Anda di halaman 1dari 7

1

Saya bertanya kepada Nabi, Apakah amal yang


paling dicintai oleh Allah? (Dalam satu riwayat:
yang lebih utama) Beliau bersabda, Shalat pada waktunya Saya
bertanya, Kemudian apa lagi? Beliau bersabda, Berbakti kepada
kedua orang tua. Saya bertanya, Kemudian apa lagi? Beliau
bersabda, Jihad(berjuang) di jalan Allah. Ia berkata, Beliau
menceritakan kepadaku. (Dalam satu riwayat: Saya berdiam diri dari
Rasulullah.) Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau
menambahkannya. (H.R. Bukhari, hadits Shahih dan terdapat di dalam
Shahih Bukhari)
1.Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa Arab berarti doa, kemudian yang
dimaksud di sini adalah: ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan
beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, diakhiri dengan salam dan
menurut beberapa syarat yang ditentukan.
Shalat adalah rukun Islam yang kedua, ia adalah tiangnya agama. Barang
siapa yang mendirikan shalat berarti ia telah menegakkan agamanya, dan
barang siapa yang meninggalkannya ia telah menghancurkan agamanya (alHadits).
Demikian pula shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab oleh Allah
swt. Bila seorang muslim shalat maka amal ibadah yang lainnya akan
diperhitungkan oleh Allah swt. tetapi bila dia tidak shalat maka amaliyahnya
tidak dianggap (al-Hadits).
Kewajiban dan syi'ar agama Islam yang paling utama adalah shalat.
"Shalat adalah tiang agama. Orang yang telah mendirikan shalat, dia telah
mendirikan agama, namun bagi siapa saja yang meninggalkan shalat berarti
dia telah menghancurkan agama."
Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali akan dimintakan
pertanggung jawabannya dari manusia pada hari kiamat kelak.
Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika
shlalatnya di nilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka
rugi dan sengsaralah dia. Adapun jika di antara shalatnya ada yang kurang sempurna, maka
Allah Azza wajalla berfirman: periksalah kembali wahai para malaikat, apakah dia suka
melaksanakan shalat sunah. Jika ada, sempurnakanlah shalatnya dengannya shalat sunnahnya

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

3 AMALAN yang paling dicintai Allah

tersebut. Seperti itulah perhitungan amal ibadahnya yang lain. (HR. Tirmidzi, Ahmad dan
Nasai).

"Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.


(HR. Nasai, Tirmidzi dan Ahmad).
Bahkan shalat merupakan senjata ampuh bagi manusia untuk mencegahnya
dari perbuatan keji dan munkar.
Sesungguhnya shalat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mukar (AlAnkabut: 45)
Makna Khusyu
Pertama:
Menyadari fungsi dan pentingnya shalat. Ia tidak lagi merasa shalat sebagai sebuah kewajiban, tetapi
sebagai sebuah kebutuhan yang akan berakibat baik bagi dirinya sendiri, di dunia maupun
akhirat.
Kedua:
Istihdhor Al-Qalb (Konsentrasi). Yakni mengosongkan hati dari hal hal yang mengganggu dan mencampuri
konsentrasi ketika shalat. Karenanya disyariatkan niat di awal shalat sebagai pintu awal menata
hati dan menghadirkannya. RasulullahShallallahu alaihi wasallam. juga mengingatkan godaan
syetan ketika manusia tengah shalat . Dari Utsman bin Abi Ash, ia mendatangi
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. dan mengatakan: Wahai Rasulullah, sesungguhnya
syaitan telah menghalangi shalatku dan mengganggu bacaanku. Maka Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam. berkata: itu adalah syaitan yang bernama Khonzab, jika engkau merasakan
maka bertaawudzlah (minta perlindungan kepada Allah), dan meludahlah ka arah kiri tiga
kali (HR. Bukhari)
Ketiga:
Tafahum li manal Kalam (Mengetahui Arti lafal). Dengan memahami makna bacaan yang kita lafalkan,
maka akan membantu kekhusyukan dalam shalat, karena kita menghayati sepenuhnya doa-doa
yang ada di dalamnya.
Keempat:
Tadzhiim lillah (Penghormatan dan Pengagungan). Yaitu merasakan keagungan Allah dan sebaliknya
kekerdilan kita sebagai hamba-Nya. Hal ini akan memunculkan ketakutan saat sedang menjalani
Shalat. Tidak ada kesombongan sedikit pun saat kita shalat.
Kelima:
Dzkirul Maut (Mengingat Mati). Kita merasa bahwa shalat kita ini adalah yang terakhir yang akan kita
kerjakan, di mana setelahnya malaikat maut datang menjemput ajal kita. Perasaan ini
menumbuhkan suasana kebatinan yang luar biasa, membantu shalat kita jauh lebih khusyuk dari
sebelumnya. Karenanya, RasulullahShallallahu alaihi wasallam bersabda,

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

Shalat merupakan garis pemisah antara keimanan dan kekufuran. Ia adalah


sesuatu yang membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orangorang yang inkar, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam
hadisnya:

Ingatlah mati dalam shalatmu , karena sesungguhnya jika orang mengingat mati dalam
shalatnya tentu ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti orang tidak yakin ia akan
dapat melakukan shalat selainnya. (HR. Dailami, dishahihkan oleh Albani)
Tujuan dan Hikmah Shalat

Artinya: Jadikanlah sabar dan Shalat sebagai penolongmu. Dan


sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyu
Karena Allah Mengetahui bahwa manusia butuh kebahagiaan maka Shalat
diwajibkan kepada orang yang beriman. Sedangkan tujuan Shalat dalam
Islam adalah untuk menjadikan manusia yang menegakkannya selalu ingat
kepada Allah Swt. Allah berfirman dalam QS. 20:14 :
Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingat-Ku.
Bila seorang muslim dalam hari-harinya senantiasa ingat kepada Allah Swt.
maka hatinya akan menjadi tenang. Bila hatinya sudah tenang, maka dia
akan merasakan kebahagiaan. Sedang pengertian kebahagiaan yang
dipahami kaum materialis adalah materi. Firman Allah QS. Yunus/10 : 78.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak
percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan
dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan
apa yang selalu mereka kerjakan (QS. Yunus: 7-8).
Shalat yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi pelakunya adalah
mereka yang mendirikan Shalat sebagaimana Shalatnya Nabi Muhammad
Saw. Sebagaimana sabda Nabi:
Artinya:Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat aku Shalat.
(HR. Bukhari).
Dari Hadits ini dapat dipahami bahwa gerak dalam shalat bukan
sembarang gerak, tetapi harus seperti geraknya Nabi dan bacaan dalam
shalat bukan sembarang bacaan, tetapi harus seperti membacanya Nabi
saw. Sabda nabi Muhammad saw.

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

Shalat adalah ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada orang-orang yang
beriman sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan (Q.S. Al-Baqarah/
2 : 45).

Artinya: Bila seseorang di antara kalian sedang shalat, maka sesungguhnya


dia sedang bermohon (sedang berbisik, sedang berdialog) dengan Tuhannya
(Allah Swt). (HR. Bukhari ).
Sekarang kita bertanya: Apa benar waktu saya sedang shalat saya sedang
berbisik, sedang bermohon padanya? ataukah kita sedang berbicara
sendirian karena tidak mengerti apa yang sedang kita ucapkan.?

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu Shalat, sedang


kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan (An-Nisaa: 43).
Bila seorang muslim dengan shalat yang didirikannya menjadikan dia ingat
kepada Allah sehingga terhindar dari perbuatan yang keji dan mungkar,
maka jiwanya akan tentram sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra'du
ayat 28:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram dengan
mengingat Allah, ketauhilah dengan mengingat Allah hati menjadi tentram
(QS. Ar-Ra'du: 28)
Karena tujuan shalat untuk mengingat Allah, maka bacaan shalat dari takbir
sampai dengan salam kalau dipahami dan diperhatikan, tidak ada satu
kalimatpun yang tidak mengantarkan pelakunya dari mengingat Allah.
2.Berbakti Kepada Ibu Bapak
Berbuat baik terhadap orang tua (birrul walidain) adalah memberi kebaikan
atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya (kecuali yang
masiat) dan mendoakannya apabila keduanya telah wafat.
Ibu dan Bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan
dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah
ini, sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua
orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka
dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya
kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali (QS.31:15). Juga dapat dilihat
dalam surat 4:36

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Namun lebih jelasnya Allah
swt. berfirman dalam surat An-Nisaa ayat 43

Jelaslah bahwa Birrul Walidain adalah kewajiban setiap anak dalam kerangka
taat kepada perintah Allah.

Begitulah, syariat Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja
ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah
berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan
besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika
perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada
Allah dengan mengesakan-Nya. Allah berfirman, Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu. (AnNisa:36)
Sebagai anak, sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk
mengekspresikan rasa bakti dan hormat kita kepada kedua orang tua.
Memandang dengan rasa kasih sayang dan bersikap lemah lembut kepada
mereka pun termasuk birrul walidain. Allah berfirman, Dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kasih sayang. (Al-Isra:23)
Dalam kitab Adabul Mufrad, Imam Bukhari mengetengahkan sebuah riwayat
bersumber dari Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir melalui Urwah, menjelaskan
mengenai firman Allah : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kasih sayang. Maka Urwah menerangkan bahwa kita
seharusnya tunduk patuh di hadapan kedua orang tua sebagaimana seorang
hamba sahaya tunduk patuh di hadapan majikan yang garang, bengis, lagi
kasar.
Kisah Uwais al-Qorni

Dari Asir bin Jabir beliau mengatakan, Jika para gubernur Yaman menemui
khalifah Umar Ibnul Khatthab, maka khalifah selalu bertanya, Apakah
diantara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir, sampai suatu hari beliau
bertemu dengan Uwais, beliau bertanya, engkau Uwais bin Amir?, Betul
Jawabnya. Khalifah Umar bertanya, Engkau dahulu tinggal di Murrad
kemudian tinggal di daerah Qorn?, Betul, sahutnya. Beliau bertanya,
Dulu engkau pernah terkena penyakit belang lalu sembuh akan tetapi masih
ada belang di tubuhmu sebesar uang dirham?, Betul. Beliau bertanya,
Engkau memiliki seorang ibu. Khalifah Umar mengatakan, Aku mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Uwais bin Amir akan
datang bersama rombongan orang dari Yamandahulu tinggal di Murrad
kemudian tinggal di daerah Qorn. Dahulu dia pernah terkena penyakit
belang, lalu sembuh, akan tetapi masih ada belang di tubuhnya sebesar

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

Suatu hari ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dia
bertanya, Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku
berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian ini benar?
Maka jawab Rasulullah, Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orang tuamu. (Riwayat
Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah).

Bentuk-bentuk Birrul Walidain


Berbuat baik kepada orang tua dapat dilakukan dalam dua kesempatan:
Saat orang tua masih hidup:
Mentaati selama bukan maksiat. Hadits Rasulullah: Tidak ada ketaatan
kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah.
Contoh: Kisah Saad bin Abi Waqosh.
Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (QS.17:23)
Memohonkan ampunan baginya kepada Allah (mendoakan) (QS.17:24)
Membantu dengan harta
Memintakan restunya terlebih dahulu atas perbuatan penting yang akn
dilakukan.
Hadits Rasulullah: Ridho Allah ada dalam Ridho orang tua, Murka Allah juga
ada dalam Murkanya orang tua.
Saat orang tua telah wafat:

Menyelenggarakan pengurusan jenazahnya seperti: memandikannya,


mengkafaninya, menshalatkannya dan menguburkannya,dsb.
Senantiasa berdoa untuk memohonkan ampun atas segala dosanya.
Memenuhi segala janjinya semasa hidup yang belum terlaksana seperti: wasiat,
hutang piutang, dll.
Menghormati teman dan sahabat orang tua semasa keduanya masih hidup.
Rasulullah Muhammad S.A.W bersabda :
Seorang laki-laki dari golongan Anshar mendatangi Rasulullah , lalu bertanya :
Apakah yang tinggal bagiku untuk dapat berbuat kebaikan terhadap Ibu-Bapakku
setelah mereka meninggal ya Rasulullah ? Rasul menjawab : Ada 4 macam yang
dapat anda lakukan : menshalatkannya, memohonkan ampun segala dosanya,
memenuhi janjinya dan juga menghormati teman dan sahabatnya. (HR. Muslim)

Jangan Durhaka !
Durhaka kepada orang tua (uquuqul walidain) termasuk dalam kategori dosa
besar. Bentuknya bisa berupa tidak mematuhi perintah, mengabaikan,
menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan katakata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disinggung dalam Al-Quran:
Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan ah kepada orang tua. (Al-

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

uang dirham. Dia memiliki seorang ibu, dan dia sangat berbakti kepada
ibunya. Seandainya dia berdoa kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan
doanya. Jika engkau bisa meminta kepadanya agar memohonkan ampun
untukmu kepada Allah maka usahakanlah. Maka mohonkanlah ampun
kepada Allah untukku, Uwais al-Qarni lantas berdoa memohonkan ampun
untuk Umar Ibnul Khaththab. Setelah itu Umar bertanya kepadanya, Engkau
hendak pergi ke mana? Kuffah, jawabnya. Beliau bertanya lagi, Maukah ku
tuliskan surat untukmu kepada gubernur Kuffah agar melayanimu? Uwais alQorni mengatakan, Berada di tengah-tengah banyak orang sehingga tidak
dikenal itu lebih ku sukai. (HR. Muslim)

Isra : 23). Jika berkata ah/cis/huh saja nggak boleh, apalagi yang lebih
kasar daripada itu.

Orang tua kita, siapa pun orangnya, memang harus dihormati, apalagi jika
beliau seorang muslim. Rasulullah pernah berpesan, Seorang muslim yang
mempunyai kedua orang tua yang muslim, kemudian ia senantiasa berlaku
baik kepadanya, maka Allah berkenan membukakan dua pintu surga
baginya. Kalau ia memiliki satu orang tua saja, maka ia akan mendapatkan
satu pintu surga terbuka. Dan kalau ia membuat kemurkaan kedua orang
tua maka Allah tidak ridha kepada-Nya. Maka ada seorang bertanya,
Walaupun keduanya berlaku zhalim kepadanya? Jawab Rasulullah, Ya,
sekalipun keduanya menzhaliminya. (Riwayat Bukhari)
3.Jihad Di jalan Allah
Seperti diterangkan dalam al Quran dan as Sunnah kemudian dibukukan
dalam ratusan kitab fiqh oleh ulama, bisa diringkas; Secara bahasa kata aljihaad berasal dari kata jaahada, yang bermakna al-juhd (kesulitan)
atau al-jahd (tenaga atau kemampuan).Imam Ibnu Mandzur dalam
Kitab Lisaan al-Arab nya, secara bahasa, al-jihaad artinya;mengerahkan
kemampuan dan tenaga yang ada, baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
Jadi jihad itu bukan terorisme, dan jihad tidak sama dan tidak identik dengan
terminologi kekerasan. Terakhir dan terpenting dari segalanya adalah bahwa
jihad harus dilaksanakan demi Allah, bukan untuk memperoleh tanda jasa,
pujian, apalagi keuntungan duniawi.
Firman Allah dalam QS. al- Hajj (22): 78
Terjemahannya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

Musholla Al Muaawanah-Bima Jaya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa membuat


hati orang tua sedih, berarti dia telah durhaka kepadanya. (Riwayat
Bukhari). Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, Termasuk perbuatan
durhaka seseorang yang membelalakkan matanya karena marah. (Riwayat
Thabrani).

Anda mungkin juga menyukai