Anda di halaman 1dari 11

1

Perkembangan ilmu Pengetahuan Pada Masa


Bani Umayyah

Nama : Shandy Dwi Prayoga


Kelas : 8H
Absen : 31

Tangerang 30-11-2017
2

Pada masa ini sering disebut dengan masa klasik awal (650 M – 690 M).Pada masa
klasik awal ini, merupakan peletakan dasar-dasar peradaban Islam yang berjalan selama
40 tahun. Seperti halnya perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Rasulullah,
bahwa diantara kemajuan yang dicapai dibidang ilmu pengetahuan dan sains pada masa
ini adalah terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk
memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah, mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-
Qur’an.

Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa, pada masa ini telah ditanamkan budaya
tulis dan baca. Dengan budaya baca tulis maka lahirlah orang pandai dari para sahabat
rasul, diantaranya Umar bin Khatab yang mempunyai keahlian dibidang hukum dan
jenius pada ilmu pemerintahan, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keahlian dibidang
hukum dan tafsir. Diantara ahli tafsir dimasa itu adalah khalifah yang empat (Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali), Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay Ibnu Ka’ab, Zaid Ibnu Tsabit,
Abu Musa Al-’Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.Dan dari kalangan khalifah empat yang
paling banyak dikenal riwayatnya tentang tafsir adalah Ali bin Abi Thalib r.a.Ibnu Abbas
adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus murid dari Rasulullah. Ia dikenal sebagai
ahli bahasa atau penterjemah Al-Qur’an. Dia adalah sahabat yang paling pandai atau
tahu tentang tafsir Al-Qur’an.Dia mempunyai biografi yang menunjukkan kebolehan
ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal penggalian secara mendalam tentang
rahasia-rahasia Al-Qur’an.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada Dinasti Umayyah

Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama


setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 M sampai 750 M di Jazirah
Arab dan sekitarnya, serta dari 756 M sampai 1031 M di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti
ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah
pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I. Masa ini sebagai masa perkembangan
peradaban Islam, yang meliputi tiga benua yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini
berlangsung selama 90 tahun (661 M – 750 M) dan berpusat di Damaskus.

Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan


sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan dilakukan
pembidangan ilmu pengetahuan sebagai berikut;

1. Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits.

2. Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang
perjalanan hidup, kisah dan riwayat.

3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu,
sharaf dan lain-lain.
3

4. Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain
yang berhubungan dengan ilmu itu.

Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk mengklasifikasikan ilmu sesuai


dengan karakteristiknya, semuanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
karena satu ilmu tidak bisa berdiri sendiri.Sehingga ilmu pengetahuan sudah menjadi
satu keahlian, masuk kedalam bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan
sitematika dan penyusunan.

Ilmu pengetahuan yang muncul pada zaman Dinasti Umayyah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Bani Umayyah pada
umumnya berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya pada perintisan dalam ilmu
logika, yaitu filsafat dan ilmu eksak. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini
masih berada pada tahap awal. Para pembesar Bani Umayyah kurang tertarik pada ilmu
pengetahuan kecuali Yazid bin Mua’wiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Ilmu yang
berkembang di zaman Bani Umayyah adalah ilmu syari’ah, ilmu lisaniyah, dan ilmu tarikh.
Selain itu berkembang pula ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, ilmu bumi, dan
ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu
pengetahuan ini antara lain Damaskus, Kuffah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova,
Granada, dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya.

Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Dinasti Umayyah dapat diuraikan


sebagai berikut :

a. Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an dan
sebagainya.

b. Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al Qur’an,
menafsirkan dan memahaminya.

c. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup
pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.

d. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an. Pada masa ini
termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat Sab’ah yang
kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbahkan kepada
cara membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qiraat, yaitu Abdullah bin Katsir
(w. 120 H), Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H),
4

Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai (w. 189 H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H),
Abu Amr bin Al Ala (w. 155 H), dan Nafi bin Na’im (169 H).

e. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al
Qur’an. Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti Ibnu Abbas dari kalangan
sahabat (w. 68 H), Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Ali bin Husain
dari kalangan syi’ah.

f. Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-Hadis,
karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah. Diantara Muhaddis yang
terkenal pada masa ini ialah Az Zuhry (w. 123 H), Ibnu Abi Malikah (w. 123 H), Al Auza’i
Abdur Rahman bin Amr (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), dan As Sya’by (w. 104 H).

g. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam
berbagai posisinya. Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang bukan Arab
masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah negara Islam. Adapun
penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang
adalah Abu Aswad Ad Dualy (w. 69 H). Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib, sehingga
ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai Bapaknya ilmu
Nahwu.

h. Ilmu Bumi (al- Jughrafia). Ilmu ini muncul oleh karena adanya kebutuhan kaum
muslimin pada saat itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu
dan dakwah, seseorang agar tidak tersesat di perjalanan, perlu kepada ilmu yang
membahas tentang keadaan letak wilayah. Ilmu ini pada zaman Bani Umayyah baru
dalam tahap merintis.

i. Al-Ulumud Dakhilah, yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa
Arab dan disempurnakannya untuk kepentingan kebudayaan Islam. Diantara ilmu asing
yang diterjemahkan itu adalah ilmu-ilmu pengobatan dan kimia. Diantara tokoh yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 86 H).

Ilmu dan tokohnya yang muncul pada zaman Dinasti Umayyah

Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang berkembang di Andalusia
masa dinasti Bani Umayyah :
No Nama Bidang Keahlian Keterangan
Abu Ubaidah § Astrolog Dikenal sebagai Shahih al
1. Muslim Ibn Ubaidah§ Ahli Hitung Qiblat karena banyak sekali
al Balansi § Ahli gerakan bintang- mengerjakan penetuan arah
bintang shalat.
5

2. Abu al Qasim Abbas


§ Astronomi Ilmi kimia, baik kimia murni
ibn Farnas § Kimia maupun terapan adalah dasar
bagi ilmu farmasi yang erat
kaitannya dengan ilmu
kedokteran. Farmasi dan ilmu
kedokteran telah
mendorong para ahli untuk
menggali dan mengembangkan
ilmu kimia dan ilmu tumbuh-
tumbuhan untuk pengobatan.
3. Ahmad ibn Iyas al
§ Kedokteran Hidup pada masa Khalifah
Qurthubi Muhammad I ibn abd al rahman
II Ausath
4. Abu al Qasim al § Dokter Bedah Di Barat dikenal dengan
Zahrawi § Perintis ilmu Abulcasis. Karyanya berjudul al
penyaki telinga Tashrif li man ‘Ajaza ‘an al
§ Pelopor ilmu Ta’lif, dimana pada abad XII
penyakit kulit telah diterjemahkan oleh Gerard
of Cremona dan dicetak ulang
di Genoa (1497M), Basle (1541
M) dan di Oxford (1778 M) buku
tersebut menjadi rujukan di
universitas-universitas di Eropa.
5. Abu Marwan Abd al§ Ahli sejarah Ø Wafat 238 H /852 M
Malik ibn Habib § Seorang Penyair Ø Salah satu bukunya berjudul al
§ Ahli nahwu sharaf Tarikh

6. Muhammad ibn § Sejarah Ø Wafat 273 H /886 M


Musa al razi Ø Menetap di Andalusia pada
tahun 250/863
7. Abu Bakar § Sejarah Ø Dikenal dengan Ibn Quthiyah
Muhammad Ø Wafat 367 H /977 M
ibn Umar Ø Bukunya berjudul Tarikh Iftitah
al-Andalus
8. Uraib ibn Saad § Sejarah Ø Wafat 369 H /979 M
Ø Meringkas Tarikh al- thabari,
menambahkan kepadanya
tentang al Maghrib dan
Andalusia, disamping memberi
catatan indek terhadap buku
tersebut.
9. Hayyan Ibn Khallaf
§ Sejarah Ø Wafat 469 H /1076 M
ibn Hayyan § Sastra Ø Karyanya : al Muqtabis fi Tarikh
Rija al Andalus dan al Matin.
6

10. Abu al Walid § Sejarah Ø Lahir di Cordova tahun 351/962


Abdullah ibn § Penulis biografi dan wafat 403/1013.
Muhammad ibn al Ø Salah satu karyanya berjudul
faradli. Tarikh Ulama’i al Andalus

Prestasi yang di capai pada zaman Dinasti Umayyah

1. Kemajuan dalam bidang ilmu hadist

Setelah rasulullah wafat para sahabat masih memelihara dan menjaga ke aslian
hadist, apalagi pada masa tabi’in perkembangan periwayatan hadist makin pesat dengan
berkembangnya gerakan rihlah ilmiyah. Dalam perkembangan selanjutnya kritik hadist
dan upaya pencarian ke aslian hadist di rasa tidaklah cukup. Karena itu, pada masa
pemerintahan khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz (99-102 H) .dilakukan upaya pembukuan
hadist-hadist yang tersebar di berbagai tempat dan dibanyak tabi’in.

Untuk mewujudkan keinginan tersebut khalifah memberikan kepercayaan kepada


Ibn hazm untuk mengumpulkan dan membukukan hadist untuk disebarkan kepada
masyarakat islam. Di samping itu pula Khalifah Umar juga memerintahkan Ibn Syihab
Az-Zuhri dan ulama lainnya untuk mengumpulkan dan membukukan hadist yang ada
pada mereka serta mengirimkannya kepada khalifah.

Usaha pembukuan hadist terus berlanjut, sampai pada abad ke-3 H dan ke-4 H
usaha pembukuan hadist mengalami masa kejayaan.Karena pada umumnya buku- buku
tersebut menjadi bahan rujukan hadist bagi yang ingin mengetahui dan belajar ilmu
hadist. Para ulama hadist yang terkenal beserta karya-karyanya adalah, Imam Bukhari
karyanya adalah Shahih Bukhari, Imam Muslim karyanya adalah Shahih Muslim, Imam
Nasa’i karyanya adalah Sunan An-Nasa’i, Imam Abu Dawud karyanya adalah Sunan Abi
Dawud, Imam Turmudzi karyanya adalah Sunan Turmudzi, Imam Ibnu Majah karyanya
adalah Sunan IbnuMajah.

2. Keberhasilan Yang Dicapai


Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial.
a). Bidang Material :

1. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan


menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha
menertibkan angkatan bersenjata.

2. Mu’awiyah merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan


”anjung” dalam masjid tempat sembahyang. Ia sangat khawatir akan keselamatan
dirinya, karena khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat.
7

3. Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang


Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang
negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.

4. Mu’awiyah sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian


dimatangkan lagi pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata
dengan baik, sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.

5. Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691 H, Khalifah Abd Al-
Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal
dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).

6. Pembuatan mata uang di zaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan
keseluruh penjuru negeri islam.

7. Pembuatan panti asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-
tempat untuk orang-orang yang invalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.

8. Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Ustman sebagai
Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya di masa dia berkuasa, sehingga kapal
perang waktu itu berjumlah 1700 buah.

9. Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi


pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa Yunani dan Pahlawi sehingga sampai
berdampak pada orang-orang non Arab menjadi pandai berbahasa Arab dan untuk
menyempurnakan pengetahuan tata bahasa Arab orang-orang non Arab, disusun buku
tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam Al-Kitab.

10. Merubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.
Sebelumnya mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham.
Penggantinya uang dirham terbuat dari emas dan dirham dari perak dengan memakai
kata-kata dan tulisan Arab.

11. Perluasaan wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah Barat daya, benua
Eropa, bahkan perluasaan ini juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah
kepemimpinan panglima Thariq bin Ziad, yang berhasil menaklukkan Kordova, Granada,
dan Toledo.

12. Dibangun masjid-masjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi
masjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai masjid.
Di al- Quds (Jerussalem) Abdul Malik membangun masjid al-Aqsha. Monumen terbaik
yang ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di masjid al-Aqsha yang
menurut riwayatnya tempat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail dan Nabi
Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, masjid Cordova di Spanyol dibangun,
masjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid.
8

b). Bidang Immaterial

1. Mendirikan pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan
nama-nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan Washil bin Atha.
Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, dan fikih.

2. Penyair-penyair Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap


syair Arab Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719
m.), Jamil al-Udhri (w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal
dengan nama Laila Majnun, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w.
710 M.).

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni


Waktu dinasti ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli, berupa filsafat dan eksakta. Dan ilmu
pengetahun berkembang dalam tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan filsafat.
Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan selama pemerintahan dinasti
Umayyah, antara lain kota Kairawan, Kordoba, Granda dan lain sebagainya. Sehingga
secara perlahan ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama, Al-
Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an,
Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi), Al-Ulumul khiliyah (ilmu
yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan
ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi. Kedua : Al-Adaabul
Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada pada zaman Jahiliyah dan ilmu di
zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah, syair, khitabah dan amtsal.

4. Gerakan Penerjemahan dan Arabisasi


Gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi buku), juga
dilakukan, terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia memerintahkan
penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter dari iskandariyah,
ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Arab. Demikian
pula, Khalifah memerintahkan menerjemahkan buku dongeng dalam bahasa
sansakerta yang dikenal dengan Kalilah wa Dimnah, karya Bidpai.Buku ini
diterjemahkan oleh Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Ia juga telah banyak menerjemahkan
banyak buku lain, seperti filsafat dan logika, termasuk karya Aristoteles :Categoris,
Hermeneutica, Analityca Posterior serta karya Porphyrius : Isagoge.

Karakteristik pendidikan pada zaman Dinasti Umayyah

Ada beberapa karakteristik pendidikan pada masa Dinasti Umayyah, diantaranya


adalah sebagai berikut:
9

a. Bersifat Arab
Pendidikan pada masa Dinasti Umayyah adalah bersifat Arab dan Islam tulen, artinya
yang terlibat dalam dunia pendidikan masih didominasi oleh orang-orang Arab, karena
pada saat itu elemen-elemen Islam yang baru belum begitu tercampur. Hal ini disebabkan
karena pada saat itu unsur-unsur Arab yang memberi arah pemerintahan secara politik
agama dan budaya.

b. Berusaha Meneguhkan Dasar-Dasar Agama Islam Yang Baru Muncul


Sangat wajar kalau pendidikan Islam pada periode awal berusaha untuk menyiarkan
Islam dan ajaran-ajarannya, itulah sebabnya pada periode ini banyak dilakukan
penaklukan-penaklukan wilayah dalam rangka menyiarkan dan menguatkan prinsip-
prinsip agama. Dalam pandangan mereka Islam adalah agama dan negara, sehingga
para khalifah mengutus para ulama dan tentara keseluruh negeri untuk menyiarkan
agama dan ajaran-ajarannya.

c. Perioritas Pada Ilmu-Ilmu Naqliyah Dan Bahasa


Pada periode ini, pendidikan Islam memberi prioritas pada ilmu-ilmu naqliyah dan
bahasa. Kecenderungan naqliyah dan bahasa dalam aspek budaya pendidikan Islam ini
sejalan dengan ciri pertama bahwa pendidikan pada masa ini bercorak Arab dan Islam
tulen yang terutama bertujuan untuk mengukuhkan dasar-dasar agama

d. Menunjukkan Perhatian Pada Bahan Tertulis Sebagai Media Komunikasi


Datangnya Islam merupakan faktor penting bagi munculnya kepentingan penulisan.Pada
mulanya penulisan dirasa penting ketika Nabi Muhammad hendak menulis wahyu dan
ayat-ayat yang diturunkan.Atas dasar itulah beliau mengangkat orang-orang yang bisa
menulis untuk memegang jabatan ini. Pada masa Umayyah tugas penulisan semakin
banyak dan terbagi pada lima bidang yaitu, penulis surat, penulis harta, penulis tentara,
penulis polisi dan penulis hakim.

e. Membuka Pengajaran Bahasa-Bahasa Asing


Keperluan untuk mempelajari bahasa-bahasa asing dirasa sangat perlu semenjak
kemunculan Islam yang pertama kali walaupun hanya dalam ruang lingkup yang
terbatas.Keperluan ini semakin dirasa penting ketika Islam dipegang oleh dinasti
Umayyah, dimana wilayah Islam sudah semakin meluas sampai ke Afrika utara dan Cina
serta negeri-negeri lainnya yang bahasa mereka bukanlah bahasa Arab.Dengan
demikian pengajaran bahasa asing menjadi suatu keharusan bagi pendidikan Islam masa
itu bahkan sejak kemunculan Islam pertama kali.[1]
10

f. Menggunakan Surau (Kuttab) dan Masjid

Diantara jasa besar dinasti umayyah dalam perkembangan ilmu


pengetahuan adalah menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah. Pada masa ini
pula pendirian masjid banyak dilakukan terutama didaerah-daerah yang baru ditaklukkan,
pada masa ini pula didirikan masjid zaitunah di Tunisia yang dianggap sebagai
universitas tertua didunia yang masih hidup sampai sekarang yang didirikan oleh Uqbah
bin Nafi’ yang menaklukkan Afrika utara pada tahun 50 H. Dari sini dapat dilihat bahwa
fungsi pendidikan dari masjid itu betul-betul merupakan tumpuan utama penguasa
kerajaan Umayyah pada saat itu.

Tempat-tempat pendidikan pada zaman Dinasti Umayyah

Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa Ar-Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya
kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis
Sastra. Diantara tempat-tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:

a. Khuttab
Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis, membaca, dan menghafal Al-
Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam. Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik
disamping mengajarkan Al-Quran mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta
tulisan. Al-Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian
dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari
Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid juga mempelajari tata bahasa
Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.

b. Masjid
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan
tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al-Quran, Tafsir, Hadist
dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu
perbintangan. Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah. Pada periode
ini juga didirikan Masjid di seluruh pelosok daerah Islam. Masjid Nabawi di Madinah dan
Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi tumpuan penuntut ilmu diseluruh dunia Islam
dan tampak juga pada pemerintahan Walid ibn Abdul Malik 707-714 M didirikan Masjid
Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.
11

c. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan tempat berdiskusi membahas masalah kesusasteraan dan
juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan politik. Perhatian penguasa Umayyah
sangat besar pada pencatatan kaidah-kaidah nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan
mengumpulkan syair-syair Arab dalam bidang syariah, kitabah dan berkembangnya semi
prosa.[6]

d. Pendidikan Istana
Yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak
khalifah dan para pejabat pemerintahan.Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan
untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada
sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya
diatur oleh guru dan orang tua murid.

e. Pendidikan Badiah
yaitu tempat belajar bahasa Arab yang fasih dan murni. Hal ini terjadi ketika khalifah
Abdul Malik ibn Marwan memprogramkan Arabisasi maka muncul istilah Badiah, yaitu
dusun Badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah
bahasa Arab tersebut. Sehingga banyak khalifah yang mengirimkan anaknya ke Badiah
untuk belajar bahasa Arab bahkan ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah Al Khalil
ibn Ahmad

Anda mungkin juga menyukai