Anda di halaman 1dari 12

Nikah Berbeda Agama

Dhipa Rizki Syawaludin (rsyawaludin7@gmail.com)


Syarif Abdullah Ahmad Al A (ededsyarif@gmail.com)
Lukmanul Hakim (lukman442004@gmail.com)

Abstrak
Pernikahan tidak terlepas dari ketentuan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Agama memiliki aturan mengenai bagaimana pernikahan harus dilakukan, misalnya
agama Islam melarang bentuk pernikahan beda agama, Gereja Katolik juga melarang
bentuk pernikahan tersebut yang tertuang dalam Kitab Hukum Kanonik. Ajaran dari
kedua agama tersebut memiliki kecenderungan kontradiksi yang menyebabkan
pernikahan antara pasangan yang memeluk kedua agama tersebut tidak bisa
dilaksanakan. Namun terdapat pasangan yang memeluk agama tersebut memutuskan
untuk menikah meskipun ajaran agama yang melarang. Penelitian ini berfokus pada
tindakan sosial pernikahan pasangan Katolik dengan Islam di wilayah Keuskupan
Surabaya.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan sosial oleh
Max Weber yang diperkuat dengan teori pemilihan jodoh dengan pendekatan kualitatif.
Informan dalam penelitian ini adalah pasangan yang melakukan pernikahan beda agama
antara Katolik dan Islam di wilayah Keuskupan Surabaya dan juga yang melakukan
konversi, informan dipilih secara purposif, metode pengumpulan data pada penelitian
ini adalah wawancara mendalam.
Kata Kunci: Tindakan Sosial, Pernikahan, Beda agama, Konversi

1. Pendahuluan
Nikah beda agama merupakan salah satu polemic di masyarakat, dalam hal ini
pernikahan yang antara seseorang muslim dengan seorang dari golongan bukan muslim
(musyrikin) yang memunculkan berbagai konsekuensi hukum didalamnya. Selaku umat
islam tentunya bila ingin mengetahui konteks hukumnya, maka haruslah berpedoman
pada Al-Qur’an sebagai dasar hukum tertinggi yang telah dikaruniakan Allah kepada
Nabi Muhammad untuk diajarkan kepada seluruh manusia sebagai pembeda antara
mana yang baik (yang boleh dilakukan) dan mana yang buruk (tidak boleh dilakukan)
dan menjawab persoalan tersebut telah diatru dalam Al-Qur’an dalam beberapa ayat
terkait hal nikah beda agama.
Terkait nikah beda agama ini bila merujuk pada konteks ayat Al-Qur’an tentunya
juga harus merujuk pada konteks penafsiran yang ada, sehingga dalam mengetahui hal-
hal terkait nikah beda agama bisa dipahami secara mendalam apa saja konsekuensi
terkait hukam yang ditimbulkan dan menjadi lebih jelas boleh atau tidaknya nikah beda
agama.
Oleh sebab itu penting untuk mempelajari tafsir terkait hal ini sebagai bentuk
ketaatan terhadap Allah SWT yang merupakan ikhtiar selaku umat Islam untuk
memahami dan mengamalkan hukum-hukum yang telah Allah atur dalam Al-Qur’an
selain itu untuk menambah wawasan terhadap pemahaman terkhususnya mahasiswa
yang bergelut di bidang hukum Islam yang nantinya diharapkan mampu mempelopori
pelaksanaan hukum Islam di masyarakat.
2. Pembahasan
Penafsiran Q.S. Al-Baqoroh: 221
ِ
‫ َو اَل‬:ۗ ‫ج ب َْت ُك ْم‬ ْ ‫ َو َأَل مَةٌ ُم ْؤ ِم نَةٌ َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر َك ٍة َو ل َْو‬:ۚ ‫َو اَل ت َْن ِك ُح وا الْ ُم ْش ِر َك ات َح ىَّت ٰ يُ ْؤ ِم َّن‬
َ ‫َأع‬

َ‫َد عُ ون‬ َ ‫ُأولَ ِئ‬


ْ‫ك ي‬ ٰ :ۗ ‫َك م‬
ْ ُ ‫جب‬ ْ ‫ َو لَع َْب ٌد ُم ْؤ ِم ٌن َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر ٍك َو ل َْو‬:ۚ ‫ني َح ىَّت ٰ يُ ْؤ ِم نُ وا‬
َ ‫َأع‬ َ ِ‫ُت ْن ِك ُح وا الْ ُم ْش ِر ك‬

ِ َّ‫ َو يُ بَ نِّي ُ آيَاتِ ِه لِ لن‬:ۖ ‫َد عُ و ِإ ىَل ا جْلَ نَّ ِة َو الْ َم ْغ ِف َر ِة بِ ِإ ْذ نِ ِه‬
َ ‫اس لَعَلَّ ُه ْم يَت‬
َ‫َذ َّك ُر ون‬ ِ َّ‫ِإ ىَل الن‬
ْ ‫ َو اللَّ هُ ي‬:ۖ ‫ار‬
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik
dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
dan Allah menerangkan ayat-ayat Nya (perintah-perintah Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran 1 (Q.S. Al-Baqoroh: 221)
Penakwailan Firman Allah:
ِ ‫ۚ و اَل ت َْن ِك ح وا الْ م ْش ِر َك‬
‫ات َح ىَّت ٰ يُ ْؤ ِم َّن‬ َ
ُ ُ
(Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman)
Abu Ja’far berkata: ahli takwil berbeda pendapat tentang ayat ini:

1
Mohammad Taufik. (2015). Quran In Ms-Word With Multiple Language. (Ver. 1. 2.
0).
apakah yang dimaksud adalah semua perempuan musyrik atau sebagian saja?
Dan adakah hukum yang dihapus setelah ditetapkan hukum ini? Sebagian
berkata maksud ayat ini adalah diharamkan bagi seorang muslim menikahi
semua perempuan musyrik dari semua jenis kesyirikan, baik itu penyembah
berkata, Yahudi, Nashrani, Majusi atau golongan yang musyrik lainnya 2 ,
keharaman menikahi ahli kitab dihapus dengan Firman Allah:
ِ ‫ قُ ل‬:ۖ ‫ُأح َّل هَل م‬
ِ ‫َك مَاذَا‬
ُ ‫َك ُم الطَّ يِّب‬
‫َات‬ ُ ‫ُأح َّل ل‬ ْ ُْ َ ‫َس َألُ ون‬
ْ‫ي‬
dan Firman Allah:
ِ ‫ َو الْ م ح صَنَات ِم َن الْ م ِم ن‬:ۖ ‫َك م َو طَعَام ُك م ِح لٌّ هَل م‬
‫َات‬ ‫ُ ْؤ‬ ُ ْ ُ ُْ ْ ُ َ ‫َام الَّ ِذ‬
ِ َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬
ْ ُ ‫َاب ح لٌّ ل‬ ُ ‫َو طَع‬
‫َب لِ ُك ْم‬ َ ‫َات ِم َن الَّ ِذ‬
ِ َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬
ْ ‫َاب م ْن ق‬ ُ ‫َو الْ ُم ْح صَن‬
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?. “Katakanlah: “Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang
baik-baik” sampai dengan Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi
Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka.
(Dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu.” (Qs. Al-Maidah: 4-
5)
Sebagaimana riwayat berikut:
4197, Ali bin Abu Dawud menceritakan kepadaku, ia berkata: Abdullah bin
Shalih menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu’awiyah bin Shalih
menceritakan kepadaku, dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas tentang
Firman Allah:
ِ ‫َو اَل ت َْن ِك ح وا الْ م ْش ِر َك‬
‫ات َح ىَّت ٰ يُ ْؤ من‬ ُ ُ
kemudian di kecualikan wanita ahli kitab, maka Allah berfirman:

‫َاب‬ َ ‫َات ِم َن الَّ ِذ‬


َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬ ُ ‫َو الْ ُم ْح صَن‬
dihalakan bagimu:

2
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. (2008). Tafsir Ath-Thabari. Terjemahan.
Jakarta: Pustaka Azzam. Jilid: 3. h. 635
‫ور ُه َّن‬
َ ‫ُأج‬ ُ ‫ِإ ذَا آ ت َْي تُ ُم‬
ُ ‫وه َّن‬
(Qs. Al-Maidah[5]:5) 3
Ayat ini dengan jelas melarang seorang muslim untuk menikahi wanita yang
musyrik baik dia Yahudi, Nashrani dan Majusi. Para ulama juga sepakat
akan ayat tersebut karena berlandaskan dalil naqli, tetapi berselang waktu
Allah menaskahkan ayat sebelumnya dengan

‫َاب‬ َ ‫َات ِم َن الَّ ِذ‬


َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬ ُ ‫َو الْ ُم ْح صَن‬
“Dan wanita ahli kitab”. Tetapi mereka tidak boleh menikahi muslimah,
sebagaimana hadist berikut:
4209, Tamim bin Al-Munthasir menceritakan kepadaku, dari Syarik, dari
Asy’ats bin As-Sawwar, dari Aal-Hasan, dari Jabir bin Abdullah, ia
mengatakan: Rasulluah bersabda:

‫تزؤج نساء اهل الكتاب وال يتزوجون نساءنا‬

“Kita boleh menikahi wanita ahli kitab, akan tetapi mereka tidak boleh
menikahi wanita kita”
Hadist ini meskipun masih diperselisihkan dalam sanadnya, hanya pendapat
itu benar karena ijma’ umat terhadap kebenaran pendapat ini lebih utama
dari hadits Abdul Humaid bin Bahram, dari Syahr bin Hausyab, maka takwil
ayat tersebut adalah: wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian
menikahi wanita musyrik selain ahli kitab, sehingga mereka beriman,
membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan apa yang diturunkannya.

‫َو ألمَةٌ ٌم ْؤ ِم نَةُ َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر َك ة‬

“Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik”
Abu Ja’far berkata: yang dimaksud oleh Allah dalam ayat tersebut adalah

ُ‫َو ألمَةٌ ٌم ْؤ ِم نَة‬


dengan Allah dan Rasul-Nya, dan dengan apa yang datang dari sisi-Nya,
lebih baik di sisi Allah, dari wanita musyrik yang merdeka meskipun
nasabnya baik dan terpuji. Ia berkata: janganlah menikahi perempuan yang

3
Tafsir Ibnu Hatim (2/397), Ad-Durr Al-Mantsurr (1/256), Tafsir Al-Qurthubi (3/67)
memilki kemuliaan dari golongan ahli syirik, karena budak dari golongan
yang beriman lebih baik dari pada mereka. 4
Ayat ini tidak melarang kita untuk menikah tetapi lebih mengatur agar kita
menikahi wanita mu’min, itu lebih baik dari pada menikahi wanita musyrik
yang baik nasabnya, hartanya dan parasnya. Sebagaimana Abdullah
menikahi wanita budak karena amal perbuatannya.
4210, Musa bin Harun menceritakan kepada, ia berkata: Amr bin Hammad
menceritakan kepada kami dari As-Suddi:
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ج ب َْت ُك ْم‬
َ ‫َأع‬
ْ ‫َو‬ْ ‫َو ال ت َْن ك ُح وا الْ ُم ْش ِر َك ات َح ىَت يُ ْؤ م َّن َو ألمَةٌ ُم ْؤ م نَةٌ َخ ْي ٌر م ْن ُم ْش ِر َك ة َو ل‬
diturunkan kepada Abdullah bin Rawahah, dia memiliki budak yang hitam,
suatu ketika dia marah kepada budak tersebut dan ditamparnya setelah itu
dia merasa tersentak, kemudian dia mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepadanya: “bagaimanakah dia wahai Abdullah?” ia
menjawab: Ya Rasulullah dia berpuasa, solat, dan bagus dalam wudhunya,
bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah Rasulullah, maka
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau begitu dia seorang
mukminah.” Maka Abdullah berkata: demi zat yang mengusutmu dengan
kebenaran, aku akan merdekakan dan aku nikahi, kemudian
melaksanakannya, maka sebagian dari kaum muslimin mencelanya, mereka
berkata: kamu menikahi seorang budak, sementara mereka ingin menikahkan
dia dengan wanita musyrik, mereka menikahkannya karena nasabnya, maka
Allah menurunkan ayat-Nya tentang mereka:
ِ‫َو ألمَةُ م ْؤ ِم نَةٌ َخ ي ر ِم ن م ْش ِر َك ة‬
ُ ْ ٌْ ُ
dan

ٌ‫ َو لَع َْب ٌد ُم ْؤ ِم ٌن َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر ِك َو ال تُ ْن ِك ُح وا الْ ُم ْش ِر كِ نْي َ َح ىَت يُ ْؤ ِم نُ وا َو لَع َْب د‬y ‫ُم ْؤ ِم ُن َخ ْي ٌر ِم ْن‬

‫َك ْم‬ َ ‫ُم ْش ِر ِك َو ل َْو‬


ُ ‫َأج ب‬

(Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-


wanita mu’min) sebelum mereka beriman, sesungguhnya budak yang
mu’min lebih baik dari orang-orang musyrik dia menarik hatinya).
4
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. Tafsir Ath-Thabrir. h. 640
Abu Ja’far berkata: maksud Allah dalam firman tersebut: Allah telah
mengharamkan kepada orang mukminah untuk menikahi dengan laki-laki
musyrik, dari golongan syirik apapun, maka wahai orang beriman jaganlah
kamu menikahi wanita mukminah dengan mereka, karena hal itu
diharamkannya bagi kalian, dan jika kamu nikahkan mereka dengan seorang
budak yang beriman kepada Allah,membenarkan-Nya dan Rasul-nya, dan
apa yang datang dari sisi Allah, lebih baik bagi kalian daripada menikahkan
mereka kepada orang muysrik meskipun memiliki nasab dan
kedudukkannaungan mulia, dan kalian kagum dengan kedudukan
kemuliannya.
Perkawinan dengan orang musyrik dianggap membahayakan seperti di
terangkan diatas, maka tegas Allah melarang mengadakan hubungan
perkawinan dengan mereka. Golongan orang musyrik itu akan selalu
menjerumuskan umat Islam kedalam bahaya dunia dan menjerumuskannya
ke dalam neraka di akhirat, sedang ajaran-ajaran Allah kepada orang-orang
mukmin selalu membawa kepada kebahagiaan dan masuk surga di akhirat.
Ayat-ayat seperti ini diturunkan Allah kepada manusia supaya mereka selalu
ingat jangan lalai dan lengah, sebab bahayanya besar, bila tidak lagi
berjalan di atas rel yang benar telah ditetapkan Allah dalam syari’at Nya 5
Penafsiran Q.S. Al-Maidah : 5

:ۖ ‫َام ُك ْم ِح لٌّ هَلُ ْم‬ ُ ‫َاب ِح لٌّ ل‬


ُ ‫َك ْم َو طَع‬ َ ‫َام الَّ ِذ‬
َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬ ُ ‫َك ُم الطَّ يِّب‬
ُ ‫ َو طَع‬:ۖ ‫َات‬
ِ َ‫الْ يَو م‬
ُ ‫ُأح َّل ل‬ ْ
ِ ‫َاب ِم ن ق‬ ِ َ ‫َات ِم َن الَّ ِذ‬ ِ ِ ِ ‫َو الْ م ح صَن‬
ُ ‫َب ل ُك ْم ِإ ذَا آ ت َْي تُ ُم‬
‫وه َّن‬ ْ ْ َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ك ت‬ ُ ‫َات م َن الْ ُم ْؤ م نَات َو الْ ُم ْح صَن‬
ُ ْ ُ
َ ِ‫َد َح ب‬ ِ ‫َك ُف ر بِ ا ِإْل مي‬ ٍ ِ ِ ِِ َ ِ‫ص ن‬
ِ ْ‫ور ه َّن حُم‬
ُ‫َم لُ ه‬
َ‫ط ع‬ ْ ‫َان فَق‬ ْ ْ ‫َن ي‬ْ ‫ َو م‬:ۗ ‫َأخ َد ان‬
ْ ‫ني غ َْي َر ُم سَ اف ح نيَ َو اَل ُم تَّ خ ذ ي‬ ُ َ ‫ُأج‬
ُ
ِ َ‫َو ه َو يِف ا آْل ِخ َر ِة ِم َن ا خْل‬
َ‫اس ِر ين‬ ُ
Artinya: “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi
mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-
wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-

5
Tim Tahsis Departemen Agama. (1993). Al-Quran dan tafsirnya. Semarang : PT. Citra
Effhar, h. 375
orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin
mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat
termasuk orang-orang merugi.6” (Q.A. Al-Maidah : 5)
Tafsir ayat: Al-Maidah: 5
Abu Ja’far berkata: maksud firman-Nya,
ِ َ‫ۖ الْ يَو م‬
ُ ‫َك ُم الطَّ يِّب‬
‫َات‬ ُ ‫ُأح َّل ل‬ ْ
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik,” adalah pada hari itu
dihalalkan pada kalian, wahai orang-orang beriman, yang halal dari
sembelihan dan makanan, selain bagian-bagiannya yang kotor.
Firman-Nya,

ُ ‫َاب ِح لٌّ ل‬
‫َك ْم‬ َ ‫َام الَّ ِذ‬
َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬ ُ ‫َو طَع‬
“makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu”
dan sembelihan Ahlil Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, yaitu kaum
yang diberikan dan diturunkan kitab Taurat dan Injil, sehingga mereka
menganut keduanya atau salah satu dari keduanya.

ُ ‫ِح لٌّ ل‬
‫َك ْم‬

“halal bagimu” maksdunya halal bagi kalian memakannya selain sembelihan


semua orang-orang yang tidak memilki kitab dari kalangan musyrik Arab
dan penyembah berhala serta patung. Adapun orang-orang yang tidak
mengakui keesaan Allah dan memeluk agama Ahlil Kitab, maka
sembelihannya haram bagi kalian.
Allah mengulang kembali penghalalan yang baik-baik untuk menegaskan
nikmatNya dan untuk mengajak para hamba mensyukuri dan memperbanyak
dzikir kepadaNya, dimana Dia membolehkan apa yang mereka butuhkan, dan
mereka dapat mengambil manfaat dari hal-hal yang baik.

‫“ و‬dan” dihalalkan untukmu, ‫َات‬


ُ ‫الْ ُم ْح صَن‬

6
Mohammad Taufik. (2015). Quran In Ms-Word With Multiple Language. (Ver. 1. 2.
0.)
“wanita-wanita yang menjaga kehormatannya,” yaitu, wanita-wanita
merdeka yang baik-baik (pandai menjaga diri)
ِ ‫ِم َن الْ م ِم ن‬
‫َات‬ ‫ُ ْؤ‬
“dari kalangan wanita merdeka yang beriman.”
Dan wanita-wanita yang menjaga kehormatannya,

‫َب لِ ُك ْم‬ َ ‫ِم َن الَّ ِذ‬


ِ َ ‫ين ُأوتُ وا الْ ِك ت‬
ْ ‫َاب م ْن ق‬
“dari orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelummu,” yaitu, Yahudi dan
Nasrani. Ayat ini adalah takhshish bagi Firman Allah.
ِ ‫َو اَل ت َْن ِك ح وا الْ م ْش ِر َك‬
‫ات َح ىَّت ٰ يُ ْؤ ِم َّن‬ ُ ُ
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka
beriman” (QS. Al-Baqarah: 221)
Mafhum dari ayat ini, bahwasannya wanita-wanita hamba sahaya yang
beriman tidak boleh dinikahi oleh laki-laki merdeka dan memang demikian.
Adapun wanita-wanita Ahli Kitab yang berstatus hamba sahaya, maka dalam
keadaan apapun mereka tidak boleh dinikahi oleh laki-laki merdeka secara
mutlak berdasarkan Firman Allah,
ِ ‫ِم ن فَ تَيَاتِ ُك م الْ م ِم ن‬
‫َات‬ ‫ُ ُ ْؤ‬ ْ
“Wanita yang beriman dari budak yang kamu miliki.” (An-Nisa: 25)
Adapun wanita-wanita Muslimah jika mereka berstatus seabagai hamba
sahaya, maka seorang laki-laki Muslim merdeka tidak boleh menikahinya
kecuali dengan dua syarat: pertama, tidak mampu beri belanja dan kedua,
takut terjatuh kepada perbuatan zina. Adapun wanita-wanita nakal yang
tidak terjaga dari zina, maka tidak boleh menikahi mereka, baik mereka itu
Muslimah atau Ahli Kitab, sampai mereka bertaubat, berdasarkan Firman
Allah,

َ ِ‫ َو ُح رِّ مَ ٰذَ ل‬:ۚ ‫ان َْأو ُم ْش ِر ٌك‬


‫ك‬ ٍ ‫الز انِ يَةُ اَل ي َْن ِك ح َه ا ِإ اَّل َز‬
ُ َّ ‫الز ا يِن اَل ي َْن ِك ُح ِإ اَّل َز انِ يَةً َْأو ُم ْش ِر َك ةً َو‬
َّ

َ‫عَلَى الْ ُم ْؤ ِم نِ ني‬

Artinya: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan
atas orang-orang yang mukmin.” (An-Nur: 3)
“Bila kamu telah membayar mas kawin mereka”
Maksudnya, kami membolehkan kamu untuk menikahinya jika kamu telah
membayarkan maharnya. Barangsiapa yang tidak memberikan mas kawinnya maka
wanita tersebut tidak halal baginya. Dan Allah memerintahkan agar memberikan mahar
kepadanya jika dia dewasa dan berakal sehat serta, layak untuk menerimanya, jika tidak,
maka suami memberikannya kepada walinya.
Dinisbathkannya mas kawin kepada wanita, menujukkan bahwa dia berhak atas mahar
tersebut dan tidak seorang pun yang memiliki hak sedikit pun pada dirinya, kecuali dia
merelakan kepada suaminya, walinya dan selainnya.
“Dengan maksud menikahinya bukan dengan maksud berzina”
Yakni, dalam keadaan kaum wahai suami, menikahi istrimu yang karena kamu menjaga
kemaluannya dari wanita bukan istrimu.
“Bukan maksud berzini” yakni, berzina dengan siapa pun.
“Dan tidak pula mengangkat gundak-gundik”
Yakni, berizina dengan kekasihnya. Para pezina di masa Jahiliyah, ada yang berzina
dengan siapa pun dan ada yang berzina dengan kekasihnya, dan pada masa sekarang hal
itu pun terjadi mereka berzina dengan siapa pun baik itu kekasihnya maupun bukan
kekasihnya.
Maka Allah menyatakan bahwa hal itu telah Menafikkan Ahlak Iffah (terjaga dari zina)
dan bahwasannya syarat menikah adalah hendaknya laki-laki dan wanita terjaga dari
zina, berdasarkan penakwilan ayat diatas.
Penafsiran Q.S. Al-Mumtahanah : 10

‫ فَِإ ْن‬:ۖ ‫َم بِ ِإ ميَا هِنِ َّن‬ ْ ُ‫ اللَّ ه‬:ۖ ‫وه َّن‬
ُ ‫َأع ل‬
ِ ‫ات ف‬
ُ ُ‫َام تَح ن‬
ْ
ِ ‫َك م الْ م ِم نَات م َه‬
ٍ ‫اج َر‬
ُ ُ َ ‫يَا َأ يُّ َه ا الَّ ِذ‬
‫ين آمَنُ وا ِإ ذَا َج اء ُ ُ ُ ْؤ‬

‫وه ْم‬ َ ُّ‫ اَل ُه َّن ِح لٌّ هَلُ ْم َو اَل ُه ْم حَيِ ل‬:ۖ ‫ار‬
ِ ‫وه َّن ِإ ىَل الْ ُك َّف‬ ِ ‫َات فَاَل ت‬
ٍ ‫عَلِ م تُ م وه َّن م ِم ن‬
ُ ُ‫ َو آت‬:ۖ ‫ون هَلُ َّن‬ ُ ُ‫َر ج ع‬
ْ ‫ْ ُ ُ ُ ْؤ‬
ِ ‫ َو اَل مُتْ ِس ُك وا بِ عِ ص‬:ۚ ‫ور ُه َّن‬
‫َم‬ َ ‫ُأج‬ ُ ‫وه َّن ِإ ذَا آ ت َْي تُ ُم‬
ُ ‫وه َّن‬
ِ ْ ‫َاح عَلَي ُك م‬
ُ ‫َأن ت َْن ك ُح‬ ُ ‫مَا َأ ْن ف‬
ْ ْ َ ‫ َو اَل ُج ن‬:ۚ ‫َق وا‬
ِ ُ ‫ حَيْ ُك ُم ب َْي ن‬:ۖ ‫ ٰذَ لِ ُك ْم ُح ْك ُم اللَّ ِه‬:ۚ ‫َق وا‬ ِ
ٌ‫ َو اللَّ هُ عَل يم‬:ۚ ‫َك ْم‬ ُ ‫َس َألُ وا مَا َأ ْن ف‬ ْ ‫الْ َك َو اف ِر َو‬
ْ ‫اس َألُ وا مَا َأ ْن ف‬
ْ ‫َق تُ ْم َو لْ ي‬
ِ
ٌ‫َح ك يم‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.
Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui
bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu
dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami
suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini
mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap
berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah
kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang
telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu.
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.7” (Q.S. Al-Mumtahanah : 10)
Tafsirnya:
ِ ‫ات ف‬ ِ ‫َك م الْ م ِم نَات م َه‬
ٍ ‫اج َر‬ َ ‫يَا َأ يُّ َه ا الَّ ِذ‬
َّ‫وه ن‬
ُ ُ‫َام تَح ن‬
ْ ُ ُ ‫ين آمَنُ وا ِإ ذَا َج اء ُ ُ ُ ْؤ‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-
perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.
Melalui sumpah yaitu bahwa sesungguhnya mereka sekali-kali tidak keluar
meninggalkan kampung halamannya melaikan karena senang kepada Islam, bukan
karena benci terhadap suami mereka yang kafir, dan bukan pula karena mencintai
orang-orang lelaki dari kalangan kaum muslimin. Demikianlah isi sumpah yang
dilakukan oleh Nabi SAW. Kepada perempuan-perempuan.8
3. Penutup
- Allah melarang laki-laki mukmin kawin dengan perempuan musyrikdan melarang
mengawinkan perempuan mukmin dengan laki lakimusyrik, selama mereka tetap dalam
kemusyrikannya.
-Perkawinan denga orang orang musyrik ini merupakan larangan yangkuat yang tidak
boleh ditawar tawar, sebab erat hubungannya dengan keturunan dan masa depan islam.
- Kaum musyrik yang menyembah selain Allah itu akan selalu berusahamenjerumuskan
orang orang mukmin kejurang kehancuran dankesesatan.

7
Mohammad Tufik. (2015). Quran In Ms-Word With Multlple Languange. (Ver. 1. 2. 0)
8
Imam Jalaldu-Din Al-Mahalliy & Imam Jalalud-Din Al-Suyuthi. (1990). Terjemahan
Tafsir Jalalain berikut Ashabun Nuzul. (Cet. 1). Bandung: Sinar Baru. h. 2435
Daftar Refrensi
Al-Mahalliy. 1990. Imam Jalalud-Din & Al-Suyuthi, Imam Jalaludi-Din. Terjemah
Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul. Cet-1. Bandung: Sinar Baru.
Al-Maraghi. 1993. Ahmad Mustofa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Cet-2 Semarang:
C.V. Toha Putera.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. 2008. Tafsir Ath-Thabari. Jilid 3 Jakarta:
Pustaka Azzam.

Anda mungkin juga menyukai