Anda di halaman 1dari 25

Halaqah 01 – Mengapa Kita Harus Belajar Tauhid

ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬


ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 1, Mengapa Kita Harus Mempelajari Tauhid

Kaum muslimin yang dimulyakan oleh Allah ‫ﷻ‬, ini adalah halaqah yang pertama dari silsilah belajar
tauhid yang berjudul “Mengapa Kita Harus Mempelajari Tauhid?

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita, karena Allah
‫ ﷻ‬menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu meng-Esakan ibadah kepada
Allah ‫ ﷻ‬Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

ٌُٔ‫َعْجُذ‬ِٛ‫َٔيَب ﺧَهَﻘْذُ انْﺠٍَِّ َٔاْﻹَِْشَ اِﻻَّ ن‬

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (Qs. Adz-
Dzariyaat: 56)

Oleh karena itulah Allah ‫ ﷻ‬telah mengutus para Rasul kepada setiap ummat tujuannya adalah untuk
mengajak mereka kepada tauhid. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

ۖ َ‫ كُمِّ أُيَّخٍ سَصُٕنًب أٌَِ اعْجُذُٔا انهََّّ َٔاجْزَُِجُٕا انﻄَّبﻏُٕد‬ِٙ‫… َٔنَﻘَذْ ثَعَﺜَُْب ﻓ‬

“Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul yang mereka
berkata kepada kaumnya, ‟‟Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (Qs. An Nahl : 36)

Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allah ‫ﷻ‬

Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti dari ajaran
Islam, maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari
ilmu-ilmu yang banyak.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang pertama ini dan in syā Allah kita bertemu kembali
pada halaqah yang ke-2.
Halaqah 02 – Syarat Mutlak Masuk Surga
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 2, Tauhid adalah syarat mutlak untuk masuk ke dalam surga

Saudaraku.. Orang yang menginginkan kebahagiaan di surga maka dia harus memiliki modal yang
satu ini yaitu modal bertauhid. Tidak akan masuk ke dalam surga kecuali orang-orang yang bertauhid
meskipun terkadang dia di adzab sebelumnya ke dalam neraka karena dosa yang dia lakukan. Nabi ‫ﷺ‬
bersabda:

ُُّْ ِ‫ َى َٔ ُس ْٔ ٌح ي‬َٚ ‫ َٔ َك ِه ًَزُُّ أ َ ْنﻘَبَْب اِنَٗ َي ْش‬،ُُّ‫ص ْٕن‬


ُ ‫ْ َضٗ َع ْجذ ُ هللا َٔ َس‬ٛ‫ َٔأَ اٌ ِع‬،ُُّ‫ص ْٕن‬ َ ‫ َٔأَ اٌ ُي َح اًذًا‬،ُ َّ‫ْكَ ن‬ٚ‫َي ٍْ َش ِٓذَ أَ ٌْ َﻻ اِنََّ ِا اﻻ هللا َٔحْ ذَُِ َﻻ ش َِش‬
ُ ‫ع ْجذُُِ َٔ َس‬
‫بس َح ٌّق أَدْ َﺧهَّ ُ هللا ان َﺠُاخ ُ َعهَٗ َيب َكبٌَ يِ ٍَ ْانعَ ًَ ِم‬
َ ‫َٔانْ َﺠُاخَ َح ٌّق َٔانُا‬

“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah,
tidak ada sekutu bagi-Nya dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya,
dan bersaksi bahwasanya Isa adalah Hamba Allah dan juga Rasul-Nya, dan kalimat-Nya ” Ya Allah
tiupkan kepada Maryam dan ruh dari Allah ‫ ﷻ‬dan bersaksi bahwasanya surga adalah benar dan
neraka adalah benar” maka Allah ‫ ﷻ‬akan memasukkan dia ke dalam surga sesuai dengan apa yang
telah diamalkan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits yang lain Nabi kita ‫ ﷺ‬bersabda:

‫جْزَ ِغٗ ِثزَنِكَ َٔجْ َّ هللا‬َٚ . ‫بس َي ٍْ قَب َل ﻻَ اِنََّ ِاﻻا هللا‬
ِ ‫عهَٗ انُا‬
َ ‫ﻓَبِ اٌ هللا قَذْ َح اش َو‬

“Sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengatakan ‫ ﻻانّ اﻻ هلل‬tidak ada
sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah ‫ﷻ‬, yang dia mengharap dengan kalimat tersebut
wajah Allâh ‫( ”ﷻ‬HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan surga Allah ‫ ﷻ‬adalah
dengan bertauhid.

itulah halaqah yang ke 2 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Halaqah 03 – Bahaya Kesyirikan
Halaqah – 03 Bahaya Kesyirikan | HSI

ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬


ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Akhil karim..
Tauhid adalah amalan yang paling Allah ‫ ﷻ‬cintai, sebaliknya syirik (menyekutukan Allah ‫ ﷻ‬dalam
beribadah) adalah amalan yang sangat Allâh ‫ ﷻ‬murkai. Allah ‫ ﷻ‬memang Maha Pengampun akan
tetapi bila seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allâh ‫ﷻ‬, Maka
Allah ‫ ﷻ‬tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut

Orang tersebut akan kekal di dalam Neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk
masuk ke dalam surga-Nya Allah ‫ﷻ‬, Sungguh ini adalah sebuah kerugian yang tidak ada kerugian
yang lebih besar daripada kerugian ini

Allah ‫ ﷻ‬berfirman

‫َشَآ ُء‬ٚ ًٍَ ‫َ ْغﻔ ُِش َيبد ٌَُٔ رَنِكَ ِن‬َٚٔ ِّ ‫ ُ ْش َشكَ ِث‬ٚ ٌَ‫َ ْغﻔ ُِش أ‬َٚ‫ِا اٌ هللاَ ﻻ‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan masih mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendaki.” (An-Nisaa : 48)

Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman

‫بس‬
ٍ ‫ص‬َ ََ‫ٍَ يِ ٍْ أ‬ٛ ًِِ‫ِهظبن‬ ُ ‫ْ ِّ انْ َﺠُاخَ َٔ َيؤ ْ َٔاُِ انُا‬َٛ‫عه‬
‫بس َٔ َيب ن ا‬ ِ ‫ ُ ْش ِش ْك ِثب‬ٚ ٍ‫ِاَاُّ َي‬
َ ُ‫هلل ﻓَﻘَذْ َح اش َو هللا‬

“Sesungguhnya, barang siapa yang menyekutukan Allah, maka Allah mengharamkan baginya surga,
dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada penolong bagi orang-orang zhalim.” (QS. Al-
Maidah : 72)

Oleh karena itu hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini. Terkadang seseorang terjerumus ke
dalam dosa ini sedangkan dia tidak menyadarinya, Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu yaitu ilmu
Agama, belajarlah dan berdo‟alah kepada Allah

Berdo‟alah kepada Allah ‫ ﷻ‬dengan sejujur-jujurnya. Semoga Allah ‫ ﷻ‬melindungi kita dan keluarga
kita dari perbuatan syirik ini

Itulah halaqah yang ke 3 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Halaqah 04 – Syirik Membatalkan Amalan
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 4, Syirik Membatalkan Amalan

Pernahkah Anda kehilangan file data berharga, hasil kerja keras Anda selama berhari-hari atau
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun? bagaimanakah perasaan Anda saat itu? sedih bukan!
terkadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file yang berharga tersebut kembali.

Saudaraku sekalian..
Syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang. Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman

َ ‫ ٍَ ثَ ِم ا‬ٚ‫ﻄ اٍ َع ًَهُكَ َٔنَزَ ُكَٕ اٍَ يِ ٍَ ْانخَبص ِِش‬


َ َ‫َ ْحج‬َٛ‫ ٍَ يِ ٍْ قَجْهِكَ نَئ ٍِْ أ َ ْش َش ْكذَ ن‬ِٚ‫ْكَ َٔاِنَٗ اناز‬َٛ‫ اِن‬ٙ ُ
ٍَ ٚ‫َّللا ﻓَب ْعجُذْ َٔ ُك ٍْ يِ ٍَ ان اشبك ِِش‬ َ ِ‫َٔنَﻘَذْ أٔح‬

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu Wahai Muhammad (Nabi-nabi) dan orang-orang
sebelummu bahwa “Apabila kamu berbuat syirik Maka sungguh akan batal amalanmu dan jadilah
engkau termasuk orang-orang yang merugi” Maka sembahlah Allah saja dan jadilah kamu termasuk
orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az-Zumar : 65-66)

Dalam ayat ini, seorang Nabi pun apabila dia berbuat syirik maka batal amalannya, Oleh karena itu,
saudara sekalian jagalah amalan Anda yang sudah Anda tabung bertahun-tahun, jangan biarkan
amalan tersebut hilang begitu saja hanya karena kejahilan Anda terhadap Tauhid dan juga syirik.,
terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa bisa menghancurkan amalan sebesar gunung dan
belum tentu ada waktu lagi untuk bisa menabung kembali

Itulah halaqah yang ke 4 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Halaqah 05 – Taubat Dari Kesyirikan
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 5, Taubat Dari Kesyirikan

Orang yang berbuat syirik saudara sekalian dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allah
maka dosa syirik tersebut tidak akan diampuni. Namun, apabila dia bertaubat sebelum dia
meninggal, maka Allah ‫ ﷻ‬akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat
Nasuha adalah taubat yang terpenuhi di dalamnya 3 syarat

1. Menyesal,
2. Meninggalkan perbuatan tersebut,
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi.

Allah ‫ ﷻ‬berfirman

‫ى‬ٛ ِ‫انشح‬
‫ٕس ا‬ُ ُ‫عًب اَِاّ ُ ْ َُٕ ْانغَﻔ‬ٛ ًِ‫ٕة َج‬ ُ ُْ‫ٍَ أَص َْشﻓُٕا َعهَٗ أََﻔ ُ ِض ِٓ ْى ﻻَرَﻘ‬ِٚ‫َب ِعجَبدِ٘ اناز‬ٚ ‫قُ ْم‬
َ َُُّ‫َ ْغﻔ ُِش انز‬ٚ َ‫َﻄٕا يِ ٍ اسحْ ًَ ِخ هللاِ اِ اٌ هللا‬

“Katakanlah Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri yaitu
dengan berbuat dosa , janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allâh.Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Az-Zumar : 39-53)

RasulullAh ‫ ﷺ‬bersabda

‫ُغ َْشﻏ ِْش‬ٚ ‫َ ْﻘ َج ُم ر َْٕ َثخَ ْان َع ْج ِذ َيب نَ ْى‬ٚ ‫ِا اٌ هللا‬

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama Ruh Belum sampai ke
tenggorokan.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah dan dihasankan oleh syaikh Al-Albany rahimahullah)

Para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬tidak semua lahir dalam keadaan islam. Bahkan banyak diantara mereka masuk
islam ketika sudah besar dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan, supaya tidak terjerumus
kembali ke dalam kesyirikan maka seseorang harus mempelajari tauhid dan memahaminya dengan
baik, Mengetahui jenis-jenis kesyirikan sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.
Halaqah 06 – Apa Itu Tauhid‫ا‬
Halaqah yang ke 6, Apa Itu Tauhid

Saudara sekalian semoga َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬


ُ ُ‫ هللا‬memberikan pemahaman kepada kita semua, sebelum kita
jauh melangkah di dalam silsilah ini tentunya kita harus benar-benar memahami apa makna tauhid
yang wajib kita pelajari dan kita amalkan

Tauhid secara bahasa adalah mengesakan, Adapun secara istilah maka tauhid adalah mengesakan
ُ‫ هللا‬di dalam beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehigga dia meninggalkan peribadatan
kepada selain ُ ‫ هللا‬seperti
 Berdoa kepada selain ُ‫هللا‬
 Bernadzar untuk selain ُ ‫هللا‬
 Menyembelih untuk selain ُ‫ هللا‬dll

Apabila seseorang beribadah kepada ُ ‫ هللا‬dan menyerahkan sebagian Ibadah kepada selain ُ‫ هللا‬siapapun
dia entah itu seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah yang dinamakan
dengan syirik (menyekutukan َٗ‫ هللاُ صُ ْج َحبََُّ َٔ رَعَبن‬di dalam beribadah, َٗ‫ هللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬berfirman

َ َ‫ ِّ َٔقَ ْٕيِ ِّ ِاَاُِٗ ثَ َشآ ٌء ِ ّي اًؤ رَ ْعجُذ ٌَُٔ ِاﻻا انازِ٘ ﻓ‬ٛ‫ ُى أل َ ِث‬ِْٛ‫َٔ ِارْ قَب َل اِث َْشا‬
َِٙ‫ﻄ َش‬

“Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada Bapaknya dan Kaumnya, Sesungguhnya aku berlepas
diri dari apa yang kalian sembah kecuali Dzat yang telah menciptakan aku.” (Qs. az-Zukhruf : 26-
27)

‫صٕ ُل ا‬
‫َّللاِ ﷺ‬ ُ ‫ َس‬bersabda

ِّ‫ُعْجَذُ يٍِْ دٌُِْٔ انهِّ حَشُوَ يَبنُُّ َٔدَيُُّ َٔ حِضَبثُُّ عَهَٗ انه‬ٚ ‫يٍَْ قَبلَ ﻻَ اِنََّ اِﻻَّ انهُّ َٔ كَﻔَشَ ثًَِب‬

“Barang siapa yang mengatakan ‫ ﻻ انّ اﻻ هلل‬dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain ُ ‫هللا‬
maka haram hartanya dan darahnya (tidak boleh diganggu) dan perhitungannya (hisabnya) adalah
atas ٗ‫هللا ُ صُ ْج َحبََُّ َٔ َرعَب َن‬.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu rukun kalimat tauhid ‫ ﻻ انّ اﻻ هلل‬ada 2 :

1. Nafi ( pengingkaran) pada kalimat ّ‫ ﻻ ان‬Artinya : tidak ada tuhan yang berhaq disembah,
maksudnya adalah mengingkari tuhan-tuhan selain ُ ‫هللا‬
2. Itsbat / penetapan pada kalimat ‫ اﻻ هلل‬artinya (kecuali ُ‫ )هللا‬Maksudnya adalah
menetapkan ُ‫ هللا‬sebagai satu-satunya sesembahan.
Halaqah 07 – Termasuk Syirik Memakai Jimat
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 7, Termasuk Syirik Memakai Jimat

Saudaraku sekalian Allah ‫ ﷻ‬adalah Dzat yang memberi manfaat dan mudhorot. Kalau Allah ‫ﷻ‬
menghendaki untuk memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa
mencegahnya.

Demikian pula sebaliknya ketika Allah ‫ ﷻ‬menghendaki untuk menimpakan musibah kepada seseorang
maka tidak akan ada yang bisa menolaknya

Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang muslim untuk hanya bergantung kepada Allah ‫ﷻ‬
semata dan merasa cukup dengan Allah ‫ ﷻ‬dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari
mudharat. Seperti Dalam Mencari rezeki, Mencari keselamatan, Mencari kesembuhan dari penyakit
dan lain-lain

Dan tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan, seperti : Jimat, Wafaq,
Susuk dan berbagai jenisnya. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersab da

َ‫ ًَخً ﻓَﻘَذْ أ َ ْش َشك‬ٛ ًَِ‫َي ٍْ َعهاقَ ر‬

“Barang siapa yang menggantungkan tamimah (jimat) dan semisalnya maka sungguh dia telah
berbuat syirik.” (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani ُ ‫ًُّ هللا‬ٙ ِ‫)سح‬
ٙ

Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab atau perantara maka ini
termasuk syirik kecil. Karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab, padahal
yang berhak menentukan sesuatu itu sebab atau tidak adalah Dzat yang menciptakannya yaitu Allah ‫ﷻ‬
Kemudian, Apabila dia meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat
dan memberikan mudhorot maka ini termasuk syirik besar yang bisa mengeluarkan seseorang dari
islam.

Semoga Allah ‫ ﷻ‬memudahkan kita dan juga saudara-saudara kita untuk meninggalkan
perbuatan syirik yang sudah tersebar ini dan menjadikan ketergantungan hati kita dan mereka hanya
kepada Allah. ‫م‬ٛ‫حضجُب هلل َٔعى انٕك‬

‫ِا ٌْ شَب َء ا‬
Itulah halaqah yang ke 7 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya, ُ ‫َّللا‬
Halaqah 08 – Bertabarruk (Mencari Barokah)
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 8, Bertabarruk (mencari barakah)

Kaum Muslimin.. Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya. َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬ ‫ ا‬adalah Dzat
ُ ُ‫َّللا‬
َ
yang berbarakah artinya banyak kebaikanNya. ٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬ ‫ ا‬berfirman
ُ ُ‫َّللا‬

ًٍٛ‫رجشك هلل سة انعبن‬

”Dan ُ ‫َّللا‬‫ ا‬adalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian makhlukNya
sehingga makhluk tersebut menjadi Makhluk yang berbarokah dan banyak kebaikanya”. َٔ ََُّ‫صجْ َحب‬ ‫ا‬
ُ ُ‫َّللا‬
َٗ‫ رَ َعبن‬juga berfirman

ًٍَِٛ َ‫بس ًكب َُْٔذًٖ ن ِْهعَبن‬


َ َ‫بس نَهازِ٘ ثِجَ اكخَ ُيج‬
ِ ‫ض َع نِهُا‬ ٍ ْٛ َ‫اِ اٌ أَ أ َل ث‬
ِ ُٔ ‫ذ‬

“Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allâh letakkan bagi manusia untuk beribadah adalah yang
ada di makkah yang berbarokah dan petunjuk bagi seluruh alam.” (Qs. Ali Imran: 96)

Ka‟bah diberikan barakah oleh َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬ ‫ ا‬dan cara mendapatkan barokahnya atau kebaikannya
ُ ُ‫َّللا‬
َ
adalah dengan melakukan ibadah di sana. ٗ‫َّللاُ صُ ْج َحبََُّ َٔ رَعَبن‬
‫ ا‬berfirman

َ ‫هَ ٍخ ُي َج‬ْٛ َ‫ ن‬ِٙ‫ِاَاب أ َ َْزَ ْنَُبُِ ﻓ‬


ٍَ ٚ‫بس َك ٍخ اَِاب ُكُاب ُي ُْز ِِس‬

“Sesungguhnya kami telah menurunkan Alquran pada malam yang berbarokah, sesungguhnya kami
memberikan peringatan.” (Qs. Ad Dukhan: 3)

Malam lailatul qadr adalah malam yang berbarokah dan cara mendapatkan barakahnya dan juga
kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang ulama berbarakah dengan
ilmunya dan juga dakwahnya, cara mencari keberkahannya dan juga kebaikannya adalah dengan
menimba ilmu dari ulama tersebut. Disana ada barakah yang sifatnya dzaatiyah yaitu dzat yang
‫ ا‬berikan kepada para
berbarakah dimana barokah seperti ini bisa berpindah, barakah jenis ini hanya ُ ‫َّللا‬
Nabi dan juga Rasul. Oleh karena itu, dahulu para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬bertabarruk dengan bekas air
wudhu Nabi ‫ ﷺ‬rambut beliau, keringat beliau dan lain-lain.

Sepeninggal beliau Rasulullah ‫ ﷺ‬mereka tidak melakukan hal ini kepada Abu Bakar dan Umar dan
para sahabat yang lain, dan ini menunjukkan bahwasanya ini adalah kekhususan para Nabi dan juga
para Rasul. Meminta barokah hanya kepada Allâh dan dengan cara yang di syariatkan. Adapun
meminta barokah dari ُ‫َّللا‬ ‫ ا‬dengan sebab yang tidak disyariatkan seperti dengan mengusap dinding
mesjid tertentu, atau mengambil tanah kuburan tertentu dan lain-lain, maka ini termasuk dalam syirik
kecil, Semoga َٗ‫َّللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬
‫ ا‬memberkahi kita dan keluarga kita. Aamiin

Inilah halaqah yang ke 8 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Halaqah 09 – Termasuk Syirik Besar Menyembelih
Untuk Selain Allâh ‫ﷻ‬
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke 9, Termasuk Syirik Besar Menyembelih Untuk Selain َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬ ‫ا‬
ُ ُ‫َّللا‬

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam ini. Didalamnya ada pengagungan
‫ ا‬Rabb semesta alam dan merupakan wujud cinta dengan mengorbankan sebagian harta kita
terhadap ُ‫َّللا‬
‫ ا‬Seperti Ibadah qurban di hari raya, Aqiqah, dan juga Hadiyuh bagi sebagian jama‟ah haji.
untuk ُ‫َّللا‬

َٗ‫َّللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬


‫ ا‬telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah yang mulia ini hanya untuk ُ‫َّللا‬
‫ ا‬semata.
Sebagaimana firman َٗ‫َّللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬
‫ا‬

‫ص ِّم ن َِش ِثّكَ َٔا َْ َح ْش‬


َ َ‫ﻓ‬

“Maka shalatlah dan menyembelihkan untuk Tuhanmu.” (Qs. Al Kautsar: 2)

‫ ا‬dalam rangka
Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain ُ ‫َّللا‬
mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allâh sama saja kepada seorang Nabi atau kepada
seorang wali, atau kepada jin dan lain-lain maka dia telah terjatuh kepada syirik besar yang
‫ا‬
mengeluarkan seseorang dari islam, membatalkan amalannya dan terkena ancaman laknat dari ُ‫َّللا‬
َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬
ُ , sebagaimana sabda Rasulullah ‫ﷺ‬

‫ش هلل‬ٛ‫نعٍ هلل يٍ رثح نغ‬

“Allâh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allâh.” (HR. Muslim)

Dan Makna dari laknat adalah dijauhkan dari Rahmat َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬ ‫ ا‬Oleh karenanya, janganlah
ُ ُ‫َّللا‬
sekali-kali kita sebagai seorang muslim berkorban dan menyembelih untuk selain ُ ‫َّللا‬ ‫ ا‬sedikitpun,
Meskipun dengan seekor lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari
mudharat. Kita harus yakin sebagai seorang muslim bahwa manfaat dan juga mudharat di tangan
َٗ‫َّللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬
‫ ا‬semata. Dan hanya kepada-Nya lah seorang muslim bertawwakal

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke 9 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya
Halaqah 10 – Termasuk Syirik Bernadzar Untuk
Selain Allâh ‫ﷻ‬
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

‫ ا‬adalah seseorang mengatakan misalnya wajib bagi saya melakukan ibadah ini
Bernadzar untuk ُ‫َّللا‬
‫ ا‬, atau dengan mengatakan saya bernadzar untuk ُ ‫َّللا‬
dan itu untuk ُ‫َّللا‬ ‫ ا‬bila terlaksana hajat saya.

Bernadzar kaum muslimin yang di muliakan oleh َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬ ‫ ا‬adalah Ibadah dan sebuah bentuk
ُ ُ‫َّللا‬
pengagungan. Karenanya bernadzar ini tidak diperkenankan kecuali untuk َٗ‫َّللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬
‫ ا‬semata,
‫ ا‬akan berpuasa satu hari jika lulus ujian, atau bernadzar untuk ُ ‫َّللا‬
seperti seseorang bernadzar untuk ُ ‫َّللا‬ ‫ا‬
akan mengadakan umrah jika sembuh dari penyakit dan lain-lain. َٗ‫صجْ َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬ ‫ ا‬berfirman:
ُ ُ‫َّللا‬

‫بس‬
ٍ ‫ص‬َ ََ‫ٍَ يِ ٍْ أ‬ٛ ًِِ‫ِهظبن‬
‫َ ْعهَ ًُُّ َٔ َيبن ا‬ٚ َ‫ُُ َٔ َيآأََﻔَﻘْزُى ِ ّيٍ َاﻔَﻘَ ٍخ أَ ْٔ ََزَ ْسرُى ِ ّيٍ َازْ ٍس ﻓَبِ اٌ هللا‬

“Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan, maka sesungguhnya ٗ‫َّللا ُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَب َن‬
‫ا‬
mengetahuinya…” (Qs. Al-Baqarah: 270)

ٗ‫َّللاُ رَ َعب َن‬


‫ ا‬mengabarkan bahwasanya Allâh mengetahui nadzar para hambanya di dalam ayat ini, dan
akan membalas dengan balasan yang baik. Ini menunjukkan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang
seorang muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut. Dan Menunaikan nadzar apabila
dalam ketaatan hukumnya adalah wajib. Berdasarkan firman َٗ‫َّللاُ صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬
‫ا‬

َ ُ ‫ُٕﻓُٕا َُز‬ٛ‫َٔ ْن‬


‫ٔسُْى‬

“Dan supaya mereka menunaikan nadzar-nadzar mereka.”

Dan sabda Nabi ‫ﷺ‬

ّ‫عص‬ٚ ‫ّ ﻓال‬ٛ‫عص‬ٚ ٌ‫ﻄعّ ٔيٍ َزس ا‬ٛ‫ع هلل ﻓه‬ٛ‫ﻄ‬ٚ ٌ‫يٍ َزس ا‬

“Barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allâh maka hendaknya menaatinya, dan barang siapa
‫ ا‬maka janganlah dia memaksiatiNya.” (HR. Bukhari)
bernadzar untuk memaksiati ُ ‫َّللا‬

Bernadzar untuk selain Allâh termasuk syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari islam.
Seperti, Seseorang bernadzar apabila sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan,
atau berpuasa untuk syeikh fulan dan lain-lain. Semoga َٗ‫ص ْج َحبََُّ َٔ رَ َعبن‬ ‫ ا‬melindungi kita dan keturunan
ُ ُ‫َّللا‬
kita dari perbuatan syirik. Aamiin.

‫ِا ٌْ شَب َء ا‬
Itulah halaqah yang ke 10 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya ُ ‫َّللا‬
Halaqah 11 – Ar Ruqyah (Jampi-jampi)
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke-11 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Ar-Ruqyah (Jampi-jampi)”

Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh. Bacaan ini
diperbolehkan selama tidak ada kesyirikan.

ٍُْ‫َك‬ٚ ْ‫َّ سُقَبكُىْ نَب ثَؤْسَ ثِبنشُّقَٗ يَب نَى‬َٙ‫ رَنِكَ ﻓَﻘَبلَ اعْشِضُٕا عَه‬ٙ ِ‫ْﻒَ رَشَٖ ﻓ‬َٛ‫َب سَصُٕلَ انهَِّّ ك‬ٚ ‫َّخِ ﻓَﻘُهَُْب‬ِٛ‫ انْﺠَبِْه‬ِٙ‫ ﻓ‬ِٙ‫َع ٍْ َع ْٕفِ ث ٍِْ َيبنِكٍ قَب َل كَُُّب ََشْق‬
ٌ‫ِّ شِشْك‬ِٛ‫ﻓ‬

Dari „Auf bin Mālik radiyallāhu „anhu berkata; Kami dahulu meruqyah di zaman Jahiliyyah, maka
kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu „alayhi wa sallam, “Yā Rasūlullāh, apa pendapatmu
tentang ruqyah ini?” Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda : “Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian,
sesungguhnya ruqyah tidak mengapa selama tidak ada kesyirikan.” (HR. Muslim).

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari:

• Ayat-ayat AlQur‟an
• Do‟a-do‟a yang diajarkan Nabi ‫ ﷺ‬dan ini lebih utama.
• Do‟a-do‟a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa Arab maupun dengan
selain bahasa Arab.

Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah
hanyalah SEBAB semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang bertawakal
kepada sebab tersebut.

Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang menciptakan sebab tersebut
yaitu Allāh َٗ‫صُجْ َحبََُّ َٔ رَعَبن‬. Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang
mengandung permohonan kepada selain Allāh, entah kepada seorang jin ataupun seorang wali
sekalipun, biasanya disebutkan disitu nama-nama mereka.

Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan nama-nama
Allāh atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa Arab, tujuannya adalah satu yaitu untuk
mengelabui orang-orang yang jahil dan tidak tahu. ruqyah yang mengandung kesyirikan telah
dijelaskan oleh Rasūlullāh ‫ ﷺ‬dalam sabda Beliau :

ٌ‫اٌَِّ انشُّقَٗ َٔانزًََّبﺋِىَ َٔانزَِّٕنَخَ شِشْك‬

‟‟Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik.‟‟ (HR. Abū Dāwūd, Ibnu
Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)
Halaqah 12 – Berdo’a Kepada selain Allâh ‫ﷻ‬
adalah Syirik Besar
ّ‫كى ٔسحًخ هللا ٔثشكبر‬ٛ‫انضالو عه‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke-12 “Berdo‟a Kepada Selain Allāh ‫ ﷻ‬Adalah Syirik Besar”.

Berdo‟a kepada Allāh ‫ ﷻ‬adalah seseorang menghadap Allāh ‫ ﷻ‬dengan maksud supaya Allāh ‫ﷻ‬
mewujudkan keinginannya, baik dengan meminta atau dengan merendahkan diri, mengharap dan
takut kepada Allāh ‫ﷻ‬. Berdo‟a dengan makna di atas adalah ibadah.

Berkata An-Nu‟mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu „anhu, “Aku mendengar Nabi ‫ ﷺ‬bersabda : „Do’a
adalah ibadah, ‟Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬membaca ayat:

ٍَِٚ‫َذْﺧُهٌَُٕ جَََُّٓىَ دَاﺧِش‬َٛ‫ ص‬ِٙ‫َضْزَكْجِشٌَُٔ عٍَْ عِجَبدَر‬ٚ ٍَِٚ‫ أَصْزَﺠِتْ نَكُىْ ۚ اٌَِّ انَّز‬َُِٕٙ‫َٔقَبلَ سَثُّكُىُ ادْع‬

“Dan Rabb kalian berkata, „Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian.
Sesungguhnya orang- orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk ke dalam
neraka jahanam dalam keadaan terhina‟.” (Ghāfir: 60) (HR. Abū Dāwūd, Tirmidzi, Nasāi, Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).

Dan makna “beribadah kepadaKu” adalah “berdoa kepadaKu”.

Apabila do‟a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh ‫ ﷻ‬semata, maka berdo‟a kepada selain Allāh ‫ﷻ‬
dengan merendahkan diri di hadapannya, mengharap dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika
dia mengharap dan takut kepada Allāh ‫ ﷻ‬adalah termasuk syirik besar.

Dan termasuk jenis do‟a adalah:

⑴ Istighātsah (meminta dilepaskan dari kesusahan)


⑵ Isti’ādzah (meminta perlindungan)
⑶ Isti’ānah (meminta pertolongan)

Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah, hanya
diserahkan kepada Allāh ‫ ﷻ‬semata. Dan perlu kita ketahui bahwasanya boleh seseorang
beristighātsah, beristi‟ādzah, beristi‟ānah kepada seorang makhluk dengan 4 syarat:

⑴ Makhluk tersebut masih hidup.


⑵ Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita.
⑶ Dia mampu sebagai makhluq untuk melakukannya.
⑷ Tidak boleh seseorang bertawakkal kepada sebab tersebut, akan tetapi bertawakkal kepada Allāh ‫ﷻ‬
yang menciptakan sebab.

Orang yang beristighātsah, beristi‟ādzah atau beristi‟ānah kepada orang yang sudah mati atau kepada
orang yang masih hidup akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita atau
meminta makhluk perkara yang tidak mungkin melakukan kecuali Allāh ‫ﷻ‬, maka ini
termasuk syirik besar.
Halaqah 13 – Syafa’at
Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allâh ‫ ﷻ‬dan Rasul-
Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā‟at pada hari kiamat. Diantara bentuknya
adalah bahwasanya Allāh ‫ ﷻ‬mengampuni seorang muslim dengan perantara do‟a orang yang telah
Allāh ‫ ﷻ‬izinkan untuk memberikan syafa‟at.

Syafa‟at akhirat ini harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Dan modal utama untuk
mendapatkan syafā‟at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan. Rasūlullāh ‫ﷺ‬
bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafā‟at pada hari kiamat,
beliau mengatakan:
‫ْئًب‬ٛ‫ ُ ْش ِشكُ ثِبهلل َش‬ٚ ‫ ﻻ‬ِٙ‫ ََبﺋِهَخٌ اِ ٌْ شَب َء هللا َي ٍْ َيبدَ يِ ٍْ أ ُ ايز‬ٙ
َ ِٓ َ‫ﻓ‬
“Syafa‟at itu akan didapatkan insyā‟ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak
menyekutukan Allāh sedikitpun.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Merekalah orang-orang yang Allāh ‫ ﷻ‬ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki. Allâh ‫ﷻ‬
berfirman:
…ٗ‫ض‬ ْ ٍِ ًَ ‫َ ْشﻔَعٌَُٕ اِ اﻻ ِن‬ٚ ‫…ٔ َﻻ‬
َ َ‫اسر‬ َ
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak memberikan syafā‟at kecuali
bagi orang-orang yang Allāh ridhai…” (Qs. Al-Anbiyaa’: 28)

Syafā‟at di akhirat ini berbeda dengan syafā‟at di dunia. Karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa
memberikan syafā‟at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allāh ‫ﷻ‬, sampai meskipun dia
seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allāh ‫ ﷻ‬:
ٓ ‫َشْﻔَعُ عُِذَُِۥٓ اِنَّب ثِبِرَِِّْۦ‬ٚ ِٖ‫يٍَ رَا انَّز‬
“Tidaklah ada yang memberikan syafa‟at di sisi Allāh ٗ‫ رَعَب َن‬kecuali dengan izin-Nya.” (Qs. Al-
Baqarah: 255)

Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh ‫ﷻ‬, Zat yang memilikinya.
Seperti seseorang mengatakan dalam yang do‟anya, “Ya Allāh, aku meminta syafa‟at Nabi-Mu.” Ini
adalah cara meminta syafā‟at yang diperbolehkan.

Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬seperti mengatakan, “Yaa Rasūlullāh,
berilah aku syafā‟atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan
maksud meraih syafā‟atnya. Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang
musyrikin zaman dahulu.
Allāh ‫ ﷻ‬berfirman:

ِٙ‫ انضًََّبَٔادِ َٔنَب ﻓ‬ِٙ‫َعْهَىُ ﻓ‬ٚ ‫َﻘُٕنٌَُٕ َْئُنَبﺀِ شُﻔَعَبإََُب عُِْذَ انهَِّّ ۚ قُمْ أَرَُُ جِّئٌَُٕ انهََّّ ثًَِب نَب‬َٚٔ ْ‫َُْﻔَعُُٓى‬ٚ ‫َضُشُُّْىْ َٔنَب‬ٚ ‫َعْجُذٌَُٔ يٍِْ دٌُِٔ انهَِّّ يَب نَب‬َٚٔ
ٌُٕ‫ُشْشِك‬ٚ ‫انْؤَسْﺽِ ۚ صُجْحَبََُّ َٔرَعَبنَٗ عًََّب‬

“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak
pula memberikan manfaat & mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa‟at bagi kami disisi
Allāh”. Katakanlah: “Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak
ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
sekutukan.” (Qs. Yunus: 18)

Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqoh
selanjutnya.
Halaqah 14 – Berlebihan Terhadap Orang Shalih
Pintu Kesyirikan
Orang yang sholih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allâh ‫ ﷻ‬baik dalam hal Aqidah,
Ibadah maupun Muamalah. Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allâh ‫ﷻ‬. Kita
sebagai seorang muslim diperintahkan untuk mencintai mereka, kita juga diperintahkan untuk
mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.

Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan, membaca perjalanan hidup
mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati kita, Menghormati mereka adalah
diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang diizinkan agama.

Namun, berlebih-lebihan terhadap orang yang sholih seperti mendudukan mereka diatas
kedudukannya sebagai manusia, atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yg tidak pantas kecuali
untuk Allâh ‫ﷻ‬, maka ini hukumnya haram, tidak diperbolehkan menurut agama.

Karena menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allâh ‫ﷻ‬.
Mencintai Rasulullâh ‫ ﷺ‬melebihi cinta kita kepada orang tua, anak dan semua manusia adalah
sebuah kewajiban agama.

Sebagaimana dalam hadits. Namun beliau melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau dengan
mendudukkan beliau diatas kedudukan beliau sebenarnya yaitu sebagai seorang Hamba Allâh ‫ ﷻ‬dan
Rasul. Beliau ‫ ﷺ‬bersabda:

ّ‫ى ﻓبًَب اَب عجذِ ﻓﻘٕنٕا عجذ هلل ٔسصٕن‬ٚ‫ضٗ اثٍ يش‬ٛ‫ كًب اطشد انُصبسٖ ع‬َٙٔ‫ﻻ رﻄش‬

“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku, sebagaimana orang-orang nasrani berlebih-lebihan


terhadap „Isa ibnu Maryam. Sesungguhnya aku adalah hambaNya, maka katakanlah hamba Allâh
dan RasulNya.” (HR. Al-Bukhori)

Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah dan Beliau adalah seorang Rasul maka tidak
boleh dicela dan diselisihi, Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia yaitu Rasulullâh ‫ﷺ‬
tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain?

Dan diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang orang sholih adalah meyakini
bahwasanya mereka mengetahui ilmu ghoib, atau membangun di atas kuburan mereka, atau beribadah
kepada Allâh ‫ ﷻ‬disamping kuburan mereka dan lain-lain.

Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka. Semoga Allâh ‫ﷻ‬
melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.
Halaqah 15 – Sihir
Ayyuhal Ikhwah.. Sihir bermacam-macam jenisnya dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir
yang terjadi dengan meminta pertolongan kepada syetan, dan syetan tidak akan menolong seseorang
kecuali setelah melakukan perkara yg dia ridhoi yaitu:

-Kufur kepada Allâh ‫ﷻ‬,


-Kafir kepada Allâh ‫ﷻ‬

Dengan cara menyerahkan sebagaian ibadah kepada syetan tersebut atau dengan menghina Al-Qur‟an
atau dengan mencela agama dan lain-lain. Allâh ‫ ﷻ‬berfirman :
‫ّحْش‬ َ ‫ُعَ ِهّ ًٌَُٕ انُا‬ٚ ‫ٍَ َكﻔ َُشٔا‬ٛ‫َب ِط‬ٛ‫ش‬
َ ‫بس ان ِض‬ ‫ ًَب ٌُ َٔنَك ا‬ْٛ َ‫صه‬
‫ٍِ ان ا‬ ُ ‫َٔ َيب َكﻔ ََش‬
“Dan bukanlah sulaiman yang kafir akan tetapi syetan-syetanlah yang kafir, mereka mengajarkan
sihir kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 102)

Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda yang artinya:


“Jauhilah 7 perkara yang membinasakan, para sahabat bertanya “Ya Rasulullâh apa 7 perkara
tersebut? Maka beliau Shalallâhu „alaihi Wasallam mengatakan : “Syirik kepada Allâh,Sihir,dan
seterusnya.” (Muttafaqun Alaih)

Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati, bila dia tidak bertobat
sebagaimana telah dicontohkan oleh para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬dan yang berhak melakukan hukuman
tersebut adalah pemerintah yang sah dan bukan individu.

Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan sebagian ulama menghukumi pelakunya
keluar dari islam. Demikian pula, meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang haram. Karena
Rasulullâh ‫ ﷺ‬mengabarkan bukan termasuk pengikut beliau orang yang menyihir dan orang minta
disihirkan. Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam musnadnya
dan dishohihkan oleh syeikh Albani rahimahullâh.

Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir, diantaranya adalah
dengan menjaga dzikir-dzikir yang disyariatkan seperti :
-Dzikir pagi dan petang
-Dzikir setelah sholat 5 waktu
-Dzikir akan tidur
-Dzikir mau makan
-Dzikir masuk rumah dan keluar rumah
-Dzikir masuk kamar kecil dan keluar kamar kecil dan lain-lain.

Dan membersihkan diri dan juga rumah dari perkara-perkara yang membuat ridho syetan,
seperti :
–Jimat- jimat,
–Musik – musik,
-Gambar-gambar makhluk bernyawa dan lain-lain.

Dan apabila qadarullâh terkena sihir maka hendaknya


dia bersabar, merendahkan diri kepada Allâh ‫ﷻ‬
memohon dari-Nya kesembuhan, dan berpegang dengan
ruqyah-ruqyah yang disyariatkan. Dan jangan sekali-kali
dia berusaha untuk menghilangkan sihir dengan cara
meminta bantuan jin, baik secara langsung, maupun
lewat dukun, paranormal dan semisal mereka.
Semoga Allâh ‫ ﷻ‬melindungi kita dan keluarga kita dari
semua kejelekan di dunia dan juga di akhirat. Aamiin..
Halaqah 16 – Perdukunan
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghoib. Yang tidak diketahui oleh
kebanyakan manusia seperti:
-Mengetahui barang yang hilang,
-Pencurinya,
-Mengetahui ramalan nasib dan lain-lain.

Dia mengaku mengetahui hal² tersebut dengan cara-cara tertentu seperti :


-Melihat bintang,
-Menggaris di tanah,
-Melihat air di mangkuk dan lain-lain.

Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

Saudaraku sekalian.. Ketahuilah, perdukunan dengan namanya yang bermacam² adalah perkara yang
diharamkan dalam agama islam. Ilmu ghoib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin
yang mereka mintai bantuan. sedangkan, cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya
sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga syaithan.

Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan menyeret
mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan juga keturunannya tidak akan membantu sang dukun
kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allâh ‫ﷻ‬.

Para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini, dan harta yang dia
dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.

Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka sebagai yang dikabarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dalam
hadits yang shohih bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit. Apabila mendengar
sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada yang dibawahnya dan seterusnya sehingga
sampai ke telinga dukun, terkadang dia terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar
tersebut, dan terkadang pula sempat menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang.
Kabar sedikit ini atau kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah²i oleh dukun tersebut dengan
kedustaan yang banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat
mencari pembenaran dan kepercayaan dari manusia. Orang islam dilarang sekali-kali datang ke dukun
dengan maksud meminta bantuan bagaimanapun susahnya keadaan dia. Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda yang
artinya :

Barang siapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia ucapkan, maka
dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (HR.Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu
Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullâh )
Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda :
‫هخ‬ٛ‫ٍ ن‬ٛ‫ء نى رﻘجم نّ صال ح اسثع‬ٙ‫يٍ ارٗ عشاﻓب ﻓضؤ نّ عٍ ش‬
“Barang siapa yang mendatangi dukun, kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak
diterima darinya sholat selama 40 hari.” (HR. Muslim)

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan
seseorang dari islam. Namun kedua hadits diatas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang
mendatangi dukun. Semoga Allâh ‫ ﷻ‬menjadikan kita merasa cukup dengan yang halal dan
menjauhkan kita dari yang haram.
Halaqah 17 – Tathoyyur (Merasa Sial Dengan
Sesuatu)
Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu,
Seperti:
• Melihat tabrakan atau,
• Orang yang berkelahi atau, yang semisalnya.

Kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, seperti bepergian,
berdagang dan lain-lain. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti,
Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda,
َ‫َ َشح ُ يِ ٍْ َحب َج ٍخ ﻓَﻘَذْ أَ ْش َشك‬ٛ ّ ِ‫َي ٍْ َسدارُّْ انﻄ‬
“Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah
berbuat syirik.” (Hadits shahīh diriwayatkan oleh Imām Ahmad)

Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan di
ingkari oleh Rasūlullāh ‫ﷺ‬, Beliau bersabda,
َ َّٛ ِ‫َٔﻻَ انﻄ‬
‫بسح‬
“Tidak ada thiyārah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Maksudnya, thiyārah ini hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir
Allāh ‫ﷻ‬.

Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syaithān ini. Dan hendaknya dia
Memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan &
keburukan adalah dengan takdir Allāh ‫ ﷻ‬semata, Yakin bahwa tidak (ada yang) mendatangkan
kebaikan kecuali Allāh ‫ ﷻ‬dan tidak (ada yang) melindungi dari keburukan kecuali Allāh ‫ﷻ‬. Hanya
bertawakal kepada Allāh ‫ ﷻ‬semata dan berbaik sangka kepada Allāh ‫ﷻ‬.

Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah
dia melaksanakan hajatnya. Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allāh ‫ ﷻ‬semata.

Adapun tafā’ul maka diperbolehkan didalam agama kita. Tafā’ul artinya adalah berbaik sangka
kepada Allāh ‫ ﷻ‬karena melihat atau mendengar sesuatu.

Dahulu Nabi ‫ ﷺ‬sering bertafā‟ul seperti ketika Perjanjian Hudaibiyah. Utusan Quraisy saat itu
bernama Suhail. Dan Suhail adalah bentuk pengecilan dari kata “sahl” yang artinya “yang mudah”.
Maka Beliau pun berbaik sangka kepada Allāh ‫ ﷻ‬bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan
dan kebaikan bagi umat Islam.

Maka benarlah persangkaan Beliau. Allāh ‫ﷻ‬, membuka setelah itu (yaitu setelah perjanjian tersebut)
pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.
Halaqah 18 – Meramal Nasib Dengan Bintang
Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal Nasib Dengan
Bintang”.

Bintang adalah makhluq yang menunjukkan kebesaran Allāh dan kebesaran Penciptanya,
Allāh ‫ﷻ‬, telah mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwa bintang ini memiliki 3 faidah:

⑴ Sebagai perhiasan langit.


⑵ Sebagai pelempar syaithān.
⑶ Sebagai petunjuk manusia, seperti :
-Mengetahui arah utara atau selatan
-Mengetahui arah daerah, arah kiblat
-Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.

Allāh ‫ ﷻ‬tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas. Seorang
salaf, Qatādah Ibn Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang lebih pada
tahun 110 H. Beliau menjelaskan bahwa,
“Barangsiapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di
atas maka dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.” (Ucapan ini dikeluarkan Al-Imām
Al-Bukhāri di dalam Shahih beliau)

Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau berkumpul
dan berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada keberuntungan seseorang di masa
yang akan datang, dalam masalah rejeki, jodoh dan lain-lain.

Seperti kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah. Membacanya dan
mempercayainya adalah perbuatan yang haram dan termasuk dosa besar. Sebagian
ulama mengatakan hukumnya seperti orang yang mendatangi dukun dan bertanya
kepadanya. Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.

Hendaknya kita semua takut kepada Allāh ‫ﷻ‬. Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca
kolom-kolom tersebut. Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup
segala pintu yang bisa merusak „aqidah kita dan juga keluarga kita. Karena „aqidah
merupakan modal kita memasuki surganya Allāh ‫ﷻ‬, dengan selamat.
Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
Halaqah 19 – Bersumpah Dengan Selain Nama
Allâh ‫ﷻ‬
‫ا‬
Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allāh ‫ﷻ‬,

Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik
oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara.

Kalau (dalam) bahasa „Arab maka menggunakan:


• Huruf wawu (ٔ) َ
• Huruf ba (‫)ة‬ َ
• Huruf ta ( َ‫)د‬

Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.

Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allāh semata, misalnya mengatakan:


✓ Wallāhi
✓ Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi
✓ Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya
✓ Dan lain-lain.

Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita bersumpah
dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:
✘ Demi Rasūlullāh
✘ Demi Ka‟bah
✘ Demi Jibrīl
✘ Demi langit dan bumi
✘ Demi bulan dan bintang
✘ Dan lain-lain.
Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang, Rasūlullāh ‫ﷺ‬
bersabda,
َ‫َّللا ﻓَﻘَذْ أَ ْش َشك‬ َ َ‫َي ٍْ َحه‬
ِ ‫ ِْش ا‬َٛ‫ﻒ ِثغ‬
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah berbuat
syirik.” (HR. Abū Dāwūd, Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albāni rahimahullāh)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari
Islam. Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluq
disertai pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allāh ‫ﷻ‬, yaitu pengagungan ibadah, Seperti
sumpah yang di lakukan oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan:
✘ Demi Wisnu
✘ Demi Dewa Fulan
✘ Demi Lāta
✘ Dan lain-lain.
Halaqah 20 – Riya’
Ayyuhal Ikhwah adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allâh ‫ﷻ‬
akan tetapi ingin di lihat manusia dan di puji. Riya’ hukumnya haram dan dia
termasuk syirik kecil yang samar yang tidak mengeluarkan seseorang dari islam.

Riya‟ adalah diantara sebab tidak di terimanya amal ibadah seseorang bgaimanapun besar amalan
tersebut. Rasulullâh ‫ ﷺ‬bersabda:

ُّ‫ ِْشٖ ر ََش ْكزُُّ َٔش ِْش َك‬ٚ ٗ‫ ِّ َي ِع‬ِٛ‫بسكَ َٔرَعَبنَٗ أَََب أَ ْﻏَُٗ ان ُّش َش َكبءِ َع ٍِ ان ِ ّش ْشكِ َي ٍْ َعًِ َم َع ًَالً أ َ ْش َشكَ ﻓ‬ ‫قَب َل ا‬
َ َ‫َّللا ُ رَج‬

Allah berfirman: “Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh dengan syirik, barang siapa yang
mengamalkan sebuah amalan, dia menyekutukan Aku bersama yang lain didalam amalan tersebut
maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyrikannya.” (HR. Muslim No. 2985)

Sebagian Ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk di ampuni oleh
Allâh ‫ﷻ‬. Artinya dia harus di adzab supaya bersih dari dosa riya‟ tersebut.

Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allâh ‫ ﷻ‬yang kalau Allâh ‫ ﷻ‬menghendaki
maka akan di ampuni langsung dan kalau Allâh ‫ ﷻ‬menghendaki maka mereka akan di adzab.
Mereka berdalil dengan keumuman ayat
‫شَب ُء‬َٚ ًٍَ ‫ ْغﻔ ُِش َيب د ٌَُٔ رَنِكَ ِن‬َٚ َٔ ِّ ‫ُ ْش َشكَ ِث‬ٚ ٌَ‫ ْغﻔ ُِش أ‬َٚ َ‫َّللاَ ﻻ‬
ّ ٌ‫ِا ا‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi
siapa yang dikehendaki.” (Qs. An-Nisa: 48)

Tahukah kita, siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka?,
mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam, tapi mereka justru adalah
orang orang yang beramal sholeh.

Mereka adalah orang yang mengajarkan al-Qur‟an supaya dikatakan sebagai seorang qari‟,seorang
yang suka membaca,seorang yang mahir membaca, dan juga orang yang berinfaq supaya dikatakan
dermawan, dan berjihad supaya dikatakan sebagai pemberani beramal bukan karena Allâh ‫ﷻ‬,
sebagaimana hal ini telah dikabarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬di dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi.

Oleh karena itu saudara sekalian..

Ikhlaslah di dalam beramal dan ikhlas adalah barang yang sangat berharga, para salaf kita
merekapun merasa atau merasakan beratnya memperbaiki hati mereka. Dan hanya kepada Allâh ‫ﷻ‬
kita meminta keikhlasan di dalam beramal. Menjauhkan kita dari riya’, sum’ah, ujub dan
berbagai penyakit hati. Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita kecuali kalau
memang ada maslahat yang lebih kuat.
Halaqah 21 – Cinta Kepada Allāh ‫ﷻ‬
ٍٛ‫انحًذ هلل ٔانصالح ٔانضالو عهٗ سصٕل هللا ٔعهٗ آنّ ٔصحجّ أجًع‬

Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Cinta Kepada Allāh ‫”ﷻ‬.

Mencintai Allāh ‫ ﷻ‬merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini
mengharuskan seorang Muslim merendahkan dirinya di hadapan Allāh ‫ﷻ‬, mengagungkan Allāh ‫ﷻ‬,
yang akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksanakan perintah Allāh ‫ ﷻ‬dan juga menjauhi apa
yang Allāh ‫ ﷻ‬larang, Inilah cinta yang merupakan ibadah. Barangsiapa yang menyerahkan cinta
seperti ini kepada selain Allāh ‫ ﷻ‬maka dia telah berbuat syirik besar. Allāh ‫ ﷻ‬berfirman :

َِّّ‫ٍَ آَيَُُٕا أَشَذُّ حُجًُّ ب نِه‬ِٚ‫ُحِجََُُّٕٓىْ كَحُتِّ انهَِّّ َٔانَّز‬ٚ ‫َزَّخِزُ يٍِْ دٌُِٔ انهَِّّ أََْذَادًا‬ٚ ٍَْ‫َٔيٍَِ انَُّبسِ ي‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu-sekutu Allāh.
Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun orang-orang yang beriman
maka cinta mereka kepada Allāh jauh lebih besar.” (QS. Al Baqarah: 165)

Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan dan lain-lain,
maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita kepada Allah ‫ﷻ‬.

Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi cintanya kepada Allāh ‫ﷻ‬
maka dia telah melakukan dosa besar. Allāh ‫ ﷻ‬berfirman yang artinya:

“Katakanlah; „Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian,


harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan juga
rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, itu semua lebih kalian cintai dari pada Allāh dan
Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allāh, maka tunggulah sampai Allāh ٗ‫صجْ َحبََّ ُ َٔ رَعَب َن‬
ُ
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allāh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik”. (QS At Taubah: 24)

Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia cintai.
Dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya hanya sebatas ucapan saja.

Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allāh ‫ ﷻ‬adalah dengan:
1. Mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat Al Qurān.
2. Memikirkan tanda tanda kekuasaan Allāh ‫ ﷻ‬di alam semesta.
3. Mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allāh berikan.
Halaqah 22 – Takut kepada Allah
‫ﷻ‬
Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Takut Kepada Allāh ‫”ﷻ‬.

Ayyuhal ikhwah, Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudharat
adalah di tangan Allāh ‫ ﷻ‬semata. Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan tidak
bertawakal kecuali kepada Allāh ‫ﷻ‬.

✓ Takut kepada Allāh ‫ ﷻ‬yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:
⑴ Merendahkan diri di hadapan Allāh ‫ﷻ‬.
⑵ MengagungkanNya.
⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan Allāh ‫ﷻ‬
⑷ Melaksanakan perintahNya.

✘ Bukan takut :
⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputus-asaan terhadap rahmat Allāh ‫ﷻ‬.
⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta‟atan kepada Allāh ‫ﷻ‬.
Takut seperti ini adalah ibadah. Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan takut seperti
ini kepada selain Allāh ‫ﷻ‬.

Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allāh ‫ﷻ‬, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik
besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan)
wali fulan yang sudah meninggal kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di
hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya. Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi
Ibrāhīm „Alaihissalām ketika beliau berkata yang artinya:

“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku kecuali apabila
Rabbku menghendakinya.” (QS Al An’ām: 80)

Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang melebihi
takutnya kepada Allāh ‫ﷻ‬, sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allāh ‫ ﷻ‬atau
melanggar larangan Allāh ‫ﷻ‬, Seperti Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut
kepada orang-orang kafir Atau, tidak melarang
kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia
mampu.

Allāh ‫ ﷻ‬berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya itu hanyalah syaithān yang menakut-


nakuti kalian, wahai orang-orang yang beriman, dengan
wali-walinya (penolong-penolongnya). Karena itu
janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah
kalian kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang
beriman.” (QS Āli ‘Imrān: 175 )

Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah:
⑴ Berlindung kepada Allāh ‫ ﷻ‬dari bisikan syaithan.
⑵ Mengingat sabda Nabi ‫ ﷺ‬yang artinya:

“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu,
niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis, dan
seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu niscaya mereka tidak bisa
memberikan mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan
Syaikh Al Albani Rahimahullāh)

Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti:


⑴ Takut kepada panasnya api.
⑵ Takut kepada binatang buas.
Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan takut yang membawa
seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allāh ‫ﷻ‬. Ini adalah takut yang tabiat, yang
para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Halaqah 23 – Ta’at Ulama Dalam Kebenaran


Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allāh ‫ ﷻ‬dan juga agamanya, Ilmu yang
membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allāh ‫ﷻ‬,

Mereka adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama Islam adalah sangat tinggi,
Allāh ‫ ﷻ‬telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk ta‟at kepada mereka
selama mereka menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan juga kebaikan. Allāh ‫ ﷻ‬berfirman :

ۖ ‫ ْاأل َ ْي ِش يِ ُْ ُك ْى‬ِٙ‫صٕ َل َٔأُٔن‬ ‫عُٕا ا‬ٛ ِ‫َّللا َٔأَط‬


ُ ‫انش‬ َ ‫عُٕا ا‬ٛ ِ‫ٍَ آ َيُُٕا أَط‬ِٚ‫ُّ َٓب اناز‬َٚ‫َب أ‬ٚ

“Wahai orang-orang yang beriman, ta‟atlah kepada Allāh dan ta‟atlah kepada Rasul dan ulil amri
kalian.” (QS An Nisā: 59)

Dan ulil amri disini mencakup ulama dan juga umarā (pemerintah), menghormati mereka (yaitu
para ulama) bukan berarti menta‟ati mereka dalam segala hal sampai kepada kemaksiatan,
„ulama, ayyuhal ikhwah, seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang salah dan terkadang
benar.
* Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.
* Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.

Apabila jika telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya seorang ulama
menyelisihi tersebut dalam sebuah permasalahan, maka tidak boleh seseorang mena‟ati ulama tersebut
kemudian dia meninggalkan kebenaran, Rasūlullāh ‫ ﷺ‬bersabda:

“Tidak ada keta‟atan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya keta‟atan hanya didalam


kebenaran.” (Muttafaqun „alaih)

Apabila seseorang menta‟ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allāh ‫ﷻ‬, maka dia telah menjadikan
ulama tersebut sebagai pembuat syariat dan bukan penyampai syariat, seperti yang dilakukan oleh
orang-orang Yahudi dan Nashrani. Allāh ‫ ﷻ‬berfirman :

‫ٌُٔ هللا‬ ْ ‫بسُْ ْى َٔ ُس ْْجَبََ ُٓ ْى أَ ْسثَبثًب‬


ِ ‫يٍِ د‬ َ َ‫…ار ا َخزُٔا أ َ ْحج‬
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai
sesembahan selain Allāh.” (Qs. At Taubat: 31)

Rasūlullāh ‫ ﷺ‬menjelaskan ayat ini, Beliau mengatakan:


“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah tersebut, akan
tetapi mereka, apabila menghalalkan apa yang Allāh haramkan, maka mereka ikut menghalalkan.
Dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allāh halalkan maka mereka
pun ikut mengharamkan.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi dari Adi bin Hatim dan dihasankan oleh
Syaikh Al-Albani rahimahullah)
Halaqah 24 – Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh
‫ﷻ‬
Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa kenikmatan
dengan segala jenisnya adalah dari Allāh ‫ﷻ‬. Allāh ‫ ﷻ‬berfirman:
ِ ‫َٔ َيب ِثكُ ْى ِي ٍْ َِ ْع ًَ ٍخ ﻓَ ًٍَِ َّللاا‬

“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari Allāh.” (QS An
Nahl: 53)

Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allāh ‫ﷻ‬
kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allāh ‫ﷻ‬. Seperti
mengatakan:
• “Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka.”
• “Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri.”
• “Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh.”
Ini semua adalah menyandarkan kenikmatan kepada sebab. Allāh ‫ ﷻ‬berfirman:

‫ُُ ِك ُشََٔ َٓب‬ٚ ‫َّللاِ ث ُ اى‬


ّ ‫ذ‬ َ ًَ ‫َ ْع ِشﻓ ٌَُٕ َِ ْع‬ٚ

“Mereka mengenal nikmat Allāh kemudian mereka mengingkarinya.” (QS An Nahl: 83)

Seharusnya dia sandarkan kenikmatan tersebut kepada Allāh ‫ﷻ‬, Zat yang menciptakan
sebab. Seperti dengan mengatakan:
• “Kalau bukan karena Allāh ‫ ﷻ‬niscaya kita sudah celaka.”
• “Kalau bukan Allāh ‫ ﷻ‬niscaya uang kita sudah hilang.”
• “Kalau bukan karena Allāh ‫ ﷻ‬niscaya saya tidak akan sembuh.”

Karena apa? Karena Allāh ‫ ﷻ‬lah yang memberikan nikmat keselamatan, nikmat keamanan,
nikmat kesembuhan. Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan
tersebut kepada kita. Kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki niscaya Allāh ‫ ﷻ‬tidak akan menggerakkan
makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita. Ini semua, bukan berarti seorang Muslim
tidak boleh berterima kasih kepada orang lain.

Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang
yang berbuat baik kepadanya karena mereka menjadi sebab kenikmatan ini. Bahkan
diperintah untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan do‟a yang baik.
Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allāh semata. ٗ‫ٔهللا رعبن‬
‫أعهى‬
Halaqah 25 – Ridha Dengan Hukum Allāh ‫ﷻ‬
Halaqah yang ke-25 dari Silsilah Belajar Tauhid kali ini adalah tentang “Ridha Dengan
Hukum Allāh ‫”ﷻ‬.

Allāh ‫ ﷻ‬sebagai pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah Ar-Rahmān Ar-
Rahīm. Dan di antara bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari’at supaya
manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan didunia maupun akhirat.

Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana, hukumnya penuh dengan
keadilan, hikmah dan juga kebaikan, meskipun hal ini terkadang samar atas sebagian
manusia.

Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah untuk, Ridha
dengan hukum Allāh ‫ﷻ‬, dan yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum
Allāh ‫ﷻ‬.
Di dalam segala bidang kehidupan (meliputi) :
• „Aqidah
• Akhlaq
• Adab
• Mu‟āmalah
• Ekonomi
• Kenegaraan
• Dan lain-lain.

Meng-Esakan Allāh ‫ ﷻ‬di dalam hukum-hukum-Nya adalah termasuk konsekuensi


tauhid, Allāh ‫ ﷻ‬berfirman:

َ ‫َّللاَ َٔ َسصُٕنَّ ُ ﻓَﻘَ ْذ‬


‫ض ام‬ ‫ص ا‬ ِ ‫ ْع‬َٚ ٍْ ‫َ َشح ُ ِي ٍْ أ َ ْي ِش ِْ ْى ۗ َٔ َي‬ٛ‫كٌَُٕ نَ ُٓ ُى ْان ِخ‬َٚ ٌْ َ ‫َّللا ُ َٔ َسصُٕنُّ ُ أ َ ْي ًشا أ‬
‫ضٗ ا‬ َ َ‫َٔ َيب َكبٌَ ِن ًُئْ ِي ٍٍ َٔ َﻻ ُيئْ ِيَُ ٍخ ِارَا ق‬
‫ًُب‬ِٛ‫ض َال ًﻻ ُيج‬
َ

“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu‟min dan wanita yang mu‟minah
apabila Allāh dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan yang lain di dalam urusan mereka.Dan barangsiapa yang mendurhakai Allāh dan
Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab:
36)

Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal menjemput kita.
Ikutilah majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini.
Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh para ulama yang
terpercaya. Semoga Allāh ‫ ﷻ‬merahmati kita semua, menghidupkan dan juga mematikan kita
di atas tauhid.

Anda mungkin juga menyukai