Anda di halaman 1dari 3

“APRESIASI ALAT MUSIK”

Written By Gulo Jr on Minggu, 30 September 2012 | 12.45

http://glojrac.blogspot.com/2012/09/apresiasi-alat-musik.html

A)  Idiofon
Idiofon Berpencu
Contoh: Kenong
Wilayah Nada Pentatonis, Bahan terbuat Dari Logam, Cara memainkannya adalah dengan di
Pukul dengan dua Tangan yang terbuat dari Kayu yang berlilitan Kain.

Idiofon Berbentuk Bilah


 
Contoh : Kolintang
Wilayah Nada Diatonis, Terbuat dari kayu dipukul dengan dua tangan, yaitu terbuat
dari rajutan kain yang bertangkai kayu
Idiofon Khusus
 
Contoh : Cabaza
Wilayah Nadanya Tak bernada, Dan terbuat dari kayu dan logam dan cara memainkan
dengandiputar/ diguncang sehingga menimbulkan bunyi berdecik.

B)   Alat musik Membranofon

Contoh : Kompang
Kompang ialah sejenis alat musik tradisional yang paling popular bagi
masyarakat Melayu. Ia tergolong dalam kumpulan alat musik gendang. Kulit kompang
biasanya diperbuat daripada kulit kambing.
Pada kebiasaannya, seurat rotan akan diselit dari bahagian belakang antara kulit dan bingkai
kayu bertujuan menegangkan permukaan kompang, bertujuan menguatkan bunyi kompang.
Kini, gelung plastik turut digunakan.

C)  Alat Musik Chordofon

     1.     Chordofon Gesek 


 
           Contoh : Rebab
       Rebab adalah alat musik gesek yang biasanya menggunakan 2 atau 3 dawai, alat musik ini
adalah alat musik yang berasal dari Timur Tengah dan mulai digunakan di Asia Tenggara
setelah penyebaran pengaruh dari Timur Tengah. Alat musik yang menggunakan penggesek
dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya
menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang
dikeringkan sebagai pengeras suara. 
2.     Chordofon petik

Contoh : Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari
pulauRote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam
bahasa Rote, “sasandu’’, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando
digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya
dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi. Bagian utama sasando
berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar
dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang
direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada
yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah
wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini
merupakan tempat resonansi sasando.

D)  Alat Musik Elektrofon

Contoh : Clavinet
Pada dasarnya merupakan clavichord listrik. Sebuah bantalan karet di bawah setiap
tombol yang ditekan string ke sebuah landasan logam, menyebabkan "cemas" bagian dari
string bergetar. Bila kunci dilepaskan, seluruh string secara teoritis gratis untuk bergetar tetapi
segera teredam oleh benang tenun di ujung. Dua elektromagnetik single-coil pickup dibawah
senar mendeteksi getaran yang kemudian menjadi preamplified dan disaring.

E)   Alat Musik Aerofon


 
Contoh : Saronen ( Jawa Timur )
Saronen telah dianggap oleh orang Madura maupun non - Madura sebagai instrumen khas
Madura. Instrumen itu telah memberikan namanya pada sebuah orkes yang menggunakan
instrumen itu sebagai alat lama. Sebenarnya instrumen itu ditemukan pula di daerah lain,
misalnya di Tanah Pasundan dan Sumatera. Ia dianggap ciri khas kebudayaan Madura
barangkali karena selalu mengiringi acara kerapan sapi yang demikian penting di dalam
pembentukan citra Madura.
Alat musik jenis hobo itu berasal dari Timur Tengah. Di daerah asalnya ia dikenal dengan
beraneka nama antara lain Surnai , Sirnai, Sarune , Shanai dan sebagainya. Namun, nama
yang biasa digunakan di Jawa Timur dan Madura adalah selompret, serompet atau sompret ,
saronen atau serunen.
Instrumen itu berbentuk kerucut dari pohon jati dengan enam lubang berderet di depan
dan satu lubang di belakang. Sebuah gelang kecil dari kuningan(konengan )mengaitkan
bagian bawah dengan bagian atas yang terbuat dari baja tahan karat ( besse pote ). Ujungnya (
rakara) terbuat dari kayu siwalan dan menjepit lidah gandanya ( pepet ) dari sepat atau dari
daun pohon siwalan ( tarebung ) pada pangkal itu ditambah sebuah sayap dari tempurung
kelapa ( bethok ) yang tampak seperti kumis pada pemain yang sedang meniupnya. Jadi,
model saronen yang telah ditemukan di daerah Sumenep lebih mirip saronen dari Tanah
Pasundan. Di Madura , orkes saronen dikaitkan dengan sapi ( pada waktu karapan sapi dan
untuk pertandingan kecantikan sapi betina ), dengan kuda( untuk upacara di makam keramat
atau untuk pesta perkawinan )., dengan beberapa macam ritual rumah tangga tertentu, serta
dengan tarian topeng yang mendahului upacara ritual tertentu ( Klono ).

KESIMPULAN
Sebenarnya budaya kita sudah diambang krisis, sekarang tergantung dengan orang-orangnya
sendiri karena semakin dicuekin bisa-bisa tradisi musik ini akan punah, kita tahu 40 tahun belakangan
musik barat itu banyak sekali masuk,terutama dari media elektronik, sehingga mereka menyetir tren
musik indonesia. Anak-anak pun sekarang punya pembentukan pikiran kalo tidak ikut tren musik
barat berarti kampungan, pemikiran itu yang harus kita rubah, bahwa musik tradisional pun bisa
berkembang seperti itu selama kita punya keinginan dan kecintaan terhadap musik etniknya. Jika
dilihat waktunya sekarang musik etnik itu sangat dilupakan, perkembangannya semakin hari semakin
menurun, kita punya beragam budaya dan beragam musik yang khas dari setiap daerah.
Tetapi banyak dari kita yang melupakannya sehingga Jenis alat musik yang beragam itu
menjadi terbelakang. Oleh sebab itu sebagai generasi penerus, Kita mesti melestarikan dan
memperkenalkan kepada dunia luar tentang keberagaman dan keunikan alat musik yang ada di
indonesia. Jadi ayo kuasai dan jaga alat musik didaerah tempat tinggalmu sekarang supaya tidak punah
dan diklaim oleh bangsa lain, karena itu pasti sangat menyebalkan,ya gak??

Anda mungkin juga menyukai