Anda di halaman 1dari 21

Pengertian Cendekiawan secara Bahasa

Cendekiawan berasal dari kata dasar cendekia. Awas, yang baku adalah cendekia, bukan

cendikia. Lihat juga daftar kata baku dan tidak baku.

Menurut KBBI cendekia berarti:

1) tajam pikiran; lekas mengerti (kalau diberi tahu sesuatu); cerdas; pandai;

2) cepat mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar (pandai menggunakan kesempatan);

cerdik;

3) terpelajar; cerdik pandai; cerdik cendekia: kaum cerdik. 

Sedangkan menurut wikipedia cendekiawan atau intelektual dapat diartikan orang yang

menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau

menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan.

Kata cendekiawan berasal dari Chanakya, seorang politikus dalam pemeritahan Chandragupta

dari Kekaisaran Maurya.

Cendekiawan dalam arti modern

Masih menurut wikipedia, terdapat tiga pengertian modern untuk istilah “cendekiawan”, yaitu:

1. mereka yang amat terlibat dalam idea-idea dan buku-buku;


2. mereka yang mempunyai keahlian dalam budaya dan seni yang memberikan mereka
kewibawaan kebudayaan, dan yang kemudian mempergunakan kewibawaan itu untuk
mendiskusikan perkara-perkara lain di khalayak ramai. Golongan ini dipanggil sebagai
“intelektual budaya”.
3. dari segi Marxisme, mereka yang tergolong dalam kelas dosen, guru, pengacara,
wartawan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, cendekiawan sering dikaitkan dengan mereka yang lulusan universitas. Namun,

Sharif Shaary, dramawan Malaysia terkenal, mengatakan bahwa hakikatnya tidak semudah itu. Ia

berkata:

“Belajar di universitas bukan jaminan seseorang dapat menjadi cendekiawan… seorang


cendekiawan adalah pemikir yang sentiasa berpikir dan mengembangkan (serta)
menyumbangkan gagasannya untuk kesejahteraan masyarakat. Ia juga adalah seseorang
yang mempergunakan ilmu dan ketajaman pikirannya untuk mengkaji, menganalisis,
merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat di mana ia
hadir khususnya dan di peringkat global umum untuk mencari kebenaran dan
menegakkan kebenaran itu. Lebih dari itu, seorang intelektual juga seseorang yang
mengenali kebenaran dan juga berani memperjuangkan kebenaran itu, meskipun
menghadapi tekanan dan ancaman, terutama sekali kebenaran, kemajuan, dan
kebebasan untuk rakyat.”

Lebih lanjut Sharif Shaary menegaskan bahwa seorang “cendekiawan” bukan hanya sekadar

berpikir tentang kebenaran tetapi harus menyuarakannya, apapun rintangannya. Seorang

cendekiawan yang benar tidak boleh netral, dan harus memihak kepada kebenaran dan keadilan.

Dia “tidak boleh menjadi cendekiawan bisu, kecuali dia betul-betul bisu atau dibisukan”.

Jika betul-betul bisu, seorang cendekiawan masih dapat bertindak dengan menyatakan pikiran

melalui penulisan yang akhirnya akan sampai juga kepada khayalak ramai. Inilah yang

dikatakan cendekiawan bisu yang tidak bisu. Sebaliknya, terdapat cendekiawan yang tidak bisu

tetapi bisu. Dia menjadi bisu mungkin karena “dia takut atau berkepentingan”.

Pengertian Cendekiawan Muslim

Cendekiawan muslim adalah ilmuwan yang lahir dari keluarga muslim atau ilmuwan yang

berpindah ke Islam.

Sejarah mencatat bahwa telah banyak tokoh cendekiawan muslim yang memberikan kontribusi

penting pada ilmu pengetahuan modern saat ini. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu

hidupnya untuk memberikan kemaslahatan bagi umat islam saat itu.

Berikut ini adalah daftar tokoh cendekiawan muslim,


deskripsi singkat, beserta karya-karya beliau yang terkenal
Nomo
Nama Dikenal sebagai Karya terkenal
r
1. Ibnu Sina Bapak Pengobatan Modern Qanun fi Thib (Canon of Medicine)
Geber (Jabir  Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris
2. Bapak Kimia
bin Hayyan) menjadi The Book of the Composition of Alchemy )
 Kitab Aljabar dengan judul Al-Kitāb al-mukhtaṣar
3. Al Khwarizmi Bapak Aljabar
fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala
Al-Jami’ ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih
4. Imam Bukhari Kolektor hadist Sahih Bukhari
Bukhari
Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal
5. Imam Muslim Kolektor hadist Sahih Muslim
sebagai Sahih Muslim
Abu al-Qasim
6. Bapak Bedah Modern  Kitab Al- Tasrif
al-Zahrawi
7. Al Nawawi Syarh Sahih Muslim  Riyadush Sholihin, Al Arba’in An-Nawawiyah
Bapak Demografi, historiografi, filosofi sejarah,
8. Ibnu Khaldun  Muqoddimah
sosiologi, dan ilmu sosial
Bapak Optik, pelopor metode ilmiah, penemu  Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandung  teori-
9. Ibnu Haitham psikofisik dan psikologi eksperimental, ilmuwan teori ilmu metametik dan metametik
pertama penganalisaannya;

1 . Ibnu Sina (980-1037 M)

Ilustrasi Foto Ibnu Sina

Nama Asli : Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ‫ابوعلى سينا‬ Abu Ali Sina atau dalam

tulisan arab : ‫)أبو علي الحسين بن عبد هللا بن سينا‬


Ibnu Sina dikenal sebagai Avicenna.

Beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang

Iran). Beliau juga seorang penulis yang produktif di mana sebagian besar karyanya adalah

tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, dia adalah “Bapak Pengobatan Modern”

dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya

di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan

Referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di

antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai

“bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari

Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu”.

Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal

juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

2. Abu Musa Jabir bin Hayyan

Abu Musa Jabir bin Hayyan dikenal sebagai Geber di dunia Barat.

Abu Musa Jabir bin Hayyan


Beliau diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803.

Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia

berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad.

Beliau mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga

setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat

berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis

ditemukannya hukum perbandingan tetap.

Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi,

sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses

tersebut.

Peninggalan :

 Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the Composition of


Alchemy)
 Kitab Al-Sab’een
 Kitab Al Rahmah
 Al Tajmi
 Al Zilaq al Sharqi
 Book of The Kingdom
 Book of Eastern Mercury
 Book of Balance

3. Al Khwarizmi

Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli dalam

bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar

tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad.

Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad.

Al Khwarismi disebut sebagai Bapak Aljabar, karena buku pertamanya yang berjudul Al-Jabar

membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.


Beliau juga berperan penting dalam meperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-

l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai

bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat

pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-

tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Peninggalan:

Kitab 1: Aljabar

Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Arab: ‫الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة‬

atau Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) adalah

buku matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar. Terjemahan

ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber algebrae et

almucabala oleh Robertdari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.

Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan

menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di

sini b dan cadalah bilangan bulat positif)

 kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx)


 kuadrat sama dengan bilangan konstanta (ax2 = c)
 akar sama dengan konstanta (bx = c)
 kuadrat dan akar sama dengan konstanta (ax2 + bx = c)
 kuadrat dan konstanta sama dengan akar (ax2 + c = bx)
 konstanta dan akar sama dengan kuadrat (bx + c = ax2)

dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( ‫) الج```بر‬

atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses

memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di

kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x – 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqābala adalah

proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi.

Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.
Buku 2: Dixit algorizmi

Buku 3: Rekonstruksi Planetarium

Buku ketiganya yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Bhs.Arab: ‫“ كت``اب ص``ورة األرض‬Buku

Pemandangan Dunia” atau “Kenampakan Bumi” diterjemahkan oleh Geography), yang selesai

pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar

2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis

pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sangat

bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan

praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena

itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha

mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

Buku 4: Astronomi

Buku Zīj al-sindhind (Arab: ‫“ زيج‬tabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada

kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial

sebaik data yang diakui sekarang.

Buku 5: Kalender Yahudi

Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-

yahūd “Petunjuk Penanggalan Yahudi“)


4.Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-
Bukhari 
(bahasa Arab: ‫أبو عبد هللا محمد بن إسماعيل البخاري‬, lahir di Bukhara, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810) -
wafat di Khartank, 1 Syawal 256 H (1 September 870)), atau lebih dikenal Imam Bukhari,
adalah ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli hadis sejak dulu hingga kini bersama
dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam buku-
buku fiqih dan hadis, hadis-hadisnya memiliki derajat yang tinggi.[2] Sebagian menyebutnya
dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin orang-orang yang beriman dalam hal ilmu
hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Riwayat Hidup

Masa kecil
Dia diberi nama Muhammad oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama
asli dia ini adalah Imam Tirmidzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadis dalam Sunan
Tirmidzi. Sedangkan kunyah-nya adalah Abu Abdullah. Karena lahir
di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama
lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin
Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama
setelah lahir, dia kehilangan penglihatannya.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu
Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati
terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang
haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam
Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara. pada usia
16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, di
mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia
menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal kitab-kitab hadis
karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun
hadis-hadis shahih dalam satu kitab setelah menyaring dari satu juta hadis yang diriwayatkan
80.000 perawisumber? menjadi 7275 hadis.
Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok
dia kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak
menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.

Karier: penelitian hadis


Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16
tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadis, mengumpulkan dan
menyeleksi hadisnya. Di antara kota-kota yang disinggahinya antara
lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah dan Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di
Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan seorang ulama besar, Ahmad bin
Hanbal. Di kota-kota itu ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari mereka dia mengumpulkan dan
menghafal satu juta hadis.
Namun tidak semua hadis yang ia hafal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu
diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat di antaranya apakah sanad (riwayat) dari hadis
tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat/pembawa) hadis itu tepercaya dan tsiqqah
(kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis
dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Banyak
para ahli hadis yang berguru kepadanya seperti Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim
Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim.
Di antara guru-gurunya dalam memperoleh hadis dan ilmu hadis adalah Ali ibn Al Madini, Ahmad
bin Hanbal, Yahya bin Ma'in, Muhammad ibn Yusuf Al Faryabi, Maki ibn Ibrahim Al
Bakhi, Muhammad ibn Yusuf al Baykandi dan ibnu Rahawaih. Selain itu ada 289 ahli hadis yang
hadisnya dikutip dalam bukunya "Shahih Bukhari".
Dalam meneliti dan menyeleksi hadis dan diskusi dengan para perawi, Imam Bukhari sangat
sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Tentang
perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "Perlu dipertimbangkan, "Para ulama
meninggalkannya", atau "Para ulama berdiam diri dari hal itu" sementara perawi yang hadisnya
tidak jelas ia menyatakan, "Hadisnya diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi yang
diragukan kejujurannya. Dia berkata, "Saya meninggalkan sepuluh ribu hadis yang diriwayatkan
oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadis-hadis dengan jumlah yang
sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu
dipertimbangkan".
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan
sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai
sebuah hadis, mencek keakuratan sebuah hadis ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi
meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh
seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan dia "Saya telah
mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali; ke Basrah empat kali, menetap
di Hijaz selama enam tahun, dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan
Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadis."
Di sela-sela kesibukannya sebagai ulama pakar hadis, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli
fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti kegiatan belajar
memanah sampai mahir. Bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput
memanah kecuali dua kali.

Karya
Karya Imam Bukhari antara lain:

 Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari


 Al-Adab al-Mufrad
 Adh-Dhu'afa ash-Shaghir
 At-Tarikh ash-Shaghir
 At-Tarikh al-Ausath[3]
 At-Tarikh al-Kabir
 At-Tafsir al-Kabir
 Al-Musnad al-Kabir
 Kazaya Shahabah wa Tabi'in
 Kitab al-Ilal
 Raf'ul Yadain fi ash-Shalah
 Birr al-Walidain
 Kitab ad-Du'afa
 Asami ash-Shahabah
 Al-Hibah
 Khalq Af'al al-Ibad[4]
 Al-Kuno
 Al-Qira'ah Khalf al-Imam

Wafat
Kebesaran akan keilmuan beliau diakui dan dikagumi sampai ke seantero dunia Islam.
Di Naisabur, tempat asal imam Muslim seorang Ahli hadis yang juga murid Imam Bukhari dan
yang menerbitkan kitab Shahih Muslim, kedatangan beliau pada tahun 250 H disambut meriah,
juga oleh guru Imam Bukhari Sendiri Muhammad bin Yahya Az-Zihli. Dalam kitab Shahih
Muslim, Imam Muslim menulis. "Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya tidak melihat
kepala daerah, para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang
mereka berikan kepada Imam Bukhari". Namun kemudian terjadi fitnah yang menyebabkan
Imam Bukhari meninggalkan kota itu dan pergi ke kampung halamannya di Bukhara.
Seperti halnya di Naisabur, di Bukhara dia disambut secara meriah. Namun ternyata fitnah
kembali melanda, kali ini datang dari Gubernur Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli yang
akhirnya Gubernur ini menerima hukuman dari Sultan Uzbekistan Ibn Tahir.
Tak lama kemudian, atas permintaan warga Samarkand sebuah negeri tetangga Uzbekistan,
Imam Bukhari akhirnya menetap di Samarkand. Tiba di Khartank, sebuah desa kecil sebelum
Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana dia jatuh sakit
selama beberapa hari, dan Akhirnya meninggal pada malam Idul Fitri dalam usia 60 tahun (62
tahun dalam hitungan hijriah). Ia dimakamkan selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.

5.Imam Muslim
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi (bahasa


Arab: ‫)أبو الحسين مسلم بن الحجاج القشيري النيشابوري‬, atau sering dikenal sebagai Imam Muslim
(821-875) dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari
Ahad bulan Rajab tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.[4]
Dia juga sudah belajar hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah
mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang
menerima hadis dari dia ini, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga
telah menyusun beberapa tulisan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling
bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini
disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadis shahih ini; Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua tokoh hadis
ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang
maksudnya dua tokoh ulama ahli hadist. [5]
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti
mereka berdua meriwayatkannya. Ia belajar hadis sejak masih dalam usia dini, yaitu
mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.
[butuh rujukan]

Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia
berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadis
kepada Imam Ahmad dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin
Mansur dan Abu Mas`Abuzar; di Mesir berguru kepada `Amr bin
Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadis yang lain.[butuh rujukan]
Dia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis,
dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke
Naisabur, dia sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa
dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli,
ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan
dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak
memasukkan hadis-hadis yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal
serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam Sahihnya,
yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Tampaknya pada
hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadis-
hadis yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai
guru.[6]
Imam Muslim wafat pada Minggu sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad,
salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H / 5 Mei 875 M.
dalam usia 55 tahun.[butuh rujukan]

Karya

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak


sedikit jumlahnya, di antaranya:
1. Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim
2. Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis)
3. Kitab al-Asma wal-Kuna
4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
7. Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
8. Kitab al-Muhadramin
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
10. Kitab Auladish-Shahabah
11. Kitab Auhamil-Muhadditsin

Shahih Bukhari dan Shahih Muslim


Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih
Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena al-
Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua
perawi yang secara struktural sebagai guru dan
murid dalam hadis mu'an'an; agar dapat dihukumi
bahwa sanadnya bersambung. Sementara Muslim
menganggap cukup dengan "kemungkinan"
bertemunya kedua rawi tersebut dengan tidak
adanya tadlis.
Al-Bukhari mentakhrij hadis yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari
segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadis dari rawi
derajat berikutnya dengan sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada
rawi derajat kedua dibanding Bukhari. Disamping itu kritik yang ditujukan kepada
perawi jalur Muslim lebih banyak dibanding kepada al-Bukhari.
Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan -
sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar, bahwa Muslim lebih berhati-hati dalam
menyusun kata-kata dan redaksinya, karena menyusunnya di negeri sendiri dengan
berbagai sumber pada masa kehidupan guru-gurunya. Ia juga tidak membuat
kesimpulan dengan memberi judul bab sebagaimana Bukhari lakukan. Dan sejumlah
alasan lainnya.
Namun prinsipnya, tidak semua hadis Bukhari lebih shahih ketimbang hadis Muslim
dan sebaliknya. Hanya pada umumnya kesahihan hadis riwayat Bukhari itu lebih
tinggi daripada kesahihan hadis dalam Shahih Muslim.

6. Abu al-Qasim al-Zahrawi


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Abul Qasim az-Zahrawi

Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz


Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: ‫)أبو القاسم‬, dikenal di Barat sebagai Abulcasis,
adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan.
Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30
jilid.
Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan
bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim adalah
dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.

Al-Tasrif[sunting | sunting sumber]
Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang
gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari
Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini
menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci
dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi,
serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-
Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk
kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga
kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke
seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar
ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut
Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa
yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak
kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya
observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapai –
nya diagnosis yang akurat serta kemung – kin an pelayanan yang terbaik. Al-
Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma
dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk
meraup keuntungan materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada
masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah
kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah.
Hanya dokter yang memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan
operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter
spesialis bedah (surgeon).

Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para
dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli
bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga
dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah
kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada
periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa
kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy
de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus
menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga
abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513 M –
1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah
kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota
bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan
kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah
tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi
Badan Kepariwisataan Spanyol
7.Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Al-Nawawi)

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi ad-


Dimasyqi (‫)اإلمام العالمة أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الدمشقي‬, atau lebih dikenal
sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di
desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24
Rajab 676 H. Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama dia, an-
Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.
Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik
Rawahibiyah. Di tempat ini dia belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih
hanya dalam waktu empat setengah bulan. Kemudian dia menghafal kitab al-
Muhadzdzabb pada bulan-bulan yang tersisa dari tahun tersebut, di bawah
bimbingan Syaikh Kamal Ibnu Ahmad.
Semasa hidupnya dia selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab,
menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai kehidupan.
Pakaian dia adalah kain kasar, sementara serban dia berwarna hitam dan berukuran
kecil.

Sang Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin
Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin bin Abdul Karim Al-
Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi
dan Jamaluddin Ibn Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu
Umar. Dia belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh al-
Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh
pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin
Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta guru-guru lainnya.

Murid-murid Imam Nawawi


Tidak sedikit ulama yang datang untuk belajar ke Iman Nawawi. Di antara mereka
adalah al-Khatib Shadruddin Sulaiman al-Ja’fari, Syihabuddin al-Arbadi, Shihabuddin
bin Ja’wan, Alauddin al-Athar dan yang meriwayatkan hadits darinya Ibnu Abil
Fath, Al-Mazi dan lainnya.

Karya[sunting | sunting sumber]
Imam Nawawi meninggalkan banyak karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar
empat puluh kitab, diantaranya: Dalam bidang hadits:

 Al-Arba'in An-Nawawiyah (‫)األربعين النووية‬, kumpulan 40 -tepatnya


42- hadits penting.[2]
 Riyadhus Shalihin (‫)رياض الصالحين‬,[3] kumpulan hadits mengenai etika, sikap dan
tingkah laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.
 Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), (‫)شرح صحيح مسلم‬, penjelasan kitab
Shahih Muslim bin al-Hajjaj.[4]
 At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir. ( ‫التقريب والتيسير لمعرفة سنن‬
‫)البشير النذير‬, pengantar studi hadits.
Dalam bidang fiqih:

 Minhaj ath-Thalibin (‫)منهاج الطالبين وعمدة المفتين في فقه اإلمام الشافعي‬.


 Raudhatuth Thalibin,
 Al-Majmu` Syarhul Muhadzdzab (‫)المجموع شرح المهذب‬, panduan hukum Islam yang
lengkap.
 Matn al-Idhah fil-Manasik (‫)متن اإليضاح في المناسك‬, membahas tentang haji.
Dalam bidang bahasa:

 Tahdzibul Asma’ wal Lughat.


Dalam bidang akhlak:

 At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran (‫)التبيان في آداب حملة القرآن‬.


 Bustanul Arifin,
 Al-Adzkar (‫)األذكار المنتخبة من كالم سيد األبرار‬, kumpulan doa Rasulullah.[5]
Dan lain-lain:

 Tahdzib al-Asma (‫)تهذيب األسماء‬.


 Ma Tamas Ilaihi Hajah al-Qari li Shahih al-Bukhari ( ‫ما تمس إليه حاجة القاري لصـحيح‬
‫)البـخاري‬.
 Tahrir al-Tanbih (‫)تحرير التنبيه‬.
 Adab al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti (‫)آداب الفتوى والمفتي والمستفتي‬.
 At-Tarkhis bi al-Qiyam (‫)الترخيص بالقيام لذوي الفضل والمزية من أهل اإلسالم‬.

8. Ibnu Khaldun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian


Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-
Hadrami (‫( )عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي‬27 Mei 1332 – 19 Maret 1406) adalah seorang
sejarawan muslim dari Tunisia[1] dan sering disebut sebagai bapak pendiri
ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah (Pendahuluan/Pengantar).
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H/27 Mei 1332 M ini dikenal sebagai sejarawan
dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun
dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi
yang logis dan realistis telah dikemukakannya jauh sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David
Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia
remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu
Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai
masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-
tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Riwayat hidup
Kehidupan Ibn Khaldun didokumentasikan dengan baik, saat dia menulis sebuah otobiografi (
‫التعريف بابن خلدون ورحلته غربا وشرقا‬, at-Ta'rīf bi-ibn Khaldūn wa-Riḥlatih Gharban wa-Sharqan [2]) di
mana banyak dokumen mengenai hidupnya dikutip kata per kata.
Abdurahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin bin Abdurahman bin Ibnu
Khaldun, yang dikenal sebagai "Ibnu Khaldun", lahir di Tunisia pada tahun 1332 M (732 H)
berasal dari keluarga Andalusia kelas atas keturunan Arab. Leluhur keluarga tersebut memiliki
hubungan kekerabatan dengan Waíl ibn Hujr, seorang teman Nabi Muhammad. Keluarga Ibnu
Khaldun memiliki banyak kantor di Andalusia (Spanyol),kemudian beremigrasi ke Tunisia setelah
jatuhnya Sevilla ke Reconquista pada tahun 1248. Di bawah pemerintahan dinasti
Hafsiyun beberapa keluarganya memegang jabatan politik; namun Ayah dan kakek Ibnu Khaldun
menarik diri dari kehidupan politik dan bergabung dalam tatanan mistis. Saudaranya, Yahya
Khaldun, juga seorang sejarawan yang menulis sebuah buku tentang dinasti Abdalwadid, dan ia
dibunuh oleh saingannya yakni seorang ahli historiografi.[3]
Dalam otobiografinya, Ibnu Khaldun menelusuri keturunannya hingga masa Nabi Muhammad
melalui suku Arab dari Yaman, khususnya Hadramaut yang datang ke Semenanjung Iberia pada
abad kedelapan pada awal penaklukan Islam. Dengan kata-katanya sendiri: "Dan keturunan kita
berasal dari Hadramaut, dari orang-orang Arab Yaman, melalui Wa'il ibn Hujr yang juga dikenal
sebagai Hujr bin Adi, dari orang-orang Arab terbaik, terkenal dan dihormati." (Halaman 2429,
edisi Al-Waraq). Namun, penulis biografi Mohammad Enan mempertanyakan klaim tersebut,
dengan menunjukkan bahwa keluarganya adalah seorang Muladi yang berpura-pura berasal dari
Arab untuk mendapatkan status sosial.[4] Enan juga menyebutkan tradisi masa lalu
terdokumentasi dengan baik, mengenai kelompok-kelompok Berber tertentu, di mana mereka
secara hati-hati "menambah" diri mereka menjadi beberapa keturunan Arab. Motif semacam ini
adalah demi keinginan untuk meraih kekuasaan politik dan kemasyarakatan. Beberapa pihak
berspekulasi tentang keluarga Khaldun ini; Di antaranya menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun
sendiri adalah produk dari keturunan Berber yang sama dengan mayoritas penduduk asli tempat
kelahirannya. Sarjana Islam Muhammad Hozien berpendapat bahwa "Identitas palsu [Berber]
akan berlaku namun pada saat nenek moyang Ibnu Khaldun meninggalkan Andalusia dan
pindah ke Tunisia mereka tidak mengubah klaim mereka terhadap keturunan Arab. Bahkan di
saat Berber berkuasa, Pemerintahan Al-Marabats dan al-Mowahid, dan Ibnu Khaldun tidak
merebut kembali warisan Berber mereka". Penelusuran Ibu Khaldun dari silsilah dan nama
keluarganya sendiri dianggap sebagai indikasi paling kuat dari keturunan Arab Yaman.

Karya
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi di antaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun
(sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas
kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin
(sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan
ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam
Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya
“The Islamic Review & Arabic Affairs” pada tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya
Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-
satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli
sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah
satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah Muqaddimah (Pendahuluan) yang
merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun
menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metode-metodanya yang
masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial
tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan
antara masyarakat primitif dengan masyarakat modern dan bagaimana sistem pemerintahan dan
urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara
berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis
terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam
individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam berbicara tentang
paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah
karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu
dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori
sejarah.
Ibnu Khaldun amat sangat meyakini, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung
pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan
negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang
ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju
ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-
bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun
karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya.
Karena pemikiran-pemikirannya yang brilian Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar
ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya
menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran.
Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama
yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat
meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan
sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”

Peninggalan

Gagasan Ibnu Khaldun menginspirasi hadirnya kurva Laffer

Ibnu Khaldun pertama kali menjadi perhatian dunia Barat pada tahun 1697, ketika sebuah
biografi tentang beliau muncul di Bibliothèque Orientale Barthélemy d'Herbelot de Molainville.
Ibnu Khaldun mulai mendapatkan perhatian lebih pada tahun 1806, ketika Silvestre de Sacy's
Chrestomathie Arabe memasukkan biografinya bersama dengan terjemahan bagian
Muqaddimah sebagai Prolegomena.[5] Pada tahun 1816, de Sacy kembali menerbitkan sebuah
biografi dengan deskripsi yang lebih rinci tentang Prolegomena. Rincian lebih lanjut tentang dan
sebagian terjemahan Prolegomena muncul selama bertahun-tahun sampai edisi bahasa Arab
yang lengkap diterbitkan pada tahun 1858. Sejak saat itu, karya Ibnu Khaldun telah dipelajari
secara luas di dunia Barat dengan minat khusus.

 Sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee menyebut Muqaddimah sebagai "sebuah


filosofi sejarah yang tidak diragukan lagi merupakan karya terbesar dari jenisnya
yang pernah diciptakan oleh pikiran manapun kapanpun atau dimanapun."[6]
 Filsuf Inggris Robert Flint menulis hal berikut tentang Ibn Khaldun: "Sebagai seorang
ahli teori sejarah, dia sama sekali tidak setara dalam usia atau negara manapun
sampai Vico muncul, lebih dari tiga ratus tahun kemudian. Plato, Aristoteles, dan
Agustinus bukanlah teman sebayanya, dan Semua yang lain tidak layak untuk
disebutkan namanya bersamanya ".
 Abderrahmane Lakhsassi menulis: "Tidak ada sejarawan Arab Maghrib terutama
orang-orang Berber dapat melakukan sesuatu tanpa kontribusi historisnya."
 Ahli antropologi filsuf Inggris Ernest Gellner mempertimbangkan definisi
pemerintahan oleh Ibnu Khaldun sebagai "sebuah institusi yang mencegah
ketidakadilan", sebagai yang terbaik dalam sejarah teori politik.[7]
 Egon Orowan, yang menciptakan konsep socionomy, dipengaruhi oleh gagasan Ibnu
Khaldun tentang evolusi masyarakat.[8]
 Arthur Laffer, yang menamai kurva Laffer, mencatat bahwa, antara lain, beberapa
gagasan Ibnu Khaldun menginspirasinya.[9]
 Pada tahun 2004, Pusat Komunitas Tunisia meluncurkan Penghargaan Ibnu Khaldun
yang pertama sebagai seorang berprestasi berpendidikan tinggi / berpendidikan
Tunisia / Amerika yang karyanya mencerminkan gagasan Ibnu Khaldun tentang
kekerabatan dan solidaritas. Penghargaan ini dinamai Ibn Khaldun karena dia diakui
secara universal sebagai Bapak Sosiologi dan juga untuk konvergensi gagasannya
dengan tujuan dan program organisasi.
 Pada tahun 2006, Atlas Economic Research Foundation meluncurkan sebuah kontes
esai tahunan untuk siswa yang diberi nama dalam kehormatan Ibnu Khaldun. Tema
dari kontes ini adalah "bagaimana individu, think tank, universitas dan pengusaha
dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk memungkinkan pasar bebas
berkembang dan memperbaiki kehidupan warganya berdasarkan ajaran dan tradisi
Islam."
 Pada tahun 2006, Spanyol memperingati ulang tahun ke 600 kematian Ibnu Khaldun.

9. Ibnu al-Haitsam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk the Moon crater, lihat Alhazen (crater). Untuk the asteroid, lihat 59239 Alhazen.

Hasan bin al-Haitsam


(Alhazen)
Alhazen (Ibnu Haitsam)

Abu Ali al-Hasan bin al-Hasan bin al-Haitsam (bahasa Arab:  ‫أبو علي الحسن بن الحسن بن‬
‫ )الهيثم‬atau Ibnu al-Haitsam (Bashrah, 965 - Qahirah 1039), dibarat lebih dikenal
dengan nama Alhazen. Adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam
bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula
melakukan penelitian mengenai cahaya, dan telah memberikan banyak inspirasi
pada ahli sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam
menciptakan mikroskop serta teleskop.langgragian mekanik dg principle least of
action

Sejarah
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam[sunting | sunting sumber]
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak sarjana dan
ilmuwan yang sangat hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan,
kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat
dilihat pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai
ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat
menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Walaupun Ibnu al-Haitsam lebih dikenal dalam bidang sains dan pengobatan, tetapi
dia juga ahli dalam bidang agama, falsafah, dan astronomi.
Perjalanan hidup[sunting | sunting sumber]
Dikalangan cendikiawan Barat, Ibnu al-Haitsam dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu
al-Haitsam dilahirkan di Basrah pada tahun 354H atau 965 Masehi. Ia memulai
pendidikan awalnya di Basrah sebelum diangkat menjadi pegawai pemerintah
ditempat kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja dipemerintahan, Ibnu al-
Haitsam pergi ke Ahwaz dan Mesir diperjalanan ke Ahwaz, Ibnu al-Haitsam
menghasilkan beberapa karya tulis yang luar biasa.
Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, telah membawanya berhijrah ke Mesir.
Selama di Mesir Ibnu al-Haitsam melakukan beberapa penyelidikan mengenai aliran
Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan
menuju Universitas Al-Azhar.
Ibnu al-Haitsam telah menjadi seorang yang mahir dalam bidang sains, falak, mate-
matika, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai cara kerja mata
manusia, telah menjadi salah satu Referensi yang penting dalam bidang kajian sains
di Barat. Teorinya mengenai pengobatan mata masih digunakan hingga saat ini
diberbagai Universitas di seluruh dunia.

Karya dan penelitian[sunting | sunting sumber]


Sains[sunting | sunting sumber]
Ibnu Haitsam merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan.
Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat
seperti Boger, B aasdacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia
merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting
mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya
banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan
matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitsam, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19
derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari
berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, dia juga telah berhasil
menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Ibnu Haitsam juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari
situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan
di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitsam telah menemui prinsip isi padu udara
sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500
tahun kemudian. Ibnu Haitsam juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi
sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitsam mengenai
jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara
teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang
gambar. Teori dia telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya
disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang
dapat kita lihat pada masa kini.
Filsafat[sunting | sunting sumber]
Selain sains, Ibnu Haitsam juga banyak menulis mengenai falsafah, logika,
metafisika, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Ia turut menulis
ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.
Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah
yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu
perkara berpunca daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.
Dia juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua
dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia ada.
Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.
Bagi Ibnu Haitsam, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan
ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk
menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan
sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fisik dan mental akan turut
mengalami kemerosotan.
Karya[sunting | sunting sumber]
Ibnu Haitsam membuktikan bahwa ia bergairah mencari dan mendalami ilmu
pengetahuan pada usia mudanya, sehingga dia berhasil menulis banyak buku dan
makalah. Di antara buku hasil karyanya pada bidang optik sebagai berikut:

1. Risalah Fi Al-Ain Wa Al-Abshar


2. Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Ad-Dawa'ir
3. Risalah Fi In'ithaf Adh-Dhau
4. Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Al-Quthu
5. Kitab Fi Al-Halah Wa Qaus Qazah
Selain pada bidang optik, Ibnu Haitsam pun ahli dalam bidang astronomi, berikut
nama-nama buku yang ditulis oleh Ibnu Haistam dalam bidang Astronomi:

1. At-Tanbih Ala Ma Fi Ar-Rashdi Min Al-Ghalath


2. Irtifa' Al-Kawakib
3. Maqalah Fi Ab'ad Al-Ajram As-Samawiyyah wa Iqdar I'zhamiha wa Ghairiha
4. Kitab Fi Hai'ati Al-Alam
5. Risalah Fi Asy-Syafaq
Ibnu Haitsam pun sangat terampil dalam bidang matematika, berikut karyanya dalam
bidang matematika:

1. AL-Jami' Fi Ushul Al-Hisab


2. Ilal Al-Hisab Al-Hindi
3. Ta'liq Ala Ilm Al-Jabar
4. Al-Mukhtashar Fi Ilm Al-Handasah[10]
5. Tarbi' Ad-Da'irah
6. Al-Asykal Al-Hilaliyah
Sumbangan Ibnu Haitsam kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Karena itulah
Ibnu Haitsam dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya
dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan
hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai