Tangerang 30-11-2017
2
Pada masa ini sering disebut dengan masa klasik awal (650 M – 690 M).Pada masa
klasik awal ini, merupakan peletakan dasar-dasar peradaban Islam yang berjalan selama
40 tahun. Seperti halnya perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Rasulullah,
bahwa diantara kemajuan yang dicapai dibidang ilmu pengetahuan dan sains pada masa
ini adalah terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk
memperdalam pengajaran akidah, akhlak, ibadah, mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-
Qur’an.
Akan tetapi yang perlu dicatat bahwa, pada masa ini telah ditanamkan budaya
tulis dan baca. Dengan budaya baca tulis maka lahirlah orang pandai dari para sahabat
rasul, diantaranya Umar bin Khatab yang mempunyai keahlian dibidang hukum dan
jenius pada ilmu pemerintahan, Ali bin Abi Thalib yang mempunyai keahlian dibidang
hukum dan tafsir. Diantara ahli tafsir dimasa itu adalah khalifah yang empat (Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali), Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubay Ibnu Ka’ab, Zaid Ibnu Tsabit,
Abu Musa Al-’Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.Dan dari kalangan khalifah empat yang
paling banyak dikenal riwayatnya tentang tafsir adalah Ali bin Abi Thalib r.a.Ibnu Abbas
adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus murid dari Rasulullah. Ia dikenal sebagai
ahli bahasa atau penterjemah Al-Qur’an. Dia adalah sahabat yang paling pandai atau
tahu tentang tafsir Al-Qur’an.Dia mempunyai biografi yang menunjukkan kebolehan
ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal penggalian secara mendalam tentang
rahasia-rahasia Al-Qur’an.
1. Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits.
2. Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas tentang
perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu,
sharaf dan lain-lain.
3
4. Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
bangsa asing, seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain
yang berhubungan dengan ilmu itu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Bani Umayyah pada
umumnya berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya pada perintisan dalam ilmu
logika, yaitu filsafat dan ilmu eksak. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini
masih berada pada tahap awal. Para pembesar Bani Umayyah kurang tertarik pada ilmu
pengetahuan kecuali Yazid bin Mua’wiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Ilmu yang
berkembang di zaman Bani Umayyah adalah ilmu syari’ah, ilmu lisaniyah, dan ilmu tarikh.
Selain itu berkembang pula ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, ilmu bumi, dan
ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu
pengetahuan ini antara lain Damaskus, Kuffah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova,
Granada, dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya.
a. Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an dan
sebagainya.
b. Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al Qur’an,
menafsirkan dan memahaminya.
c. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup
pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an. Pada masa ini
termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat Sab’ah yang
kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbahkan kepada
cara membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qiraat, yaitu Abdullah bin Katsir
(w. 120 H), Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H),
4
Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai (w. 189 H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H),
Abu Amr bin Al Ala (w. 155 H), dan Nafi bin Na’im (169 H).
e. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al
Qur’an. Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti Ibnu Abbas dari kalangan
sahabat (w. 68 H), Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Ali bin Husain
dari kalangan syi’ah.
f. Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-Hadis,
karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah. Diantara Muhaddis yang
terkenal pada masa ini ialah Az Zuhry (w. 123 H), Ibnu Abi Malikah (w. 123 H), Al Auza’i
Abdur Rahman bin Amr (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), dan As Sya’by (w. 104 H).
g. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam
berbagai posisinya. Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang bukan Arab
masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah negara Islam. Adapun
penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang
adalah Abu Aswad Ad Dualy (w. 69 H). Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib, sehingga
ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai Bapaknya ilmu
Nahwu.
h. Ilmu Bumi (al- Jughrafia). Ilmu ini muncul oleh karena adanya kebutuhan kaum
muslimin pada saat itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu
dan dakwah, seseorang agar tidak tersesat di perjalanan, perlu kepada ilmu yang
membahas tentang keadaan letak wilayah. Ilmu ini pada zaman Bani Umayyah baru
dalam tahap merintis.
i. Al-Ulumud Dakhilah, yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa
Arab dan disempurnakannya untuk kepentingan kebudayaan Islam. Diantara ilmu asing
yang diterjemahkan itu adalah ilmu-ilmu pengobatan dan kimia. Diantara tokoh yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 86 H).
Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang berkembang di Andalusia
masa dinasti Bani Umayyah :
No Nama Bidang Keahlian Keterangan
Abu Ubaidah § Astrolog Dikenal sebagai Shahih al
1. Muslim Ibn Ubaidah§ Ahli Hitung Qiblat karena banyak sekali
al Balansi § Ahli gerakan bintang- mengerjakan penetuan arah
bintang shalat.
5
Setelah rasulullah wafat para sahabat masih memelihara dan menjaga ke aslian
hadist, apalagi pada masa tabi’in perkembangan periwayatan hadist makin pesat dengan
berkembangnya gerakan rihlah ilmiyah. Dalam perkembangan selanjutnya kritik hadist
dan upaya pencarian ke aslian hadist di rasa tidaklah cukup. Karena itu, pada masa
pemerintahan khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz (99-102 H) .dilakukan upaya pembukuan
hadist-hadist yang tersebar di berbagai tempat dan dibanyak tabi’in.
Usaha pembukuan hadist terus berlanjut, sampai pada abad ke-3 H dan ke-4 H
usaha pembukuan hadist mengalami masa kejayaan.Karena pada umumnya buku- buku
tersebut menjadi bahan rujukan hadist bagi yang ingin mengetahui dan belajar ilmu
hadist. Para ulama hadist yang terkenal beserta karya-karyanya adalah, Imam Bukhari
karyanya adalah Shahih Bukhari, Imam Muslim karyanya adalah Shahih Muslim, Imam
Nasa’i karyanya adalah Sunan An-Nasa’i, Imam Abu Dawud karyanya adalah Sunan Abi
Dawud, Imam Turmudzi karyanya adalah Sunan Turmudzi, Imam Ibnu Majah karyanya
adalah Sunan IbnuMajah.
5. Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691 H, Khalifah Abd Al-
Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal
dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
6. Pembuatan mata uang di zaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan
keseluruh penjuru negeri islam.
7. Pembuatan panti asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-
tempat untuk orang-orang yang invalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.
8. Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Ustman sebagai
Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya di masa dia berkuasa, sehingga kapal
perang waktu itu berjumlah 1700 buah.
10. Merubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.
Sebelumnya mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham.
Penggantinya uang dirham terbuat dari emas dan dirham dari perak dengan memakai
kata-kata dan tulisan Arab.
11. Perluasaan wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah Barat daya, benua
Eropa, bahkan perluasaan ini juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah
kepemimpinan panglima Thariq bin Ziad, yang berhasil menaklukkan Kordova, Granada,
dan Toledo.
12. Dibangun masjid-masjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi
masjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai masjid.
Di al- Quds (Jerussalem) Abdul Malik membangun masjid al-Aqsha. Monumen terbaik
yang ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di masjid al-Aqsha yang
menurut riwayatnya tempat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail dan Nabi
Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, masjid Cordova di Spanyol dibangun,
masjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid.
8
1. Mendirikan pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan
nama-nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan Washil bin Atha.
Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, dan fikih.
a. Bersifat Arab
Pendidikan pada masa Dinasti Umayyah adalah bersifat Arab dan Islam tulen, artinya
yang terlibat dalam dunia pendidikan masih didominasi oleh orang-orang Arab, karena
pada saat itu elemen-elemen Islam yang baru belum begitu tercampur. Hal ini disebabkan
karena pada saat itu unsur-unsur Arab yang memberi arah pemerintahan secara politik
agama dan budaya.
Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa Ar-Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya
kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis
Sastra. Diantara tempat-tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:
a. Khuttab
Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis, membaca, dan menghafal Al-
Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam. Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik
disamping mengajarkan Al-Quran mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta
tulisan. Al-Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian
dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari
Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid juga mempelajari tata bahasa
Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.
b. Masjid
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan
tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al-Quran, Tafsir, Hadist
dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu
perbintangan. Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah. Pada periode
ini juga didirikan Masjid di seluruh pelosok daerah Islam. Masjid Nabawi di Madinah dan
Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi tumpuan penuntut ilmu diseluruh dunia Islam
dan tampak juga pada pemerintahan Walid ibn Abdul Malik 707-714 M didirikan Masjid
Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.
11
c. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan tempat berdiskusi membahas masalah kesusasteraan dan
juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan politik. Perhatian penguasa Umayyah
sangat besar pada pencatatan kaidah-kaidah nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan
mengumpulkan syair-syair Arab dalam bidang syariah, kitabah dan berkembangnya semi
prosa.[6]
d. Pendidikan Istana
Yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak
khalifah dan para pejabat pemerintahan.Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan
untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada
sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya
diatur oleh guru dan orang tua murid.
e. Pendidikan Badiah
yaitu tempat belajar bahasa Arab yang fasih dan murni. Hal ini terjadi ketika khalifah
Abdul Malik ibn Marwan memprogramkan Arabisasi maka muncul istilah Badiah, yaitu
dusun Badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah
bahasa Arab tersebut. Sehingga banyak khalifah yang mengirimkan anaknya ke Badiah
untuk belajar bahasa Arab bahkan ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah Al Khalil
ibn Ahmad