Anda di halaman 1dari 16

🔊 🕋

Silsilah Ilmiyyah 1  Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Belajar Tauhid menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu meng-esakan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
‫ﻻ ِﻟَﻴْﻌُﺒُﺪﻭﻥ‬
َّ ‫ﺲ ِﺇ‬
َ ‫ﻹْﻧ‬
ِ ‫ﻦ َﻭْﺍ‬
َّ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﺖ ﺍْﻟ‬
ُ ‫ﺧَﻠْﻘ‬
َ ‫َﻭَﻣﺎ‬
Halaqah 01 ~
’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu’’. (Surat AdzDzariyaat 56)
Mengapa Kita Wajib
Belajar Tauhid
 Oleh karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus para Rasul kepada setiap ummat tujuannya adalah untuk
mengajak mereka kepada tauhid.
Ustadz Dr. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
Abdullah Roy, M. A.. ‫ﺕ‬
َ ‫ﻄﺎُﻏﻮ‬
َّ ‫ﺟَﺘِﻨُﺒﻮﺍ ﺍﻟ‬
ْ ‫ﻥ ﺍْﻋُﺒُﺪﻭﺍ ﺍﻟَّﻠَﻪ َﻭﺍ‬ ُ ‫… ۖ َﻭَﻟَﻘْﺪ َﺑَﻌْﺜَﻨﺎ ِﻓﻲ ُﻛِّﻞ ُﺃَّﻣٍﺔ َﺭ‬
ِ ‫ﺳﻮًﻟﺎ َﺃ‬
’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul yang mereka berkata kepada kaumnya :
’’Sembahlah Allāh dan jauhilah thaghut’’.( Surat AnNahl 36).
 Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

 Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti dari ajaran Islam, maka sebenarnya dia
tidak memahami agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.

Silsilah Ilmiyyah 1 Saudaraku, orang yang menginginkan kabahagiaan di surga maka dia harus memiliki modal yang satu ini, yaitu modal
Belajar Tauhid BERTAUHID, tidak akan masuk ke dalam surga kecuali orang-orang yang bertauhid meskipun terkadang dia di adzab
sebelumnya ke dalam neraka karena dosa yang dia lakukan.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
Halaqah 02 ~ Tauhid
Syarat Mutlak Masuk َ ‫ َوَكلَِمت ُُه أ َْلَقاَها إَِلى َمْرَيَم َوُرْوٌح ِمن ُْه َواْلَجن ََّة َحٌّق َوالن َّاَر َحٌّق أ َْد‬،‫سْوُلُه‬
‫خَلُه‬ َ ‫ َوأ ََّن ِعْي‬،‫سْوُلُه‬
ُ ‫سى َعبُْد اهلل َوَر‬ َ ‫شِهَد أ َْن َال إَِلَه إَِّال اهلل َوْحَدُه َال‬
ُ ‫ َوأ ََّن ُمَحَّمًدا َعبُْدُه َوَر‬،‫شِرْيَك َلُه‬ َ ‫َمْن‬
Surga ِ
‫اهلل الَجن َُّة َعَلى َما َكاَن مَن اْلَعَمِل‬
’’Barang siapa yang  bersaksi  bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh, tidak ada sekutu bagiNya
Ustadz Dr. Abdullah dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan juga RasulNya dan bersaksi bahwasanya ‘Isa adalah hamba Allāh
Roy, M.A. dan juga RasulNya dan kalimatNya yang Allāh tiupkan kepada Maryam dan ruh dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan bersaksi
bahwasanya surga adalah benar dan neraka adalah benar maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memasukan dia ke dalam
surga, sesuai dengan apa yang telah dia amalkan‘’. (HR Bukhari Muslim)

Dalam hadits yang lain, Nabi  shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


‫ َيبْت َِغى ِبَذلَِك َوْجَه اهلل‬. ‫ال اهلل‬
َّ ِ‫ال إَِلَه إ‬
َ ‫َفِإَّن اهلل َقْد َحَّرَم َعَلى الن َّاِر َمْن َقاَل‬
“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengharamkan neraka, bagi orang yang mengatakan lā ilāha illallāh (tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh) yang dia mengharap dengan kalimat tersebut wajah Allāh Subhānahu
wa Ta’āla. (HR Bukhori & Muslim)

 Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan surga Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah
dengan BERTAUHID.

 Silsilah Ilmiyyah 1  Akhil karīm, tauhid adalah amalan yang paling Allāh cintai, sebaliknya syirik yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Belajar Tauhid di dalam beribadah adalah amalan yang sangat Allāh murkai.

 Allāh Subhānahu wa Ta’āla memang Maha Pengampun, akan tetapi bila seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat
 Halaqah 03 ~ Bahaya
syirik besar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut.
Kesyirikan
 Orang tersebut akan kekal di neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk masuk ke surganya Allāh
 Ustadz Dr. Abdullah Subhānahu wa Ta’āla. Sungguh ini adalah sebuah kerugian yang tidak ada kerugian lebih besar daripada kerugian ini.
Roy, M.A. Allāh berfirman :
‫ﺸﺎُﺀ‬
َ ‫ﻦ َﻳ‬
ْ ‫ﻚ ِﻟَﻤ‬
َ ‫ﻥ َٰﺫِﻟ‬
َ ‫ﻙ ِﺑِﻪ َﻭَﻳْﻐِﻔُﺮ َﻣﺎ ُﺩﻭ‬
َ ‫ﺸَﺮ‬
ْ ‫ﻥ ُﻳ‬
ْ ‫ﻥ ﺍﻟَّﻠَﻪ َﻟﺎ َﻳْﻐِﻔُﺮ َﺃ‬
َّ ‫ۚ ِﺇ‬
’’Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik dan masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang
dikehendakinya”. (An Nisa 48)
🔊

Allāh juga berfirman:


َ ‫ني ِمْن أ َْن‬
‫صاٍر‬ َّ ‫شِرْك ِباهلل َفَقْد َحَّرَم اهلل َعَليِْه اْلَجن ََّة َوَمأ َْواُه الن َّاُر َوَما لِل‬
َ ‫ظاِِمل‬ ْ ‫إَِّنُه َمْن ُي‬
‘’Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allāh maka Allāh mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah
neraka dan tidak ada penolong bagi orang –orang yang zhalim”. (QS Al Maidah 72)
 Oleh karena itu, hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini, terkadang seseorang terjerumus ke dalam dosa ini
sedangkan dia tidak menyadarinya.
Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu yaitu ilmu agama, belajarlah dan berdoalah kepada Allāh.
 Berdoalah kepada Allāh dengan sejujur-jujurnya, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla melindungi kita dan juga keluarga
kita dari perbuatan syirik ini.

Silsilah Ilmiyyah 1 Halaqoh yang keempat adalah tentang bahwasanya syirik membatalkan amalan.
Pernahkan anda kehilangan file data berharga hasil kerja keras anda selama berhari-hari, atau berbulan-bulan, atau bahkan
Belajar Tauhid
bertahun-tahun ? Bagaimanakah perasaan anda saat itu ? Sedih bukan ?
Tekadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file berharga tersebut kembali.
 Halaqah 04 ~ Syirik Saudaraku sekalian, syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang.
Membatalkan Amal Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
(65) ‫سِريَن‬ ِ ‫خا‬ َ ‫طَّن َعَمُلَك َوَلت َُكوَنَّن ِمَن اْل‬َ َ‫ت َليَْحب‬ ْ َ ‫ي إَِليَْك َو إَِلى اَّلِذيَن ِمْن َقبْلَِك َلِئْن أ‬
َ ‫شَرْك‬ ِ ‫َوَلَقْد أ ُو‬
َ ‫ح‬
ِ ِ
(66) ‫شاكريَن‬ ِ
َّ ‫َبل اهلل َفاْعبُْد َوُكْن مَن ال‬ ِ
 Ustadz Dr. Abdullah
Roy, M.A. “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu, wahai Muhammad dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, bahwa apabila kamu
berbuat syirik, maka sungguh akan batal amalanmu, dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang merugi. Maka sembahlah
Allāh saja, dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Qs AzZumar 65-66)
Dalam ayat ini, seorang Nabi pun, apabila dia berbuat syirik, maka akan batal amalannya.

Oleh karena itu saudara-saudara sekalian, jagalah amalan anda yang sudah anda tabung bertahun-tahun, jangan biarkan
amalan tersebut hilang begitu saja, hanya karena kejahilan anda terhadap tauhid dan juga syirik.
Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa menghancurkan amalan sebesar gunung, dan belum tentu ada waktu
lagi untuk bisa menabung kembali.

Halaqoh yang ke-5 adalah “Taubat dari kesyirikan”.


Silsilah Ilmiyyah 1
Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian, dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allāh, maka dosa syirik tersebut
Belajar Tauhid tidak akan diampuni.
Namun apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengampuni dosanya,
 Halaqah 05 ~ Taubat bagaimanapun besarnya dosa tersebut.
Dari Kesyirikan Taubat nashūha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:
Menyesal

 Ustadz Dr. Abdullah Meninggalkan perbuatan tersebut

Roy, M.A. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:


‫حيُم‬ َّ ُ َ ‫سِهْم َال تَْقن َطُوا ِمْن َرْحَمِة اهلل إَِّن اهلل َيْغِفُر الذُّنُو‬
ِ ‫ب َجِميًعا إِنَُّه ُهَو اْلَغفُور الر‬ ِ ُ‫سرفُوا َعَلى أ َنْف‬ ِ ِ ِ
َ ْ َ ‫ُقْل َيا عبَادَي اَّلذيَن أ‬
“Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (yaitu dengan berbuat dosa), janganlah
kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar ayat 53)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


‫إَِّن اهلل َيْقبَُل َتْوَبَة اْلَعبِْد َما َلْم يَُغْرِغْر‬
“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan.”
(HR. Tirmidzi & Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany rahimahullāh)

Para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak semuanya lahir dalam keadaan Islam, bahkan banyak diantara mereka
yang masuk Islam ketika sudah besar. Dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan.
Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka seseorang harus mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan
baik, mengetahui jenis-jenis kesyirikan, sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.
🔊

 Silsilah Ilmiyyah 1 Halaqah yang ke-6 dari Silsilah Belajar Tauhid yaitu “Apa itu Tauhid?”
Saudara sekalian, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan pemahaman kepada kita semua.
Belajar Tauhid
Sebelum kita jauh melangkah di dalam Silsilah ini, tentunya kita harus benar-benar memahami apa makna Tauhid yang wajib
kita pelajari dan kita amalkan.
 Halaqah 06 ~ Apa
Itu Tauhid TAUHID
■ Secara bahasa adalah mengEsakan
 Ustadz Dr. Abdullah ■ Secara istilah adalah mengEsakan Allāh di dalam beribadah.
Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga dia meninggalkan peribadatan kepada selain Allāh, seperti:
Roy, M.A.
• Berdo’a kepada selain Allāh
• Bernadzar untuk selain Allāh
• Menyembelih untuk selain Allāh
• Dan lain-lain.
Apabila seseorang beribadah kepada Allāh dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh, siapapun dia, entah itu
seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah yang dinamakan dengan syirik yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla di dalam beribadah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :


{27} ‫ﻄَﺮِﻧﻲ‬ َّ ‫{ ِﺇ‬26} ‫ﻥ‬
َ ‫ﻻ ﺍَّﻟِﺬﻱ َﻓ‬ َ ‫ﻷِﺑﻴِﻪ َﻭَﻗْﻮِﻣِﻪ ِﺇَّﻧِﻨﻰ َﺑَﺮﺁٌﺀ ِّﻣَّﻤﺄ َﺗْﻌُﺒُﺪﻭ‬
َ ‫ﻫﻴُﻢ‬
ِ ‫َﻭِﺇْﺫ َﻗﺎَﻝ ِﺇْﺑَﺮﺍ‬
’’Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian
sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakan aku’” (Az-Zukhrūf 26-27)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


‫ﻰ ﺍﻟﻠِﻪ‬
َ ‫ﺣﺴَﺎُﺑُﻪ َﻋﻠ‬
ِ ‫ﺣُﺮَﻡ َﻣﺎُﻟُﻪ َﻭَﺩُﻣُﻪ َﻭ‬
َ ‫ﻥ ﺍﻟﻠِﻪ‬
ِ ‫ﻦ ُﺩْﻭ‬
ْ ‫ﻻ ﺍﻟﻠُﻪ َﻭ َﻛَﻔَﺮ ِﺑﻤَﺎ ُﻳْﻌَﺒُﺪ ِﻣ‬
َّ ‫ﻻ ِﺇَﻟَﻪ ِﺇ‬
َ ‫ﻦ َﻗﺎَﻝ‬
ْ ‫َﻣ‬
’’Barangsiapa yang mengatakan ‘’Lā ilāha illallāh’’ dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allāh maka haram
hartanya dan darahnya (artinya tidak boleh diganggu) dan perhitungannya (hisabnya) adalah atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
(Hadits shahīh, HR. Imam Muslim)

Oleh karena itu, rukun kalimat Tauhid (Lā ilāha illallāh) ada 2 :
⑴ Nafi (pengingkaran)
Nafi pada kalimat ‘’Lā ilāha’’ artinya tidak ada Tuhan yang berhak disembah. Maksudnya adalah mengingkari tuhan–tuhan
selain Allāh.
⑵ Itsbat (penetapan) Itsbat pada kalimat ‘’illallāh” artinya kecuali Allāh. Maksudnya adalah menetapkan Allāh sebagai satu-
satunya sesembahan.

Halaqah yang ke-7 dari Silsilah Belajar Tauhid “Termasuk Syirik Memakai Jimat”
Silsilah Ilmiyyah 1 Saudaraku sekalian, Allāh Azza wa Jalla adalah Dzat yang memberi manfaat dan mudharat.
Kalau Allāh menghendaki memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa mencegahnya.
Belajar Tauhid Demikian pula sebaliknya, ketika Allāh menghendaki untuk menimpakan musibah kepada seseorang maka tidak akan ada
yang bisa menolaknya.
 Halaqah 07 ~ Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang Muslim untuk hanya bergantung kepada Allāh semata. Dan merasa
cukup dengan Allāh dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudharat, seperti dalam mencari rejeki, mencari
Termasuk Syirik keselamatan, mencari kesembuhan dari penyakit dan lain-lain.
Memakai Jimat Dan tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan seperti jimat, wafaq, susuk dan berbagai jenisnya

 Ustadz Dr. Abdullah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


ْ َ ‫َمْن َعَّلَق َتِميَمًة َفَقْد أ‬
‫شَرَك‬
Roy, M.A.
’’Barangsiapa yang menggantungkan tamīmah (yaitu jimat dan yang semisalnya) maka sungguh dia telah berbuat syirik”. (HR.
Imām Ahmad dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albani)

Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab (perantara) maka ini termasuk syirik kecil, karena dia telah
menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab. Padahal yang berhak untuk menentukan sesuatu itu sebab atau tidak
adalah Dzat yang menciptakan yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kemudian apabila dia meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat dan memberikan mudharat
maka ini termasuk syirik besar, yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.
Semoga Allāh Subhānahu Abdullā Ta’āla memudahkan kita dan saudara-saudara kita untuk meninggalkan perbuatan syirik yang
sudah tersebar ini dan menjadikan ketergantungan hati kita dan mereka hanya kepada Allāh.
Hasbunallāhu wa ni’mal wakīl.
📘 💧
🚨

Silsilah Ilmiyyah 1 Ini adalah halaqah yang ke-8 dari “Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid berjudul “Bertabarruk (Mencari Barakah).”
Belajar Tauhid Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya.

 Halaqah 08 ~ Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang berbarakah, artinya zat yang banyak kebaikannya.
Allāh berfirman:
Bertabarruk (Mencari
َ ِ‫ب اْلَعاَمل‬
‫ني‬ َُّ ‫َتبَاَرَك ا‬
ُّ ‫هلل َر‬
Berkah)
Dan Allāh adalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian makhluqNya, sehingga makhluq tersebut
menjadi makhluq yang berbarakah dan banyak kebaikannya. (Al-A’rāf 54)
 Ustadz Dr. Abdullah
Roy, M.A. Allāh berfirman :
َ ِ‫س َلَّلِذي ِببََّكَة ُمبَاَرًكا َوُهًدى لِْلَعاَمل‬
‫ني‬ ِ ‫ضَع لِلن َّا‬
ِ ‫ت ُو‬
ٍ ‫إَِّن أ ََّوَل َبْي‬
’’Sesungguhnya rumah yang pertama yang di letakkan bagi manusia untuk beribadah adalah rumah yang ada di Makkah yang
berbarakah dan petunjuk bagi seluruh alam‘’. (Āli ‘Imrān 96)

Ka’bah diberikan barakah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan cara mendapatkan barakahnya adalah dengan melakukan
ibadah disana.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman :
‫إِنَّا أ َنَْزْلن َاُه ِفي َلْيَلٍة ُمبَاَرَكٍة ۚ إِنَّا ُكن َّا ُمن ِْذِريَن‬
’’Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam yang berbarakah, sesungguhnya Kami memberikan peringatan’’.
(Ad-Dukhān ayat 3)

Malam Laylatul Qadr adalah malam yang berbarakah dan cara mendapatkan barakahnya dan juga kebaikannya adalah
dengan melakukan ibadah di malam tersebut.

Seorang ulama berbarakah dengan ilmunya dan dakwahnya, cara mendapatkan keberkahannya dan juga kebaikannya
adalah dengan menimba ilmu dari ulama darinya
Disana ada barakah yang sifatnya dzatiyah, yaitu dzat yang berbarakah, dimana barokah seperti ini bisa berpindah.
Barokah jenis ini hanya Allāh berikan kepada para Nabi dan juga Rasūl.

Oleh karena itu, dahulu para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertabarruk dengan:
Bekas wudhū’ Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam
Rambut Beliau
Keringat Beliau
Dan lain-lain.

Sepeninggal Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka tidak melakukan hal ini kepada Abū Bakar dan ‘Umar dan para
shahābat mulia yang lain. Hal itu menunjukan bahwasanya inilah kekhususan para Nabi dan juga para Rasul. Meminta barakah
hanya kepada Allāh dan dengan cara yang disyari’atkan.

Adapun meminta barakah dari Allāh dengan sebab yang tidak disyari’atkan seperti dengan:
Mengusap dinding masjid tertentu
Mengambil tanah kuburan tertentu
Dan lain-lain
Maka ini termasuk dalam syirik kecil.
👤
📘 📌⛔

Silsilah Ilmiyyah 1 Ini adalah halaqah yang ke-9 dari Silsilah Imilah Belajar Tauhid adalah tentang “Menyembelih Untuk Selain Allāh Termasuk
Syirik Besar”.
Belajar Tauhid
Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam. Didalamnya ada pengagungan terhadap Allāh, Rabb
Halaqah 09 ~ semesta alam, diantara wujud cinta kepada Allah adalah dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk Allāh, seperti:
Termasuk Syirik Besar Ibadah kurban di hari raya
Menyembelih Untuk Aqiqah
Selain Allah Dan juga hadyu bagi sebagian jama’ah haji.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah mulia ini hanya untuk Allāh semata, sebagaimana
 Ustadz Dr. Abdullah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla :
Roy, M.A. ‫ﺤْﺮ‬
َ ‫ﻚ َﻭﺍْﻧ‬
َ ‫ﺼِّﻞ ِﻟَﺮِّﺑ‬
َ ‫َﻓ‬
’’Maka shalatlah dan menyembelihlah untuk Tuhanmu”. (Al-Kautsar ayat 2).

Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain Allāh dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan
diri kepada selain Allāh, baik kepada seorang Nabi atau kepada seorang wali atau kepada jin dan lain-lain, maka dia:
Telah terjatuh kedalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam
Membatalkan amalan,
Dan Terkena ancaman laknat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

َ ‫ﺢ ِﻟَﻐْﻴِﺮ ا‬
‫هلل‬ َ ‫ﻦ َﺫَﺑ‬
ْ ‫ﻦ اهلل َﻣ‬
َ ‫َﻟَﻌ‬
’’Allāh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh”. (Hadits Riwayat Muslim).
Dan makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim berkurban dan menyembelih untuk selain Allāh,
sedikitpun, meskipun dengan seekor lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudharat.
Kita harus yakin sebagai seorang Muslim bahwa manfaat dan juga mudharat ditangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata
dan hanya kepadaNya-lah seorang muslim bertawakal.

Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allāh”
 Silsilah Ilmiyyah I
Belajar Tauhid Bernadzar untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah seseorang mengatakan : “Wajib bagi saya melakukan ibadah ini dan itu
untuk Allāh” atau dengan mengatakan misalnya : “Saya bernadzar untuk Allāh bila terlaksana hajat saya”.
Bernadzar adalah ibadah dan sebuah bentuk pengagungan. Bernadzar diperkenankan hanya untuk Allāh Subhānahu wa
 Halaqah 10
Ta’āla semata, seperti:
Termasuk Syirik
Bernadzar Untuk  Orang yang bernadzar untuk Allāh akan berpuasa 1 hari bila lulus ujian, atau
 Bernadzar untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengadakan umroh bila sembuh dari penyakit,
Selain Allah  Dan lain-lain.

 Ustadz ‘Abdullah Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :


Roy, MA
َ ‫ني ِمْن أ َْن‬
‫صاٍر‬ َ ‫ظاِِمل‬ ََّ ‫َوَما أ َْنَفْقت ُْم ِمْن َنَفَقٍة أ َْو َنَذْرُتْم ِمْن َنْذٍر َفِإَّن ا‬
َّ ‫هلل َيْعَلُمُه ۗ َوَما ِلل‬

’’Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan maka sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengetahuinya dan
tidak ada penolong bagi orang-orang yang Dzalim.’’ (Al-Baqarah 270)

 Didalam ayat ini Allāh mengabarkan bahwa Allah mengetahui nadzar para hambaNya dan akan membalas dengan balasan
yang baik.
 Ini menunjukan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang seorang Muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut.
 Menunaikan nadzar apabila dalam keta’atan hukumnya adalah wajib, berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

‫َوْلُيوُفوا ُنُذوَرُهم‬

’’Dan supaya mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka‘’. (Al-Hajj 29)

Juga sabda Nabi Shallallāhu ‘ ‘alayhi wasallam:

‫ﺼِﻪ‬
ِ ‫ﻼ َﻳْﻌ‬
َ ‫ﺼَﻴُﻪ َﻓ‬
ِ ‫ﻥ َﻳْﻌ‬
ْ ‫ﻦ َﻧَﺬَﺭ َﺃ‬
ْ ‫ﻄْﻌُﻪ َﻭَﻣ‬
ِ ‫ﻄﻴَﻊ ﺍﻟَّﻠَﻪ َﻓْﻠُﻴ‬
ِ ‫ﻥ ُﻳ‬
ْ ‫ﻦ َﻧَﺬَﺭ َﺃ‬
ْ ‫َﻣ‬
🔊
📗
👤

“Barangsiapa yang bernadzar untuk menta’ati Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka hendaknya menta’atinya dan barang siapa yang
bernadzar untuk memaksiati Allāh maka janganlah dia memaksiatiNya”. (HR. Al-Bukhāri)

Bernadzar untuk selain Allāh adalah termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam, seperti seseorang
bernadzar “Apabila seseorang sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan atau berpuasa untuk syaikh fulan
dan lain-lain”
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla  melindungi kita dan keturunan kita dari perbuatan syirik.

 Ustadz ‘Abdullah  Ar-Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh. Bacaan ini diperbolehkan selama tidak
ada kesyirikannya.
Roy, MA
 Silsilah Belajar
Di riwayatkan dari Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu beliau berkata :
Tauhid
 Halaqah 11 | Ar-
Kami dahulu meruqyah di zaman Jahiliyyah, maka kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam : “Yā
Ruqyah (Jampi-Jampi)
Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini ?”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ِ ‫س ِبالرَقى َما َلْم َيُكْن ِفيِه‬


‫شْرٌك‬ ُ ‫اْعِر‬
َّ ‫ضوا َعَل‬
َ ْ ‫ال َبأ‬،‫ي ُرَقاُكْم‬
ُّ

“Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah tidak mengapa selama tidak ada kesyirikan”. (HR.
Muslim)

Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari :

 Ayat-ayat AlQur’an
 Do’a-do’a yang diajarkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ini lebih utama.
 Atau dengan, Do’a-do’a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa Arab maupun dengan selain
bahasa Arab.

 Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah SEBAB semata,
tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab tersebut.

 Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang menciptakan sebab tersebut yaitu Allāh Subhānahu
wa Ta’āla.

 Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang mengandung permohonan kepada selain Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, baik kepada seorang jin ataupun seorang wali dan sebagainya, biasanya disebutkan disitu nama-nama
mereka.

 Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan nama-nama Allāh Subhānahu wa
Ta’āla atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa Arab. Dengan tujuan adalah satu yaitu untuk mengelabui orang-orang yang
jahil dan tidak tahu.

Ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam sabda Beliau :

ٌ ‫ﺷْﺮ‬
‫ﻙ‬ ِ ‫ﻥ ﺍﻟُّﺮَﻗﻰ َﻭﺍﻟَّﺘَﻤﺎِﺋَﻢ َﻭﺍﻟِّﺘَﻮَﻟَﺔ‬
َّ ‫ِﺇ‬

’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’. (HR. Abū Dāwūd dan Ibnu Mājah dan dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)
🕌
1⃣
🔖
4⃣

Silsilah Ilmiyyah 1 Berdoa kepada Alloh adalah seseorang menghadap Allah subhanahu wa ta’ala dengan maksud supaya Alloh mewujudkan
Belajar Tauhid keinginannya, baik dengan meminta atau dengan merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Halaqah 12 ~ Berdoa dengan makna di atas adalah ibadah.


Berdoa Kepada Selain
Allah Termasuk Syirik Berkata An-Nu’man Ibnu Basyirin radhiallohu ‘anhu, Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Besar
‫الدعاء هو العبادة‬
 Ustadz Dr. Abdullah
Roy, M.A. “Doa adalah ibadah”,

kemudian beliau Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat :

ِ ‫خُلوَن َجَهن ََّم َدا‬


‫خِريَن‬ َ ‫ست َْكِبُروَن َعْن ِعبَاَدِتي‬
ُ ‫سَيْد‬ ْ ‫ب َلُكْم ۚ إَِّن اَّلِذيَن َي‬ ْ َ ‫َوَقاَل َرُّبُكُم اْدُعوِني أ‬
ْ ِ ‫ست َج‬

(Surat Ghafir ayat 60)

Dan Robb kalian telah berkata : “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya aku akan mengkabulkan kalian, Sesungguhnya orang-
orang yang sombong dari beribadah kepadaKu mereka akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina”. (Surat Ghafir
ayat 60) dan hadist ini di riwayatkan oleh Abu daud, HR. Tirmidzi, dan Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni rohimakhullah.

Dan makna beribadah kepadaKu pada ayat ini adalah berDOA kepadaku. Apabila doa adalah hak dari Alloh subhanahu wa
ta’ala semata, maka berdoa kepada selain Alloh dengan merendahkan diri di hadapan-Nya, mengharap dan juga takut kepada-
Nya sebagaimana ketika dia mengharap dan takut kepada Alloh adalah termasuk syirik besar.

Termasuk doa adalah :


Istighosah, yaitu meminta dilepaskan dari kesusahan
Istiadzah (meminta perlindungan)
Isti’anah (meminta pertolongan)

Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah, yang hanya boleh diserahkan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata.

Namun perlu di ketahui bahwasanya, boleh seseorang beristighosah, beristiadzah, dan beristi’anah kepada mahluk dengan
4 syarat:

Mahluk tersebut masih hidup


Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita
Dia mampu sebagai mahluk untuk melakukannya
Mahluk tersebut diyakini hanya sebagai SEBAB.
sehingga tidak boleh orang bertawakal kepada sebab tersebut, namun bertawakal kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang
menciptakan sebab tersebut.

Orang yang beristighosah, beristiadzah, beristi’anah kepada orang yang sudah mati atau kepada orang yang masih hidup
akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita atau meminta mahluk untuk perkara yang tidak
mungkin bisa melakukan kecuali oleh Alloh, maka ini termasuk syirik besar.
📗
👤
🔊 🔰
🔖

🔖

 Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat.
 Ustadz ‘Abdullah
Allâh dan Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at pada hari kiamat.
Roy, MA
 Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh mengampuni seorang muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allāh
izinkan untuk memberikan syafa’at.
 Silsilah Belajar
 Syafa’at akhirat harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya.
Tauhid
 Adapun modal utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan.

 Halaqah 13 | Syafaat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafā’at
pada hari kiamat, beliau mengatakan:
‫شيْئ ًا‬ ْ ُ‫ت ِمْن أ َُّمِتي ال ي‬
َ ‫شِرُك ِباهلل‬ َ ‫ي َناِئَلٌة إِْن‬
َ ‫شاَء اهلل َمْن َما‬ َ ‫َفِه‬
“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan Allāh
sedikitpun.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki.
Allâh berfirman:
…‫ى‬
ٰ ‫ض‬َ ‫شَفُعوَن إَِّال ِمل َِن اْرَت‬
ْ ‫…َوَال َي‬
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat dan juga yang lain) tidak memberikan syafā’at kecuali bagi orang-orang yang
Allāh ridhai…”. (Surat Al-Anbiyaa’ 28)
 Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia.
 Karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’ālā, sampai meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun.
Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’ālā :
‫ﺸَﻔُﻊ ِﻋﻨَﺪُﻩٓۥ ِﺇَّﻟﺎ ِﺑِﺈْﺫِﻧِﻪۦ‬
ْ ‫ٓ َﻣﻦ َﺫﺍ ﺍَّﻟِﺬﻯ َﻳ‬
“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh Ta’ālā kecuali dengan izin-Nya.” (Al-Baqarah 255)
 Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat yang memilikinya. Seperti seseorang mengatakan
di dalam  do’anya, “Ya Allāh, aku meminta syafa’at Nabi-Mu .” Ini adalah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.
 Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam seperti mengatakan, “Ya
Rasūlullāh, berilah aku syafā’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih
syafā’atnya.

 Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
‫ﻰ َﻋَّﻤﺎ‬
ٰ ‫ﺤﺎَﻧُﻪ َﻭَﺗَﻌﺎَﻟ‬
َ ‫ﺳْﺒ‬
ُ ۚ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺕ َﻭَﻟﺎ ِﻓﻲ ﺍْﻟَﺄْﺭ‬
ِ ‫ﺴَﻤﺎَﻭﺍ‬
َّ ‫ﻥ ﺍﻟَّﻠَﻪ ِﺑَﻤﺎ َﻟﺎ َﻳْﻌَﻠُﻢ ِﻓﻲ ﺍﻟ‬
َ ‫ﺷَﻔَﻌﺎُﺅَﻧﺎ ِﻋْﻨَﺪ ﺍﻟَّﻠِﻪ ۚ ُﻗْﻞ َﺃُﺗَﻨِّﺒُﺌﻮ‬
ُ ‫ﻫُﺆَﻟﺎِﺀ‬
َٰ ‫ﻥ‬
َ ‫ﻫْﻢ َﻭَﻟﺎ َﻳْﻨَﻔُﻌُﻬْﻢ َﻭَﻳُﻘﻮُﻟﻮ‬
ُ ‫ﻀُّﺮ‬
ُ ‫ﻥ ﺍﻟَّﻠِﻪ َﻣﺎ َﻟﺎ َﻳ‬
ِ ‫ﻦ ُﺩﻭ‬
ْ ‫ﻥ ِﻣ‬
َ ‫َﻭَﻳْﻌُﺒُﺪﻭ‬
‫ﺸِﺮُﻛﻮﻥ‬ ْ ‫ُﻳ‬
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula memberikan manfaat
dan mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah: “Apakah kalian akan mengabarkan
kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka sekutukan.” (surat Yunus 18)

Halaqah yang ke-14 dari silsilah ilmiah belajar tauhid adalah tentang “Berlebihan terhadap orang shalih adalah pintu
 Ustadz ‘Abdullah kesyirikan.”
Orang shalih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik di dalam hal aqidah, ibadah
Roy, MA
maupun muamalah.  Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sebagai seorang Muslim
kita diperintahkan untuk:
 Silsilah Belajar
 Mencintai mereka.
Tauhid
 Mengikuti jejak mereka di dalam kebaikan.
Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan
 Halaqah 14 |
membaca perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati
Berlebihan terhadap
Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang diizinkan agama.
orang shalih adalah
pintu kesyirikan Namun berlebih-lebihan terhadap orang shalih, seperti :
 Mendudukkan mereka di atas kedudukannya sebagai manusia. Atau,
 Mensifati mereka dengan sifat-sifat yang tidak pantas kecuali untuk Allāh.
 Maka ini hukumnya HARAM dan tidak diperbolehkan menurut agama, karena hal ini dapat menjadi pintu terjadinya
kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
 Namun beliau Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau yaitu dengan
mendudukkan Beliau di atas kedudukan Beliau yang sebenarnya, yaitu sebagai hamba Allāh dan seorang Rasul.
Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
 ‫سْوُلُه‬ ِ ‫ َفُقْوُلْوا َعبُْد ا‬،‫ َفِإَّنَما أ ََنا َعبُْدُه‬،‫صاَرى اْبَن َمْرَيَم‬ ِ ‫طرْوِني َكَما أ َطْر‬ َ .
ُ ‫هلل َوَر‬ َ َّ ‫ت الن‬ َ ُ ْ ‫ال ُت‬
“Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Īsā bin Maryam.
Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya maka katakanlah. ‘Hamba Allāh dan Rasul-Nya’.”(HR. Bukhari)
 Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah. Dan,
 Beliau adalah seorang rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi.

 Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia saja yaitu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak
diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain ?

Diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih adalah :


 Meyakini bahwa mereka mengetahui ilmu ghaib, atau
 Membangun di atas kuburan mereka, atau
 Beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā di samping kuburan mereka
 Dan lain-lain.
 Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.
 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.

 Ustadz ‘Abdullah Halaqah yang ke-15 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Sihir”.
Sihir bermacam-macam jenisnya. Dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir yang terjadi dengan meminta pertolongan
Roy, MA
kepada syaithān.
Padahal syaithān tidak akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan perkara yang dia ridhai, yaitu kufur (kāfir) kepada
 Silsilah Belajar Allāh, dengan cara:
Tauhid  Menyerahkan sebagian ibadah kepada syaithān tersebut.
 Atau dengan Menghina Al-Quran.
 Halaqah 15 | Sihir  Atau dengan Mencela agama.
 Dan sebagianya.

Allāh berfirman:
‫سْحَر‬
ِّ ‫س ال‬ َ ‫شَياِط‬
َ ‫ني َكَفُروا ُيَعِّلُموَن الن َّا‬ َّ ‫سَلْيَماُن َوَٰلِكَّن ال‬
ُ ‫َوَما َكَفَر‬
“Dan bukanlah Sulaiman yang kafir, akan tetapi syaithān-syaithānlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Al-
Baqarah 102)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


“Jauhilah 7 perkara yang membinasakan.”
Para shahābat bertanya, “Ya Rasūlullāh, apakah 7 perkara tersebut?”
Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan 7 Perkara:
“Syirik kepada Allāh, sihir,…(dst).”.
🔊 🎍
1⃣ ❌
🎭
🔰

 Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati bila dia tidak bertaubat, sebagaimana telah dicontohkan
oleh para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
 Adapun yang berhak untuk melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah  bukan individu – individu.
 Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan. Bahkan sebagian ulama menghukumi pelakunya keluar dari Islam.
 Demikian pula meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang haram karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
mengabarkan bahwa bukan termasuk pengikut Beliau orang yang menyihir dan orang yang meminta disihirkan.
 Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam Musnadnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albani rahimahullāh.
 Seorang Muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir. Diantaranya adalah:
 Dengan menjaga dzikir-dzikir yang di syariatkan, seperti:
 Dzikir pagi & petang
 Dzikir-dzikir setelah shalat 5 waktu
 Dzikir akan tidur
 Dzikir mau makan
 Dzikir masuk & keluar rumah
 Dzikir masuk & keluar kamar kecil
 Dan lain-lain.
 Dan membersihkan diri dan rumah dari perkara-perkara yang membuat ridha syaithān, seperti:
 Jimat-jimat
 Musik-musik
 Gambar-gambar makhluk bernyawa
 Dan lain-lain.
 Apabila qaddarullāh terkena sihir maka hendaknya dia :
 Bersabar
 Merendahkan diri kepada Allāh.
 Memohon darinya kesembuhan, dan
 Berpegang dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan.

 Serta jangan sekali-kali berusaha untuk menghilangkan sihir dengan cara meminta bantuan Jin, baik secara langsung
maupun lewat Dukun, Paranormal dan yang semisal dengan mereka.

 Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’ālā melindungi kita dan juga keluarga kita dari semua kejelekan di dunia dan juga di akhirat.

 Ustadz ‘Abdullah Halaqah yang ke-16 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Perdukunan.
Roy, MA Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti :
* Mengetahui barang yang hilang dan pencurinya
 Silsilah Belajar * Mengetahui ramalan nasib
Tauhid * Dan lain-lain.
Dia mengaku mengetahui hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu seperti dengan :
 Halaqah 16 | *  Melihat bintang
Perdukunan *  Menggaris di tanah
*  Melihat air di mangkok
*  Dan lain-lain.
Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

Saudaraku sekalian, ketahuilah bahwa perdukunan dengan namanya yang bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan
di dalam agama Islam.
Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka mintai bantuan.
Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga
syaithān.
💥

Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan menyeret mereka bersamanya
ke dalam neraka. Iblis dan keturunannya tidak akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allāh.

Oleh karena itu para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini. Adapun harta yang dia dapatkan
dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.
Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar maka sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di
dalam hadits yang shahih, bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit.
Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada yang di bawahnya dan seterusnya, sehingga
sampai ke telinga dukun.
Terkadang Jin itu terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar yang ia dengar, Dan terkadang sempat
menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang. Kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah-tambahi oleh dukun
tersebut dengan kedustaan yang banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat mencari
pembenaran dan kepercayaan dari manusia.
Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan kepada Dukun tersebut,
bagaimanapun susahnya keadaan dia.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


‫صَّدَقُه ِبَما َيُقوُل َفَقْد َكَفَر ِبَما أ ُْنِزَل َعَلى ُمَحَّمٍد‬
َ ‫َمْن أ ََتى َكاِهنا ً أ َْو َعَّرافا ً َف‬
“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia ucapkan, maka dia telah kufur terhadap
apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.” (HR Abū Dāwūd, at-Tirmidzi, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh).

Di dalam hadits lain Beliau sallallahu alaihi wasallam mengatakan:


 ‫ني ليلًة‬ َ ‫ئ لم تْقبَل َلُه‬
َ ‫صالةُ أربع‬ َ ‫َمْن أتى َعَّراًفا َف‬
َ ‫سأ َلُه َعْن‬
ٍ ‫ش‬
 “Barangsiapa mendatangi dukun kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima darinya shalat selama 40
hari.” (HR Muslim)

Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari Islam, namun
kedua hadits di atas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’ālā menjadikan kita merasa cukup dengan yang halal dan menjauhkan kita dari yang haram.
Halaqah yang ke-17 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang At-Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu).
At-Tathoyyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu, seperti melihat
Silsilah Ilmiyyah 1
tabrakan, atau orang berkelahi, atau yang semisalnya, kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan
Belajar Tauhid hajatnya seperti bepergian, berdagang dan lain-lain.
At-Tathoyyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut di ikuti. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Halaqah 17 ~ At- ْ َ ‫طَيَرةُ ِمْن َحاَجٍة َفَقْد أ‬
 ‫شَرَك‬ ِّ ‫َمْن َرَّدْتُه ال‬ 
Tathoyyur (Merasa Sial “Barangsiapa yang At-Tathoyyur menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik” (HR.
Dengan Sesuatu) Ahmad dan dishahihkan Syeikh Al Albâni rahimahullâh)
Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan di ingkari oleh Rasûlullâh
Ustadz Dr. Abdullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
Roy, M.A.  …َ‫ال ِطيََرة‬
َ ‫…َو‬ 
“… tidak ada thiyarah …” (HR.Al Bukhâri dan Muslim)
Maksudnya thiyarah ini adalah sebuah perasaan saja, yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir Allah.
Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh mengikuti was-was setan ini dan hendaknya dia memiliki keyakinan kuat
bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allah semata, Seorang
Mukmin hendaknya yakin bahwa tidak mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak melindungi dari keburukan kecuali
Allah, hanya bertawakkal kepada Allah semata, dan berbaik sangka hanya kepada Allah.
Apabila datang perasaan tersebut maka segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya. Dan
apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah semata.
Adapun Tafâ’ul maka diperbolehkan dalam agama kita. Tafâ’ul adalah berbaik sangka kepada Allah karena melihat atau
mendengar sesuatu.
Dahulu Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sering bertafâ’ul, seperti ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah, utusan Quraisy
saat itu bernama Suhail. Suhail adalah bentuk tashgîr (pengecilan) dari sahl yang artinya adalah mudah, maka beliaupun
berbaik sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan dan kebaikan bagi ummat Islam. Maka benarlah
persangkaan beliau.  Allah setelah itu, yaitu setelah perjanjian Hudaibiyyah membuka pintu-pintu kemudahan bagi umat islam.
🔖
🌷
💚


Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal Nasib Dengan Bintang”.
Silsilah Ilmiyyah 1
Bintang adalah makhluk yang menunjukkan kebesaran Allāh Penciptanya. Allāh telah mengabarkan di dalam Al-Qurān
Belajar Tauhid
bahwa bintang ini memiliki 3 faidah :
Sebagai perhiasan langit.
Halaqah 18 ~
Sebagai pelempar syaithān.
Meramal Nasib Dengan
Sebagai petunjuk manusia, seperti :
Bintang
 Mengetahui arah utara atau selatan
 Mengetahui arah daerah, arah kiblat
Ustadz Dr. Abdullah
 Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.
Roy, M.A.
Allāh tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas.

Seorang salaf, Qatādah Bin Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang lebih pada tahun 110 H.
Beliau menjelaskan bahwa :
“Barang siapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di atas maka dia telah bersalah
dan berbicara tanpa ilmu.” Ucapan ini dikeluarkan Al-Imām Al-Bukhāri di dalam Shahih beliau.
Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau berkumpul dan berpisahnya beberapa
bintang berpengaruh kepada keberuntungan seseorang di masa yang akan datang, baik dalam masalah rejeki, jodoh dan
lain-lain.
Sebagaimana kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah, membaca dan mempercayai hal seperti itu
adalah perbuatan haram dan termasuk DOSA BESAR.
Sebagian ulama mengatakan hukumnya sama seperti orang yang mendatangi dukun dan bertanya kepadanya.
Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.
Hendaknya kita semua takut kepada Allāh.Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-kolom tersebut. Dan
jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita dan keluarga
kita.
Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dengan selamat.

Ustadz ‘Abdullah Halaqah yang ke-19 dari Silsilah Belajar Tauhid kita kali ini adalah tentang “Bersumpah Dengan Selain Nama Allāh”.
Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Roy, MA
Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik oleh orang yang berbicara maupun
yang diajak bicara.
Silsilah Ilmiah Kalau (dalam) bahasa ‘Arab maka menggunakan:
Belajar Tauhid Huruf wawu (‫)َو‬
Huruf ba (‫ب‬
َ )
Halaqoh 19 | Huruf ta (‫ت‬
َ )
Bersumpah Dengan Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.
Selain Nama Allah Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allāh semata, misalnya mengatakan:
 Wallāhi
 Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi
 Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya
 Dan lain-lain.
Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya, misalnya dengan
mengatakan:
 Demi Rasūlullāh
 Demi Ka’bah
 Demi Jibrīl
 Demi langit & bumi
 Demi bulan & bintang
 Dan lain-lain.
Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang.
📘 ❌

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,


‫شَرَك‬ َِّ ‫ف ِبَغْيِر ا‬
ْ َ ‫هلل فََقْد أ‬ َ ‫َمْن َحَل‬
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albāni rahimahullāh)
Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluq disertai pengagungan seperti kalau dia
mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, yaitu pengagungan ibadah.
Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan:
 Demi Wisnu
 Demi Dewa Fulan
 Demi Lāta
 Dan lain-lain.

Silsilah Ilmiyyah 1 Halaqah yang ke-20 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Riyā”.
Belajar Tauhid  Riyā’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allāh, akan tetapi ingin dilihat oleh
manusia dan dipuji.

Halaqah 20 ~ Riya  Riyā’ hukumnya HARAM dan dia termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
 Riyā’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun besar amalan tersebut.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
Ustadz Dr.
ُ‫ﺷْﺮَﻛﻪ‬
ِ ‫ﻙ ِﻓﻴِﻪ َﻣِﻌﻲ َﻏْﻴِﺮﻱ َﺗَﺮْﻛُﺘُﻪ َﻭ‬
َ ‫ﺷَﺮ‬
ْ ‫ﻼ َﺃ‬
ً ‫ﻦ َﻋِﻤَﻞ َﻋَﻤ‬
ْ ‫ﻙ َﻣ‬
ِ ‫ﺸْﺮ‬
ِّ ‫ﻦ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺸَﺮَﻛﺎِﺀ َﻋ‬
ُّ ‫ﻙ َﻭَﺗَﻌﺎَﻟﻰ َﺃَﻧﺎ َﺃْﻏَﻨﻰ ﺍﻟ‬
َ ‫َﻗﺎَﻝ ﺍﻟَّﻠُﻪ َﺗَﺒﺎَﺭ‬
Abdullah Roy, M.A. “Allāh berfirman: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan dia
menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam amalan tersebut maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR
Muslim)
Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni Allāh, artinya dia harus diadzab
supaya bersih dari dosa riyā’ tersebut.
Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allāh, yang
Kalau Allāh menghendaki maka akan diampuni langsung. Dan,
Kalau Allāh menghendaki maka akan diadzab terlebih dahulu.
Mereka berdalil dengan keumuman ayat :
‫ﺸﺎُﺀ‬
َ ‫ﻦ َﻳ‬
ْ ‫ﻚ ِﻟَﻤ‬
َ ‫ﻥ َﺫِﻟ‬
َ ‫ﻙ ِﺑِﻪ َﻭَﻳْﻐِﻔُﺮ َﻣﺎ ُﺩﻭ‬
َ ‫ﺸَﺮ‬
ْ ‫ﻥ ُﻳ‬
ْ ‫ﻥ ﺍﻟَّﻠَﻪ َﻟﺎ َﻳْﻐِﻔُﺮ َﺃ‬
َّ ‫ِﺇ‬
“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki.” (QS An Nisā:
48)
Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka 
Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi mereka justru adalah orang-orang yang beramal
shalih, Mereka adalah orang yang :
 Mengajarkan Al Qurān supaya dikatakan sebagai seorang qāri, seorang yang suka membaca, seorang yang mahir membaca.
 Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan.
 Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani.
Mereka beramal bukan karena Allāh.
Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih.
Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam beramal.. Dan ikhlash adalah barang yang sangat berharga. Para salaf
kitapun merasa atau merasakan beratnya memperbaiki hati mereka.
Hanya kepada Allāh kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita dari riyā’, sum’ah, dan ‘ujub dan berbagai
penyakit hati.
Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita, kecuali kalau memang ada mashlahat yang lebih kuat.
🔊 ✅
3⃣

Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Belajar Ilmiah Tauhid adalah tentang Cinta Kepada Allāh”.
Silsilah Ilmiyyah 1
Mencintai Allāh merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan seorang Muslim
Belajar Tauhid
merendahkan dirinya di hadapan Allāh, mengagungkan Allāh, yang akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksanakan
perintah Allāh dan juga menjauhi apa yang Allāh larang. Inilah cinta yang merupakan ibadah.
Halaqah 21 ~ Cinta
Kepada Allah Barangsiapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allāh maka dia telah berbuat syirik besar.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
Ustadz Dr. Abdullah ‫ﺣًّﺒﺎ ِﻟَّﻠِﻪ‬
ُ ‫ﺷُّﺪ‬
َ ‫ﻦ َﺁَﻣُﻨﻮﺍ َﺃ‬
َ ‫ﺐ ﺍﻟَّﻠِﻪ َﻭﺍﻟَِّﺬﻳ‬
ِّ ‫ﺤ‬
ُ ‫ﺤُّﺒﻮَﻧُﻬْﻢ َﻛ‬
ِ ‫ﻥ ﺍﻟَّﻠِﻪ َﺃْﻧَﺪﺍًﺩﺍ ُﻳ‬
ِ ‫ﻦ ُﺩﻭ‬
ْ ‫ﺨُﺬ ِﻣ‬
ِ ‫ﻦ َﻳَّﺘ‬
ْ ‫ﺱ َﻣ‬
ِ ‫ﻦ ﺍﻟَّﻨﺎ‬
َ ‫َﻭِﻣ‬

Roy, M.A. “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu-sekutu Allāh. Mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun orang-orang yang beriman maka cinta mereka kepada Allāh jauh lebih besar”.
(QS Al Baqarah: 165)

Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan dan lain-lain, maka hal ini
diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita kepada Allah.

Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi cintanya kepada Allāh maka dia telah melakukan dosa
besar.
Allāh berfirman yang artinya:
“Katakanlah; ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian
usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan juga rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, itu semua
lebih kalian cintai daripada Allāh dan Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allāh, maka tunggulah sampai Allāh Subhānahu
wa Ta’āla mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allāh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS At Taubah:
24)

Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia cintai. Dan akan nampak
siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya hanya sebatas ucapan saja.
Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allāh adalah dengan:
 Mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat Al Qurān.
 Memikirkan tanda tanda kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di alam semesta.
 Mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allāh berikan.

Silsilah Ilmiyyah 1 Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Takut Kepada Allāh”.
Belajar Tauhid Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudharat adalah di tangan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla semata. Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allāh dan tidak bertawakal kecuali kepada Allāh.
Takut kepada Allāh yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:
Halaqah 22 ~ Takut
Merendahkan diri di hadapan Allāh.
Kepada Allah
MengagungkanNya.
Membawanya untuk menjauhi larangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ustadz Dr. Abdullah
Melaksanakan perintahNya.
Roy, M.A.
Bukan takut :
Yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allāh.
 Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan kepada Allāh .
Takut seperti ini adalah ibadah.
Tidak boleh sekali-sekali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allāh. Dan barangsiapa
menyerahkannya kepada selain Allāh, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari
Islam.
Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah meninggal kemudian takut tersebut
menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya.
Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrāhīm ‘Alaihissalām ketika beliau berkata yang artinya:
“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku kecuali apabila Rabbku menghendakinya.” (QS
Al An’ām: 80)
Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang melebihi takutnya kepada Allāh,
sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allāh atau melanggar larangan Allāh. Seperti :
❇💗

 Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut kepada orang  orang kafir. Atau,
 Tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu.
Allāh berfirman yang artinya :
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.n.” (QS Āli ‘Imrān: 175 )
Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah :
 Berlindung kepada Allāh dari bisikan syaithan.
 Mengingat sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang artinya :
“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak bisa
memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis. Dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat
kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis.” (HR Tirmidzi dan
dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullāh)
Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti :
 Takut kepada panasnya api.
 Takut kepada binatang buas.
Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan
perintah atau melanggar larangan Allāh. Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.

Halaqah yang ke-23 dari Silsilah Ilmiyyah 1 Belajar Tauhid adalah tentang “Taat Ulama di Dalam Kebenaran”.
Silsilah Ilmiyyah 1
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allāh dan juga agamanya, Yaitu ilmu yang membawa dirinya untuk
Belajar Tauhid
bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.
Para ulama adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama Islam adalah sangat tinggi. Allāh telah
Halaqah 23 ~ Taat mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk taat kepada mereka selama mereka menyeru dan mengajak
Ulama di Dalam kepada kebenaran dan juga kebaikan.
Kebenaran
Allāh Subhānahu wa Ta’ālā berfirman :
Ustadz Dr. Abdullah ‫سوَل َوأ ُولِي اْأل َْمِر ِمن ُْكْم‬
ُ ‫هلل َوأ َِطيُعوا الَّر‬
ََّ ‫ۖ َيا أ َُّيَها اَّلِذيَن آَمن ُوا أ َِطيُعوا ا‬

Roy, M.A. “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allāh dan taatlah kepada Rasul dan ulil amri kalian.” (QS An Nisā: 59)
Ulil amri disini mencakup ulama dan juga umarā (pemerintah).

Menghormati para ulama bukan berarti mentaati mereka dalam segala hal sampai kepada kemaksiatan. Ulama, seperti manusia
yang lain, Ijtihad mereka terkadang salah dan terkadang benar.
 Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.
     Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.
Apabila telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya seorang ulama menyelisihi kebenaran tersebut
dalam sebuah permasalahan, maka tidak boleh seseorang mentaati ulama tersebut kemudian dia meninggalkan kebenaran.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah, Sesungguhnya ketaatan hanya didalam kebenaran.” (HR. Albukhari dan
Muslim)

Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allāh, maka dia telah menjadikan ulama tersebut sebagai
pembuat syariat dan bukan penyampai syariat, ini seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani, sebagaimana
disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya :
‫خُذوا أ َْحبَاَرُهْم َوُرْهبَاَنُهْم أ َْربَابًا ِمْن ُدوِن اهلل‬
َ ‫…اَّت‬
“Mereka yaitu orang-orang Yahudi & Nasrani menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai sesembahan selain Allāh.” (QS
At Taubat: 31)

Ketika menjelaskan ayat ini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :


“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah tersebut, akan tetapi mereka, apabila
menghalalkan apa yang Allāh haramkan, maka merekapun ikut menghalalkan dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut
mengharamkan apa yang Allāh halalkan maka mereka pun ikut mengharamkan.” (Hadits ini hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
🔊 💙

🔖 💙 💙 💙

Silsilah Ilmiyyah 1 Halaqah yang ke-24 dari Silsilah Belajar Ilmiah belajar Tauhid adalah tentang “Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh”.

Belajar Tauhid Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah
dari Allāh.
Allāh berfirman :
Halaqah 24 ~ َِّ‫َوَما ِبُكْم ِمْن ِنْعَمٍة َفِمَن اهلل‬
Menyandarkan Nikmat “Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari Allāh.” (QS An Nahl: 53)
Kepada Allah
Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allāh kemudian menyandarkan
Ustadz Dr. Abdullah kenikmatan tersebut kepada selain Allāh.
Roy, M.A. Misalnya Seperti ungkapan :
 Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka.
 Kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah dicuri.
 Kalau bukan karena dokter niscaya saya tidak sembuh, dan sebagainya.
Ini semua adalah contoh bentuk menyandarkan kenikmatan kepada sebab.
Allāh berfirman :
‫هلل ُثَّم يُنِكُروَنَها‬ َ ‫َيْعِرُفوَن ِنْعَم‬
ِّ ‫ت ا‬
“Mereka mengenal nikmat Allāh kemudian mereka mengingkarinya.” (QS An Nahl: 83)

Seharusnya kenikmatan tersebut di sandarkan kepada Allāh, Zat yang menciptakan sebab.
Yang seharusnya dikatakan adalah : 
 Kalau bukan karena Allāh niscaya kita sudah celaka. atau
 Kalau bukan karena Allāh niscaya uang kita sudah hilang. atau
 Kalau bukan karena Allāh niscaya saya tidak akan sembuh. dan sebagainya
Yang demikian karena Allāh-lah yang memberikan :
 Nikmat keselamatan
 Nikmat keamanan
 Nikmat kesembuhan dan sebagainya

Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita. Kalau Allāh menghendaki niscaya
Allāh tidak akan menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita.
Ini semua, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain. Seorang Muslim diperintah untuk
mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya karena mereka telah menjadi sebab
kenikmatan tersebut. Bahkan diperintahkan pula untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan do’a yang
baik.
Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allāh semata.
‫ واهلل علم‬l

Halaqah yang ke-25 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Ridha Dengan Hukum Allāh”.
Silsilah Ilmiyyah 1
Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagai pencipta manusia sangat menyayangi ciptaan nya, Dialah Ar-Rahmān Ar-Rahīm. Di antara
Belajar Tauhid bentuk kasih sayang Allah adalah menurunkan syari’at supaya manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan
didunia maupun akhirat.
Halaqah 25 ~ Ridha Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hukumnya penuh dengan keadilan, hikmah dan juga kebaikan, meskipun
Dengan Hukum Allah kadang samar atas sebagian manusia.
Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah untuk :
Ustadz Dr. Abdullah  Ridha dengan hukum Allāh. dan  Yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum Allāh.
Roy, M.A. Di dalam segala bidang kehidupan :
 Aqidah  Mu’āmalah  Akhlaq  Ekonomi  Adab  Kenegaraan  Dan lain-lain.
Meng-Esakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam hukum-hukumNya adalah termasuk konsekuensi tauhid.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
‫ضَالًال ُمِبين ًا‬
َ ‫ضَّل‬
َ ‫سوَلُه َفَقْد‬
ُ ‫هلل َوَر‬ ِ ‫خَيَرةُ ِمْن أ َْمِرِهْم ۗ َوَمْن َيْع‬
ََّ ‫ص ا‬ ِ ‫سوُلُه أ َْمًرا أ َْن َيُكوَن َلُهُم اْل‬
ُ ‫هلل َوَر‬ َ ‫َوَما َكاَن ِمل ُْؤِمٍن َوَال ُمْؤِمن ٍَة إَِذا َق‬
َُّ ‫ضى ا‬
“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang mu’minah apabila Allāh dan Rasul-Nya telah
menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka. Dan barangsiapa yang
mendurhakai Allāh dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahzab: 36)

Saudaraku,
Alhamdulillāh dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan karunia-Nya sampailah kita pada bagian yang terakhir dari Silsilah yang pertama ini (Tauhid), yaitu halaqah
yang ke-25. Dengan berakhirnya Silsilah Tauhid ini bukan berarti kita sudah merasa cukup memahami Ilmu Tauhid. Apa yang disampaikan dalam silsilah 1 (Tauhid) ini
baru sebagian kecil dari ilmu tauhid itu sendiri.
Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal menjemput kita. Ikutilah majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini. Bacalah buku-
buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh para ulama yang terpercaya.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla merahmati kita semua, menghidupkan dan juga mematikan kita di atas tauhid.

Anda mungkin juga menyukai