Anda di halaman 1dari 11

AR - RAZI

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Filsafat Islam

Dosen Pengampu: Susapto, M.S.I

Disusun Oleh : Nanda Anindita (20001799)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

MUHAMMADIYAH KENDAL

FAKULTAS TARBIYAH

2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Berfikir merupakan sifat yang tidak bisa dilepaskan dari manusia yang merupakan
makhluk yang diberi akal oleh Allah Swt. dalam berfikirnya manusia menggunakan
pendekatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berfikir filsafat merupakan hasil
usaha manusia untuk berkesinambungan di seluruh jagad raya ini. akan tetapi, berfikir filsafat
dalam arti berfikir bebas dan mendalam atau radikal yang tidak dipengaruhi oleh dogmatis dan
tradisi disponsori oleh filosof-filosof yunani.
Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang berkembang dalam
Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa disebut filsafat Islam. Pemikiran yang
berkembang dalam filsafat Islam memang didorong oleh pemikiran filsafat Yunani yang masuk
ke Islam. Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah nukilan dari filsafat Yunani.
Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani dan yang lainnya. Hal itu
dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah mapan sebelum terjadinya transmisi filsafat
Yunani ke dalam Islam.
Filsafat Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur telah mengembangkan
sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dalam filsafat Islam para filosof muslim
memadukan antara agama dan filsafat. Para ilmuan muslim terdahulu sesungguhnya memiliki
andil yang sangat besar dalam mengembangkan kajian tentang filsafat. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang salah satu filosof muslim yang sangat berjasa pada masa itu yaitu Ar-Razi.
Baik mengenai sejarah lahir dan karya-karyanya maupun tentang filsafat-filsafatnya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana Biografi filosof Al-Razi?
2. Apa saja karya-karya Al-Razi?
3. Bagaimana berfikir filsafat Al-Razi?
4. Bagaimana Pengaruh Pemikiran Al-Razi?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biografi Ar-Razi
Al-Razi adalah filosof muslim terkemuka yang muncul sesudah Al-Kindi, nama
lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ar-Razi dikenal sebagai dokter,
filsuf, kimiawan, dan pemikir bebas, (250-313 H/864-925).1 Al-Razi dilahirkan di Rayy yang
merupakan bagian selatan kota Teheran Iran yaitu pada hari pertama bulan sya’ban sekitar
tahun 250 H/864 M. Di kota Ray ini ia belajar kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari
(192-240 H/808-855 M), belajar filsafat kepada Al-Balkhi, seorang yang senang mengembara,
menguasai filsafat, dan ilmu-ilmu kuno. Ia juga belajar matematika, astronomi, sastra, dan
kimia.
Sepanjang abad pertengahan ia merupakan dokter terbesar pada zamannya, Sebagian
dari Riwayat bahkan menyebutnya sebagai dokter pertama yang mengunakan kimia dalam
tradisi pengobatan. Pada tradisi tersebut beliau sangat mahir dalam mengolah dan meracik obat
dengan ilmu kimia yang dimilikinya. dan orang-orang barat memanggilnya dengan sebutan
“Rhazes”.
Propesi yang pernah ditekuni pada masa mudanya ialah menjadi tukang intan (Baihaqi),
penukar uang (ibn abi Usaibi’ah), dan pemain musik kecapi (ibn Juljul, Sa’id, ibn Khalikan,
Usaibi’ah, al-Safadi) yang pertama meninggalkan musik untuk belajar alkimia. 2 Selain al-Razi
sang ahli filsafat, ada lagi beberapa nama tokoh lain yang juga dipanggilkan al-Razi, yakni Abu
Hatim al-Razi, Fakhruddin al-Razi dan Najmuddin al-Razi. Oleh karena itu, agar dapat
membedakan al-Razi, sang filosof ini dari tokoh-tokoh lain, perlu ditambahkan dengan sebutan
Abu Bakar, yang merupakan nama kun-yah-nya (gelarnya).[3]3
Al-Razi berdomisili di Iran, yang sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia, sejak
lama sudah dikenal dengan sejarah peradaban manusia. Kota ini merupakan tempat bertemunya
berbagai peradaban, terutama peradaban Yunani dan Persia. Oleh karena itu tidak
mengherankan kota-kota di Persia (Iran) ini telah mengenal peradaban yang tinggi sebelum
bangsa Arab mengenalnya. Agaknya suasana lingkungan ini termasuk yang mendorong bakat
Al-Razi tampil sebagai seorang intelektual. 4 Disiplin ilmu Ar-Razi meliputi ilmu falak,
matematika, kimia, kedokteran dan filsafat. Ia lebih dkenal sebagai ahli kimia dan ahli
kedokteran dibandingkan sebagai seorang filosof.
Pada masa Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn As’ad sebagai Gubernur Ray, Al-Razi
diserahi kepercayaan memimpin rumah sakit selama enam tahun (290-296 H). Pada masa ini
juga Ar-Razi menulis buku al-Thibb al-Mansuri yang dipersembahkan kepada Manshur ibn
Ishaq ibn Ahmad. Dari Ray kemudian Ar-Razi pergi ke Baghdad, dan atas permintaan Khalifah

1
Dedi Supriyadi, 2010, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia., hlm. 68
2
M. M. Syarif, 1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit Mizan., hlm. 31
3
[3] Sirajuddin Zar, 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., hlm. 113.
4
Ibid. hlm. 114
Al-Muktafi (289-295 H), yang berkuasa pada waktu itu, ia memimpin lembaga ilmiah dan
rumah sakit Maristan di Baghdad.
Karangannya yang terkenal ialah “ Tentang Cacar dan Campak” yang di terjemahkan
dalam berbagai bahasa di Eropa.5 Sepulangnya dari Bagdad, ia kembali ke Rayy dan disana ia
mempunyai banyak murid. Sebagai mana yang di tuturkan al- Nadim dalam Fihrist, bahwa al-
Razi kemudian menjadi syekh “dengan kepala besar menyerupai karung” yang di kelilingi
oleh banyak murid.6 Al- Razi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-pasiennya,
dermawan kepada orang-orang miskin, karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya
tanpa meminta bayaran sedikitpun.
Kemasyhuran Al-Razi sebagai seorang dokter tidak saja di dunia Timur, tetapi juga di
Barat; ia kadang dijuluki The Arabic Galen.Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu
menghabiskan waktunya untuk menulis dan belajar. Mungkin ini yang menyebabkan
penglihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi buta. Ada yang
mengatakan sebab kebutaanya karena banyak makan buncis (Baqilah). Penyakitnya bermula
dari rabun dan akhirnya menjadi buta sama sekali. Ia pun menolak untuk di obati. Dan
mengatakan bahwa pengobatan itu akan sia-sia belaka, karena sebentar lagi ia akan meninggal
dunia. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober
925 M.
2. Karya-karya Al-Razi
Buku-buku al-Razi sangat banyak. Dia sendiri mempersiapkan katalog untuk buku-
buku yang ditulisnya, dan kemudian diproduksi oleh ibn al-Nadim. Yang kita temukan 118
buku, 19 surat, 4 buku, 6 surat, dan satu maqalah. Jumlah seluruhnya 148 buah. Ibnu Abi
Usaibi’ah menyebutkan 236 karyanya, tetapi beberapa diantaranya tidak jelas pengarangnya.
Salah satu diantaranya adalah al-Hawi (buku menyeluruh) yang terdiri dari 20 jilid. Karya ini
lebih dianggap sebagai buku induk dalam bidang kedokteran. Agaknya “al-Hawi”-lah yang
merupakan karyanya yang terbesar dan meluas sesuai dengan namanya. Buku ini pula dianggap
intisari ilmu-ilmu Yunani, Syiria dan Arab.7
Menurut Al-Biruni, ada sekitar dua puluh satu karya Ar-Razi tentang alkemi, yang
terbesar diantaranya adalah Sirr Al-Asrar. Sesuai dengan semangat Al-Razi anti hermetis,
rahasia-rahasia disini bukan misteri-misteri mistik, tetapi rahasia-rahasia keahlian seorang
alkemis (ahli alkemi), yang dengan bebas dipaparkan Ar-Razi dalam pembahasannya
mengenai bahan-bahan, perangkat-perangkat, dan metode-metode alkemi itu. Tujuannya
adalah meretas batas-batas yang memilahkan satu bentuk substansi dari substansi lainnya,
dengan menggunakan substansi kuat yang akan menembus dan mengubah unsur dasar, dengan
menambahkan dan menghilangkan sifat-sifat spesifik, mengubah logam dasar menjadi emas
atau batu menjadi permata. Akan tetapi Al-Razi juga menggunakan sebagian dari preparat

5
Harun Nasution, 2008, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, , cet 12, hlm.12.
6
Syarif, ed., 1996, Para filosof Muslim, Bandung : Mizan, cet. 8, hlm. 32.
7
[10] Husain Ahmad Amin, 1995.Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm.
120.
dalam praktik kedokterannya; dan metode-metodenya sebagai seorang alkemis lebih bernuansa
ilmu bedah dari pada klenik atau sihir.
Buku-buku tersebut dikelompokkan sebagai berikut: (a) ilmu kedokteran; (b) ilmu
fisika; (c) logika; (d) matematika dan astronomi; (e) komentar, ringkasan, dan ikhtisar; (f)
filsafat dan ilmu pengetahuan hipotesis; (g) metafisika; (h) teologi; (i) ateisme; (k) campuran.
Diantara buku Al-Razi yang dapat disebutkan disini, sebagai berikut:
1. -Al-Asrar, bahasan bidang kimia yang pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh
Greard Of Cremon.
2. Al-Hawi, Ensiklopedi kedokteran yang masih dipakai sampai abad ke-16 di Eropa,
diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Continens.
3. Al-Mansuri Liber Al-Mansori, sepuluh jilid doktrin kedokteran.
4. Al-jidar Wa Al-Hasbah, analis penyakit campak dan cacar.
5. Al-Thibb Al-Ruhani, pemikiran komprehensif Filsafat.
6. Sirah Al-Falsafiyah, karangan soal sejarah filsafat.
7. Amarah Iqbal Al-Daulah
8. Kitab Al-Ladzdzah
9. Kitab Al-Ilmu Al-Ilahi
10. Maqolah Fi Ma Ba’dah
3. Pemikiran Filsafat Al-Razi8
Al-Razi adalah seorang rasionalis murni yang menitik-tolakan seluruh pemikiran dan
kecenderungannya kepada kemampuan rasionalnya. Dalam setiap momen dalam belajar, Al-
Razi selalu mengingatkan murid-muridnya untuk tidak melecehkan peran fungsi akal. Hal ini
diyakini oleh Al-Razi bahwa akal merupakan alat penentu, pusat pengendali, dan perintah
kepada manusia menuju kebaikan.
Al-Razi memiliki kecenderungan empiris dalam memandang keseluruhan filsafat.
Studi klinis kedokteran membantu Al-Razi dalam menentukan metode yang kuat untuk
dijadikan pemikiran filsafat secara keseluruhan. Melalui studi klinis al-Razi mencoba untuk
berpijak pada metode observasi dan eksperimen dalam Filsafat. Hampir seluruh pemikirannya
tercurah langsung dalam lapangan praktik disiplin kedoteran, dan sebagian kalangan menilai
Al-Razi sebagai sosok yang kurang tekun dalam mencermati problem filosofis. Namun
demikian, filsafat Al-Razi cukup Aristotelian dan hal ini terbuktidalam pandangannya tentang
jiwa sebagai substansi dan akal sebagai piranti jiwa yang pernah dilontarkan. Meskipun al-Razi
menjunjung tinggi jiwa substansial non jasmani dan penciptaannya, al-Razi adalah tokoh yang
paling berani menentang filosof islam awal. Menurutnya untuk menjadi seorang flosof,
seseorang tidak harus masuk kedalam sekte atau madzhab tertentu dan tidak perlu berlebihan
dalam mencontoh tindakan dan gagasan si pemimpin sekte atau madzhab tersebut.

8
Dedi Supriyadi, 2010. Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia., hlm.72
Al-Razi melihat perselisihan-perselisihan yang terjadi dalam filsafatbukan tempat ideal
bagi persemaian pengetahuan dan peluang-peluang kemunculuan intelektual. Atas dasar ini al-
Razi memilih pemikiran bebas sebagai jalan pengetahuannya daripada konsesus. Pemikiran
bebas dijadikan sebagai kunci pembebasan jiwa. Degan tegas ia menyatakan bahwa manusia
mampu berfikir sendiri, mereka tidak membutuhkan pemimpin atau pembimbing untuk
menunjukan kepada mereka jalan kehidupan. Dan saat ditanya bagaimana sikap filsafat
terhadap iman dalam kasus agama dan wahyu, al –Razi menjawab bagaimana mungkin
seseorang dapat berfikir secara filosofis sedang ia mengikatkan diri pada cerita-cerita kuno
yang ditegakkan atas dasar kontradiksi, kebodohan yang membandel dan dogmatis.
4. Filsafat lima kekal (Al-khomsah Al-Qudama)
Filsafatnya terkenal dengan doktrin lima yang kekal: Tuhan, Jiwa Universal, Materi
Pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut, dalam bahasa arab:

ِ َ‫األولى َوال َهي ْولَ الكلّيّة َوالنَّ ْفس تـَعَالى ْالب‬


‫اري‬ ْ ‫الز َمان الم‬
ْ ‫طلَق َوال َمكَان‬ ْ ‫الم‬
َّ ‫طلَق َو‬
Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu
antara al-dhar (‫ الدهر‬duration) dan al-waqt(‫ الوقت‬time). Yang pertama kekal dalam arti tidak
bermula dan tidak berakhir, dan yang kedua disifati oleh angka. Bagi benda (being) kelima hal
ini ada :9
a. Materi: merupakan apa yang ditangkap dengan panca indra tentang benda itu.
b. Ruang: karena materi mengambil tempat.
c. Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya.
d. Di antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh. Dan di antara
yang hidup ada pula yang berakal yang dapat mewujudkan ciptaan-ciptaan yang teratur.
e. Semua ini perlu pada pencipta yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
Dua dari yang Lima Kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh. Satu dari padanya tidak
hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula pasif, ruang
dan masa. Sistematika filsafat lima kekal Ar-Razi dapat dijelaskan sebagai berikut:10
1. Al-Bari Ta’ala (Allah): hidup dan aktif (dengan sifat independent). Allah maha pencipta dan
pengatur seluruh alam ini. Alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi
dari bahan yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya alam semesta tidak kadim, meskipun
materi asalnya kadim, sebab arti penciptaan disini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada.
Timbulnya doktrin adanya yang kekal selain Allah, dalam filsafat Al-Razi ini agaknya
disebabkan filsafat adanya Allah yang merupakan sumber yang Esa yang tetap. Namun
demikian, kekalnya yang lain tidak sama dengan kekalnya Allah.
2. An-Nafs al-kulliyyah (jiwa universal): hidup dan aktif dan menjadi al-mabda’ al-qadim ats-
tsani (sumber kekal kedua). Hidup dan aktifnya bersifat dependent. An-Nafs al-kulliyyah tidak

9
Harun Nasution, 1973. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang., hlm. 22
10
Dedi Supriyadi, 2010. Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia. hlm. 74
berbentuk. Namun, karena mempunyai naluri untuk bersatu dengan al-hayula al-ula, an-nafs
al-kulliyyah memiliki zat yang berbentuk sehingga bisa menerima, sekaligus menjadi sumber
penciptaan benda-benda alam semesta, termasuk badan manusia. Ketika masuk benda-benda
itulah, Allah menciptakan roh untuk menempati benda-benda alam dan badan manusia di mana
jiwa (parsial) melampiaskan kesenangannya. Karena semakin lama jiwa bisa terlena pada
kejahatan, Allah kemudian menciptakan akal untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik
tersebut.
3. Al-Hayula al-ula (materi pertama): tidak hidup dan tidak pasif. Al-Hayula al-ula adalah
substansi yang kekal yang terdiri atas dzarrar, dzarat (atom-atom). Setiap atom terdiri atas
volume. Jika dunia hancur, volum juga akan terpecah dalam bentuk atom-atom. Materi yang
sangat padat menjadi substansi bumi, yang agak renggang menjadi substansi udara dan yang
lebih renggang menjadi api. Al-Hayula al-ula: kekal karena tidak mungkin berasal dari
ketiadaan. Buktinya, semua ciptaan Tuhan melalui susunan-susunan (yang berproses) dan tidak
dalam sekejap yang sangat sederhana dan mudah.
4. Al-makan al-muthlaq (ruang absolut): tidak aktif dan tidak pasif. Materi yang kekal
membutuhkan ruang yang kekal pula sebagai ‘tempat’ yang sesuai. Ada dua macam ruang:
ruang partikular (relatif) dan ruang universal. Yang partikular terbatas, sesuai dengan
keterbatasan maujud yang menempatinya. Adapun ruang universal tidak terbatas dan tidak
terikat pada maujud karena bisa saja terjadi kehampaan tanpa maujud.
5. Az-zaman al-muthlaq (zaman absolut): tidak aktif dan tidak pasif. Zaman atau masa ada dua:
relatif terbatas yang bisa disebut al-waqt dan zaman universal yang biasa disebut ad-dahr. Yang
terakhir ini tidak terikat pada gerakan alam semesta dan falak atau benda-benda angkasa raya.

5. Roh dan Materi


Menurut al-razi Tuhan pada mulanya tidak berniat membuat alam ini. tetapi pada suatu
ketika roh tertarik pada materi pertama, bermain dengan materi pertama itu, tetapi materi
pertama berontak. Tuhan datang menolong roh dengan membentuk alam ini dalam susunan
yang kuat sehingga roh dapat mencari kesenangan materi di dalamnya. Tuhan mewujudkan
manusia dan didalamnya roh mengambil tempat. Terikat pada materi, roh lupa pada asalnya
dan lupa bahwa kesenangannya yang sebenarnya bukan terletak dalam persatuan dengan materi
tetapi dalam melepaskan diri dari materi. Oleh karena itu Tuhan mewujudkan akal dari dzat
Tuhan sendiri. Tugas akal adalah untuk menyadarkan manusia yang telah terpedaya oleh
kesenangan materi, bahwa alam materi ini bukanlah alam yang sebenarnya. 11
6. Akal, Kenabian, dan Wahyu
Akal merupakan substansi sangat penting yang terdapat dalam diri manusia sebagai
cahaya (nur) dalam hati. Cahaya ini, menurut Al-Razi, bersumber langsung dari Allah, sebagai
utusan untuk menyadarkan manusia dari kebodohannya.

11
Harun Nasution, 1973. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang., hlm. 23
Al-Razi dikenal sebagai rasionalis murni. Akal menurutnya adalah karunia Allah yang
terbesar untuk manusia. Dengan akal, manusia bias memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya,
bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh
menyia-nyiakan dan mengekangnya, tetapi harus memberikan kebebasan padanya. Kendatipun
demikian, Al-Razi tidak berati seorang atheis, karena beliau masih menyakini adanya Allah.
Demikian diantara ungkapan Al-Razi yang dinilai telah menyimpang dari agama.
Tuduhan ini jelas akan membawa rusaknya reputasi Al-Razi. Bahkan, Harun Nasution
menyimpulkan dari gagasan-gagasan Al-Razi tersebut, yakni a. tidak percaya pada wahyu, b.
al-quran bukan mukjizat, c. tidak percaya pada nabi-nabi, d. adanya hal-hal yang kekal selain
Allah.
7. Pengaruh Pemikiran Al-Razi
Al-Razi adalah filosof yang hidup ketika manusia saat itu mendewa-dewakan akal.
Keterlibatan Al-Razi dalam filsafat telah banyak mengilhami para pemikir lain, termasuk
filosof yang sezaman dengan beliau. Keistimewaan filsafat Al-Razi disbanding filosof lain
sebenarnya terletak pada penekanan aspek rasionalitas, terutama doktrinnya yang bombastis
tentang lima kekekalan yaitu tuhan, ruh universal, materi pertama, ruang mutlak. Kelima ini
merupakan landasan ajaran filsafatnya. Kaum Mu’tazilah sekalipun yang dianggap sebagai
paling rasional, ternyata Al-Razi ini jauh lebih rasional.
Agama dan urusan sosial lainnya yang ditafsirkan oleh Al-Razi secara rasional ini, telah
banyak mempengaruhi para pemikir lain bahkan sekaligus menjadi “musuh” bagi Al-Razi
sendiri. Ada beberapa tokoh pada saat itu yang kontra dengan Al-Razi, diantaranya :
1. Abu Al-Qasim Al-Balkhi, pimpinan kaum Mu’tazilah di bagdad (319H/931M) yang
hidup semasa dengan Al-Razi ia banyak menulis penolakan terhadap buku-buku Al-Razi,
terutama buku ilm al-Ilahi.ia berbeda dengan Al-Razi terutama tentang waktu.
2. Syuhaid Ibn Al-Husain Al-Balkhi, adalah tokoh yang memiliki banyak perbedaan
pendapat dengan Al-Razi, terutama teori tentang kesenangan. Teori tentang kesenangan ini
diterangkan dalam kitab Tafdzil Ladzdzat An-Nafs, yang disarikan kembali oleh Abu Sulaiman
al-Mantiqi al-Sajistani dalam Siwan Al-Hikmah.
3. Abu hatim Al-Razi adalah lawan paling penting sekaligus sebagai ahli dakwah ismai’liyah
terbesar. Ia salah satu tokoh yang propagandis yang dengan terang-terangan menentang
pemikiran Al-Razi serta menyampaikan kritiknya dalam kitab terkenal A’lam An-Nubuwah.
Kita patut berterima kasih pada buku ini karena berkatjasanya pendapat-pendapat Al-Razi
tentang kenabian dan agama dapat kita nikmati.
4. Ibn Tammar, menurut Kraus mungkin adalah Abu Bakr Husain At-Tamar, tabib yang
mempunyai beberapa perbedaan dengan Al-Razi sebagaimana dilaporkan oleh Abu Hatim Al-
Razi dalam A’lam An-Nubuwah. Ibn Tammar menolak tulisan Al-Razi tentang Attib al-
Ruhani.
5. Mereka yang kita kenal dari judul buku yang di tulis ole Al-Razi :
a. Al-Mis’mai, seorang mutakalimin yang menulis untuk menentang kaum materialis, dan
terhadap mereka Al-Razi menulis sebuah risalah.
b. Jarir, seorang dokter yang berteori tentang makan mulbe hitam setelah air labu.
c. Al-Hasan Ibn Mubarik Al-Ummi, kepadanya Al-Razi menulis dua buah surat.
d. Al-Kayyal, seorang mutakalimin, yang terhadap teorinya tentang imam menulis sebuah
kitab.
e. Mansur Ibn Tolhah yang menulis buku tentang kemaujudan yang ditolak oleh Al-Razi,
Muhammad Ibn Laith Al-Rasai’il yang ditulisnya terhadap ahli kimia, dijawab oleh Al-Razi.
Ahmad Ibnu Thayyib al-Sharaskhi adalah senior Al-Razi. Al-Razi menolaknya atas
masalah rasa pahit; Al-Razi juga menolak gurunya yaitu Ya’qub Ibnu Ishaq al-kindi, yang telah
menulis sanggahan terhadap ahli-ahli kimia.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ar-Razi dikenal sebagai dokter, filosof,
kimiawan, dan pemikir bebas, (250-313 H/864-925). Lahir di Rayy yang merupakan bagian
selatan kota Teheran Iran yaitu pada hari pertama bulan sya’ban sekitar tahun 250 H/864 M.
Di kota Ray ini ia belajar kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari (192-240 H/808-855
M), belajar filsafat kepada Al-Balkhi.
Sebagai Filosof ia mempunyai banyak karya yang ditulis. Buku-buku tersebut
dikelompokkan sebagai berikut: (a) ilmu kedokteran; (b) ilmu fisika; (c) logika; (d) matematika
dan astronomi; (e) komentar, ringkasan, dan ikhtisar; (f) filsafat dan ilmu pengetahuan
hipotesis; (g) metafisika; (h) teologi; (i) ateisme; (k) campuran. Diantara buku Al-Razi yang
dapat disebutkan disini, sebagai berikut: Al-Asrar, bahasan bidang kimia yang pernah
diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Greard Of Cremon. Al-Hawi, Ensiklopedi kedokteran
yang masih dipakai sampai abad ke-16 di Eropa, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan
judul Continens.
Al-Razi memberi perhatian dan kepercayaan yang cukup besar kepada akal. Indikasi
kearah ini dapat dilihat bahwa ia menulis tentang akal pada bab tersendiri dalam bukunya al-
tibb al-ruhani. Namun, tidak sampai ia meletakkan wahyu dibawah akal, apalagi tidak percaya
pada wahyu. Filsafatnya terkenal dengan doktrin lima yang kekal: Tuhan, Jiwa Universal,
Materi Pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut,
Al-Razi adalah filosof yang hidup ketika manusia saat itu mendewa-dewakan akal.
Keterlibatan Al-Razi dalam filsafat telah banyak mengilhami para pemikir lain, termasuk
filosof yang sezaman dengan beliau. Al-Razi secara rasional mencoba menafsirkan Agama dan
urusan sosial lainnya, ia banyak mempengaruhi para pemikir lain bahkan sekaligus menjadi
“musuh” bagi Al-Razi sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Husain Ahmad 1995.Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Harun 2008, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang,
Supriyadi,Dedi 2010, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia
Syarif, ed., 1996, Para filosof Muslim, cet. 8. Bandung : Mizan,
Syarif,M. M. 1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit Mizan.
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya
Zar, Sirajuddin 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai