Cendekiawan berasal dari kata dasar cendekia. Awas, yang baku adalah cendekia, bukan
Menurut KBBI cendekia berarti:
1) tajam pikiran; lekas mengerti (kalau diberi tahu sesuatu); cerdas; pandai;
2) cepat mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar (pandai menggunakan kesempatan);
cerdik;
Kata cendekiawan berasal dari Chanakya, seorang politikus dalam pemeritahan Chandragupta
Masih menurut wikipedia, terdapat tiga pengertian modern untuk istilah “cendekiawan”, yaitu:
Sharif Shaary, dramawan Malaysia terkenal, mengatakan bahwa hakikatnya tidak semudah itu. Ia
berkata:
Lebih lanjut Sharif Shaary menegaskan bahwa seorang “cendekiawan” bukan hanya sekadar
cendekiawan yang benar tidak boleh netral, dan harus memihak kepada kebenaran dan keadilan.
Dia “tidak boleh menjadi cendekiawan bisu, kecuali dia betul-betul bisu atau dibisukan”.
Jika betul-betul bisu, seorang cendekiawan masih dapat bertindak dengan menyatakan pikiran
melalui penulisan yang akhirnya akan sampai juga kepada khayalak ramai. Inilah yang
dikatakan cendekiawan bisu yang tidak bisu. Sebaliknya, terdapat cendekiawan yang tidak bisu
tetapi bisu. Dia menjadi bisu mungkin karena “dia takut atau berkepentingan”.
Cendekiawan muslim adalah ilmuwan yang lahir dari keluarga muslim atau ilmuwan yang
berpindah ke Islam.
Sejarah mencatat bahwa telah banyak tokoh cendekiawan muslim yang memberikan kontribusi
penting pada ilmu pengetahuan modern saat ini. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu
Nama Asli : Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam
Iran). Beliau juga seorang penulis yang produktif di mana sebagian besar karyanya adalah
tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, dia adalah “Bapak Pengobatan Modern”
dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya
Ibnu Sina adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di
antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai
“bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari
Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu”.
Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal
Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia
berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad.
setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat
berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi,
tersebut.
Peninggalan :
3. Al Khwarizmi
Al Khwarismi disebut sebagai Bapak Aljabar, karena buku pertamanya yang berjudul Al-Jabar
l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai
bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat
Peninggalan:
Kitab 1: Aljabar
Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Arab: الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة
Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan
menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di
sini b dan cadalah bilangan bulat positif)
dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( ) الج```بر
memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di
Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.
Buku 2: Dixit algorizmi
Buku ketiganya yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Bhs.Arab: “ كت``اب ص``ورة األرضBuku
Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan oleh Geography), yang selesai
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis
pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sangat
bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan
praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena
Buku 4: Astronomi
Buku Zīj al-sindhind (Arab: “ زيجtabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada
kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial
Riwayat Hidup
Masa kecil
Dia diberi nama Muhammad oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama
asli dia ini adalah Imam Tirmidzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadis dalam Sunan
Tirmidzi. Sedangkan kunyah-nya adalah Abu Abdullah. Karena lahir
di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama
lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin
Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama
setelah lahir, dia kehilangan penglihatannya.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu
Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati
terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang
haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam
Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara. pada usia
16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, di
mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia
menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal kitab-kitab hadis
karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun
hadis-hadis shahih dalam satu kitab setelah menyaring dari satu juta hadis yang diriwayatkan
80.000 perawisumber? menjadi 7275 hadis.
Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok
dia kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak
menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.
Karya
Karya Imam Bukhari antara lain:
Wafat
Kebesaran akan keilmuan beliau diakui dan dikagumi sampai ke seantero dunia Islam.
Di Naisabur, tempat asal imam Muslim seorang Ahli hadis yang juga murid Imam Bukhari dan
yang menerbitkan kitab Shahih Muslim, kedatangan beliau pada tahun 250 H disambut meriah,
juga oleh guru Imam Bukhari Sendiri Muhammad bin Yahya Az-Zihli. Dalam kitab Shahih
Muslim, Imam Muslim menulis. "Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya tidak melihat
kepala daerah, para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang
mereka berikan kepada Imam Bukhari". Namun kemudian terjadi fitnah yang menyebabkan
Imam Bukhari meninggalkan kota itu dan pergi ke kampung halamannya di Bukhara.
Seperti halnya di Naisabur, di Bukhara dia disambut secara meriah. Namun ternyata fitnah
kembali melanda, kali ini datang dari Gubernur Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli yang
akhirnya Gubernur ini menerima hukuman dari Sultan Uzbekistan Ibn Tahir.
Tak lama kemudian, atas permintaan warga Samarkand sebuah negeri tetangga Uzbekistan,
Imam Bukhari akhirnya menetap di Samarkand. Tiba di Khartank, sebuah desa kecil sebelum
Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana dia jatuh sakit
selama beberapa hari, dan Akhirnya meninggal pada malam Idul Fitri dalam usia 60 tahun (62
tahun dalam hitungan hijriah). Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.
5.Imam Muslim
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia
berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadis
kepada Imam Ahmad dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin
Mansur dan Abu Mas`Abuzar; di Mesir berguru kepada `Amr bin
Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadis yang lain.[butuh rujukan]
Dia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis,
dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke
Naisabur, dia sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa
dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli,
ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan
dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak
memasukkan hadis-hadis yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal
serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam Sahihnya,
yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Tampaknya pada
hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadis-
hadis yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai
guru.[6]
Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad,
salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Mei 875 M.
dalam usia 55 tahun.[butuh rujukan]
Karya
Al-Tasrif[sunting | sunting sumber]
Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang
gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari
Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini
menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci
dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi,
serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-
Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk
kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga
kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke
seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar
ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut
Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa
yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak
kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya
observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapai –
nya diagnosis yang akurat serta kemung – kin an pelayanan yang terbaik. Al-
Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma
dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk
meraup keuntungan materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada
masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah
kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah.
Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan
operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter
spesialis bedah (surgeon).
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para
dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli
bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga
dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah
kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada
periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa
kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy
de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus
menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga
abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513 M –
1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah
kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota
bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan
kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah
tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi
Badan Kepariwisataan Spanyol
7.Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Al-Nawawi)
Sang Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin
Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin bin Abdul Karim Al-
Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi
dan Jamaluddin Ibn Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu
Umar. Dia belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh al-
Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh
pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin
Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.
Karya[sunting | sunting sumber]
Imam Nawawi meninggalkan banyak karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar
empat puluh kitab, diantaranya: Dalam bidang hadits:
8. Ibnu Khaldun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Karya
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi di antaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun
(sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas
kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin
(sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan
ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam
Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya
“The Islamic Review & Arabic Affairs” pada tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya
Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-
satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli
sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah
satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah Muqaddimah (Pendahuluan) yang
merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun
menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metode-metodanya yang
masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial
tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan
antara masyarakat primitif dengan masyarakat modern dan bagaimana sistem pemerintahan dan
urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara
berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis
terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam
individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang
paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah
karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu
dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori
sejarah.
Ibnu Khaldun amat sangat meyakini, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung
pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan
negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang
ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju
ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-
bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun
karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
Karena pemikiran-pemikirannya yang brilian Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar
ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya
menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran.
Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama
yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat
meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan
sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”
Peninggalan
Ibnu Khaldun pertama kali menjadi perhatian dunia Barat pada tahun 1697, ketika sebuah
biografi tentang beliau muncul di Bibliothèque Orientale Barthélemy d'Herbelot de Molainville.
Ibnu Khaldun mulai mendapatkan perhatian lebih pada tahun 1806, ketika Silvestre de Sacy's
Chrestomathie Arabe memasukkan biografinya bersama dengan terjemahan bagian
Muqaddimah sebagai Prolegomena.[5] Pada tahun 1816, de Sacy kembali menerbitkan sebuah
biografi dengan deskripsi yang lebih rinci tentang Prolegomena. Rincian lebih lanjut tentang dan
sebagian terjemahan Prolegomena muncul selama bertahun-tahun sampai edisi bahasa Arab
yang lengkap diterbitkan pada tahun 1858. Sejak saat itu, karya Ibnu Khaldun telah dipelajari
secara luas di dunia Barat dengan minat khusus.
9. Ibnu al-Haitsam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk the Moon crater, lihat Alhazen (crater). Untuk the asteroid, lihat 59239 Alhazen.
Abu Ali al-Hasan bin al-Hasan bin al-Haitsam (bahasa Arab: أبو علي الحسن بن الحسن بن
)الهيثمatau Ibnu al-Haitsam (Bashrah, 965 - Qahirah 1039), dibarat lebih dikenal
dengan nama Alhazen. Adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam
bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula
melakukan penelitian mengenai cahaya, dan telah memberikan banyak inspirasi
pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam
menciptakan mikroskop serta teleskop.langgragian mekanik dg principle least of
action
Sejarah
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam[sunting | sunting sumber]
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak sarjana dan
ilmuwan yang sangat hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan,
kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat
dilihat pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai
ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat
menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Walaupun Ibnu al-Haitsam lebih dikenal dalam bidang sains dan pengobatan, tetapi
dia juga ahli dalam bidang agama, falsafah, dan astronomi.
Perjalanan hidup[sunting | sunting sumber]
Dikalangan cendikiawan Barat, Ibnu al-Haitsam dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu
al-Haitsam dilahirkan di Basrah pada tahun 354H atau 965 Masehi. Ia memulai
pendidikan awalnya di Basrah sebelum diangkat menjadi pegawai pemerintah
ditempat kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja dipemerintahan, Ibnu al-
Haitsam pergi ke Ahwaz dan Mesir diperjalanan ke Ahwaz, Ibnu al-Haitsam
menghasilkan beberapa karya tulis yang luar biasa.
Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, telah membawanya berhijrah ke Mesir.
Selama di Mesir Ibnu al-Haitsam melakukan beberapa penyelidikan mengenai aliran
Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan
menuju Universitas Al-Azhar.
Ibnu al-Haitsam telah menjadi seorang yang mahir dalam bidang sains, falak, mate-
matika, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai cara kerja mata
manusia, telah menjadi salah satu Referensi yang penting dalam bidang kajian sains
di Barat. Teorinya mengenai pengobatan mata masih digunakan hingga saat ini
diberbagai Universitas di seluruh dunia.