan dan akurat
seperti dalam sejarah dan naluri yang menuntun manusia tanpa memerlukan
banyak pemikiran.
oleh karena itu tidak masuk akal apabila tuhan mengutus para nabi,
karena banyak melakukan kemudharatan. adanya peperangan yang terjadi
antara berbagai bangsa adalah sebagai akibat percaya kepada mereka tanpa
reserve dengan mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa mereka, kemudian
saling bertentangan akhirnya timbul peperangan yang bersifat keagamaan di
dunia.
Dengan demikian, terlihat al-Razi adalah seorang yang
mengkultuskan akal, sehingga dijuluki rasionalis murni.Pandangannya
mengenai keagungan akal dan keraguannya terhadap kenabian diutrakannya
8 Filsafat Islam Al Razi
19
Achmad Gholib, Filsafat Islam,(Jakarta:Faza Media, 2009),72
20
Achmad Gholib, Filsafat Islam,(Jakarta:Faza Media, 2009).73
21 Achmad Gholib, Filsafat Islam,(Jakarta:Faza Media, 2009).74
22 Achmad Gholib, Filsafat Islam,(Jakarta:Faza Media, 2009).75
23 Achmad Gholib, Filsafat Islam,(Jakarta:Faza Media, 2009),.76
Filsafat Islam Al Razi 9
Aksara, 1991),35-36
25
Amroeni drajat, filsafat islam buat yang pengen tau (jakarta; erlangga 2006)
Yunasir Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam (Jakarta: Bumi
26
Aksara, 1991),.36
10 Filsafat Islam Al Razi
29
Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung:Pustaka Setia,1997),.120
30M.M. Syarif, The History Of Muslim Philosophy, (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),.43
12 Filsafat Islam Al Razi
2) Ruh
Menurut Al Razi, Tuhan tidak menciptakan dunia lewat desakan apa
pun, tetapi ia memutuskan untuk menciptakannya setelah pada mulanya
tidak berkehendak menciptakannya. Siapakah yang membuat-Nya
melakukan yang demikian itu? harus ada keabadian lain yang membuat ya
memutuskan hal itu.31
Keabadian lain ini ialah ruh yang hidup, tetapi ia bodoh. materi juga
kekal. karena kebodohannya. Ruh mencintai materi dan membuat bentuk
darinya untuk memperoleh kebahagiaan bendawi. Tetapi materi menolak;
sehingga Tuhan campur-tangan untuk membantu Ruh. bantuan inilah,
Tuhan membuat dunia dan menciptakan didalam bentuk-bentuk yang kuat,
yang di dalamnya dapat memperoleh kebahagiaan jasmani. kemudian Tuhan
menciptakan manusia dan dari zat ketuhanan-Nya, Ia menciptakan
Inteligensi manusia guna menyadarkan ruh dan menunjukkan kepadanya
bahwa dunia ini bukanlah dunia sejatinya.
Tetapi manusia tidak dapat mencapai dunia sejati kecuali dengan
filsafat. Mereka yang mempelajari filsafat dan mengetahui dunia sejatinya dan
memperoleh pengetahuan akan selamat dari keadaan buruknya. Ruh-ruh
tetap berada di dunia ini sampai mereka disadarkan oleh filsafat akan rahasia
dirinya dan diarahkan kepada dunia sejati.
3) Materi
Kemutlakan materi pertama terdiri atas atom-atom. setiap atom
mempunyai volume; kalau tidak, maka dengan pengumpulan atom-atom itu,
tiada dapat dibentuk. bila dunia dihancurkan, maka ia juga terpisah-pisah
dalam bentuk atom-atom. dengan demikian, materi berasal dari kekekalan,
karena tidak mungkin menyatakan bahwa sesuatu berasal dari ketiadaan.32
Apa yang lebih padat menjadi unsur bumi, apa yang lebih renggang
daripada unsur bumi menjadi unsur air. apa yang lebih renggang lagi menjadi
unsur udara, dan yang jauh lebih jarang lagi menjadi unsur api.
wujud lingkungan juga terdiri atas partikel-partikel materi, tetapi
susunannya berbeda dengan susunan wujud lain. buktinya, gerak lingkungan
tidak menuju ke pusat dunia, tetapi ke garis kelilingnya. wujud ini tidak
begitu padat, sebagaimana bumi, tidak begitu renggang sebagaimana api atau
air.
Kualitas-kualitas seperti berat, ringan, gelap, terang, dapat dijelaskan
dengan kelebihan atau kekurangan-hampaan yang ada di dalam materi.
kualitas adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh unsur wujud, dan unsur
wujud adalah materi.
31
M.M. Syarif, The History Of Muslim Philosophy, (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),43
32 M.M. Syarif, The History Of Muslim Philosophy, (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),.44
Filsafat Islam Al Razi 13
Mizan,1993),45
14 Filsafat Islam Al Razi
Ruang tak lain adalah tempat bagi wujud-wujud yang membutuhkan ruang.
Yang berisi keduanya, yaitu wujud, atau bukan wujud. Bila wujud, maka ia
harus berada di dalam ruang, dan diluar wujud ini adalah ruang atau tiada-
ruang; bila tiada ruang, maka ia adalah wujud dan terbatas. Bila bukan wujud,
Ia berarti ruang. Karenanya, ruang itu tak terbatas, bila orang berkata bahwa
ruang mutlak ini berbatas, maka ini berarti bahwa batasnya adalah wujud.
Karena setiap wujud itu terbatas, sedang setiap wujud berada di dalam ruang,
maka ruang bagaimanapun tak berbatas. Yang tak berbatas itu adalah kekal,
karenanya ruang itu kekal.
Kehampaan mempunyai kekuatan menarik wujud-wujud; karena itu,
air tetap berada di dalam botol yang dimasukkan ke dalam air, meskipun
botol tersebut terbuka dan terbalik.
5) Waktu
Menurut Al Razi, waktu itu kekal. Ia merupakan substansi yang
mengalir (Jauhar yajri). Al-razi menentang mereka (Aristoteles dan pengikut-
pengikutnya) yang berpendapat bahwa waktu adalah Jumlah gerak benda,
karena jika demikian, maka tidak mungkin bagi dua benda yang bergerak
untuk bergerak dalam waktu yang sama dengan dua jumlah yang berbeda.34
Al Razi Membagi waktu menjadi dua macam, yaitu: waktu mutlak
dan waktu terbatas (Mahsur). waktu mutlak adalah keberlangsungan (al-dhar).
Ia Kakak dan bergerak. Sedang waktu terbatas adalah gerak lingkungan-
lingkungan. Matahari dan bintang-gemintang. Bila anda berpikir tentang
gerak keberlangsungan, maka anda dapat membayangkan waktu mutlak, Dan
ia itu kekal. Jika anda membayangkan gerak bola bumi, berarti anda
membayangkan waktu terbatas.
34
M.M. Syarif, The History Of Muslim Philosophy, (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),46
35 Sokhi (UIN Sunan Ampel Surabaya) Huda, “Buah Filsafat Al-Razi:
Lima Kekal, Jiwa, Moral, Kenabian, Dan Agama,” no. February (1999): 13.
Filsafat Islam Al Razi 15
penunjuk bagi manusia, maka hal ini bertentangan dengan kemanusiaan itu
sendiri. Artinya, manusia itu sendiri masih lupa siapa yang menganugrahinya
akal, yang dengannya ia sendiri berfikir dan ada saat ini dan sebagainya.
Secara lansung dan tidak lansung, ini juga mengantarkan pada satu
kesimpulan sederhana akan tidak lepasnya akal pada bimbingan yang
Mahaagung, dalam hal ini melalui para rasul utusan-Nya.36
Berkaitan dengan ini, menarik apa yang dikatakan oleh al-Mawardi
dalam A’laam an-Nubuwah, bahwa para rasul atau utusan Allah yang diutus
kepada hamba-hamba Allah, yang membawa segala perintah dan larangan,
yang dengannya manusia mengetahui apa yang mesti dilakukan, sebagaimana
yang dikehedaki Allah. Karena kalau hanya dengan nalarnya atau akalnya
sendiri, manusia tidak mengetahui kemaslahatan yang diberikan untuknya.19
Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bagaimana nalar atau akal manusia
tidak lepas dari bimbingan wahyu, dalam hal ini wahyu melalui lisan para
nabi Allah.37
Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi, sangat jelas kenapa Allah swt
mengirim nabi dan rasul kepada umat manusia. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal. Pertama, bahwa sesungguhnya Allah swt menciptakan manusia
untuk beribadah kepada-Nya, dan wajiblah bagi Allah untuk memberikan
manusia jalan dan petunjuk dalam beribadah kepada-Nya, maka keberadaan
para nabi dan rasul tentunya menjelaskan cara ibadah tersebut, karena akal
manusia tidak mencapai hal tersebut. Kedua, bahwa manusia adalah mahluk
yang lalai dan pelupa, maka Allah mengutus mereka para nabi dan rasul
untuk mengingatkan manusia. Dan yang ketiga, akal manusia memang
mencapai dan mengetahui keimanan dan kekufuran, namun tidak
mengetahui setiap perbuatan buruk dan perbuatan yang baik masing-masing
memiliki balasan, maka melalui para nabi dan rasul Allah menjelaskannya
kepada manusia.38
Menurut Badwi, pemikiran Abu Bakar Ar-Razi menolak kenabian
yang bersifat metafisik ini dikarenakan “nabi” jika ditelaah menggunakan
aspek nyata yaitu akal dan sejarah dalam kehidupan manusia dianggapnya
cukup untuk mewakili manusia dalam membedakan perkara-perkara
lahiriyah dan batiniyah. Sehingga, hal ini menyebabkan munculnya pemikiran
atas penolakan kenabian karena Nabi pada tugas dan fungsinya dapat
diwakilkan oleh akal manusia. Dilihat dari berbagai segi, pandangan Abu
Bakar Ar-Razi diatas tidak dapat dibenarkan, khususnya dari segi aqidah
36
Firdausi Nuzula, “Kenabian Dalam Pandangan Abu Bakar Ar-Razi,”
Pendidikan Dan Kajian Keislaman V, no. 2 (2012).
37Firdausi Nuzula, “Kenabian Dalam Pandangan Abu Bakar Ar-Razi,”
islam. Adapun dari segi pemikiran, hal ini sangat jauh dari pemikiran Islam
yang diajarkan ulama-ulama Islam teradahulu.
Sama halnya dengan Ahmad ibn al-Ruwandi, tokoh berkebangsaan
Yahudi ini menulis beberapa buku yang secara garis besar mengingakari
kenabian pada umumnya dan kenabian Nabi Muhammad Saw khususnya.
Menurutnya, Nabi sebenarnya tidak diperlukan manusia karena Tuhan telah
mengkaruniakan akal kepada manusia tanpa terkecuali. Akal manusia dapat
mengetahui Tuhan beserta segala nikmat-Nya dan dapat mengetahui
perbuatan baik dan buruk secara sendirinya, bahkan lebih dari itu, Ibn
Ruwandi mengatakan bahwa ajaran agama dapat meracuni prinsip akal.
Karena agama bersifat kaku dan dinggap sebagai dogma manusia.39 Pemikiran
tentang konsep kenabian menurut Abu bakar Ar-Razi dan Ibn Al-Ruwandi
memiliki kesamaan dalam kesalahan berfikir. Hal yang ditakutkan yaitu
kesalahfahaman berfikir dan implementasi yang tidak baik dan dapat
merusak aqidah islam para ilmuwan dan cendikiawan Muslim.
Pemikiran kedua tokoh ini bertentangan dengan pemikiran ulama
Muslim dan kemanusiaan sendiri. Dalam tokoh Muslimnya misalnya,
pandangan Fakhruddin Ar-Razi tentang kenabian yang menjadi dasar dari
filsafat kenabiannya. Menurut Fakhruddin Ar-Razi tujuan Allah Swt
mengutus Nabi dan Rasul ke bumi sangatlah jelas. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai hal. Pertama, pengutusan Nabi dan Rasul tidaklah terlepas dari
tujuan utama penciptaan manusia yaitu beribadah kepada Allah Swt.
Sesungguhnya Allah Swt menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
dan hikmah dari pengutusan Nabi dan Rasul adalah untuk memberikan
manusia jalan dan petunjuk dalam beribadah kepada-Nya. Artinya,
keberadaan Nabi dan Rasul tidaklain untuk menjelaskan cara beribadah
dengan benar, karena akal manusia tidak dapat menjangkau kebenaran itu
secara mutlak kecuali dengan bimbingan Nabi dan Rasul melalui ajarannya.
Kedua, bahwa manusia adalah makhluk yang lalai dan pelupa, maka Allah
mengutus mereka para Nabi dan Rasul untuk mengingatkan manusia. Ketiga,
akal manusia memang mencapai dan mengetahui keimanan dan kekufuran,
namun tidak mengetahui setiap perbuatan buruk dan perbuatan yang baik
masing-masing memiliki balasan, maka melalui para Nabi dan Rasul Allah
menjelaskan kepada manusia.40 Pemikiran Fakhruddin Ar-Razi telah
menguraikan tentang alasan kenapa Allah Swt mengirim para Nabi dan
Rasul. Tidaklain untuk membimbing manusia dengan akalnya untuk berfikir
39
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1999), . 34-39
40
Fakhruddin Muhammad bin Umar al-Khathib ar-Razi, Masholu
Afkaari al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akhiriin mina al-Ulamaa wa al-Hukamaa wa al-
Mutakallimiin, (Kairo: Maktabatu al-Kulliyat al-Azhariyyah, tanpa tahun), .
214
Filsafat Islam Al Razi 17
41
Firdausi Nuzula, “Kenabian Dalam Pandangan Abu Bakar Ar-Razi,”
Pendidikan Dan Kajian Keislaman V, no. 2 (2012).
18 Filsafat Islam Al Razi
G. Penutup
Al-Razi adalah pemikir bebas non-kompmmis, yang justru lebih
menonjol dikenal di bidang kedoktcmn daripada filsafat, karena karyanva al-
Hawi. Perhatian utama filsafatnya:adalah jiwa universal, yang menjadi titik
sentral-logis penjelasannya tentang kejadian dunia dan adanya Sang Pencipta
Bahkan pada sisi ini al-Razi menawarkan teori berani dan original tertang
jiwa,43
Bahkan dalam sejarah Al-Razi adalah seorang yang dikenal sebagai
seorang rasional murni dan sangat mempercayai akal, bebas dari prasangka
serta terlalu berani dalam mengeluarkan gagasan filosofinya walaupun itu
bertentangan dengan faham ytang duanut umat Islam, yakni :
a. Tidak percaya adanya wahyu,
b. Qur’an tidak mukjizat,
c. Tidak percaya pada Nabi-nabi, dan
d. Adanya hal-hal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir
selain Tuhan.
Selain itu fasafatnya terkenal doktrin “Lima Yang Kekal” ,yang telah
memberikan solusi dalam persoalan penciptaan dunia merupakan jasa yang
berharga, bagi para filosof Islam setelahnya. Bagi filosof Islam sesudahnya, al-
Razi telah membuka jalan bagi mereka untuk mengembangkan persoalan
proses penciptaan dunia.
Konsepsi filsafat al-Razi yang paling menonjol, dan karenanya
menjadi ajaran pokok, adalah prinsip lima yang kekal, sebagai tengara
keplatonikannya. Tetapi, prinsipnya buhwu dunia diclptakan dalam wuktu
dan bersifat sementara, membedakannya dari konsep Plato yang
mempercayai bahwa dunia diciptakan dan bersifat (dalam waktu) abadi.
Keduanya betternu keabadian jiwa dan Pencipta, sebagai pernyutaan
aksiomatik.
Konsep tilsafat al-Razi tentang moral ter-breakdown oleh
konsep''transmigrasi jiwa"-nya. dengan konsep moral ini al-razi bermaksud
memuliakan hewan-hewan buas untuk diangkat ke tempat yang lebih baik,
dengan cara membunuhnya. konsepnya mengenai kenabian dan agama,
berintikan
42Firdausi
Nuzula, “Kenabian Dalam Pandangan Abu Bakar Ar-Razi,”
Pendidikan Dan Kajian Keislaman V, no. 2 (2012).
43 Madhakur, filsafat islam 115
Filsafat Islam Al Razi 19
penolakan kepadu para Nabi dun sakralisasi kepada ukal. Konsep ini
merupakan bukti keberaniannya sehingga dikenal sebagai pemikir bebas non-
kompromi.
Keselułuhan konsep yang ditawarkan al-Razi memperlihatkan
bahwa dia adalah seorang ateis sekaligus monoteis; dua titik berlawanan
yang menyatu secara unłk-pelik. Dalam peta filsafat dunia Islam, ciri platonik
al-Razi membedakannya dari al-Kindi yang Arestotelik dan al-Farabi yang
Neo-Platonik (mendamaikan filsafat antara Aristoteles dan Plato). Selain itu,
konsep "lima kekal” al-Razi yang telah memberikan solusi dalam persoalan
penciptaan dunia merupakan jasa yang berharga, tidak saja bagi filosof sejak
Plato, akan tetapi juga para filosof Islam setelahnya. Bagi filosof Islam
sesudahnya, al-Razi telah membuka jalan bagi mereka untuk
mengembangkanpersoalan proges penciptaan dunia.44
44
Fahri majid sejarah filsafat islam .150
20 Filsafat Islam Al Razi
DAFTAR PUSTAKA
Yunasir Ali (2009), Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam (Jakarta: Bumi
Aksara, )
Dahlan, Abdul Aziz, 2003, Pemikiran Falsafi dalam Islam, Jakarta, Karya
Unipress
Fahri majid,(1987) sejarah filsafat islam .mulyadi karta negara. Jakarta: pusataka
jaya. 1987